• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Modem Wavecom

C. Pengujian Modem Wavecom

Pada sistem pendeteksi banjir ini, Modem Wavecom digunakan untuk mengirim pesan (SMS) dengan memanfaatkan jaringan operator yang ada. Dimana jika sensor ultrasonik mendeteksi level ketinggian air menunjukan keadaan banjir, maka sensor akan mengirimkan sinyal ke pengontrol utama (mikrokontroler ATmega32) dan selanjutnya dikirimkan ke modem.

66 Gambar 4.2 Pengujian Modem Wavecom

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kecepatan pengiriman pesan (SMS) oleh operator jaringan ke operator jaringan lainnya. Dimana nantinya kita bisa menganalisa jaringan operator mana yang akan kita gunakan sebagai operator pengirim pesan (SMS) untuk sistem pendeteksi banjir tersebut. Pada pengujian ini dilakukan pengujian dengan cara manual, yaitu dengan cara menghitung waktu ketika modem mengirimkan pesan hingga pesan diterima. Hasil dari pengujian pengiriman pesan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

67 Table 4.2 Perbandingan Kecepatan Pengiriman Pesan (SMS)

Operator Jaringan Kecepatan Pengiriman Pesan Pengirim disimpulkan bahwa operator jaringan yang akan digunakan pada sistem pendeteksi banjir ini dapat berpengaruh pada kecepatan pengiriman pesan. Berikut ini adalah perintah yang digunakan untuk melakukan pengiriman SMS dari mikrokontroler ATmega 32 ke modem.

68 void sms1()

{

printf("AT");

printf("AT+CMGF=1");

putchar(10);

putchar(13);

delay_ms(20);

printf("AT+CMGS=");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

printf("082178807849");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

putchar(10);

putchar(13);

delay_ms(20);

printf("Kategori Air : Level 1 Air Dalam Keadaan Normal");

putchar(26);

putchar(13);

delay_ms(20);

tampilan_pesan();

69 }

void sms2() {

printf("AT");

printf("AT+CMGF=1");

putchar(10); 65 putchar(13);

delay_ms(20);

printf("AT+CMGS=");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

printf("082178807849");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

putchar(10);

putchar(13);

delay_ms(20);

printf("Kategori Air : Level 2 Waspada Banjir Akan Datang");

putchar(26);

putchar(13);

delay_ms(20);

70 tampilan_pesan();

}

void sms3() {

printf("AT");

printf("AT+CMGF=1");

putchar(10);

putchar(13);

delay_ms(20);

printf("AT+CMGS=");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

printf("082178807849");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

putchar(10);

putchar(13); 66 delay_ms(20);

printf("Kategori Air : Level 3 Banjir Level 1 Akan Terjadi");

putchar(26);

putchar(13);

71 delay_ms(20);

tampilan_pesan();

}

void sms4() {

printf("AT");

printf("AT+CMGF=1");

putchar(10);

putchar(13);

delay_ms(20);

printf("AT+CMGS=");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

printf("082178807849");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

putchar(10);

putchar(13);

delay_ms(20);

printf("Kategori Air : Level 4 Banjir Level 2 Akan Terjadi");

putchar(26);

72 putchar(13);

delay_ms(20);

tampilan_pesan();

}

void sms5() {

printf("AT"); 67

printf("AT+CMGF=1");

putchar(10);

putchar(13);

delay_ms(20);

printf("AT+CMGS=");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

printf("089611381649");

delay_ms(20);

putchar('"');

delay_ms(20);

putchar(10);

putchar(13);

delay_ms(20);

printf("Kategori Air : Level 5 Banjir Level 3 Akan Terjadi");

73 mikrokontroler dalam melakukan pengiriman SMS yaitu mikrokontroler pertama kali mengirimkan data ke modem dengan menggunakan perintah “AT” dimana perintah ini digunakan untuk mengetahui bahwa modem telah terhubung ke mikrokontroler, jika modem telah terhubung dengan mikrokontroler maka modem nantinya akan mengirimkan balasan ready ke mikrokontroler. Selanjutnya mikrokontroler akan mengirimkan perintah “AT+CMGF=1”, pada bagian ini dinyatakan bahwa mikrokontroler tersebut ingin mengirim pesan berupa pesan teks. Kemudian pada perintah “AT+CMGS=” menyatakan bahwa mikrokontroler ingin memasukkan nomor handphone yang dituju yang mana kemudian akan diikuti dengan pesan yang akan dikirim.

