• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis Penelitian 1 Pengujian Hipotesis Pertama

a. Langkah pertama merumuskan hipotesis :

Ho : ? = 0, artinya tidak ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja di Koperasi Susu Warga Mulya

H1 : ? > 0, artinya ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja di Koperasi Susu Warga Mulya

Pengujian hipotesis yang pertama menggunakan korelasi product moment. Dalam pengambilan keputusan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak adalah dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada tingkat signifikansi 5%. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel maka hipotesis gagal ditolak, sebaliknya apabila t hitung lebih kecil daripada t tabel maka hipotesis ditolak. Untuk mengetahui hasil korelasi antara variabel gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan akan ditampilkan pada tabel berikut ini (lamp :139)

D. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan sudah mendapatkan hasil bahwa dari pengujian hipotesis pertama, hipotesis kedua, dan hipotesis ketiga semuanya diterima. Hasil Penelitian akan dibahas sebagai berikut.

1. Hubungan antara gaya kepempinan dengan kepuasan kerja karyawan Hasil perhitungan analisis korelasi product moment menunjukan nilai rhitung 0,863 dan r tabel 0,187 serta t hitung 11,780 dan t tabel 2,012. hasil ini menunjukan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kepuasan kerja karyawan di koperasi susu warga mulya. Positif berarti jika nilai variabel gaya kepemimpinan ditingkatkan maka akan meningkatkan pula nilai variabel kepuasan kerja karyawan. Sedangkan Signifikan berar ti bahwa kesimpulan yang diambil berdasarkan sampel bisa diberlakukan pada populasi.

Nilai hubungan gaya kepemimpinan dengan (R2) dapat menggunakan besarnya sumbangan efektif variabel gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Sumbangan efektif variabel adalah sebesar 71,909% dan sumbangan relatif adalah 90,452%

Menurut teori dua faktor pemeliharaan dan pemotivasian yang dijalankan oleh pemeliharaan dan pemotivasian yang dijalankan oleh pemimpin. Faktor pemeliharaan antara lain meliputi kualitas pengawasan dan supervisi yang menyenangkan. Dorongan berprestasi dan kesempatan berkembang termasuk faktor pemotivasian. Oleh karena itu hasil penelitian ini mendukung teori.

Tabel V. 7 Korelasi Antara Gaya Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja Variabel bebas Variabel terikat Harga r hitung Harga r tabel Harga t hitung Harga t tabel kesimpulan Gaya Kepemim pinan Kepuasan kerja 0,863 0,187 11,780 2,012 H1 diterima

(Sumber : data responden yang telah diolah)

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa : Nilai rx1y hitung sebesar 0,863 berarti ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja pada karyawan koperasi susu warga mulya. Hubungan positif artinya jika nilai gaya kepemimpinan di ditingkatkan maka kepuasan kerja karyawan akan meningkat dan sebaliknya jika nilai gaya kepemimpinan menurun maka kepuasan kerja karyawan akan menurun. Nilai r x1 hitung > r tabel menunjukan bahwa hubungan ini signifikan. Hal ini berarti bahwa kesimpulan yang diambil berdasarkan sampel bisa diberlakukan pada populasi. Koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan terkategorikan sangat kuat.

2. Pengujian Hipotesis kedua

a. Langkah pertama merumuskan hipotesis :

Ho :? = 0, artinya tidak ada hubungan positif antara pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja.

H1 :? > 0, artinya hubungan positif antara pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja.

Pengujian hipotesis yang pertama menggunakan korelasi product moment. Dalam pengambilan keputusan apakah hipotesis tersebut

diterima atau ditolak adalah dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada tingkat signifikansi 5%. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel maka hipotesis gagal ditolak, sebaliknya apabila t hitung lebih kecil daripada t tabel maka hipotesis ditolak. Untuk mengetahui hasil korelasi antara variabel gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan akan ditampilkan pada tabel berikut ini (lamp: 139) Tabel V. 7 Korelasi antara Pemberian Kompensasi dan kKepuasan

Kerja Variabel bebas Variabel terikat Harga r hitung Harga r tabel Harga t hitung Harga t tabel kesimpulan Pemberian kompensasi Kepuasan kerja 0,332 0,187 2,446 2,012 H1 diterima (Sumber : data responden yang telah diolah)

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa : Nilai rx2y hitung sebesar 0,332 berarti ada hubungan positif antara pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja pada karyawan koperasi susu warga mulya. Hubungan positif artinya jika nilai pemberian kompensasi di ditingkatkan maka kepuasan kerja karyawan akan meningkat dan sebaliknya jika nilai pemberian kompensasi menurun maka kepuasan kerja karyawan akan menurun. Nilai r x1 hitung > r tabel menunjukan bahwa hubungan ini signifikan. Hal ini berarti bahwa kesimpulan yang diambil berdasarkan sampel bisa diberlakukan pada populasi. Koefisien korelasi antara pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan terkategorikan rendah.

