• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian QOS Jaringan SDN Berdasarkan Pemutusan Jalur

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.4. Pengujian QOS Jaringan SDN Berdasarkan Pemutusan Jalur

JALUR

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil kinerja pada Jaringan SDN saat keadaan normal dan pada saat terjadinya kendala pada jalur yang terputus.

Percobaan dilakukan dengan cara melakukan PING pada semua host atau pingall yang berada pada topologi abilene dan mesh . Pada penelitian ini juga dilakukan beberapa skenario pemutusan jalur yang berbeda. Pada topologi abalene dan mesh dilakukan

16

sebanyak 4 skenario dari tanpa pemutusan jalur, hingga 4 jalur yang diputuskan dan perubahan host yang bervariasi, mulai dari 11 host, 22 host dan 33 host. Masing-masing skenario dilakukan uji coba sebanyak 10 kali, sehingga akan didapatkan data QoS rata-rata pada setiap parameter yang telah ditentukan

Gambar 3.4 Pemutusan 1 Jalur Topologi Abilene

Pada gambar 3.4 dilakukan skenario bahwa akan terjadi pemutusan 1 jalur pada topologi abilene, jalur yang di putus yaitu jalur antara s36 - s35

Gambar 3.5 Pemutusan 2 Jalur Topologi Abilene

Pada gambar 3.5 dilakukan skenario bahwa akan terjadi penambahan pemutusan jalur pada topologi abilene, sehingga jalur yang di putus yaitu jalur antara s36 - s35 dan s37 - s36

17

Gambar 3.6 Pemutusan 3 Jalur Topologi Abilene

Pada gambar 3.6 melakukan skenario bahwa akan terjadi penambahan pemutusan jalur pada topologi abilene, sehingga jalur yang di putus yaitu jalur antara s36 - s35, s37- s36 dan s37 – s43

Gambar 3.7 Pemutusan 4 Jalur Topologi Abilene

Pada gambar 3.7 melakukan skenario bahwa akan terjadi penambahan pemutusan jalur pada topologi abilene, sehingga jalur yang di putus yaitu jalur antara s36 - s35, s37- s36, s37 – s43 dan s41- s42

Gambar 3.8 Pemutusan 1 Jalur Topologi Mesh

18

Pada gambar 3.8 dilakukan skenario bahwa akan terjadi pemutusan 1 jalur pada topologi mesh, jalur yang di putus yaitu jalur antara s38 – s42

Gambar 3.9 Pemutusan 2 Jalur Topologi Mesh

Pada gambar 3.9 dilakukan skenario bahwa akan terjadi penambahan pemutusan jalur pada topologi mesh, sehingga jalur yang di putus yaitu jalur antara s38 – s42 dan s36 – s34

Gambar 3.10 Pemutusan 3 Jalur Topologi Mesh

Pada gambar 3.10 melakukan skenario bahwa akan terjadi penambahan pemutusan jalur pada topologi mesh, sehingga jalur yang di putus yaitu jalur antara s38 – s42, s36 – s34 dan s41 – s43

19

Gambar 3.11 Pemutusan 4 Jalur Topologi Mesh

Pada gambar 3.11 melakukan skenario bahwa akan terjadi penambahan pemutusan jalur pada topologi mesh, sehingga jalur yang di putus yaitu jalur antara s38 – s42, s36 – s34, s41 – s43 dan s40 – s44

kemudian menjalankan topologi tersebut pada mininet dan terhubung pada controller opendaylight. Lalu, melakukan perintah “PINGALL” untuk pengecekan koneksi dan mendapatkan data trafik. Lalu lintas jaringan pada mininet selanjutnya di capture melalui aplikasi wireshark dan difilter berdasarkan protokol ICMP untuk mendapatkan hasil throughput, delay dan jitter.

