• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

3. Pengujian Hipotesis a.Uji t

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) disertai teknik concept map terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi jaringan pada tumbuhan. Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas diketahui bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t.

Perhitungan data hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6

Hasil Uji Hipotesis Polled Varians

Karakteristik H1 diterima

Ttabel Thitung Interpretasi

1,9882 7,6317 thitung 7,6317 > ttabel 1,9882

Kesimpulan uji t dilihat dengan membandingkan antara thitung dan ttabel. Jika thitung ≥ ttabel, maka H1 diterima apabila sebaliknya thitung < ttabel maka H1 ditolak. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui thitung > ttabel yaitu 7,6317 > 1,9882 hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak H1 diterima, artinya ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) disertai teknik Concept Map terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas XI IPA SMA

Al-Azhar 3 Bandar Lampung.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung pada peserta didik kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 4 sebagai kelas

kontrol. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) disertai teknik Concept Map, pada kelas kontrol proses pembelajaran menggunakan model Direct Instruction (DI). Peserta didik yang terlibat sebagai sampel pada penelitian ini sebanyak 87 peserta didik. Materi yang diajarkan adalah jaringan pada tumbuhan, untuk mengumpulkan data-data pengujian hipotesis, peneliti mengajarkan materi pencemaran lingkungan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan dilaksanakan untuk proses belajar mengajar dan 1 kali pertemuan dilaksanakan untuk evaluasi atau tes akhir (posttest) peserta didik sebagai data penelitian dengan bentuk tes uraian.

Soal tes akhir adalah instrumen yang sesuai dengan kriteria soal kemampuan berpikir kreatif dan sudah diuji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya beda sebagai uji kelayakan soal. Instrumen pada penelitian ini sebelumnya diuji validasi isi oleh validator dari jurusan pendidikan Biologi yaitu Bapak Akbar Handoko, M. Pd dan Ibu Ovi Prasetya Winandari, M.Si.

Proses pembelajaran pada kelas eksperimen pertemuan pertama pendidik memberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) disertai teknik Concept Map respon peserta didik

sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran, baik pada saat diskusi, presentasi maupun praktikum dilaboraturium. Sebelum memulai pelajaran pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu yaitu peserta didik dapat menjelaskan struktur jaringan pada tumbuhan, peserta didik dapat membuat concept

map tentang jaringan pada tumbuhan, peserta didik dapat menjelaskan fungsi berbagai struktur jaringan tumbuhan. Kemudian Pendidik mengintruksikan peserta didik membentuk kelompok menjadi 11 kelompok yang heterogen dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4 orang.

Peserta didik membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang terdiri atas beberapa masalah yang ada pada jaringan tumbuhan. Pendidik memberikan waktu kepada peserta didik agar mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah tersebut. Peserta didik menemukan permasalahan yang terdapat pada LKK. Peserta didik mengerjakan LKK dengan sangat kompak menjalin kerja sama didalam kelompoknya, peserta didik merumuskan masalah yang terdapat pada LKK kemudian untuk membuktikan hipotesis dari rumusan masalah peserta didik melakukan praktikum didalam laboraturium terkait jaringan pada tumbuhan. Peserta didik menyiapkan alat beserta bahan yang akan dipakai kemudian melakukan praktikum pada jaringan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dengan tertib dan penuh semangat. Kemudian peserta didik menemukan ide-ide untuk menjadi solusi dari permasalahan dan peserta didik menentukan kelemahan dan kelebihan dari ide-ide tersebut. Peserta didik menyimpulkan serta membuat concept map dari praktikum yang telah dilakukan. Peserta didik kembali kekelas dan mempresentasikan LKK yang telah dikerjakan. Peserta didik yang menjadi audiens menyiapkan pertanyaan untuk kelompok yang presentasi sehingga diskusi berjalan dengan aktif. Akhir pelajaran peserta didik dengan pendidik menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajarai hari ini.