D. Program Pengujian Buzzer

Pada alat pendeteksi banjir ini selain SMS digunakan juga buzzer sebagai penanda bahwa banjir datang, adapun program yang digunakan adalah sebagai berikut :

if(level==3)

74 buzzer tersebut dibedakan berdasarkan delay. Dari potongan program di atas pada saat banjir level 3 maka suara buzzer akan di delay selama 1000 ms kemudian pada saat banjir level 4 maka suara buzzer akan di delay selama 400 ms, sedangkan pada saat banjir level 5 maka suara buzzer akan di delay selama 100 ms. Dengan adanya perbedaan delay tersebut maka suara buzzer yang akan dikeluarkan nantinya memiliki 3 macam suara dengan demikian maka lebih mempermudah orang dalam mengenali level ketinggian banjir yang datang melalui perbedaan suara buzzer.

75 E. Analisa

Berdasarkan hasil pengukuran dapat dianalisa bahwa Sistem Pendeteksi Banjir Berbasis Mikrokontroler ATmega 32 dan SMS Gateway ini menggunakan sumber tegangan yang berasal dari panas matahari. Dimana panas matahari tersebut diserap oleh panel surya (solar cell) lalu diubah ke dalam bentuk arus listrik kemudian arus listrik disimpan kedalam baterai. Tegangan yang dihasilkan oleh panel surya (solar cell) ini maksimal 20volt dan minimal 8volt sehingga rangkaian ini dapat bekerja meskipun di tempat yang jauh dari sumber listrik.

Sistem ini bekerja ketika sensor ultrasonik membaca pelampung yang berada pada permukaan air dengan memancarkan gelombang yang kemudian dipantulkan kembali kemudian diterima oleh sensor ultrasonik. Setelah itu sensor mengubah hasil pengukuran tersebut ke dalam bentuk sinyal listrik yang kemudian masuk kedalam mikrokontroler melalui port PC7 dan VCC masuk ke rangkaian regulator sebagai penstabil. Ketika sinyal masuk ke mikrokontroler, maka sinyal tersebut akan diproses dan dikirim ke bagian penerima yaitu rangkaian LCD, rangkaian buzzer, rangkaian modem wavecom yang terhubung pada port mikrokontroler.

Pada sistem pendeteksi banjir ini memiliki 5 kategori level air dan 5 kondisi air:

1. Kategori level air 5

Pada kategori level air 5, Jarak sensor dengan pemukaan air adalah lebih dari 10cm dan kurang dari 15cm, disini kondisi air menunjukan akan terjadinya banjir level 3.

2. Kategori level air 4

Pada kategori level air 4, Jarak sensor dengan pemukaan air adalah lebih dari 15cm dan kurang dari 20cm, disini kondisi air menunjukan akan terjadinya banjir level 2.

76 3. Kategori level air 3

Pada kategori level air 3, Jarak sensor dengan pemukaan air adalah lebih dari 20cm dan kurang dari 25cm, disini kondisi air menunjukan akan terjadinya banjir level 1.

4. Kategori level air 2

Pada kategori level air 2, Jarak sensor dengan pemukaan air adalah lebih dari 25cm dan kurang dari 30cm, disini kondisi air menunjukan waspada banjir.

5. Kategori level air 1

Pada kategori level air 1, Jarak sensor dengan pemukaan air adalah lebih dari 30cm, disini kondisi air normal.

