• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Kebutuhan Energi Listrik

Gambar 12. Pengukuran Kebutuhan Energi Listrik.

Listrik digunakan sebagai sumber energi untuk memanaskan heater. Kebutuhan energi listrik dibagi ke dalam dua kebutuhan, pertama kebutuhan energi listrik untuk ekstraksi dan yang kedua untuk destilasi. Masing-masing kebutuhan dihitung berdasarkan besarnya tegangan dan kua t arus yang digunakan selama ke dua proses berlangsung.

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan Clamp Meter pada setiap kali percobaan berlangsung, diperoleh data bahwa tegangan listrik mempunyai nilai yang tetap yaitu sebesar 220 V setiap kali heater dalam keadaan on, sedangkan arus listrik yang mengalir mempunyai nilai yang tidak tetap atau berubah-ubah. Besarnya daya terpakai dihitung dengan mengalikan nilai tegangan dengan arus. Daya terpakai pada setiap

0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Waktu (3 menit ke- )

Daya Listrik Dipakai (Watt)

Ekstraksi Destilasi 0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Waktu (3 menit ke- )

Daya Listrik Dipakai (Watt)

Esktraksi Destilasi

percobaan dalam rentang waktu tiga menit sekali bisa dilihat pada Gambar 13-15.

Gambar 13. Grafik Pemakaian Daya Listrik pada Percobaan I.

0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Waktu (3 menit ke- )

Daya Listrik Terpakai (Watt)

Ekstraksi Destilasi 1702.8 1589.94 1471.14 5403.42 5464.8 5142.06 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Energi (kJ)

Ekstraksi Destilasi

Gambar 15. Grafik Pemakaian Daya Listrik pada Percobaan III. Dari grafik-grafik di atas dapat dihitung total energi listrik yang dipakai pada masing-masing percobaan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 16.

Gambar 16. Hasil Perhitungan Total Pemakaian Daya Listrik (kJ) Untuk Setiap Jenis Kegiatan dalam Tiap Percobaan

1096.49 1049.72 1049.72 1889.09 1873.92 2055.62 0 500 1000 1500 2000 2500

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Energi (kJ)

Ekstraksi Destilasi

Dari tiga kali percobaan, daya listrik yang diperlukan untuk mengekstraksi minyak alpukat dalam waktu 30 menit dengan suhu di dalam chamber 450C diperlukan rata -rata 1 587.96 kJ atau 0.4411 kWH dan 5 336.76 kJ atau 1.482 kWH daya listrik yang diperlukan untuk memisahkan minyak alpukat dari misela denga n suhu di dalam chamber 750C selama 2 jam.

Sensor suhu diletakkan tenggelam dalam bahan di chamber. Kontrol yang digunakan untuk mengatur keluaran daya listrik adalah kontrol on- off, sehingga bisa terlihat pada gambar bahwa sekali heater dalam keadaan on daya yang terpakai langsung besar dan langsung bernilai 0 pada saat heater dalam keadaan off.

2. Energi Terpakai untuk Menaikkan Suhu Air Pemanas

Energi listrik dipakai untuk menaikkan suhu air pemanas, air pemanas digunakan sebagai sumber panas untuk memanaskan campuran alpukat dan heksan serta misela di dalam chamber proses pindah panas terjadi secara konduksi melalui dinding chamber.

Dari tiga kali percobaan, masing-masing percobaan memakai air dengan volume 12 450 mL, diperoleh data pemakaian energi untuk menaikan suhu air pemanas seperti terlihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Energi yang Dipakai untuk Menaikan Suhu Air Pemanas (kJ) dalam Setiap Percobaan

54.08 56.26 56.54 273.26 280.32 249.87 0 50 100 150 200 250 300

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Energi (kJ)

Ekstraksi Destilasi

Air yang digunakan untuk proses destilasi adalah sama dengan air yang dipakai saat ekstraksi. Rasio antara pemakaian energi untuk menaikkan air pemanas selama proses destilasi dengan konsumsi energi listrik sewaktu proses destilasi lebih kecil dari pada rasio perbandingan hal yang sama pada waktu proses ekstraksi, rata-rata sebesar 67.1 % untuk proses ekstraksi dan untuk proses destilasi sebesar 36.4 %.

