• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Fungsi Memilih Tema Aktif Peta

No. Deskripsi Uji Kondisi Awal Skenario Uji Hasil yang Diharapkan Hasil yang Muncul Status

1

Memeriksa pilihan layer, sehingga terdapat tampilan tema peta yang sesuai

Berada pada halaman awal peta atau setelah pengguna menekan tombol "refresh"

Pengguna mengaktifkan layer penderita DBD titik dalam tahun 2006, kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer titik DBD tahun 2006

Peta dengan layer titik DBD tahun 2006

1*

Pengguna mengaktifkan layer jumlah penderita DBD poligon pada bulan tertentu, misalnya Januari, kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer poligon DBD bulan Januari

Peta dengan layer

poligon DBD bulan

Januari 1 Pengguna mengaktifkan layer CH rataan

2002-2006 pada bulan tertentu, misalnya Januari, kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer CH rataan 2002- 2006 bulan Januari

Peta dengan layer CH rataan 2002-2006 bulan Januari 1 Pengguna mengaktifkan layer relasi rataan

2002-2006 pada bulan tertentu, misalnya bulan Januari, kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer relasi rataan 2002- 2006 bulan Januari

Peta dengan layerrelasi rataan 2002-2006 bulan Januari 1 Pengguna mengaktifkan layer sebaran CH

tahun 2006 bulan Januari, kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer sebaran CH tahun 2006 bulan Januari

Peta dengan layer

sebaran CH tahun 2006 bulan Januari

1 Pengguna mengaktifkan layer kontur

sebaran CH tahun 2006 bulan Januari, kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer kontur sebaran CH tahun 2006 bulan Januari

Peta dengan layer

kontur sebaran CH tahun 2006 bulan Januari

1 Pengguna mengaktifkan layer peta dasar,

kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer peta dasar

Peta dengan layer peta dasar 1 Pengguna mengaktifkan layer administrasi

kecamatan, kemudian pengguna menekan

Tampilan peta dengan

layer administrasi

Peta dengan layer

Lampiran 16 Lanjutan

Pengguna mengaktifkan layer administrasi kelurahan, kemudian pengguna menekan

tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer administrasi kelurahan

Peta dengan layer

administrasi kelurahan 1 Pengguna mengaktifkan layer sungai,

kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer sungai

Peta dengan layer

sungai 1 Pengguna mengaktifkan layer jalan,

kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer jalan

Peta dengan layer jalan 1 Pengguna mengaktifkan layer landuse

(tataguna lahan), kemudian pengguna menekan tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer landuse

Peta dengan layer

landuse 1 Pengguna mengaktifkan layer bangunan

dengan melakukan perbesaran melalui tombol "zoom in" dan mengklik kursor pada peta sebanyak dua kali (layer bangunan akan aktif setelah dilakukan dua kali perbesaran)

Tampilan peta dengan

layer bangunan

Peta dengan layer

bangunan

1

Pengguna mengaktifkan layer stratifikasi tahun 2006, kemudian pengguna menekan

tombol "refresh"

Tampilan peta dengan

layer stratifikasi tahun 2006

Peta dengan layer

stratifikasi tahun 2006 1

*1: Hasil sesuai harapan (OK); 2: Hasil tidak sesuai harapan (FAIL).

Pengujian Fungsi Melakukan Edit Peta

No. Deskripsi Uji Kondisi Awal Skenario Uji Hasil yang Diharapkan Hasil yang Muncul Status

1

Menambah data penderita DBD per- titik

Berada pada halaman awal peta atau setelah pengguna menekan tombol "refresh"

Pengguna melakukan upload file SHP, SHX, dan DBF yang berisi data titik penderita DBD yang terletak pada koordinat (696900, 9269543)

Terdapat tambahan titik penderita DBD pada peta dilengkapi dengan atribut penderita DBD di koordinat (696900, 9269543)

Peta dengan titik penderita DBD di koordinat (696900, 9269543) beserta atribut penderita DBD

