METODOLOGI PENELITIAN
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1.Data Skor Tes Prestasi Belajar 1.Data Skor Tes Prestasi Belajar
5. Pengujian Hipotesis
4. Data Hasil Angket
Pengolahan terhadap data yang diperoleh dari agket dilakukan dengan cara menghitung jumlah cheklist pada tiap jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) yang dipilih oleh siswa pada masing-masing pernyataan. Kemudian total jumlah jawaban siswa tersebut dipersentasekan.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis penelitian. Demi kepentingan pengujian maka dirumuskanlah hipotesis nol (H0) sebagai hipotesis tandingan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Dantes (2012), bahwa dalam praktik peneliti dapat mencantumkan baik hipotesis penelitian maupun hipotesis nol. Berikut rumusan hipotesis nol tersebut:
42
Rumusan Hipotesis Nol (H0)
: tidak terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan cooperative learning yang tidak diintegrasi dengan reading tas
Pentingnya dimunculkan hipotesis nol dalam penelitian ini karena berdasarkan pernyataan dari Arikunto (2010: 113), diketahui bahwa dalam proses pembuktian, hipotesis penelitian yang diuji diubah dulu seperti H0, agar peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan hipotesis penelitian. Namun nantinya dikembalikan lagi ke hipotesis penelitian pada rumusan akhir pengetesan hipotesis. Jadi tidak perlu heran, meski hipotesis yang diuji adalah H0, namun akhirnya akan dikembalikan lagi ke hipotesis penelitian.
Adapun alur pengujian hipotesis ditunjukkan pada gambar berikut.
Pengujian hipotesis ini menggunakan data gain yang dinormalisasi (g). Data (g) diperoleh melalui pengolahan hasil skor pre-test dan post-test pada kedua kelompok dengan menggunakan rumus (Hake, 1998):
( ) DATA UJI NORMALITAS UJI WILCOXON PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI-t KESIMPULAN Tidak Ya UJI HOMOGENITAS Ya Tidak Gambar 3.3 Alur Uji Statistik
Hastarina, 2013
dengan:
g = gain yang dinormalisasi Sf = skor tes akhir (post-test) Si = skor tes awal (pre-test)
Tahap-tahap pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah berikut:
a. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran distribusi data yang diperoleh. Melalui uji normalitas peneliti dapat mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hal ini penting sekali untuk diketahui karena berdasarkan normal atau tidaknya distribusi ini baru dapat ditentukan apakah uji statistik parametrik atau nonparametrik yang akan digunakan.
Uji Normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Chi Kuadrat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mencari rata-rata dari data yang akan diuji normalitasnya.
Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari gain digunakan persamaan:
̅= nilai rata-rata dari data = nilai (g) yang diperoleh siswa = jumlah siswa
2) Mencari deviasi standar dari data yang akan diuji normalitasnya.
Untuk menghitung besarnya standar deviasi dari gain digunakan persamaan:
√∑ ̅ ̅= nilai rata-rata dari data
= nilai (g) yang diperoleh siswa i x x
n
44
= jumlah siswa = standar deviasi
3) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi. 4) Menentukan banyak kelas (K) dengan rumus:
n = jumlah siswa
5) Menentukan panjang kelas (p) dengan rumus:
r = rentang (data terbesar – data terkecil ) k = banyaknya kelas
6) Menentukan transformasi normal standar dari batas kelas z dengan menggunakan persamaan:
̅ = batas kelas
̅ = rata-rata kelas = standar deviasi
7) Mencari luas tiap kelas interval dengan menggunakan daftar z. | |
= luas kelas interval
= luas daerah batas atas kelas interval = luas daerah batas bawah kelas interval
8) Mencari frekuensi observasi ( ) dengan menghitung banyaknya respon yang termasuk pada interval yang telah ditentukan.
9) Mencari frekuensi ekspektasi dengan persamaan berikut:
10)Mencari harga Chi-Kuadrat ( ) dengan menggunakan persamaan:
∑( )
= chi kuadrat hasil perhitungan
Hastarina, 2013
= frekuensi observasi = frekuensi yang diharapkan
11)Membandingkan harga hitung dengan
Jika < , maka data berdistribusi normal, sedangkan Jika > , maka data tidak berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas, maka diketahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka selanjutnya akan digunakan uji statistik parametrik Namun, jika data tidak berdistribusi normal maka selanjutnya digunakan uji statistik non-parametrik.
b. Uji Homogenitas
Penggunaan uji homogenitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada-tidaknya kesamaan varians pada kedua kelompok (kelompok eksperimen & kontrol). Hal ini penting diketahui kerena berdasarkan pengetahuan tentang ada-tidaknya kesamaan varians pada kedua kelompok dapat menjadi panduan dalam memilih jenis uji statistik yang akan digunakan, mengingat ini adalah salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam uji statistik parametrik.