20

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini nilai pada setiap parameter QoS didapatkan pada pengujian sebanyak 5 skenario pada topologi abaline dan mesh yaitu dengan tanpa adanya pemutusan jalur, lalu dilanjutkan pemutusan 1 jalur, 2 jalur, 3 jalur, hingga 4 jalur yang diputuskan dan pemutusan jalur naik secara bertahap. Pengujian dilakukan dengan cara melaukan perintah “PINGALL” pada setiap variasi untuk mendapatkan performansi secara keseluruhan dari topologi.

4.1. ANALISIS THROUGHPUT

Pada penelitian ini analisis throughput dilakukan untuk mengukur kemampuan yang sebenarnya jaringan dalam melakukan transmisi data dalam suatu jaringan.pengukuran throughput ini didapatkan dari pembagian jumlah paket yang diterima dengan waktu data yang dikirim. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa apabila throughput semakin besar maka kualitas hasil jaringan yang didapatkan juga lebih baik. Namun apabila sebaliknya, hasil throughput itu kecil, maka, maka jaringan yang dihasilkan kurang baik. Pada penelitian ini dilakukan pada wireshark yang akan menghasilkan nilai throughput.

Gambar 4.1 Capture Wireshark

21

Nilai rata-rata throughput didapatkan pada setiap scenario yang di jalankan dan ditunjukan pada tabel 4.1. Serta perubahan nilai pada setiap percobaan dapat ditunjukan grafik gambar 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, dan 4.6.

Tabel 4.1 Rata-Rata Throughput

Gambar 4.2 Throughput Tanpa Pemutusan Jalur

Pada keadaan tidak terjadi pemutusan jalur, topologi abilene dan mesh memiliki angka throughput yang meningkat pada setiap bertambahnya host. Pada 11 host topologi abilene memiliki throughput sebesar 4,01 Mbit/s dan pada topologi mesh

Parameter

22

memiliki throughput sebesar 4,12 Mbit/s. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi peningkatan nilai throughput menjadi 4,44 Mbit/s pada topologi abilene dan 4,78 Mbit/s pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, tidak terjadi penurunan pada jaringan SDN khusunya pada kontroller opendaylight ini maka terjadi peningkatan throughput pada topologi abilene sebanyak 5,28 Mbit/s dan pada topologi mesh sebanyak 5,40 Mbit/s. Kategori keseluruhan pada percobaan tersebut dapat dibilang sangat baik.

Gambar 4.3 Throughput 1 Pemutusan Jalur

Pada keadaan terjadi pemutusan 1 jalur, topologi abilene dan mesh juga memiliki angka throughput yang meningkat pada setiap bertambahnya host apabila dilihat dari grafik. Namun, pada saat kondisi tertentu juga terjadi penurunan throughput dibandingkan tanpa adanya penutusan link ,dikarenakan pada keadaan link terputus terdapat juga paket-paket yang beralih dan mengakibatkan antrian paket.

Pada 11 host topologi abilene memiliki throughput sebesar 3,66 Mbit/s dan pada topologi mesh memiliki throughput sebesar 4,07 Mbit/s. Lalu terjadi penambahan host pada topologi sebanyak 22 host, maka terjadi peningkatan nilai throughput menjadi 4,66 Mbit/s pada topologi abilene dan 4,75 Mbit/s pada topologi mesh. Lalu terjadi

23

penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, tidak terjadi penurunan pada jaringan SDN khusunya pada kontroller opendaylight ini maka terjadi peningkatan throughput pada topologi abilene sebanyak 5,75 Mbit/s dan pada topologi mesh sebanyak 5,82 Mbit/s. Kategori keseluruhan pada percobaan tersebut juga dapat dibilang sangat baik dan topologi mesh lebih unggul dibandingkan oleh topologi abilene.

