• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

B. Hasil analisa dan pembahasan 1. Analisis Deskriptif

3. Pengujian Hipotesis a.Uji Fa.Uji F

Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan varia bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok ataunot fit.

Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6 Uji F ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression ,000 4 ,000 73,485 ,000a Residual ,000 79 ,000 Total ,000 83

a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDR b. Dependent Variable: NPL

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19

Berdasarkan tabel 4.6 di atas nilai Fhitungdiperoleh 73,485 dengan

tingkat signifikan 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05

maka H0ditolak atau H1diterima dan nilai Fhitung> Ftabel(73,483 > 2,153) dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (84-4) = 2,153. Dapat disimpulkan bahwa jumlah Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Bank Size dan Inflasi berpengaruh terhadap variable Non Performing Loan.

b. Uji t

Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel 4.7 di bawah ini: Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000 LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000 SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002 Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061 INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746 a. Dependent Variable: NPL

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19

1) Uji t terhadap variabelLoan to Deposit Ratio(LDR)

Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) secara statistik menunjukkan hasil yang

signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1= -5,305 dan t tabel sebesar 1.991 (df (nk) 84-4 =

80, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-5,305 < -1.991 ). Maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh secara negatif signifikan terhadap variabel non performing loan KPR pada bank PERSERO.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Rajiv Ranjan dan Sarat Chandra Dhal, (2003), Siti Wahyuni (2011) yang menyatakan bahwa loan to deposit ratio memiliki pengaruh negatif terhadap perkembangan nilai non performing loan. Hal tersebut

kewajiban keuangan yang harus dibayar. Tingkat likuiditas dapat diukur antara lain dengan rasio keuangan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) yang merupakan rasio untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana oleh pihak ketiga.

Menurut Toby, Adolphus (2010) Sebagian besar bank dioperasikan dengan atas rata-rata loan to deposit ratio, meskipun tingkat kredit macet portofolio pada tingkat rata-rata. Sebagian besar bank memiliki rasio likuiditas yang melebihi rata-rata. Secara keseluruhan, sebagian besar bank di Nigeria memasuki era krisis global yang memiliki riwayat ketidakpatuhan dengan indikator kehati-hatian dasar. Posisi rata-rata dalam hal kredit macet portofolio bisa saja dipengaruhi oleh beberapa bank yang kuat dengan pembukuan bagus. Rasio likuiditas sebagian besar bank tampaknya berada di atas rata-rata industri dan dengan implikasi atas kehati-hatian Minimum Rasio Likuiditas (MLR) dari 40%.

Menurut Mulyono (2009:101). Semakin besar jumlah keseluruhan dana yang likuid di dalam sebuah bank maka angka non performing loan pada perbankan juga dapat di tanggulangi dengan likuiditas total asset yang mudah di cairkan tersebut.

2) Uji t Terhadap Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel suku bunga kredit statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai

lebih kecil dari α (0,000< 0,05). Sedangkan nilai t-hitung X2= 3,175 dan t tabel sebesar 1.991 (df (n–k) 84-4 = 80, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (3,175> 1.991). Maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh signifikan terhadap variable non performing loan KPR pada bank PERSERO.

Hasil penelitian ini mendukung dari hasil penelitian Triwibawanto Agus (2002), Honny K Tanudjaja(2006) yang menyatakan bahwa perubahan suku bunga Bank Indonesia akan mempengaruhi perubahan rasio non performing loan secara signifikan. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin besar kemungkinan nasabah kesulitan dalam melunasi kredit yang mereka pinjam.

3) Uji-t terhadapBank Size

Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel Bank size statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,061> 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 =

-1,904 dan t tabel sebesar 1.991 (df (n – k) 84-4 = 80, α = 0,05), sehingga -t hitung > -t tabel (-1,904 > -1.991 ). H0diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Bank Size tidak memiliki

pengaruh terhadap variable non performing loan KPR pada bank PERSERO.