Gambar 4.3 Gambar Alat Keseluruhan

77 F. Simulasi Alat Pendeteksi Banjir Diasumsikan pada Bendungan Bili-Bili

Pada alat pendeteksian ini terdapat 5 kategori kondisi air, berikut ini adalah kategori-kategori kondisi air :

1. Normal

Pada kategori ini level ketingian air kurang dari 60cm.

2. Siaga 4

Pada kategori ini level ketingian air lebih dari 60cm hingga kurang dari 80cm, disini kondisi air waspada banjir.

3. Siaga 3

Pada kategori ini level ketingian air lebih dari 80cm hingga kurang dari 150cm, disini kondisi air waspada banjir.

4. Siaga 2

Pada kategori ini level ketingian air lebih dari 150cm hingga kurang dari 200cm, di sini kondisi air siaga banjir.

5. Siaga 1

Pada kategori ini level ketingian air lebih dari 200cm, di sini kondisi air awas banjir.

G. Simulasi Alat

Simulasi alat ini bertujuan agar alat pendeteksi banjir yang telah dibuat dan pada percobaannya diasumsikan diterapkan pada bendungan Bili – Bili , sehingga apabila level ketinggian air pada bendungan Bili - Bili memasuki kondisi awas banjir, maka alat ini dapat memberikan informasi bahwa akan terjadinya banjir.

Penerapan alat pendeteksi banjir yang sudah dibuat dan diasumsikan diterapkan/digunakan pada bendungan Bili – Bili ini hanya perlu mengatur jarak

78 antara pelampung dengan sensor karena di bendungan Bili - Bili memiliki 5 kategori level ketinggian air, dan pada alat pendeteksi banjir ini juga memiliki 5 kategori banjir. Pada gambar 4.5 berikut adalah penjelasan dari pengaturan jarak antara sensor ultrasonik sesuai dengan level ketinggian air.

Gambar 4.4 Gambar Kondisi Level Air diasumsikan pada Bendungan Bili – Bili

15 cm

20 cm

25 cm

30 cm

79 Keterangan:

a. Kategori Normal

Pada kategori air normal level ketinggian air pada bendungan Bili - Bili kurang dari 60cm, sedangkan pada alat pendeteksi banjir jarak antara sensor dengan pelampung lebih dari 30cm.

b. Kategori Siaga 4

Pada kategori air siaga 4 level ketinggian air pada bendungan Bili - Bili lebih dari 60cm hingga kurang dari 80cm, sedangkan pada alat pendeteksi banjir jarak antara sensor dengan pelampung lebih dari 25cm dan kurang dari 30cm.

c. Kategori Siaga 3

Pada kategori air siaga 3 level ketinggian air pada bendungan Bili - Bili lebih dari 80cm hingga kurang dari 150cm, sedangkan pada alat pendeteksi banjir jarak antara sensor dengan pelampung lebih dari 20cm dan kurang dari 25cm.

d. Kategori siaga 2

Pada kategori air siaga 2 level ketinggian air pada bendungan Bili - Bili lebih dari 150cm hingga kurang dari 200cm, sedangkan pada alat pendeteksi banjir jarak antara sensor dengan pelampung lebih dari 15cm dan kurang dari 20cm.

e. Kategori Siaga 1

Pada kategori air siaga 1 level ketinggian air pada bendungan Bili - Bili lebih dari 200cm, sedangkan pada alat pendeteksi banjir jarak antara sensor dengan pelampung kurang dari 15cm.