Gambar 4.4 Throughput 2 Pemutusan Jalur

Pada keadaan terjadi pemutusan 2 jalur, terjadi kondisi bahwa topologi abilene lebih baik dibandingkan topologi mesh. Pada 11 host topologi abilene memiliki throughput sebesar 3,78 Mbit/s dan pada topologi mesh memiliki throughput sebesar 4,02 Mbit/s. Lalu terjadi penambahan host pada topologi sebanyak 22 host, maka terjadi peningkatan nilai throughput menjadi 4,90 Mbit/s pada topologi abilene dan 4,72 Mbit/s pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, tidak terjadi penurunan pada jaringan SDN khusunya pada kontroller opendaylight ini maka terjadi peningkatan throughput pada topologi abilene sebanyak 5,83 Mbit/s dan pada topologi mesh sebanyak 5,12 Mbit/s. Pada kondisi ini topologi abilene lebih baik dibandingkan oleh topologi mesh.

24

Gambar 4.5 Throughput 3 Pemutusan Jalur

Pada keadaan terjadi pemutusan 3 jalur, terjadi kondisi bahwa topologi abilene lebih baik dibandingkan topologi mesh pada saat 11 host namun topologi abilene memiliki penurunan seiring bertambahnya host . Pada 11 host, topologi abilene memiliki throughput sebesar 4,00 Mbit/s dan pada topologi mesh memiliki throughput sebesar 3,92 Mbit/s. Lalu terjadi penambahan host pada topologi sebanyak 22 host, maka terjadi peningkatan nilai throughput menjadi 4,56 Mbit/s pada topologi abilene dan 4,58 Mbit/s pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, pada topologi abilene sebanyak 5,38 Mbit/s dan pada topologi mesh sebanyak 5,71 Mbit/s.

25

Gambar 4.6 Throughput 4 Pemutusan Jalur

Pada keadaan terjadi pemutusan 4 jalur, topologi mesh lebih unggul dibandingkan topologi abilene. Pada 11 host topologi abilene memiliki throughput sebesar 4,04 Mbit/s dan pada topologi mesh memiliki throughput sebesar 4,06 Mbit/s.

Lalu terjadi penambahan host pada topologi sebanyak 22 host, maka terjadi peningkatan nilai throughput menjadi 4,85 Mbit/s pada topologi abilene dan 4,81 Mbit/s pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, pada topologi abilene sebanyak 5,50 Mbit/s dan pada topologi mesh sebanyak 5,61 Mbit/s. Pada pemutusan 4 jalur topologi mesh unggul dibandingkan oleh topologi abilene.

4.2. ANALISIS DELAY

Analisis delay dilakukan untuk mendapatkan informasi waktu yang diperlukan pada paket hingga sampai ketujuan selama proses transmisi berlangsung. Delay juga merupakan variabel yang nilainya berubah dalam setiap waktunya. Perhitungan rata-rata delay ini didapatkan dari hasil pembagian total delay secara keseluruhan dengan total paket yang diterima. Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut didapatkan pada

26

statistik wireshark yang sebelumnya telah dicapture lalu diolah kembali pada microsoft exel untuk mencari rata-rata delay. Nilai rata-rata delay didapatkan pada setiap scenario yang di jalankan dan ditunjukan pada tabel 4.2. Serta perubahan nilai pada setiap percobaan dapat ditunjukan grafik gambar 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, dan 4.11.

Tabel 4.2 Rata-Rata Delay

Gambar 4.7 Delay Tanpa Pemutusan Jalur Parameter

27

Pada keadaan tidak terjadi pemutusan jalur, topologi abilene dan mesh memiliki angka delay yang menurun pada setiap bertambahnya host. Pada 11 host topologi abilene memiliki nilai delay sebesar 0,188 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai delay sebesar 0,184 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai delay menjadi 0,165 ms pada topologi abilene dan 0,158 ms pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, maka terjadi penurunan lagi pada jaringan SDN khusunya pada kontroller opendaylight ini. Pada topologi abilene sebanyak 0,144 ms dan pada topologi mesh sebanyak 0,139 ms. Kategori keseluruhan pada percobaan tersebut dapat dibilang sangat baik.