3. Energi Terpakai untuk Menaikkan Suhu Bahan di Dalam Chamber Bahan di dalam chamber yang dimaksud adalah campuran antara alpukat dan heksan untuk proses ekstraksi serta misela untuk proses destilasi. Energi yang digunakan untuk meng-ekstrak minyak alpukat dengan penambahan pelarut heksan dan pemisahan heksan dari campuran misela berasal dari rambatan panas air pemanas pada dinding chamber.

Banyaknya misela yang dihasilkan dari proses ektraksi dan heksan hasil sulingan pada masing-masing percobaan tidak sama, karena pengaruh faktor banyak misela terlarut dalam ampas dan kebocoran uap heksan sewaktu menyaring dan selama proses berlangsung.

Secara umum konsumsi energi untuk meng-ekstrak minyak dari alpukat kering dan memisahkan heksan dari misela seperti yang tercantum pada Gambar 18.

Gambar 18. Energi yang Dipakai untuk Menaikan Suhu Bahan di Dalam Chamber (kJ) dalam Setiap Percobaan.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Menaikkan Suhu Air Pemanas Hilang tak terhitung

Dari tabel di atas rata-rata konsumsi energi untuk mengambil kandungan minyak dalam alpukat kering dengan menggunakan pelarut heksan yang dipanaskan pada suhu 500C selama 30 menit sebesar 56.63 kJ, sedangkan energi yang dipakai untuk memisahkan heksan dari misela rata-rata lebih dari empat kali konsumsi energi pada proses ekstraksi, atau sebesar 267.82 kJ rata -rata untuk memperoleh 0.97 liter heksan dari 1.22 liter misela.

Konsumsi energi pada kedua proses di atas, lebih kecil dari energi yang terjadi karena kenaikan suhu air pemanas, yakni rata-rata mengkonsumsi 5.3% untuk proses ekstraksi dan 13.81% pada proses destilasi dari energi yang dilepas pada waktu proses kenaikan suhu air pemanas.

4. Effisiensi Alat

Effisiensi alat dihitung berdasarkan neraca energi dari energi listrik input PLN, energi terpakai untuk menaikkan suhu air pemanas dan energi terpakai untuk menaikkan suhu bahan di dalam chamber, dari hasil pembahasan sebelumnya bisa dibuat grafik seperti pada Gambar 19 dan 20.

Gambar 19. Grafik Neraca Energi Selama Proses Ekstraksi

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Menaikkan Suhu Air Pemanas Hilang

Gambar 20. Grafik Neraca Energi pada Proses Destilasi

Dari gambar 19 terlihat bahwa in-effisiensi atau kehilangan energi total untuk proses ekstraksi tercatat sebesar 35.61% atau 606.31 kJ untuk percobaan I, 33.98% atau 540.22 kJ untuk percobaan II dan untuk percobaan III sebesar 28.6% atau 421.42 kJ, sedangkan besarnya energi yang hilang terhitung dengan menggunakan pendekatan pada penelitian ini sebesar 0.781 kJ, 3.081 kJ dan 2.415 kJ masing-masing untuk ekstraksi I, II dan III. Hal ini bisa terjadi karena titik pengambilan data temperatur pada percobaan terlalu sedikit dan kurang mewakili luas permukaan alat yang sesungguhnya. Sedangkan pada proses destilasi in-effisiensi untuk percobaan I sebesar 65.04% atau 3 514 kJ, 65.71% atau 3 590 kJ dan 60.02% atau 3 086 kJ masing-masing untuk percobaan II dan III. Seperti halnya pada proses ekstraksi, energi yang hilang yang didapat dengan menggunakan pendekatan sebesar 56.209 kJ untuk percobaan I, 54.914 kJ untuk percobaan II dan untuk percobaan III sebesar 55.75 kJ. In-effisiensi ini bisa terjadi karena ada panas yang keluar dari permukaan alat yang tidak dimanfaatkan, terlihat rata -rata nilai in-effisiensi pada proses destilasi lebih besar dari pada proses ekstraksi hal ini bisa disebabkan oleh

berkurangnya massa bahan yang dipanaskan pada waktu proses destilasi tetapi terjadi penambahan waktu berlangsungnya proses.