Pada pertemuan kedua dikelas eksperimen awal pembelajaran pendidik menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dicapai yaitu peserta didik menjelaskan susunan jaringan pada tumbuhan monokotil, peserta didik dapat menjelaskan susunan jaringan pada tumbuhan dikotil. Kemudian pendidik mengintruksikan peserta didik untuk duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, sebelum memulai pembelajaran pendidik mengulas kembali materi sebelumnya supaya peserta didik tidak lupa. Pendidik menyajikan LKK terkait perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil selanjutnya peserta didik mencari fakta yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. Peserta didiik menemukan permasalahan yang terdapat di dalam LKK, peserta didik merumuskan permasalahan. Pendidik mengintruksikan peserta didik untuk praktikum didalam laboraturium untuk membuktikan hipotesis dari rumusan masalah yang telah dibuat. Sebelum memulai praktikum peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti mikroskop, awetan preparat, alat tulis, kemudian peserta didik mengamati preparat daun tumbuhan monokotil dan dikotil dengan menggunakan mikroskop. Pendidik membimbing jalannya praktikum. Peserta didik menemukan ide-ide untuk menjadi solusi pada permasalahan kemudian peserta didik menyimpulkan serta membuat concept map. Peserta didik memaparkan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. Peserta didik yang menjadi audiens diminta untuk menyiapkan pertanyaan agar diskusi berjalan dengn aktif dan semangat. Akhir pembelajaran peserta didik beserta pendidik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Pada pertemuan ketiga di kelas eksperimen sebelum memulai pembelajaran pendidik menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akandicapai yaitu peserta didik dapat mengkaitkan sifat totipotensi dengan teknik kultur jaringan, peserta didik dapat menjelaskan teknik kultur jaringan pada tumbuhan. Kemudian peserta didik duduk berdasarkan kelompok yang telah dibuat pada pertemuan pertama. Pendidik menyajikan LKK yang terdiri dari masalah mengenai kultur jaringan. Peserta didik mendiskusikan permasalahan terdapat pada LKK, peserta didik mencari fakta yang berkaitan dengan masalah tersebut, peserta didik menemukan permaslahan yang ada pada LKK. Kemudian karena keterbatasan alat dan bahan didalam laboraturium disekolah pendidik menyajikan video mengenai pembuatan tanaman menggunakan teknik kultur jaringan. Dari video tersebut peserta didik menemukan ide-ide untuk menjadi solusi dari permasalahan. Kemudian peserta didik menyimpulkan beserta

concept map. Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. . Peserta

didik yang menjadi audiens menyiapkan pertanyaan untuk kelompok yang presentasi sehingga diskusi berjalan dengan aktif dan semangat. Akhir pelajaran peserta didik dan pendidik menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari.

Pertemuan pertama dikelas kontrol pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu peserta didik dapat menjelaskan struktur jaringan pada tumbuhan, peserta didik dapat menjelaskan fungsi berbagai struktur jaringan tumbuhan. Kemudian pendidik meminta peserta didik agar dapat membuat ringkasan mengenai materi yang akan dibahas. Perwakilan beberapa pesera didik membacakan ringkasan

materi yang telah dibuat agar peserta didik mulai mengenal materi yang akan dibahas. Untuk pelatihan selanjutnya pendidik membagi peserta didik menjadi 8 kelompok kemudian peserta didik duduk berdasarkan kelompok, peserta didik merumuskan masalah. Peserta didik praktikum didalam laboraturium didampingi oleh pendidik. Sebelum melakukan praktikum peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian peserta didik melakukan pengamatan akar dan batang tanaman pada tumbuhan monokotil dan dikotil. Peserta didik memubuat kesimpulan dari hasil praktikum dan mengumpulkan LKK kepada pendidik. Akhir pelajaran peserta didik beserta pendidik menyimpulkan meteri yang telah dibahas.