Lampiran 16 Lanjutan

Layer titik yang bisa di-edit

telah diaktifkan, misalnya

layer penderita titik DBD, kemudian memilih kursor untuk menambah data titik

Pengguna meletakkan kursor di lokasi penderita DBD pada peta, misalnya di koordinat (699832, 9270356), kemudian akan muncul form isian untuk memasukkan data atribut penderita DBD, berupa umur, kelamin, alamat, dan bulan terkena DBD

Terdapat tambahan titik penderita DBD pada peta di koordinat (699832, 9270356) dilengkapi dengan atribut penderita DBD yang dimasukkan oleh pengguna

Peta dengan titik penderita DBD di koordinat (699832, 9270356) beserta atribut penderita DBD yang telah ditambah

1

2

Mengubah data penderita DBD

Layer titik yang bisa di-edit

telah diaktifkan, misalnya

layer penderita titik DBD, kemudian memilih kursor untuk mengubah data titik

Pengguna meletakkan kursor di lokasi penderita DBD pada peta di koordinat (696900, 9269543), kemudian akan muncul form isian untuk mengubah data atribut penderita DBD, misalnya dengan mengubah bulan terkena DBD menjadi bulan Januari

Terdapat titik penderita DBD pada peta di koordinat (696900, 9269543) dilengkapi dengan atribut penderita DBD yang telah diubah oleh pengguna, yaitu perubahan data bulan menjadi bulan Januari

Peta dengan titik penderita DBD di koordinat (696900, 9269543) beserta atribut penderita DBD yang telah diubah, yaitu bulan terkena DBD menjadi bulan Januari

1

3

Menghapus data penderita DBD

Layer titik yang bisa di-edit

telah diaktifkan, misalnya

layer penderita titik DBD, kemudian memilih kursor untuk menghapus data titik

Pengguna meletakkan kursor di lokasi penderita DBD pada peta koordinat (696900, 9269543), kemudian akan muncul dialog untuk mengklarifikasi penghapusan data

Tidak terdapat titik penderita DBD pada peta di koordinat (696900, 9269543) yang telah dihapus oleh pengguna

Peta dengan tidak adanya titik penderita DBD di koordinat (696900, 9269543) yang telah dihapus

1

*1: Hasil sesuai harapan (OK); 2: Hasil tidak sesuai harapan (FAIL).

Pengujian Fungsi Mencetak Tampilan Peta

No. Deskripsi Uji Kondisi Awal Skenario Uji Hasil yang Diharapkan Hasil yang Muncul Status

1

Mencetak tampilan peta dalam bentuk PDF

Berada pada halaman peta atau setelah pengguna menekan tombol "reset session"

Pengguna memilih tema yang diinginkan, kemudian memilih format hasil cetakan dalam bentuk A4, mengisi judul cetakan, dan memilih untuk menampilkan legenda

Hasil cetakan dengan format hasil cetakan dalam bentuk A4, terdapat judul cetakan, dan legenda

FilePDF dengan format A4, terdapat judul

Lampiran 16 Lanjutan

Pengujian Fungsi Manipulasi Tampilan Peta

No. Deskripsi Uji Kondisi Awal Skenario Uji Hasil yang Diharapkan Hasil yang Muncul Status

1

Melakukan perubahan ukuran peta

Berada pada halaman peta atau setelah pengguna menekan tombol "reset session"

Pengguna melakukan perbesaran dengan memilih ukuran peta 1240x840

Tampilan peta dengan ukuran 1240x840

Peta dengan ukuran

1240x840 1*

2

Melakukan perubahan skala peta

Berada pada halaman peta atau setelah pengguna menekan tombol "reset session"

Pengguna melakukan perubahan dengan memilih skala peta 1:100000

Tampilan peta dengan skala 1:100000

Peta dengan skala

1:100000 1

3

Menggeser posisi peta Berada pada halaman peta atau setelah pengguna menekan tombol "reset session"

Pengguna menggeser peta dengan memilih tombol "pan" kemudian menggeser peta ke arah yang diinginkan, misalnya ke arah selatan