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian yang sudah dibahas sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Ada tiga kondisi level ketinggian air dalam menentukan situasi bahaya banjir yang diasumsikan pada bendungan Bili-Bili, yaitu: normal (0cm-60cm), waspada (60cm-150cm), siaga (150-200cm)

2. Telah berhasil diterjemahkan lima kategori level ketinggian air untuk mendeteksi bahaya banjir, yaitu:

a. Kategori level air 1 (Kondisi air Normal/Aman, jarak sensor dengan permukaan air adalah lebih dari 30cm)

Pada percobaan pengukuran jarak secara manual tidak mengalami error, akan tetapi ketika pengukuran jarak dilakukan menggunakan sensor ultrasonik mengalami error 1cm sebanyak dua kali pada jarak 40 cm dan 50 cm.

b. Kategori level air 2 (Kondisi air Waspada Banjir/Siaga, jarak sensor dengan pemukaan air adalah lebih dari 25cm dan kurang dari 30cm)

Pada percobaan pengukuran jarak secara manual tidak mengalami error, begitupun pada saat pengukuran jarak menggunakan sensor ultrasonik.

c. Kategori level air 3 (Kondisi air akan terjadi banjir level 1/Siaga, jarak sensor dengan pemukaan air adalah lebih dari 20cm dan kurang dari 25cm)

Pada percobaan pengukuran jarak secara manual dan menggunakan sensor ultrasonik tidak terjadi error.

81 d. Kategori level air 4 (Kondisi air akan terjadi banjir level 2/Siaga, jarak sensor

dengan pemukaan air adalah lebih dari 15cm dan kurang dari 20cm)

Pada percobaan hasil pengukuran jarak secara manual tidak terjadi error begitu juga untuk percobaan menggunakan sensor ultrasonik.

e. Kategori level air 5 (Kondisi air akan terjadi banjir level 3/Bahaya, jarak sensor dengan pemukaan air adalah lebih dari 10cm dan kurang dari 15cm) Pada percobaan secara manual dan menggunakan sensor ultrasonik tidak terjadi error untuk hasil pengukuran jarak.

3. Pada percobaan, perbandingan kecepatan pengiriman pesan atau SMS (Short Message Service) untuk semua provider telepon seluler rata-rata berkisar antara 10,58 detik – 14,61 detik.

B. Saran

Dalam laporan akhir ini penulis memberikan beberapa saran yang dapat berguna untuk para pembaca sebagai berikut:

1. Sistem pendeteksi banjir ini memberi peringatan melalui SMS dan buzzer, untuk pengembangan diharapkan alat ini dapat memberi peringatan melalui web atau blog sehingga masyarakat bisa mengetahui level ketinggian melalui jaringan internet.

2. Penulis mengharapkan agar alat ini dapat diterapkan pada lingkungan dan berguna bagi masyarakat serta sebagai motivasi bagi mahasiswa untuk dapat lebih mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan di Indonesia.

82

Ary Heryanto, Wisnu Adi.2011. Pemrograman Bahasa C untuk Mikrokontroler ATMEGA8535. Andi: Yogyakarta.

Agung dan Gunawan, 2012\ Identifikasi Tingkat Kerentanan Banjir Menggunakan Sistem Berbasis Spasial (Studi Kasus Daerah istimewa Yogyakarta).

(Skripsi). Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.

Suhandi. 2011. Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Sebagian Kotamadya Semarang dengan Menggunakan Sistem informasi Geografis [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wardana Lingga. 2011. Belajar Sendiri Mikrokontroller AVR Seri Atmega85835Si mulasi, Hardware, dan Aplikasi. Andi: Yogyakarta.

Widodo Budiharto, Gamayel Rizal. 2011. Belajar Sendiri 12 Proyek Mikrokontroler untuk Pemula. Alex Media Komputindo: Jakarta.

Wikipedia. 2015. Frekuensi Ultra Tinggi, UHF, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/UHF. html [12 Maret 2015]

http://backt.blogspot.com. Bact-T, 2008, modulasi digital diakses 02 Pebruari 2015

http://www.elektro.undip.ac.id/transmisi/jun06/3_iwans.pdf, SIMULASI MODEL SENSOR SONAR UNTUK KEPERLUAN SISTEM NAVIGASI ROBOT MOBILE diakses 05 Pebruari 2015

http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2011/01/21/brk,20110121- 307938,id.html diakses 21 Pebruari 2015

http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2011/01/21/brk,20110121-307938,id.html diakses 21 Pebruari 2015

Dokumen terkait