Pertemuan kedua dikelas kontrol sebelum pelajaran dimulai pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu peserta didik dapat menjelaskan struktur jaringan pada tumbuhan, peserta didik dapat menjelaskan fungsi berbagai struktur jaringan tumbuhan. Kemudian pendidik mengulas kembali materi yang telah dibahas agar peserta didik mengingat kembali. Pendidik meminta peserta didik untuk membuat ringkasan materi terkait materi yang akan dipelajari kemudian pendidik bertanya kepada peserta didik. Peserta didik duduk berdasarkan kelompok yang sebelumnya pendidik memberikan LKK, peserta didik mengerjakan LKK yang diberikan oleh pendidik. Peserta didik melaksanakan praktikum didalam laboraturium. Sebelum memulai praktikum peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti mikroskop, awetan preparat jaringan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil kemudian peserta didik mulai mengamati jaringan daun dengan menggunakan mikroskop. Peserta didik mencatat hasil pengamatan dan

menyimpulakan dari hasil praktikum yang telah dilakukan dan mengumpulkan LKK kepada pendidik. Akhir pelajaraan peserta didik beserta pendidik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Pada pertemuan ketiga di kelas kontrol sebelum pendidik memulai pelajaran pendidik menyampaikan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu peserta didik dapat mengkaitkan sifat totipotensi dengan teknik kultur jaringan, peserta didik dapat menjelaskan teknik kultur jaringan pada tumbuhan. Kemudian pendidik meminta peserta didik membuat ringkasan materi tentang sifat totipotensi dan kultur jaringan. Pendidik memberi beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Kemudian peserta didik duduk sesuai dengan kelompok yang sudah dibuat, pendidik membagikan LKK dan menampilkan video terkait teknik kultur jaringan. Peserta didik mengerjakan LKK kemudian mengumpulkan kepada peserta didik. Kemudian peserta didik dan pendidik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Akhir pembelajaran pada kelas eksperimen penulis menyimpulkan bahwa respon peserta didik dari fase awal sampai akhir pembelajaran lebih semangat, aktif dan kreatif sehingga hasil tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat meningkat. Hasil tes kemampuan berpikir peserta didik kelas eksperimen didapatkan nilai tertinggi sebesar 98, nilai terendah 65 serta nilai rata-rata sebesar 80,2. Sedangkan pada kelas kontrol peserta didik kurang semangat dalam proses pembelajaran sehingga kemampuan berpikir kreatif peserta didik tidak tampak. Hasil

tes kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol didapatkan nilai tertinggi 83, nilai terendah 50 serta nilai rata-rata sebesar 64,3.

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran CPS disertai teknik concept map tetap lebih baik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction (DI). Karena dengan menggunakan model pembelajaran CPS disertai teknik concept map pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator untuk memperbaiki materi yang belum dimengerti oleh peserta didik. Dan yang harus ikut serta dan berperan dalam pelaksanaan pembelajaran ialah peserta didik itu sendiri. Ini membuktikan bahwa model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran didalam kelas yang nantinya akan berpengaruh pula terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Perolehan nilai posttest indikator kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen diperoleh nilai ketercapaian masing-masing indikator yaitu indikator berpikir lancar (fluency) dengan sub indikator mencetuskan banyak gagasan jawaban, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban sebesar (80%). Indikator berpikir luwes

(flexibility) dengan sub indikator menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan

yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran sebesar (83%). Indikator berpikir orisinil (originality)

dengan sub indikator mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, mikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur sebesar (81%). Indikator berfikir elaborasi (elaboration) dengan sub indikator mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, sub indikator menambah atau merinci detail-detail suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik sebesar (73%).

Perolehan nilai posttest indikator kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol diperoleh nilai pada tiap-tiap indikator yang juga berbeda dengan kelas eksperimen. yaitu indikator berpikir lancar (fluency) dengan sub indikator mencetuskan banyak gagasan jawaban, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban sebesar (63%). Indikator berpikir luwes (flexibility) dengan sub indikator menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran sebesar (64%). Indikator berpikir orisinil (originality) dengan sub indikator mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, mikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur sebesar (71%). Indikator berfikir elaborasi (elaboration) dengan sub indikator mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, sub indikator

menambah atau merinci detail-detail suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik sebesar (57%).