Tampilan peta bergeser ke arah utara sejauh

pergeseran yang

dilakukan oleh pengguna

Peta yang telah bergeser ke arah utara

1 Pengguna menggeser peta dengan memilih

tombol "S" yang artinya akan menggeser peta ke arah selatan

Tampilan peta bergeser ke arah selatan

Peta yang telah bergeser ke arah selatan 1

4

Melakukan full-extent

peta

Berada pada halaman peta dengan peta yang telah diperbesar, diperkecil, atau digeser

Pengguna melakukan full-extent dengan memilih tombol "full-extent"

Tampilan peta dalam posisi full-extent

Peta dalam posisi full- extent

1

*1: Hasil sesuai harapan (OK); 2: Hasil tidak sesuai harapan (FAIL).

Pengujian Fungsi Melakukan Kueri Peta

No. Deskripsi Uji Kondisi Awal Skenario Uji Hasil yang Diharapkan Hasil yang Muncul Status

1

Melakukan kueri titik Layer titik yang bisa dikueri telah diaktifkan, misalnya

layer penderita titik DBD

Pengguna melakukan kueri titik dengan memilih tombol "query" kemudian memilih titik yang diinginkan di koordinat (696900, 9269543)

Tampilan titik penderita DBD di koordinat (696900, 9269543) yang dikueri akan di-hilightdan terdapat tabel atribut hasil kueri

Titik penderita DBD di koordinat (696900, 9269543) yang di-

hilight dan tabel atribut hasil kueri

Lampiran 16 Lanjutan

2

Melakukan kueri poligon Layer poligon yang bisa dikueri telah diaktifkan, misalnya layer peta dasar

Pengguna melakukan kueri poligon dengan memilih tombol "query" kemudian memilih poligon yang diinginkan, misalnya poligon Baranang Siang

Tampilan poligon Baranang Siang yang dikueri akan di-hilightdan terdapat tabel atribut hasil kueri yaitu jumlah penderita DBD lima tahun dalam satu wilayah poligon (kelurahan) tersebut

Poligon Baranang Siang yang di-hilight dan tabel atribut hasil kueri berisi jumlah penderita DBD lima tahun dalam satu wilayah poligon (kelurahan) tersebut

1

*1: Hasil sesuai harapan (OK); 2: Hasil tidak sesuai harapan (FAIL).

Pengujian Fungsi Melakukan Perhitungan Peta

No. Deskripsi Uji Kondisi Awal Skenario Uji Hasil yang Diharapkan Hasil yang Muncul Status

1

Menghitung jarak titik pada peta

Berada pada halaman peta atau setelah pengguna menekan tombol "refresh", posisi peta berada di sekitar kelurahan Baranang Siang dan layer

bangunan telah diaktifkan

Pengguna memilih tombol "distance" kemudian mengklik satu titik pada peta dan mengklik lagi pada satu titik lainnya, misalnya mengklik pada titik tugu Kujang dan mengklik pada titik kantor walikota Bogor

Hasil perhitungan jarak antara titik tugu Kujang dan titik kantor walikota Bogor dalam meter, yaitu sekitar 1376 meter

Jarak antara titik tugu Kujang dan titik kantor walikota Bogor sekitar 1370 meter 1

*

2

Menghitung luas permukaan pada peta

Berada pada halaman peta atau setelah pengguna menekan tombol "refresh"

Pengguna memilih tombol "surface" kemudian mengklik satu titik kemudian mengklik lagi di lokasi lain dan diulangi beberapa kali sampai membentuk satu poligon utuh, misalnya membentuk poligon kelurahan Baranang Siang

Hasil perhitungan luas permukaan dari poligon yang terbentuk dalam meter persegi yaitu sekitar 280 meter persegi

Luas permukaan poligon Baranang Siang sekitar 280 meter

persegi 1

ALBERT YOSUA

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

of Bogor. Under the direction of HARI AGUNG ADRIANTO and WISNU ANANTA KUSUMA. The needs of publishing information about infect diseases are required by many organizations such as Official Health Department. One of information is the spreading of dengue fever spatially. Dengue fever at Indonesia, especially Bogor has occurred every year. The solution of this problem is by using the advantages of web-based Geographic Information Systems (GIS) technology.