Gambar 4.8 Delay 1 Pemutusan Jalur

Pada keadaan tidak terjadi pemutusan 1 jalur, topologi abilene memiliki angka delay yang menurun pada setiap bertambahnya host namun pada topologi mesh memiliki peningkatan angka delay pada pertambahan host 22 menjadi 33. Pada 11 host, topologi abilene memiliki nilai delay sebesar 0,217 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai delay sebesar 0,187 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai delay menjadi 0,161 ms pada

28

topologi abilene dan 0,112 ms pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, maka terjadi penurunan nilai delay lagi pada topologi abilene menjadi 0,132 ms dan pada topologi mesh memiliki kenaikan angka delay menjadi 0,131 ms. Kategori nilai delay keseluruhan pada percobaan tersebut dapat dibilang sangat baik.

Gambar 4.9 Delay 2 Pemutusan Jalur

Pada keadaan tidak terjadi pemutusan 1 jalur, topologi abilene memiliki angka delay yang menurun pada setiap bertambahnya host namun pada topologi mesh memiliki peningkatan angka delay pada pertambahan host 22 menjadi 33. Pada 11 host, topologi abilene memiliki nilai delay sebesar 0,202 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai delay sebesar 0,187 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai delay menjadi 0,153 ms pada topologi abilene dan 0,142 ms pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, maka terjadi penurunan nilai delay lagi pada topologi abilene menjadi 0,130 ms dan pada topologi mesh memiliki kenaikan angka delay menjadi 0,148 ms. Kategori nilai delay keseluruhan pada percobaan tersebut dapat dibilang sangat baik.

29

Gambar 4.10 Delay 3 Pemutusan Jalur

Pada keadaan terjadi 3 pemutusan jalur, topologi abilene dan mesh memiliki angka delay yang menurun pada setiap bertambahnya host. Pada 11 host topologi abilene memiliki nilai delay sebesar 0,188 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai delay sebesar 0,195 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai delay menjadi 0,167 ms pada topologi abilene dan 0,150 ms pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, maka terjadi penurunan kembali pada topologi abilene sebanyak 0,139 ms dan pada topologi mesh sebanyak 0,132 ms. Kategori keseluruhan pada percobaan tersebut dapat dibilang sangat baik.

Gambar 4.11 Delay 4 Pemutusan Jalur

30

Pada keadaan pemutusan 4 jalur, topologi abilene memiliki angka delay yang menurun pada setiap bertambahnya host namun pada topologi mesh memiliki peningkatan angka delay pada pertambahan host 11 menjadi 22 host. Pada 11 host, topologi abilene memiliki nilai delay sebesar 0,187 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai delay sebesar 0,185 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai delay menjadi 0,155 ms dan pada topologi abilene memiliki peningkatan 0,205 ms pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, terjadi penurunan nilai delay lagi pada topologi abilene menjadi 0,137 ms dan pada topologi mesh angka delay menjadi 0,135 ms. Kategori nilai delay keseluruhan pada percobaan tersebut dapat dibilang sangat baik.

4.3. ANALISIS JITTER

Analisis Jitter dilakukan untuk mendapatkan informasi selang waktu kedatangan antar paket. Perhitungan rata-rata jitter ini didapatkan dari hasil pembagian total variasi delay secara keseluruhan dengan total paket yang diterima.

Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut didapatkan pada statistik wireshark yang sebelumnya telah dicapture lalu diolah kembali pada microsoft excel. Nilai rata-rata jitter didapatkan pada setiap scenario yang di jalankan dan ditunjukan pada tabel 4.3.

Serta perubahan nilai pada setiap percobaan dapat ditunjukan grafik gambar 4.12, 4.13, 4.14, 4.15, dan 4.16.