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Uji-F, dengan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Menentukan variansi data
2) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus: dk = n – 1 3) Menghitung nilai F (tingkat homogenitas)(Panggabean, 2001: 137):
Dengan F hitung yaitu nilai homogenitas yang dicari, yaitu variansi yang nilainya lebih besar dan yaitu variansi yang nilainya lebih kecil. 4) Menentukan nilai uji homogenitas tabel melalui interpolasi.
Jika F hitung < F tabel, maka variansi homogen. Jika F hitung > F tabel, maka variansi tidak homogen.
46
Apabila diketahui variansi homogen, maka pengujian hipotesis yang dipilih adalah jenis uji statistik parametrik, namun bila sebaliknya, maka peneliti menggunakan uji statistik nonparametrik.
c. Uji Hipotesis dengan Uji-t
Apabila data sampel memenuhi asumsi-asumsi untuk pengujian dengan jenis uji statistik parametrik, maka pengujian hipotesis dilanjutkan dengan jenis uji statistik parametrik, yaitu dengan menggunakan uji-t (khusus untuk penelitian ini). Jenis uji-t yang dipilih adalah uji-t yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara dua kelompok dengan sampel besar (n ≥ 30), dengan rumus sebagai berikut (Panggabean, 2001: 149):
√ dengan:
= mean data sampel kelompok eksperimen = mean data sampel kelompok kontrol
= jumlah anggota sample kelompok eksperimen = jumlah anggota sample kelompok kontrol = variansi sampel kelompok eksperimen = variansi sampel kelompok kontrol
Kemudian untuk menginterpretasikan t-test, ditentukan terlebih dahulu derajat kebebasannya dengan rumus : dk =(N1-1)+ (N2-1), lalu mencari nilai t-tabel dengan derajat kebebasan yang didapat dan dengan taraf signifikan yang dipilih (α = 0,05). Setelah itu dilihat, apabila :
t-hitung > t-tabel berbeda signifikan (berarti H0 ditolak, dengan kata lain hipotesis penelitian ini diterima).
Hastarina, 2013
t-hitung < t-tabel tidak berbeda secara signifikan (berarti H0 diterima, dengan kata lain hipotesis penelitian ini ditolak).
d. Uji Hipotesis dengan Uji Wilcoxon
Jika pada uji normalitas data dihasilkan distribusi yang tidak normal, dan atau pada uji homogenitas varians diketahui bahwa varians kedua kelompok tidak sama (homogen), maka uji hipotesis akan dilakukan dengan jenis uji statistik nonparametrik yaitu dengan uji Wilcoxon.
Dalam uji Wilcoxon memerlukan ukuran pasangan yang sama banyak sehingga apabila pada kedua kelompok jumlah sampel yang digunakan tidak sama, maka anggota dari salah satu sampel harus dibuang, Langkah-langkah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Wilcoxon (Nurgana, 1985 : 27) adalah sebagai berikut:
1) Membuat daftar rank
Data kedua kelompok masing-masing diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar sehingga diperolah pasangan yang setaraf dari yang terendah hingga yang tertinggi ( pasangan yang setaraf merupakan syarat dari uji Wilcoxon). Nilai selisih kemudian diberi rank mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.
2) Menentukan nilai W
Nilai W (Wilcoxon) ialah bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan jumlah rank negatif. Jika ternyata jumlah rank positif sama dengan jumlah rank negatif, nilai W diambil salah satunya.
3) Menentukan nilai W dari daftar
Pada daftar W, harga n (sampel) yang paling besar adalah 25. Untuk n > 25, harga W dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
48
Keterangan :
W = nilai Wilcoxon n = jumlah sampel
x = 1,96 untuk taraf signifikan 5 % (α = 0,05).
4) Pengujian Hipotesis
Jika W hitung > W (α) n , maka H0 diterima, hipotesis penelitian ditolak. Jika W hitung < W (α) n , maka H0 ditolak, hipotesis penelitian diterima.
Pada penelitian ini digunakan uji Wilcoxon, karena pada uji normalitas diketahui bahwa data gain ternormalisasi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berdistribusi normal.