3 Pengujian Hipotesis ketiga

Untuk menguji hipotesis ketiga yang menyatakan ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja menggunakan analisis korelasi ganda dengan dua variabel.

Berdasarkan analisis regresi ganda dengan menggunakan komputer diperoleh persamaan :Y = 11,820+0,884X1+0,247X2

Jika variabel gaya kepemimpinan bertambah sebesar satu satuan maka variabel kepuasan kerja akan bertambah sebesar 0,884 dengan asumsi variabel pemberian kompensasi tetap. Demikian juga, jika variabel pemberian kompensasi bertambah sebesar satu satuan maka variabel kepuasan kerja karyawan akan bertambah sebesar 0,247 dengan asumsi variabel gaya kepemimpinan tetap.

Dari hasil analisis data diperoleh nilai Rxy (1,2) sebesar 0,892. Artinya, variabel gaya kepemimpinan dan pembe rian kompensasi secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan kategori dari Arikunto Suharsimi, (1989:209) menggunakan interpretasi koefisien korelasi, hubungan tersebut termasuk dalam kategori kuat atau tin ggi. Setelah nilai Rxy (1,2) diketahui, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap koefisien korelasi untuk menguji nilai R signifikan atau tidak. Untuk uji signifikansi digunakan uji F dengan tingkat signifikan 5%. Kriteria pengujiannya adalah apabila Fhitung lebih besar atau sama dengan Ftabel

maka koefisien korelasi antar variabel bebas dengan variabel terikat signifikan, sebaliknya jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Hasil uji signifikansi diperoleh nilai Fhitung = 90,940 sedang Ftabel dengan derajat kebebasan 50(N-m-1) diperoleh Ftabel 3,19. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi berhubungan positif dan signifikan dengan kepuasan kerja karyawan pada koperasi susu warga mulya.

4. Penentuan Bobot Sumbangan Relatif dan Sumbangan efektif dilakukan dengan cara manual. Perlu dilakukan penetuan bobot sumbangan relatif dan sumbangan efektif untuk mengetahui sumbangan setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

a. Sumbangan Relatif

Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil bahwa kepuasan kerja karyawan (Y) dipengaruhi oleh Gaya kepemimpinan (X1) sebesar 99,452%, pemberian kompensasi (X2) sebesar 9,548%.

b. Sumbangan Efektif

Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil bahwa kepuasan kerja karyawan (Y) dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan (X1) sebesar 71,909%, pemberian kompensasi (X2) sebesar 7,590%.Jumlah sumbangan 79,5%. Artinya sebesar 20,5% perubahan kepuasan kerja karyawan ditentukan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Persepsi positif ditunjukan dalam tingkah laku positif berupa pelaksanaan tugas yang berbeda dengan penuh semangat, pemanfaatan kemampuan dan pengetahuan, serta menjalin kerja sama dan hubungan terbuka baik dengan pemimpin maupun sesama karyawan. Persepsi positif terhadap kepemimpinan mendukung kepuasan kerja. Hal ini ditunjukan dengan hasil analisis data yang menyatakan sebagian besar karyawan mencapai kepuasan kerja.

2. Hubungan antara pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan Hasil perhitungan analisis korelasi product moment menunjukan bahwa r hitung 0,332 dan r tabel 0,187 serta t hitung = 2,446 dan t tabel = 2,012. hasil ini menunjukan bahwa pemberian kompensasi mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kepuasan kerja karyawan di koperasi susu warga mulya. Positif berarti jika nilai variabel pemberian kompensasi ditingkatkan maka akan meningkatkan pula nilai variabel kepuasan kerja karyawan. Sedangkan Signifikan berarti bahwa kesimpulan yang diambil berdasarkan sampel bisa diberlakukan pada populasi.

Nilai hubungan pemberian kompensasi dengan (R2) dapat menggunakan besarnya sumbangan efektif variabel gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Sumbangan efektif variabel adalah sebesar 7,590% dan sumbangan relative adalah 9,548%.

Teori pemenuhan kebutuhan menyatakan jika pemenuhan kebutuhan tinggi maka kepuasan kerja juga tinggi. Sebaliknya jika pemenuhan

kebutuhan tidak terpenuhi maka kepuasan kerja tidak tercapai. Oleh karena itu hasil penelitian ini mendukung teori.

Hasil analisis data menunjukan seluruh karyawan memiliki persepsi positif terhadap kompensasi. Persepsi ini meliputi kompensasi langsung dalam bentuk besarnya upah dan gaji, dan kompenasi tak langsung dalam bentuk keuntungan dan pelayanan. Keuntungan berupa waktu libur, program khusus karyawan, dan program jaminan hari tua. P elayanan berupa fasilitas kesehatan da n ruang tamu.