31

Gambar 4.12 Jitter Tanpa Pemutusan Jalur

Pada keadaan tidak terjadi pemutusan jalur, topologi abilene memiliki angka jitter yang menurun pada setiap bertambahnya host namun pada topologi mesh memiliki peningkatan angka jitter pada pertambahan host 22 menjadi 33 host namun tidak signifikan. Pada 11 host, topologi abilene memiliki nilai jitter sebesar 0,0000876 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai jitter sebesar 0,0000513 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai jitter menjadi 0,00000540ms, pada topologi abilene dan 0,00000326 ms pada topologi mesh. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, terjadi penurunan nilai jitter lagi pada topologi abilene menjadi 0,00000409 ms dan pada topologi mesh memiliki peningkatan angka jitter menjadi 0,00000356 ms.

Gambar 4.13 Jitter 1 Pemutusan Jalur

32

Pada keadaan terjadi pemutusan 1 jalur, topologi abilene dan mesh memiliki angka jitter yang menurun pada setiap bertambahnya host. Pada 11 host, topologi abilene memiliki nilai jitter sebesar 0,0000700 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai jitter sebesar 0,0000251 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai jitter menjadi 0,0000291 ms pada topologi abilene, pada topologi mesh menjadi 0,00000862 ms. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, terjadi penurunan kembali nilai jitter lagi pada topologi abilene menjadi 0,00000669 ms dan pada topologi mesh angka jitter menjadi 0,00000366 ms.

Gambar 4.14 Jitter 2 Pemutusan Jalur

Pada saat terjadi pemutusan 2 jalur, topologi abilene dan mesh memiliki angka jitter yang menurun pada setiap bertambahnya host. Pada 11 host, topologi abilene memiliki nilai jitter sebesar 0,0000344 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai jitter sebesar 0,00000713 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai jitter menjadi 0,0000131 ms pada topologi abilene, pada topologi mesh menjadi 0,000004040 ms. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, terjadi penurunan kembali nilai jitter lagi pada topologi abilene menjadi 0,00000549 ms dan pada topologi mesh memiliki angka jitter menjadi 0,0000000560 ms.

33

Gambar 4.15 Jitter 3 Pemutusan Jalur

Pada saat terjadi pemutusan 3 jalur, topologi abilene dan mesh memiliki angka jitter yang menurun pada setiap bertambahnya host. Pada 11 host, topologi abilene memiliki nilai jitter sebesar 0,0000336 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai jitter sebesar 0,0000634 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai jitter menjadi 0,00000919 ms pada topologi abilene, pada topologi mesh menjadi 0,0000406 ms. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, terjadi penurunan kembali nilai jitter lagi pada topologi abilene menjadi 0,000000384 ms dan pada topologi mesh memiliki angka jitter menjadi 0,00000473 ms.

Gambar 4.16 Jitter 4 Pemutusan Jalur

34

Pada saat terjadi pemutusan 4 jalur, topologi abilene dan mesh memiliki angka jitter yang bervariasi pada setiap bertambahnya host. Pada 11 host, topologi abilene memiliki nilai jitter sebesar 0,0000333 ms dan pada topologi mesh memiliki nilai jitter sebesar 0,00000246 ms. Lalu terjadi penambahan host pada topologi menjadi sebanyak 22 host, maka terjadi penurunan nilai jitter menjadi 0,00000405 ms pada topologi abilene, namun pada topologi mesh memiliki peningkatan menjadi 0,0000141 ms. Lalu terjadi penambahan host kembali menjadi sebanyak 33 host, terjadi kenaikan kembali nilai jitter lagi pada topologi abilene menjadi 0,00000785 ms dan pada topologi mesh memiliki penurunan angka jitter menjadi 0,00000872 ms.

35

BAB 5 PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil data dan analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan yaitu :

1. Jaringan SDN masih mampu melakukan penanganan aliran yang sangat baik pada saat keadaan dalam pemutusan jaringan.

2. Nilai Throughput yang dihasilkan pada setiap percobaan bervariasi, pada jaringan SDN topologi mesh lebih dominan unggul dibandingkan topologi abilene apabila di putuskan beberapa jalur. Nilai throughput terbaik berada pada topologi Abilene 33 host dengan nilai throughput 5,82 bytes/s. Namun nilai kelayakan throughput keseluruhan dapat dikatakan masih sangat baik.

