• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Analisa Asam Lemak Bebas (ALB/FFA) a. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan kadar ALB dari CPO produksi b. Dasar Teori

Asam lemak bebas dapat dinetralkan dengan alkali standar (NaOH/KOH). Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak.

Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi asam-asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak yang dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol (Naibaho, 1998).

c. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer, timbangan analitik, hot plate, gelas ukur, pipet, automatic buret, alat tulis, kalkulator. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu crude palm oil (CPO), isoprofi alcohol (IPA), indikator pp (phenolphthalein), larutan NaOH 0,1 n .

d. Prosedur Kerja

1. Timbang 5 gram minyak dalam erlenmeyer (250 ml).

2. Ambil larutan ipa (isoprofil alkohol) sebanyak 50 ml dan masuk ke dalam erlenmeyer lain (250 ml).

3. Tambahkan 3 tetes pp (phenolpthalein) dalam larutan ipa

4. Titrasi dengan NaOH tetes demi tetes kedalam larutan ipa sampai larutan berwarna jingga.

5. Masukkan larutan ipa ke dalam erlenmeyer berisi minyak.

6. Letakkan keatas hot plate untuk dipanaskan sampai minyak mendidih sambil digoyang-goyangkan.

7. Setelah mendidih, titrasi dengan NaOH tetes demi tetes.

8. Goyang-goyang hingga timbul berwarna jingga yang tidak hilang selama 30 detik kemudian hentikan titrasi.

e. Hasil yang Dicapai

Asam lemak bebas dapat menentukan derajat ketinggian mutu kelapa sawit. Makin tinggi ALB, mutu minyak yang akan dihasilkan semakin rendah karena akan lebih mudah mengalami ketengikan. Penentuan kadar ALB ini merupakan suatu proses untuk mengetahui kualitas minyak suatu perusahaan, asam lemak bebas (ALB) terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi asam -asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak. Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol. Maka dari itu perusahaan menginginkan standar ALB < 3 % jika melewati angka ini maka kualitas dalam pemasarannya menurun bahkan sampai pengolahan selanjutnya.

Standar ALB yang ditetapkan oleh perusahaan sudah memenuhi standar SNI yaitu <3%, maka dengan itu kualitas CPO di PT. TELEN Pangadan Baay Mill di sebut sebagai golden CPO.

2. Analisa Kadar Air a. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan kadar air dari CPO produksi b. Dasar Teori

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan (Naibaho, 1998).

c. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu piring Kristal, timbangan analitik, oven, desikator, kalkulator, alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu crude palm oil (CPO). d. Prosedur Kerja

1. Piring kristal dikeringkan dalam oven selama 15 menit pada suhu 105°c. 2. Dinginkan kedalam desikator selama ½ jam.

3. Piring kristal yang telah kering di timbang (w1) 4. Sampel ditimbang sebanyak 20 gram (w2)

5. Minyak dikeringkan selama 4 jam pada temperatur 105°c. 6. Sampel tersebut didinginkan dalam desikator selama ½ jam. 7. Sampel yang telah dingin ditimbang (w3).

8. Setelah dianalisa kadar air minyak, minyak tadi akan langsung dianalisa kadar kotorannya.

e. Hasil yang Dicapai

PT. TELEN Pangadan Baay Mill memiliki standar kadar air 0,2%. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan di laboratorium PT. TELEN Pengadan Baay Mill analisa kadar air memiliki nilai 0,2% artinya kadar air CPO sudah memenuhi standar yang dikeluarkan oleh perusahaan. Standar kadar air CPO menurut SNI yaitu 0.15% sehingga standar kadar air yang disyaratkan oleh perusahaan belum memenuhi standar yang dikeluarkan SNI.