The development of web-based GIS was to giving the information about rainfall and the spreading of dengue fever at village administration that located in Bogor municipality. But, the data of rainfall were not represents all of the village so the rainfall value of that village were estimated through spatial interpolation. Estimating was using inverse distance weighted method. Spatial interpolation is a process of using points with known values to estimate value at other points, for these studies the known points were three weather stations at Bogor municipality.

The average of dengue fever total for year of 2002-2006 shows when rainy season from the beginning of year until the starting of dry season at the middle of year, dengue fever increased steadily. It increased approximately about 200 sufferers per month. The overlay mapping of rainfall value with dengue fever sufferer gives information that dengue fever happened excessive at December to July with the maximum sufferer were found at March in village administration of Kebon Pedes and Sukaresmi. At this month the value of rainfall was 320-370 millimeters. Another fact founded is dengue fevers were not increased, on other word decreased, at August until November. Access time of these mapping were counted to get some information to analyze. As a result, differences function for manipulating maps were not give influence directly to the access time.

Keywords: geographic information systems, dengue fever, rainfall value, spatial interpolation, inverse distance weighted

ALBERT YOSUA. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Penyebaran Demam Berdarah Dengue Kota Bogor. Dibimbing oleh HARI AGUNG ADRIANTO dan WISNU ANANTA KUSUMA.

Kebutuhan untuk melakukan penyebaran informasi penyakit menular diperlukan oleh beberapa pihak, seperti Dinas Kesehatan. Salah satu informasinya adalah mengenai penyebaran penderita demam berdarah dengue (DBD) secara spasial. DBD di Indonesia khususnya Kota Bogor terjadi hampir setiap tahun. Solusi dari permasalahan di atas dapat diatasi dengan memanfaatkan teknologi aplikasi SIG berbasiskan web.

Sistem dikembangkan untuk memberikan informasi curah hujan (CH) dan penyebaran penderita DBD perkelurahan di Kota Bogor. Namun, data CH yang diperoleh belum mewakili semua kelurahan yang ada di Kota Bogor sehingga dilakukan interpolasi spasial dengan metode

inverse distance weighted untuk mengetahui nilai CH setiap kelurahan. Interpolasi spasial menggunakan data nilai CH dari stasiun cuaca di Bogor yang diketahui.

Data rata-rata bulanan penderita DBD tahun 2002-2006 menunjukkan bahwa pada saat musim hujan pada awal tahun hingga menjelang musim kemarau pada pertengahan tahun terjadi lonjakan jumlah penderita yaitu sekitar 200 penderita dalam sebulan. Pemetaan overlay CH dengan serangan DBD menunjukkan kasus DBD banyak terjadi di bulan Desember sampai bulan Juli dan penyebaran tertinggi terjadi pada bulan Maret di kelurahan Kebon Pedes dan Sukaresmi. Pada bulan tersebut CH berada pada tingkat 320-370 milimeter. Fakta lain menunjukkan bahwa kasus DBD tidak mengalami peningkatan pada bulan Agustus sampai November. Waktu akses dari hasil pemetaan tersebut kemudian diukur dan diperoleh informasi bahwa proses fungsi yang berbeda untuk memanipulasi peta tidak mempengaruhi waktu akses.

Kata kunci: sistem informasi geografis, demam berdarah dengue, curah hujan, interpolasi spasial,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan sistem yang cukup menarik untuk dikaji. Sistem ini dalam perkembangannya selalu dibuat agar lebih interaktif. SIG melakukan integrasi data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut (tabel sistem basisdata), dan elemen penting lainnya seperti audio maupun video.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan waktu, kebutuhan akan adaptasi penerapan SIG juga berkembang. Bila sebelumnya para pengguna sudah merasa cukup dengan aplikasi SIG standalone, sekarang tidak lagi. Para pengguna menginginkan aplikasi yang tersambung melalui jaringan LAN atau internet. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan publikasi produk SIG ataupun penyebaran informasi berbasis spasial.