5. Energi Terbuang dari Permukaan Alat

Panas dari heater tidak secara keseluruhan dipakai untuk memanaskan sistem tetapi ada juga panas yang ke luar dari sistem. Panas yang keluar diukur dengan menggunakan pengukur panas dan sebuah recorder digital. Pada empat bagian alat yang dominan yakni di permukaan luar dinding ketel, di bagian bawah (alas) dan bagian tutup ketel, serta di bagian pipa uap, masing-masing dipasangi dua buah thermocouple, satu untuk mengukur suhu permukaan alat dan yang lainnya untuk mengukur suhu lingkungan (film) di sekitar permukaan alat. Panas yang terbuang menjadi input data untuk menghitung banyaknya energi yang terbuang dari permukaan alat. Penghitungan energi dilakukan dengan mengasumsikan perpindahan panas dari permukaan alat ke lingkungan terjadi secara konveksi alami atau konveksi bebas.

Gambar 21. Pengambilan Data Panas Dinding Luar Alat dan Salah Satu Contoh Pemasangan Termokopel.

Pengukuran dilakukan untuk setiap kali percobaan dengan selang waktu 3 menit sekali, baik untuk proses ekstraksi maupun untuk proses destilasi. Data hasil pengukuran bisa dilihat pada lampiran. Sedangkan grafik hasil olahan data bisa dilihat pada Gambar 22-24 untuk hasil penghitungan energi terbuang selama proses ekstraksi dan Gambar 25-27 untuk hasil penghitungan energi terbuang selama proses destilasi.

-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu (3 menit ke- )

Daya Terbuang dari Dinding

(Watt) -0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02

Daya Terbuang dari Alas (Watt)

Dinding I Alas I

Gambar 22. Grafik Pindah Panas dari Permukaan Alat pada proses

Ekstraksi Percobaan I.

Terlihat bahwa pada menit-menit awal belum terjadi perpindahan panas dari permukaan luar alat ke udara sekitarnya. Bagian paling pertama yang menghantarkan panas ke udara adalah bagian dinding, di awal menit ke-6 terjadi perpindahan panas sekitar 0.085 Watt dari permukaan luar dinding ke udara dan 9 menit kemudian baru bagian alas menghantarkan panas ke udara sekitar 0.008 Watt. Besarnya nilai pindah panas masing- masing bagian ini mempunyai nilai yang berfluktuasi, tidak memiliki korelasi linear terhadap waktu, padahal suhu permukaan luar alat cenderung naik (data bisa dilihat pada lampiran 5-7). Nilai yang berfluktuasi ini disebabkan oleh suhu udara di sekitar alat yang tidak konstan sehingga menimbulkan perbedaan suhu antara permukaan luar alat dengan udara sekitar yang juga berfluktuasi. Naiknya suhu udara di sekitar permukaan luar alat bisa disebabkan oleh pancaran sinar matahari atau benda lain yang menghantarkan panas.

Daya dari panas yang keluar pada permukaan alas paling tinggi terjadi di menit ke -21, 27 dan 30 yakni sebesar 0.018 Watt sedangkan daya dari panas yang keluar pada per mukaan dinding paling besar terjadi pada

0 0.5 1 1.5 2 2.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu (3 menit ke- )

Daya Terbuang dari Dinding (Watt)

-0.001 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009

Daya Terbuanag Dari Alas (Watt)

Dinding II Alas II

menit ke-24 yakni sebesar 1.062 Watt. Besarnya energi yang terbuang selama 30 menit proses ekstraksi berlangsung dari permukaan luar alat untuk percobaan I adalah, 0.767 kJ pada bagian dinding dan 0.014 kJ pada bagian alas atau 1.74% dari total kehilangan panas pada permukaan luar alat.