3. Analisa Kadar kotoran a. Tujuan

Untuk mengetahui kandungan kadar kotoran dari minyak/CPO produksi. b. Dasar Teori

Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam n-heksane dan petroleum ether. Kadar kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang residu kering setelah dipisahkan dari contoh dengan menggunakan pelarut (Naibaho, 1998).

c. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu gooch curcible, oven, kertas filter whatman,

desikator, piring kristal, vacuum pump, timbangan analitik, kalkulator. Sedangkan

bahan yang digunakan yaitu sampel kadar air CPO, larutan hexana. d. Prosedur Kerja

2. Dicuci dengan hexana ± 10 ml kemudian masukkan kedalam oven untuk dikeringkan pada temperatur 105°c selama ½ jam.

3. Dinginkan kedalam desikator ± ½ jam kemudian ditimbang gooch crucible beserta filternya (w1)

4. Piring kristal di nol kan pada saat penimbangan kemudian sampel diambil sebanyak 20 gram. (w2)

5. Campurkan hexana ke dalam sampel sebanyak 100 ml yang telah disaring kemudian diaduk hingga larut dalam minyak.

6. Sampel dituang ke dalam gooch crucible yang dihisap oleh vacum pump.

7. Piring kristal di cuci menggunakan hexana baru untuk memindahkan minyak yang masih ada dalam piring kristal. Demikian juga sisa-sisa minyak yang menempel pada gooch crucible.

8. Matikan vacum pump kemudian angkat gooch crucible. Usap dibagian luar gooch

crucible menggunakan tissue hingga bersih dan keringkan dalam oven pada suhu

105°c selama ½ jam.

9. Gooch crucible di dinginkan dalam desikator selama ½ jam kemudian ditimbang (w3)

e. Hasil yang Dicapai

Kadar kotoran yang ada dalam CPO di pabrik kelapa sawit (PKS) ini berkisar antara 0,013-0,015%.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil praktek kerja lapang di PT. TELEN Pengadan Baay Mill yaitu :

1. Proses pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) yang ada di PT.TELEN Pengadan Baay Mill adalah pemanenan, transportasi buah, penerimaan buah, penimbangan buah, penimbunan buah, perebusan, penebahan/bantingan, pelumatan buah, ekstraksi / pengepresan minyak, pemurnian minyak, dan penyimpanan minyak (CPO). Sedangkan untuk pengolahan inti sawit yang ada di PT. TELEN Pengadan Baay Mill adalah pemisahan biji dan ampas, pemeraman, pemecahan biji, pemisahan inti dan cangkang, pengeringan inti, penyimpanan inti.

2. Teori proses kelapa sawit yang didapatkan di bangku kuliah sama dengan yang ada di PT. TELEN Pengadan Baay Mill, tapi dalam pemanenan yang didapat di bangku kuliah menggunakan fraksi dalam kematangan buah kelapa sawit sedangkan yang ada di PT. TELEN tidak menggunakan fraksi karena perusahaan mengganggap apa bila menggunakan fraksi akan mengalami kerugian di saat didodos buah akan banyak membrondol dan busuk tetapi perusahaan memiliki teori tersendiri apa bila buah sudah jatuh 3-4 brondol berarti buah sudah matang dan kerugian berkurang.

3. Dari hasil analisa mutu CPO didapatkan bahwa CPO yang dihasilkan oleh PT.TELEN Pengadan Baay Mill sudah memenuhi standar yaitu ALB < 3%, kadar air < 0,20% , dan kadar kotoran <0,02%. Dan hasil analisa mutu kernel

didapatkan bahwa kernel yang dihasilkan oleh PT. TELEN Pengadan Baay Mill sudah memenuhi standar yaitu kadar air < 7% dan kadar kotoran < 6%.

B. SARAN

1. Kegiatan penimbangan seharusnya satpam lebih mengawasi sopir yang masih menyalakan mesin truknya pada saat dilakukan penimbangan.

2. Kegiatan pemasukan brondolan ke truk di TPH lebih diawasi karena masih banyak karung brondolan yang masuk ke loading ramp sehingga mengganggu proses pengolahan dan membuat conveyor menjadi rusak karena tersangkut benang-benang dari karung.

3. Sebaiknya perusahaan memiliki peraturan yang lebih tegas tentang membuang sampah untuk para karyawan pabrik dan memberikan tong sampah yang mencukupi di dalam pabrik.

Dokumen terkait