69
Hastarina, 2013
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran, Prinsip-Teknik-Prosedur. Cetakan ke-3. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
__________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Binham. (2012). 8 Manfaat Membaca. [Online]. Tersedia: http://cafemotivasi.com/8-manfaat-membaca/. [ 2 September 2012 ].
Bokunola, B.A.J., dan Idowu, O.D. (2012). “Effectiveness of Cooperative Learning
Strategies on Nigerian Junior Secondary Students’ Academic Achievement in
Basic Science”. British Journal of Education, society & Behavioural Science. 2, (3), 307-325
Carpenter, P.A., dan Just, M.A. (1980). “A Theory of Reading: From Eye Fixations
to Comprehension”. Journal of Psychological Review. 87, (4), 329-353.
Chindy. (2012). Sejarah Philips E.Vinon. [Online]. Tersedia: http://11097chn.blogspot.com/2012/03/philip-ewart-vernon.html [11 September 2012].
Clarke, P. (2010). “Using Speaking and Listening Activities to Support the
Development of Reading Comprehension Skills”. Makalah Presentasi pada Pusat Bahasa dan Membaca, University of York.
Cline, F., Johnstone, C., & King, T. (2006). Focus Group Reaction of Three Definition of Reading ( As Originally Developed Support of NARAP goal 1). Minneapolis, MN: National Accessible Reading Assessment Projects.
Dantes, N. (2012). Metode Penelitian (Cetakan ke-21).Yogyakarta: ANDI.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasiunal Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
70
Desi, T.L. (2013). Penerapan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Fang, Z., & Wei, Y. (2010). “Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research. 103, 262-273.
Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic Courses. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012].
Hake, R.R. (2007). Should We Measure Change? Yes!. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~hake. [22 Oktober 2012].
Hicok, S. (2000). “How Does the Use of Reading Strategies Improve Achievement in
Science for Language Minority Strudents ?”. Journal of Glasgow Middel
School, Fairfax County (VA) Public School. 3, (2), 1-12.
Hidayati, E.W. (2009). “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together Pada Siswa VII-A SMPN 2 Mojoanyar
Tahun Pelajaran 2009/2010”. Jurnal ORASI Unim Mojokerto. 6, (1), 1-13.
Ireland, J. D. (1987). The Effect of Reading Performance on High School Science Achievement. Tesis Master of Applied Science di Curtin University of Technology: tidak diterbitkan.
Johnson, D. W., dan Johnson, R. T. (1994). Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, adng Individualistic Learning. (Edisi ke-4). Boston: Ally & Bacon.
Jones, et al. (1994). Cooperative Learning. The Expert Educator. [Online]. Tersedia: http://www.neiu.edu/~sdundis/hrd310/cooperative.doc.pdf. [12 Januari 2013]. Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model
Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Komalasari. (2013). Penerapan Pembelajaran Inquiry dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Larson, Mary. (2012). Increasing Student Interest and Achievement in Science By Integrating Science and Reading in Elementary Grade. Tesis pada Science Education Montana State University Bozeman Montana: tidak diterbitkan.
Hastarina, 2013
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nenden. (2010). Implementasi Strategi Problem Solving Pada Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nurgana, E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: C.V. PERMADI. Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Ozsoy, N., dan Yildiz, N. (2004). “The Effect of Learning Together Technique of
Cooperative Learning Method on Student Achievement in Mathematics Teaching 7th Class of Primary School”. The Turkish Online Journal of Education Technology. 2, (7), 49-54.
Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.
Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Radcliffe, R. et al. (2008). “Improving Reading in A Middle School Science
Classroom”. Journal of Adolescent & Adult Literacy. 51, (5), 398-408.
Ridwan, S. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Seddon, G. M. (1978). “The Properties of Bloom’s Taxonomy of Educational objectives for the Cognitive Domain”. American Educational Research
Association. 48, (2), 303-323
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. (2009). Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Smit, K. A., Johnson, D. W., dan Johnson, R. T. (1981). “Can Conflict be Constructive? Controversy Versus Concurrence Seeking in Learning Groups”.
72
Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Varank, I., dan Kuzucuoglu, G. (2007). “The Effect of Learning Together Technique
of Cooperative Learning Method on Students’ Mathematics Achievement and
Cooperative Study Skills”. Journal of Elementary Education Online. 6, (3), 323-332.
Welfriyati, S. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together terhadap Hasil Belajar Sains Kimia Siswa Kelas VII SMP Negeri 18
Malang pada Pokok Bahasan Bahan Kimia dalam Makanan.Skripsi Sarjana