Ketercapaian yang berbeda dari kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena pada kelas kontrol peserta didik hanya menerima materi dari guru yang menyebabkan nilai masing-masing indikator kemampuan berpikir peserta didik pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Pada kelas kontrol model pembelajaran yang digunakan pendidik yaitu model pembelajaran direct instruction (DI). Pada model pembelajaran DI pendidik yang lebih aktif dibandingkan peserta didik sehingga peserta didik kurang memahami materi. Pada kelas eksperimen model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) yang merupakan model pembelajaran berbasis pemecahan masalah secara kreatif yang memusatkan kepada peserta didik agar peserta didik berimajinasi dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Selain menggunakan model pembelajaran CPS pendidik juga menggunakan teknik pembelajaran concept map yaitu teknik pembelajaran yang menggambarkan hubungan dan organisasi sebuah konsep yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, agar peserta didik mudah memahami keterkaitan antara konsep yang akan dipelajari.

Adapun jumlah persentase nilai pada kelas eksperimen (XI IPA 3) dengan menggunakan model pembelajaran CPS disertai teknik concept map pada materi jaringan pada tumbuhan : peserta didik yang mendapat nilai 80-100 sebanyak 24 peserta didik atau 55 %, peserta didik yang mendapat nilai 70-79 sebanyak 14 peserta didik atau 31,8 %, sedangkan peserta didik yang mendapatkan nilai 60-69 sebanyak 6

peserta didik atau 13,6 %. Sedangkan jumlah persentase nilai pada peserta didik kelas kontrol (XI IPA 4) dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction (DI) pada materi jaringan pada tumbuhan : peserta didik yang mendapatkan nilai 80-89 sebanyak 7 peserta didik atau 16,2 %, peserta didik yang mendapatkan nilai 60-69 sebanyak 13 peserta didik atau 30,2 %, sedangkan peserta didik yang mendapatkan nilai 50-59 sebanyak 16 peserta didik atau 37,2 %. Bersadarkan persentase hasil tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas eksperimen (XI IPA 3) mengalami persentase hasil tes kemampuan berpikir kreatif lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol (XI IPA 4).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan model pembelajaran CPS disertai teknik concept map membuat peserta didik aktif dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat, dapat memecahkan masalah secara kreatif serta dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi jaringan pada tumbuhan sehingga pada proses pembelajaran peserta didik merasa senang dan tidak bosan. Selain itu, model pembelajaran CPS juga mempunyai kelebihan yaitu dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan, dapat membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran, Dapat lebih mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik karena disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberi keleluasaan kepada peserta didik untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri, dapat lebih mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, membangun hipotesis, dan percobaan

untuk memecahkan suatu masalah, dan dapat membuat peserta didik lebih dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya kedalam situasi baru. namun model pembelajaran CPS juga memiliki kelemahan yaitu adanya perbedaan level pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghadapi masalah merupakan tantangan bagi guru, peserta didik mungkin mengalami ketidaksiapan untuk menghadapi masalah baru yang dijumpai di lapangan, model pembelajaran ini mungkin tidak terlalu cocok diterapkan untuk siswa taman kanak-kanak atau kelas-kelas awal sekolah dasar, membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mempersiapkan siswa melakukan tahap-tahap dalam CPS. Sehingga penulis menambahkan teknik Concept Map dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan perbedaan proses pembelajaran pada kelas eksperimen serta kelas kontrol tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran CPS disertai teknik

concept map pada kelas eksperimen peserta didik lebih terarah dan lebih aktif, karena

peserta didik turut aktif dalam mengikuti tahapan-tahapan yang harus dilalui pada model pembelajaran CPS, selain itu peserta didik lebih memahami konsep pada materi jaringan pada tumbuhan sehingga belajar menjadi lebih bermakna, peserta didik lebih kreatif didalam pembelajaran karena peserta didik kelas eksperimen mencapai indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu yang pertama berpikir lancar