Berangkat dari hal tersebut, banyak pihak yang berkeinginan dan ikut serta dalam mengembangkan aplikasi SIG berbasiskan jaringan LAN dan internet. Perkembangan aplikasi SIG model ini juga meningkatkan isu- isu konsep dan teknologi seputar SIG dan jaringan komputer.

Pada saat ini, kebutuhan untuk melakukan penyebaran informasi penyakit menular diperlukan oleh beberapa pihak, seperti Dinas Kesehatan. Salah satu informasinya adalah mengenai penyebaran penderita demam berdarah dengue (DBD) secara spasial. DBD di Indonesia khususnya Kota Bogor terjadi hampir setiap tahun.

Solusi dari permasalahan di atas dapat diwujudkan dengan memanfaatkan teknologi aplikasi SIG berbasiskan web. Jika informasi spasial tersebut telah dipublikasikan secara bebas dan online, banyak manfaat yang akan diperoleh. Salah satunya yaitu lembaga atau instansi yang berkepentingan dalam menanggulangi penyakit menular akan menggunakan data spasial sebagai alat bantu visual untuk kegiatan terkait. Data spasial, data lokasi penderita, beserta atribut (umur, jenis kelamin) dapat dipetakan dan ditinjau secara online dan periodik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan aplikasi SIG berbasis web. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu sistem informasi

dengan menggunakan MapServer. Penyajian sistem dirancang agar mudah diakses oleh berbagai pihak terkait. Informasi akan disajikan dalam bentuk peta yang menunjukkan curah hujan dan penyebaran penderita DBD perkelurahan.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1 Peta geografi Kota Bogor meliputi wilayah kecamatan dan kelurahan, tahun 2005.

2 Data geografi yang digunakan adalah posisi suatu lokasi, nama lokasi, dan luas wilayah.

3 Data geografi disajikan dalam bentuk peta.

4 Penelitian akan menghasilkan sistem berbasis web.

5 Analisis kinerja sistem dari segi ukuran

file gambar yang dihasilkan, kecepatan proses render peta sehingga dapat ditampilkan pada browser dalam bentuk gambar dengan menggunakan MapServer dan perbandingan jarak antara objek yang ada di peta dengan jarak yang sebenarnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang dapat menangkap, menyimpan, menganalisis, melakukan kueri, dan menampilkan data geografi. SIG dapat dibagi menjadi empat komponen (Kang 2002) yaitu:

1 Sistem komputer

Sistem komputer berupa komputer dan sistem operasi yang digunakan untuk mengoperasikan SIG.

2 Perangkat lunak SIG

Perangkat lunak SIG berupa program dan antarmuka pengguna untuk menjalankan perangkat keras.

3 Perangkat fikir

Perangkat fikir merujuk pada tujuan, sasaran, dan alasan penggunaan SIG. 4 Infrastruktur

Infrastruktur merujuk pada kebutuhan fisik berhubungan dengan organisasi dan lingkungan pengunaan SIG.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan sistem yang cukup menarik untuk dikaji. Sistem ini dalam perkembangannya selalu dibuat agar lebih interaktif. SIG melakukan integrasi data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut (tabel sistem basisdata), dan elemen penting lainnya seperti audio maupun video.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan waktu, kebutuhan akan adaptasi penerapan SIG juga berkembang. Bila sebelumnya para pengguna sudah merasa cukup dengan aplikasi SIG standalone, sekarang tidak lagi. Para pengguna menginginkan aplikasi yang tersambung melalui jaringan LAN atau internet. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan publikasi produk SIG ataupun penyebaran informasi berbasis spasial.

Berangkat dari hal tersebut, banyak pihak yang berkeinginan dan ikut serta dalam mengembangkan aplikasi SIG berbasiskan jaringan LAN dan internet. Perkembangan aplikasi SIG model ini juga meningkatkan isu- isu konsep dan teknologi seputar SIG dan jaringan komputer.

Pada saat ini, kebutuhan untuk melakukan penyebaran informasi penyakit menular diperlukan oleh beberapa pihak, seperti Dinas Kesehatan. Salah satu informasinya adalah mengenai penyebaran penderita demam berdarah dengue (DBD) secara spasial. DBD di Indonesia khususnya Kota Bogor terjadi hampir setiap tahun.

