• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Pengujian Kriteria Statistik a.Uji F

Nilai probabilitas F statistik harus lebih kecil dari taraf nyatanya sehingga dapat diindikasikan bahwa setidaknya ada satu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 6, nilai

probabilitas F statistik pada persamaan regresi untuk variabel dependen

volume permintaan ekspor CPO Indonesia memiliki nilai 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyatanya (10%) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada setidaknya satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap

volume permintaan ekspor CPO Indonesia. b. Uji-t

Pada persamaan regresi volume permintaan ekspor CPO Indonesia, ditunjukkan bahwa variabel independen yakni black campaign, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir, harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan, harga minyak kedelai internasional dan GDP riil perkapita negara importir memiliki nilai probabilitas lebih kecil daripada taraf nyata 10%. Hal ini berarti bahwa variabel independen tersebut secara individu berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor CPO Indonesia.

c. Uji

Pada persamaan regresi untuk variabel volume permintaan ekspor CPO Indonesia, didapatkan nilai R-squared sebesar 96.89%. Nilai ini menunjukkan bahwa 96.89% perubahan variabel dependen (volume ekspor CPO Indonesia) dapat dijelaskan oleh variabel independen (nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir, GDP riil perkapita negara importir, harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan, harga internasional CPO, harga internasional minyak kedelai dan black campaign), sedangkan sisanya yaitu 3.11% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Volume Ekspor CPO Indonesia Menurut Hasil Analisis Panel Data a. Harga Internasional CPO di Pasar Dunia

Berdasarkan hasil analisis permintaan ekspor CPO Indonesia menggunakan regresi data panel diperoleh nilai P value harga internasional CPO sebesar 0.19 yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan

volume ekspor CPO Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. b. Black Campaign

Berdasarkan hasil analisis permintaan ekspor CPO Indonesia menggunakan regresi data panel diperoleh nilai P value black campaign

sebesar 0.08 yang berarti berpengaruh nyata terhadap volume permintaan ekspor CPO Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. Memiliki koefisien variabel yang bernilai 0.27 dan bernilai negatif sesuai hipotesis. Artinya jika

black campaign meningkat sebesar satu persen maka akan menurunkan

volume permintaan ekspor CPO sebesar 0.27%, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roberto Akyuwen dan Arifin Indra pada 2011 yang mendapatkan hasil bahwa black campaign

berpengaruh negatif terhadap volume ekspor CPO. Oleh karena itu, pentingnya penerapan industri kelapa sawit yang berkelanjutan dan melakukan klaim bahwa CPO Indonesia sesuai dengan standar mutu internasional agar Indonesia dapat terbebas dari dampak black campaign.

c. Harga Internasional Minyak Kedelai (Soybean Oil) di Pasar Dunia

Berdasarkan hasil analisis permintaan ekspor CPO Indonesia menggunakan regresi data panel diperoleh nilai P value harga internasional minyak kedelai sebesar 0.04 berarti berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor CPO Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen. Memiliki koefisiem variabel yang bernilai 1.06 dan bernilai positif sesuai hipotesis. Artinya, jika harga internasional minyak kedelai (soybean oil) meningkat sebesar satu persen akan meningkatkan volume permintaan ekspor CPO sebesar 1.06%,

ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roberto Akyuwen dan Arifin Indra pada 2011 yang mendapatkan hasil bahwa harga internasional minyak kedelai berpengaruh secara positif terhadap

volume ekspor CPO. Minyak kedelai adalah komoditas minyak nabati substitusi dari CPO dimana banyak dihasilkan oleh negara-negara barat. d. Harga Ekspor CPO Indonesia ke Negara Tujuan

Variabel harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap volume ekspor CPO Indonesia pada taraf nyata sepuluh persen dengan P value sebesar 0.00. Hasil uji tersebut sesuai dengan hipotesis. Dari hasil analisis permintaan ekspor CPO Indonesia diketahui bahwa variabel harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan koefisien variabelnya bernilai negatif sebesar 0.06. Artinya, jika harga ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan meningkat sebesar satu persen akan menurunkan

volume permintaan ekspor CPO sebesar 0.06%, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roberto Akyuwen dan Arifin Indra pada 2011 yang mendapatkan hasil bahwa harga ekspor CPO Indonesia berpengaruh secara positif terhadap volume ekspor CPO Indonesia. Peningkatan harga ekspor CPO dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah harga internasional CPO dan kondisi perekonomian global. e. GDP Riil Perkapita Negara Importir

Dari hasil analisis permintaan volume ekspor CPO dapat diketahui bahwa variabel GDP riil per kapita negara importir berpengaruh nyata pada taraf nyata sepuluh persen dengan P value sebesar 0.00. Koefisien variabel GDP riil perkapita negara importir sebesar 2.29 menunjukkan bahwa jika GDP riil per kapita negara importir meningkat sebesar satu persen akan meningkatkan

volume permintaan ekspor CPO Indonesia sebesar 2.29%, ceteris paribus. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan bahwa GDP riil per kapita negara importir berpengaruh positif terhadap volume permintaan ekspor CPO Indonesia. Terjadinya krisis global pada 2008 menyebabkan menurunnya daya beli pada sejumlah importir CPO, tidak hanya negara-negara barat namun juga negara-negara di Asia yang terkena dampak dari krisis global tersebut.

f. Nilai Tukar Riil Rupiah Terhadap Mata Uang Negara Importir

Hasil analisis permintaan ekspor CPO Indonesia diperoleh variabel nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir berpengaruh signifikan pada taraf nyata sepuluh persen dengan P value sebesar 0.00. Dalam hipotesis, telah dikemukakan bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir memiliki hubungan negatif, artinya jika nilai tukar riil rupiah terapresiasi maka akan menyebabkan volume permintaan ekspor CPO Indonesia menurun. Koefisien variabel sebesar 0.32 yang artinya bila terjadi

apresiasi pada nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara importir sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan volume ekspor CPO Indonesia di negara tujuan sebesar 0.32%, ceteris paribus. Ketika terjadi depresiasi pada rupiah terhadap mata uang negara importir maka harga CPO Indonesia di negara pengimpor lebih murah dan Indonesia cenderung untuk melakukan eskpor dikarenakan harga jual CPO lebih tinggi di pasar internasional dibandingkan pasar domestik.

Dokumen terkait