3. Kualitas delay juga menunjukan kualitas “sangat baik” pada topologi jaringan SDN yang telah di analalisis ini menunjukan angka delay dibawah 150 ms menurut standarisasi TIPHON, dari hasil analisa topologi mesh lebih unggul dibandingkan topologi abilene walaupun skenario perputusan jalur sudah dilakukan . Nilai delay terbaik berada pada topologi mesh 33 host dengan nilai 0,130 ms.

4. Kualitas Jitter pada standarisasi TIPHON juga menunjukan kualitas yang baik pada kedua topologi ini, pada analisa yang telah dilakukan topologi abilene lebih unggul pada pemutusan 3 dan 4 jalur, sedangkan pada topologi mesh unggul pada saat adanya pemutusan 1 jalur, 2 jalur dan tidak adanya pemutusan jalur. Nilai jitter terbaik berada pada topologi mesh 33 host dengan nilai 0,0000000560 ms.

Implementasi pemutusan jalur pada jaringan SDN di 2 topologi antara topologi abilene dan mesh menunjukan hasil yang masih sangat baik, sistem pada kontroler juga masih memiliki nilaisangat baik dan topologi mesh dominan lebih unggul dibandingkan topologi abilene.

36

5.2. SARAN

Dengan melihat keterbatasannya dalam penelitian dan sistem ini, penulis memiliki beberapa saran untuk pengembangan yang lebih lanjut dari penelitian yang telah dilakukan diantaranya :

1. Melakukan analisis dan performansi pada jaringan SDN menggunakan skenario link failure pada controller lain seperti ONOS, NOX, POX, dll.

2. Melakukan implementasi link failure pada jalur pemutusan yang lebih banyak serta menggunakan host dan switch yang lebih banyak

3. Diperlukannya penelitian lebih lanjut dalam performansi jaringan SDN dengan skenario link failure dengan parameter selain Throughput, delay dan jitter.

37

DAFTAR PUSTAKA

[1] M. Hidayat, N. Rosyid, Y. Sekip, U. Iv, and Y. Indonesia, “Analisis Kinerja dan Karakteristik Arsitektur Software-Defined Network Berbasis Opendaylight Controller,” 2017.

[2] S. L. Hanifa and R. Kartadie, “UJI PERFORMA KONTROLER SOFTWARE-DEFINE NETWORK FLOODLIGHT vs ONOS,” JIPI J. Ilm. Penelit. Dan Pembelajaran Inform., vol. 3, no. 2, 2018.

[3] I. Ummah and D. Abdillah, “Perancangan simulasi jaringan virtual berbasis software-define networking,” Indones. J. Comput. Indo-JC, vol. 1, no. 1, pp. 95–

106, 2016.

[4] M. W. Putra, E. S. Pramukantoro, and W. Yahya, “Analisis Perbandingan Performansi Kontroler Floodlight, Maestro, RYU, POX Dan ONOS Dalam Arsitektur Software Defined Network (SDN),” J. Pengemb. Teknol. Inf. Dan Ilmu Komput. E-ISSN, vol. 2548, p. 964X, 2018.

[5] I. P. A. E. Pratama and I. M. A. Wikantyasa, “Implementasi dan Analisis Simulasi QOS dan Perfomance Device dengan Menggunakan ONOS dan Iperf3,” Metode, vol. 4, no. 2, 2019.

[6] R. M. Negara and R. Tulloh, “Analisis Simulasi Penerapan Algoritma OSPF Menggunakan RouteFlow pada Jaringan Software Defined Network (SDN),” J INFOTEL Inform.-Telekomun-Elektron Vol 9 No 1 Pp 75–83, 2017.