Solusi dari permasalahan di atas dapat diwujudkan dengan memanfaatkan teknologi aplikasi SIG berbasiskan web. Jika informasi spasial tersebut telah dipublikasikan secara bebas dan online, banyak manfaat yang akan diperoleh. Salah satunya yaitu lembaga atau instansi yang berkepentingan dalam menanggulangi penyakit menular akan menggunakan data spasial sebagai alat bantu visual untuk kegiatan terkait. Data spasial, data lokasi penderita, beserta atribut (umur, jenis kelamin) dapat dipetakan dan ditinjau secara online dan periodik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan aplikasi SIG berbasis web. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu sistem informasi geografis penyebaran DBD berbasis web

dengan menggunakan MapServer. Penyajian sistem dirancang agar mudah diakses oleh berbagai pihak terkait. Informasi akan disajikan dalam bentuk peta yang menunjukkan curah hujan dan penyebaran penderita DBD perkelurahan.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1 Peta geografi Kota Bogor meliputi wilayah kecamatan dan kelurahan, tahun 2005.

2 Data geografi yang digunakan adalah posisi suatu lokasi, nama lokasi, dan luas wilayah.

3 Data geografi disajikan dalam bentuk peta.

4 Penelitian akan menghasilkan sistem berbasis web.

5 Analisis kinerja sistem dari segi ukuran

file gambar yang dihasilkan, kecepatan proses render peta sehingga dapat ditampilkan pada browser dalam bentuk gambar dengan menggunakan MapServer dan perbandingan jarak antara objek yang ada di peta dengan jarak yang sebenarnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang dapat menangkap, menyimpan, menganalisis, melakukan kueri, dan menampilkan data geografi. SIG dapat dibagi menjadi empat komponen (Kang 2002) yaitu:

1 Sistem komputer

Sistem komputer berupa komputer dan sistem operasi yang digunakan untuk mengoperasikan SIG.

2 Perangkat lunak SIG

Perangkat lunak SIG berupa program dan antarmuka pengguna untuk menjalankan perangkat keras.

3 Perangkat fikir

Perangkat fikir merujuk pada tujuan, sasaran, dan alasan penggunaan SIG. 4 Infrastruktur

Infrastruktur merujuk pada kebutuhan fisik berhubungan dengan organisasi dan lingkungan pengunaan SIG.

Struktur Data Spasial

Dalam kerangka kerja SIG, data secara logika dibagi menjadi dua kategori, data spasial dan data tekstual (atribut). Data spasial merupakan data yang memiliki informasi lokasi atau data yang bereferensi geografis dan data atribut merupakan data yang memiliki informasi fitur spasial (Kang 2002). Interpolasi

Interpolasi memrediksi nilai dari sel pada raster yang memiliki jumlah data titik contoh terbatas. Interpolasi dapat digunakan untuk memprediksi nilai yang tidak diketahui dari data titik geografis: elevasi, CH, konsentrasi kimia, tingkat kebisingan, dan lain-lain (McCoy dan Johnston 2002).

Gambar 1 sebelah kiri merupakan sekumpulan data yang telah diketahui nilainya. Gambar sebelah kanan merupakan sebuah raster yang telah diinterpolasi dari titik sebelumnya. Nilai yang tidak diketahui diprediksi dengan sebuah formula matematika menggunakan nilai dari titik terdekat yang diketahui. Sel merah menandakan nilai masukan dari sekumpulan data titik.

Gambar 1 Interpolasi.

Terdapat berbagai alasan untuk menggunakan interpolasi. Untuk mengunjungi setiap area yang akan diteliti agar diperoleh nilai ketinggian, kekuatan, atau konsentrasi dari suatu fenomena biasanya sangat sulit atau mahal. Oleh karena itu, dipilih masukan lokasi titik contoh dan nilai hasil prediksi dapat diberikan kepada lokasi lainnya. Masukan

Dokumen terkait