Grafik pindah panas dari permukaan alat pada percobaan II bisa dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Grafik Pindah Panas dari Permukaan Alat pada proses Ekstraksi Percobaan II.

Seperti halnya pada percobaan I bagian permukaan luar alat yang mula-mula menghantarkan panas ke udara adalah bagian dinding, tercatat pada awal-awal pemanasan sudah terjadi pindah sebesar 0.036 Watt ke udara, hal ini bisa te rjadi karena terdapat selisih hanya 0.10C antara suhu permukaan luar dinding dengan udara sekitar dan puncak nilai pindah panas yang paling tinggi tercatat pada awal menit ke-21 yakni sebesar 2.347 Watt. Sedangkan pada bagian alas pindah panas baru tercatat pada awal menit ke 27, yakni sebesar 0.008 Watt.

-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu (3 menit ke- )

Daya Terbuang dari Dinding

(Watt) 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

Daya Terbuang dari Alas (Watt)

Dinding III Alas III

Besarnya energi yang terbuang dari permukaan luar dinding dan alas pada 30 menit proses ekstraksi adalah 3.079 kJ pada dinding, atau 99.923% dari total kehilangan panas pada permukaan luar alat dan 0.002 kJ pada bagian alas.

Dari grafik diperoleh data bahwa daya yang keluar akibat pindah panas yang terjadi tidak berkorelasi linear terhadap waktu, hal ini terjadi karena besar daya dipengaruhi oleh perbedaan suhu permukaan dan udara di sekitarnya. Sedangkan penyebab temperatur udara di sekitar permukaan bisa diakibatkan oleh faktor datangnya rambatan panas dari sumber panas atau aliran udara yang ada di ruangan pengambilan data.

Panas yang hilang pada proses yang sama untuk percobaan III seperti terlihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Grafik Pindah Panas dari Permukaan Alat pada proses Ekstraksi Percobaan III.

Pada awal dimulainya proses ekstraksi pada bagian alas sudah terjadi pindah panas ke udara, hal ini bisa diseba bkan oleh penerimaan panas di permukaan luar alas yang tiba-tiba dari pancaran sinar matahari atau bisa juga disebabkan oleh ada nya aliran udara yang lebih dingin di sekitar alas. Puncak nilai pindah panas yang terjadi pada bagian ini terjadi pada awal proses yakni sebesar 0.418 Watt dan cenderung menurun pada menit-

menit berikutnya. Pada bagian dinding sampai dengan awal menit ke -3 belum terjadi perpindahan panas ke udara sekitarnya, perpindahan panas baru tercatat pada awal menit ke-6 yakni sebesar 0.141 Watt dan mencapai puncaknya pada awal menit ke -15 yakni sebesar 3.494 Watt dan terus menurun hingga akhir proses ekstraksi.

Total energi yang terbuang dari bagian dinding ke udara sekitarnya adalah 2.058 kJ atau 85.20% dari total pindah panas yang terjadi pada permukaan luar alat, sedangkan pindah panas yang terjadi pada bagian alas tercatat 14.80% dari total pindah panas dari permukaan luar alat atau 0.357 kJ.

Dari ketiga percobaan untuk proses ekstraksi, pindah panas terjadi pada bagian luar dinding dan alas ruang pemanas air. Energi terbuang yang disebabkan oleh pindah panas yang tidak diinginkan ini paling besar terjadi di bagian dinding yakni lebih dari 94% dari total energi yang terbuang yang dihitung, hal ini bisa terjadi karena bagian dinding mempunyai luas permukaan yang lebih besar dari pada bagian alas sehingga bisa menerima lebih banyak hantaran energi dari air pemanas dari pada bagian alas. Sedangkan pada bagian tutup dan pipa uap tidak terjadi perpindahan panas akibat panas permukaan luarnya lebih kecil dari pada panas udara di sekitarnya dan hal ini bisa terjadi karena pada proses ekstraksi suhu bahan di dalam chamber diatur pada nilai di bawah titik didih heksan, sehingga tidak ada uap heksan yang bisa meghantarkan panas ke bagian tutup dan pipa uap.