(fluece) dimana peserta didik mencetuskan banyak gagasan dan jawaban dalam

menyelesaikan masalah, dan selalu memikirkan banyak jawaban. Kedua yaitu berpikir luwes (fleksibility) peserta didik bisa melihat suatu masalah dari sudut pandang berbeda-beda. Ketiga yaitu berpikir orisinil (originality) dimana peserta

didik mampu malahirkan gagasan yang baru serta unik. Keempat yaitu berpikir elaborasi (elaboration) dimana peserta didik mamapu memperbanyak serta mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Perbedaan tersebut juga menunjukan model pembelajaran yang sesuai pada karakteristik peserta didik serta sesuai dengan materi sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar didalam kelas yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil analisis data baik pada uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis yang telah diinterpretasikan, uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat yang pertama dalam menentukan uji hipotesis yang akan dilakukan. Pada kelas kontrol uji normalitas dengan taraf signifikan 5 % (0,05), menunjukan bahwa Lhitung ˂ Ltabel maka data tersebut dinyatakan berdistribusi nornal. Pada kelas eksperimen didapatkan hasil uji normalitas Lhitung ˂ Ltabel maka data tersebut dinyatakan berdistribusi nornal. Selanjutnya uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varians populasi data adalah sama atau tidak. Uji ini digunakan sebagai prasyarat yang kedua dalam menentukan uji hipotesis yang akan digunakan. Uji homogenitas pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa Fhitung˂ Ftabel maka data tersebut dinyatakan homogen.

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya data tersebut di uji hipotesis

dengan menggunakan uji t. Dari hasil uji t diperoleh Thitung˃ Ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak. dengan demikian, hipotesis penulis diterima. sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh model pembelajaran creative problem solving (CPS) disertai teknik concept map terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi jaringan pada tumbuhan kelas XI IPA SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dibanding hasil tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas kontrol.

Hasil penelitian ini kemudian diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nikmatul Fitriyah, Sulifah Aprilya Hariani, Kamalia Fikri yang disimpulkan bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving dengan mind

mapping berpengaruh sangat signifikan (Sig.=0,00) terhadap hasil belajar kognitif

siswa. Siswa kelas VII SMP Negeri 11 Jember dengan rerata nilai pre-test kelas eksperimen sebesar 68,70 dan kelas kontrol sebesar 58,26; sedangkan rerata nilai post-test kelas eksperimen sebesar 86,18 dan kelas kontrol sebesar 72,63.1 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Danik Wahyuningsih, Harlita, Joko Ariyanto mendapat kan hasil bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran aktif Mind maps terhadap hasil belajar ranah afektif siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2

1

Nikmatul Fitriyah, Sulifah Aprilya Hariani, Kamalia Fikri. Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Mind Mapping terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar IPA Biologi. Program Studi Pendidikan Biologi, Pendidikan MIPA, FKIP, Universitas Jember. (diakses tanggal 04 Februari 2017). 2015, h. 6.

Karanganyar dan ada pengaruh strategi pembelajaran aktif Mind maps terhadap hasil belajar ranah psikomotorik siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Karanganyar.2

2

Danik Wahyuningsih, Harlita, Joko Ariyanto, pengaruh strategi pembelajaran aktif mind maps terhadap hasil belajar biologi siswa kelas xi ipa sma negeri 2 karanganyar Program studi Pendidikan Biologi, FKIP, UNS. 2011, h. 7.

KESIMPULAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran creative problem solving (CPS) disertai teknik concept map terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi jaringan pada tumbuhan kelas XI IPA SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, ada beberapa hal yang perlu peneliti sarankan yaitu sebagai berikut:

1. Kepada peserta didik : hendaknya dapat mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran creative problem solving (CPS) disertai teknik concept map dengan baik sesuai dengan arahan pendidik.

2. Kepada guru : hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik.

3. Kepada pihak sekolah : hendaknya pihak sekolah menjadikan model pembelajaran sebagai program peningkatan kinerja pendidik.

4. Kepada peneliti selanjutnya : dapat melakukkan pengembangan lebih lanjut

Dokumen terkait