Persepsi positif ditunjukan dalam tingkah laku positif berupa disiplin tinggi, konsentrasi kerja, bekerja dengan rajin dan senang hati, serta loyal terhadap perusahaan. Selanjutnya persepsi positif terhadap kompensasi mendukung kepuasan kerja. Hal ini ditunjukan dengan hasil analisis data yang menyatakan sebagian besar karyawan mencapai kepuasan kerja. Oleh karena itu hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan persepsi positif terhadap kompensasi meningkatkan kepuasan kerja (Ambar dan Rosidah 2003)

3. Hubungan gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi ganda diperoleh Rxy (1,2) 0,892. Hasil perhitungan uji F diperoleh F hitung = 90,940 sedangkan F

tabel dengan derajat kebebasan 50 (n – k - 1) diperoleh F tabel = 3,19. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan, pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja

karyawan pada koperasi susu warga mulya. Artinya, bahwa tinggi rendahnya kepuasan kerja dapat diprediksi dari tinggi rendahnya kedua variabel bebas diatas. (Gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi ).

Berdasarkan koefisien korelasi yang menunjukan hubungan positif dan signifikan antara persepsi karyawan terhadap kepemimpinan dengan kepuasan kerja perlu diperhatikan. Tinggi rendah atau positif negatifnya persepsi karyawan terhadap kepemimpinan akan terlihat pada proses dan hasil kerja karyawan yang nantinya mempengaruhi kepuasan kerja.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan, perusahaan perlu memperhatikan aspek kepemimpinan. Bila aspek kepemimpinan sungguh-sungguh diperhatikan oleh perusahaan, termasuk didalamnya adalah kemampuan pemimpin untuk mengarahkan bawahan, menjalankan fungs i pemecahan masalah, menjalankan fungsi sosial, menjalankan ungsi mediator, dan menjalankan fungsi integrator maka persepsi karyawan terhadap kepemimpinan akan semakin positif sehingga kepuasan kerja akan meningkat.

Berdasarkan koefisien korelasi yang menunjukan adanya hubungan positif dan signifikan antara persepsi karyawan terhadap kompensasi dengan kepuasan kerja juga perlu diperhatikan. Tinggi rendahnya atau positif dan negatifnya persepsi karyawan terhadap kompensasi akan terlihat pada proses dan hasil kerja karyawan yang nantinya mempengaruhi kepuasan kerja.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan, perusahaan perlu memperhatikan aspek kompensasi. Bila aspek kompensasi sungguh-sungguh diperhatikan oleh perusahaan, termasuk di dalamnya adalah upah, gaji, dan pelayanan maka kepuasan kerja akan meningkat. Selanjutnya kompensasi juga penting karena pemberian kompensasi diharapkan memberikan kepuasan baik bagi perusahaan, maupun bagi karyawan.

89 BAB VI PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab terdahulu, berikut ini dapat disimpulkan beberapa hal penting dari penelitian ini. Kesimpulan ini diuraikan secara ringkas dalam tiga butir kesimpulan. Butir kesimpulan diambil dengan pertimbangan hipotesis, koefisien korelasi hasil uji hipotesis, hasil uji hipotesis korelasi, dan teori yang mendukung.

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan Koperasi Susu Warga Mulya. Hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan rhitung = 0,863 lebih besar dari rtabel = 0,187 dan hasil perhitungan thitung = 11,780 lebih besar dari ttabel = 2,012 dengan taraf signifikan 5%.

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan Koperasi Susu Warga Mulya. Hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan rhitung = 0,332 lebih besar dari rtabel = 0,187 dan hasil perhitungan thitung = 2,446 lebih besar dari rtabel lebih besar dari rtabel = 2,012 dengan taraf signifikansi 5%.

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan, pemberian kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan Koperasi Susu Warga Mulya. Hal ini ditunjukan dengan nilai R xy 0,892 dan F hitung 223 lebih besar dari F tabel 3,19 pada tingkat signifikansi 5%. Sumbangan relatif

dan efektif untuk tiap-tiap variabel bebas yakni (1) variabel gaya kepemimpinan mempunyai sumbangan relatif sebesar = 90,452% dan sumbangan efektif sebesar = 71,909% terhadap kepuasan kerja karyawan, (2) pemberian kompensasi mempunyai sumbangan relatif sebesar = 9,548% dan sumbangan efektif sebesar = 7,590%

B Keterbatasan penelitian

Penulis menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1 Penelitian ini dilakukan saat Koperasi Susu Warga Mulya mengadakan rapat anggota Tahunan sehingga ada kemungkinan para karyawan tidak konsentrasi dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan yang tersaji di dalam kuesioner penelitian ini. Dampaknya penelitian ini memungkinkan tidak mencerminka n kondisi yang sesungguhnya terjadi.

2 Penulis tidak dapat melacak kejujuran responden dalam memberikan jawaban kuesioner. Sehingga hasil dari penelitian kemungkinan bias dari kondisi yang sesungguhnya.

Dokumen terkait