Penelitian ini di dukung atas hasil yang telah di teliti oleh Salas dan Saurina (2002) menemukan hubungan negatif antara ukuran bank dan kredit macet dan berpendapat bahwa ukuran yang lebih besar memungkinkan untuk peluang diversifikasi lebih. Pada pembahasan literatur lain yang telah difokuskan pada tingkat konsentrasi pinjaman di berbagai sektor, dan mengusulkan bahwa kerentanan dalam sektor konsentrasi kredit yang tinggi cenderung memperburuk rasio non performing.

Namun pada penelitian lain hasil dari penelitian ini tidak searah dengan penelitian yang di kemukakan oleh Senyonga and Prabowo (2006), menunjukkan bahwa ukuran bank yang dilihat dari besarnya aset memiliki hubungan positif terhadap modal bank. Aset yang lebih besar akan mendorong likuiditas bank sehingga dapat meningkatkan modal mereka lebih besar juga. Penelitian lain yang dilakukan oleh

4) Uji-t terhadap Inflasi

Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel inflasi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai

lebih besar dari α (0,746> 0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 = 0,325dan t tabel sebesar -1.991 (df (n – k) 84-4 = 80, α = 0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap non performing loan KPR pada bank PERSERO.

Secara teoritis, meningkatnya tingkat inflasi berdampak pada kenaikan suku bunga, agar suku bungan riil tetap menarik. Namun pengaruh inflasi terhadap NPL industri tidak nampak jelas. Artinya tidak benar bahwa inflasi yang meningkat dapat meningkatkan kredit bermasalah sektor KPR.

Hal tersebut di karenakan ketika inflasi mengalami penurunan biasanya Bank Indonesia merespon dengan melakukan kebijakan menurunkan BI rate. Namun penurunan BI rate tersebut tidak secara langsung direspon oleh pihak perbankan dengan turut menurunkan suku bunga pinjaman dalam jangka pendek. Respon yang lambat yang dilakukan pihak perbankan disebabkan oleh masih belum pastinya kondisi makro ekonomi akibat krisis global yang terjadi pada 2008 sehingga pihak perbankan harus menjaga kehati-hatian dalam memberikan kredit dengan menetapkan suku bunga yang tinggi. Hal ini mengakibatkan bahwa inflasi pada periode penelitian menjadi tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah sektor KPR.

Penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Honny K Tanudjaja (2006) yang membahas tentang pengaruh non performing loan dengan beberapa fariabel makro seperti, tingkat

suku bunga, uang beredar, nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah. Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:

Dimana :

Y = Jumlah NPL sektor KPR bank PERSERO (dalam persentase) X1 =Loan to Deposit Ratio(dalam Persentase)

X2 = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (dalam persentase)

Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi dan hasil uji t di atas adalah sebagai berikut:

1) Apabila X1, X2, bernilai 0, maka nilai Y adalah 2,8% maksudnya adalah jika Bank PERSERO (sampel yang diambil) tidak melakukan operasional perbankan selama tahun penelitian dapat dikatakan bahwa dalam periode 2006-2012 jumlah non performing loan KPR berjumlah sebesar 2,8%.

2) X1= -0,017 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% nilai loan to deposit ratio (X1) akan menyebabkan turunnya nilai NPL sebesar

1,7%

3) X2 = 0,403 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% Suku Bunga

Sertifikat Bank Indonesia (X2) akan menyebabkan kenaikan nilai NPL sebesar 40,3%.

c. Uji Adjusted R Square (R2adj)

Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan,Adjusted R Square(R2adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.8 Uji R Square Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,888a ,788 ,777 ,0011449

a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDR b. Dependent Variable: NPL

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19 dengan SPSS19

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,777 atau sebesar 77,7%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh loan to deposit rasio, suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI), bank size dan Inflasi terhadap perubahan rasio non performing loan KPR pada Bank Persero adalah 77,7%, sedangkan sisanya sebesar 24,8% (100% - 75,2%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.

Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,888 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat dan positif karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,888 > 0,5. Dan hubungan ini menunjukan bahwa apabila variabel bebas naik maka variabel terikat akan naik, begitu pula sebaliknya apabila variabel bebas turun maka variabel terikatnya akan turun.

BAB V

Dokumen terkait