Seperti halnya pada proses ekstraksi, pada proses berikutnya yakni destilasi juga terdapat kebocoran energi yang diidentifikasikan oleh lebih tingginya suhu permukaan alat dari pada suhu udara di sekitarnya. Kebocoran energi ini disajikan dalam bentuk grafik.

-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Waktu (3 menit ke- )

Daya (Watt) 0 2 4 6 8 10 12

Daya dari Dinding (Watt)

Pipa I Tutup I Alas I Dinding I

Gambar 25. Grafik Pindah Panas dari Permukaan Luar Alat pada Percobaan Destilasi I.

Air yang dipakai untuk proses destilasi adalah air yang sama dengan air yang dipakai pada proses ekstraks i, hal ini menyebabkan suhu awal permukaan alat dan air pada proses destilasi lebih tinggi dari pada proses ekstraksi. Pemakaian air yang sama ini disengaja mengikuti proses pembuatan minyak alpukat sebenarnya bila menggunakan alat ini, karena tidak ada pe ngurangan volume air pemanas bisa menghemat pemakaian air.

Pada proses destilasi percobaan I bisa dilihat bahwa untuk awal-awal pemanasan, pada bagian pipa dan tutup belum terjadi pertukaran panas ke udara sekitarnya sedangkan pada bagian dinding dan alas tidak demikian, baru pada awal menit ke-3 untuk bagian tutup dan awal menit ke-12 untuk bagian pipa baru terjadi perpindahan panas ke udara sekitar, hal ini bisa disebabkan oleh perbadaan panas antara permukaan luar alat dengan udara sekitar pada proses destilasi dipengaruhi oleh keadaan pada akhir proses ekstraksi, sedangkan panas pada bagian tutup bisa disebabkan oleh rambatan panas dari udara yang ikut terpanaskan di bagian dalam chamber (pada awal menit ke-3 suhu heksan 450C) dan panas pada bagian pipa bisa

-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Waktu (3 menit ke- )

Daya (Watt) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Daya Terbuang dari Dinding (Watt)

Pipa II Tutup II Alas II Dinding II

disebabkan dari panas pada bagian tutup yang merambat ke bagian pipa dan rambatan panas oleh uap heksan (pada awal ke -12 suhu heksan 570C). Pindah panas paling banyak terjadi pada bagian dinding, diikuti oleh bagian tutup, pipa uap dan alas. Total kebocoran energi panas dari permukaan alat ke udara disekitarnya adalah 56.209 kJ. 88.07% terjadi pada bagian dinding, 4.72% pada bagian tutup, 3.36% pada bagian alas dan 3.85% terjadi pada bagian pipa.

Gambar 26. Grafik Pindah Panas dari Permukaan Luar Alat pada Percobaan Destilasi II.

Seperti terlihat pada grafik di atas, pindah panas terbesar terjadi pada bagian dinding (sama seperti pada percobaan I). Untuk urutan ke -2 sampai ke-4 bagian yang mempunyai nilai kebocoran yang tinggi terdapat perbedaan antara percobaan I dengan percobaan II, bila pada percobaan I yang mempunyai nilai kebocoran tertinggi setelah dinding adalah tutup sedangkan pada percobaan II yang mempunyai nilai kebocoran tertinggi adalah alas. Hal ini bisa disebabkan oleh panas dari heater yang dirambatkan oleh air ke alas lebih dominan dari pada panas yang diperoleh tutup melalui perantara uap heksan, penyebab lainnya bisa saja berasal dari aliran udara yang mengalir pada bagian atas permukaan alas dan tutup yang menyebabkan perbedaan suhu antara permukaan luar alas dengan

-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Waktu (3 menit ke- )

Daya (Watt) 0 2 4 6 8 10 12

Daya dari Dinding (Watt)

Pipa III Tutup III Alas III Dinding III

udara sekitar lebih tinggi dari pada perbedaan suhu permukaan luar tutup dengan udara sekitar.