[7] H. A. Friwansya, I. D. Irawati, and Y. S. Hariyani, “Implementasi Protokol Routing Ebgp Pada Software Defined Network Berbasis Routeflow.ris,”

EProceedings Appl. Sci., vol. 4, no. 3, 2018.

[8] E. P. Aprilianingsih, R. Primananda, and A. Suharsono, “Analisis Fail Path Pada Arsitektur Software Defined Network Menggunakan Dijkstra Algorithm,” J.

Pengemb. Teknol. Inf. Dan Ilmu Komput. E-ISSN, vol. 2548, p. 964X, 2017.

[9] H. E. Putra and S. I. Lestariningati, “PENERAPAN ARSITEKTUR SOFTWARE-DEFINED NETWORKING BERBASIS OPENFLOW PADA SIMULASI JARINGAN VIRTUAL”.

[10] R. D. J. Fauzi, R. Primananda, and W. Yahya, “Perbandingan Routing Ulang Pada Algoritme Dijkstra dan Floyd-Warshall Dalam Mengatasi Link Failure Pada Arsitektur SDN,” J. Pengemb. Teknol. Inf. Dan Ilmu Komput. E-ISSN, vol. 2548, p. 964X, 2018.

[11] F. Indyawan, “Pengertian VirtualBox, Fungsi dan Cara Kerjanya,” Aug. 21, 2018.

Pengertian VirtualBox, Fungsi dan Cara Kerjanya (accessed Aug. 12, 2021).

[12] A. R. D. Nugraha, R. M. Negara, and D. D. Sanjoyo, “High Availability Performance on Opendaylight SDN Controller Platform (OSCP) Clustering and Opendaylight with Heartbeat-Distributed Replicated Block Device (DRBD),” J.

Infotel, vol. 10, no. 3, pp. 149–156, 2018.

[13] F. Ramadhan, R. Primananda, and W. Yahya, “Implementasi Routing Berbasis Algoritme Dijkstra Pada Software Defined Networking Menggunakan Kontroler Open Network Operating System,” p. 11.

[14] Eril, “Pengertian Topologi Mesh Serta Kelebihan dan Kekurangannya,”

Pengertian Topologi Mesh Serta Kelebihan dan Kekurangannya, Jan. 29, 2020.

https://qwords.com/blog/pengertian-topologi-Mesh-serta-kelebihan-dan-kekurangannya/ (accessed Jan. 18, 2021).

38

[15] A, “Mengenal Wireshark, Fungsi dan Cara kerjanya.”

https://hosteko.com/blog/mengenal-wireshark-fungsi-dan-cara-kerjanya (accessed Jan. 18, 2021).

[16] M. Riadi, “Pengertian, Layanan dan Parameter Quality of Service (QoS),” May 26, 2019. https://www.kajianpustaka.com/2019/05/pengertian-layanan-dan-parameter-quality-of-service-qos.html (accessed Jun. 27, 2021).

39

LAMPIRAN

Lampiran I. Instalasi mininet

Lampiran II. Instalasi controller Opendaylight git clone git://github.com/mininet/mininet

cd mininet

git tag # list available versions git checkout -b mininet-2.2.1 2.3.0 cd ..

mininet/util/install.sh [-nfv] *(install mininet menggunakan home dir) install.sh -h

sudo apt-get update

sudo apt-get -y install unzip vim wget

# install Java JRE

sudo apt-get -y install openjdk-8-jre sudo update-alternatives --config java

sudo echo 'export JAVA_HOME=/usr/lib/jvm/java-8-openjdk-amd64/jre' >>

~/.bashrc source ~/.bashrc

# cek java home sudah sesuai atau belum echo $JAVA_HOME

# buat direktori untuk lokasi instalasi ODL sudo mkdir /usr/local/karaf

# move opendaylight yang sudah di download ke direktori karaf sudo mv karaf-0.8.4.zip /usr/local/karaf

# move opendaylight yang sudah di download ke direktori karaf sudo mv karaf-0.8.4.zip /usr/local/karaf

Dokumen terkait