Panas yang merambat ke bagian tutup disebabkan oleh rambatan panas dari uap heksan sedangkan panas di bagian pipa disebabkan oleh rambatan panas dari uap heksan dan rambatan panas dari tutup. Hal inilah yang menyebabkan pindah panas dari pipa dimulai belakangan setelah terjadinya pindah panas pada tutup, dan diakhir -akhir proses nilai pindah panas dari pipa lebih besar dari pada nilai pindah panas pada bagian tutup.

Total kebocoran energi pada proses destilasi pada percobaan II ini adalah 54.91 kJ dan 90.10% berasal dari bagian dinding sisanya 4.95% berasal dari bagian alas, 1.01% berasal dari bagian tutup serta 3.94% sisanya berasal dari bagian pipa.

Gambar 27. Grafik Kebocoran Energi dari Permukaan Luar Alat pada Percobaan Destilasi III.

Pola kebocoran energi pada percobaan III ini sama dengan pola kebocoran energi pada percobaan I. Setelah bagian dinding, kebocoran terbesar terjadi pada bagian tutup, lalu bagian pipa dan yang terakhir bagian alas. Dari total 55.75 kJ energi terbuang oleh permukaan luar alat 87.69% berasal dari bagian dinding dan 4.86% berasal dari bagian tutup

sedangkan sisanya berasal dari bagian pipa (3.89%) serta bagian alas (3.56).

6. Effisiensi Kondensor

Tabel 7. Data hasil penyulingan pada percobaan I sampai percobaan III Massa Destilat (Kg) Delta T (Tuap heksan masuk – Tdestilat), 0C Massa Air Pendingin (Kg) Delta T (Tair masuk – Tair keluar), 0C Percobaan I 0.66 37.44 284.43 0.44 Percobaan II 0.66 36.99 157.04 0.43 Percobaan III 0.59 37.14 146.22 0.45

Terlihat dari Tabel 7 bahwa selisih suhu uap heksan masuk dan suhu destilat (heksan mencair) lebih dari 350C, suhu destilat yang dipakai adalah suhu maksimal selama proses destilasi, dengan anggapan bahwa suhu yang maksimal ini menunjukkan suhu destilat nyata yang baru keluar, karena thermocouple disimpan di dasar wadah penampung destilat, maka suhu destilat yang terukur mempunyai kecenderungan akan menurun dengan adanya penambahan massa destilat. Sedangkan untuk suhu air masuk dan suhu air keluar pada kondensor digunakan pendekataan rataan.

Dari Tabel 7 diatas dapat dicari rasio energi yang dilepas uap heksan dengan energi yang diserap air bisa dihitung. Nilai perbandingan ini biasa disebut sebagai effisiensi kondensor. Nilai effisiensi kondensor untuk percobaan I adalah 54.48%, percobaan II 100.09%, dan 93.40% untuk percobaan III. Cara penghitungan bisa dilihat pada Lampiran 10.

Pada percobaan I mempunyai nilai effisiensi yang paling kecil, karena volume air pendingin berlebih dari pada yang diperlukan. Pada percobaan II nilai effisiensi yang ter hitung lebih besar dari 100%, angka yang lebih dari 100% ini menunjukan bahwa penyediaan debit air untuk mendinginkan uap heksan di dalam kondensor kurang dari yang diperlukan atau dengan kata lain energi yang dipakai untuk merubah fase heksan dari uap menjadi cairan yang diasumsikan semuanya itu disediakan oleh air pendingin ternyata kurang dari energi yang yang dilepaskan oleh

perubahan fase uap heksan menjadi cairan, meskipun demikian uap heksan masih bisa mengembun hal ini bisa disebabkan karena perbedaan suhu antara uap heksan dengan dinding kompresor serta oleh karena kompresor telah terisi dan dalam keadaan penuh terisi air sehingga energi laten air telah tersedia. Nilai effis iensi kondensor percobaan III adalah 93.40%, hal ini menunjukkan bahwa energi yang diperlukan untuk menguapkan heksan disediakan berlebih oleh debit air, namun tidak berlebih seperti pada percobaan I.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait