• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. DATA DAN ANALISA

4.2 Pengukuran dan Analisa Kualitas Layanan Video Call Menggunakan

4.2.4 Pengukuran dan Analisa Jitter

Jitter merupakan variasi waktu kedatangan tiap paket. Jitter diakibatkan oleh lintasan tempuh yang berbeda-beda antar paket, variasi-variasi dalam panjang antrian, dan waktu pengolahan data. ITU-T G.1010 merekomendasikan

jitter yang baik adalah kurang dari 30 ms.

Pada saat uji coba, jitter yang diukur merupakan jitter rata-rata (average) yang tertangkap oleh wireshark. Hasil pengukuran parameter jitter ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Hasil pengukuran jitter pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa penurunan jitter mengikuti besarnya

bandwidth yang diujikan. Nilai jitter terkecil terletak pada bandwidth 1024 Kbps

sebesar 0,61 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 1,93 ms untuk resolusi 704 x 576. Penurunan paling besar terletak pada bandwidth 512 Kbps yaitu sebesar 2,26 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 1,57 ms untuk resolusi 704 x 576.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Jitter

352 x 288 704 x 576

Besar nilai jitter dari pengamatan pada resolusi 352 x 288 bernilai 0,61 – 3,7 ms, sedangkan untuk resolusi 704 x 576 bernilai 1,93 – 4,59. Hasil dari percobaan ini menyatakan nilai jitter masih memenuhi standar untuk Quality of

Service.

4.3 Pengukuran dan Analisa Kualitas Layanan Video Call Menggunakan Codec H.264 pada Resolusi 352 x 288 dan Resolusi 704 x 576

Hasil dari pengukuran kualitas layanan video call menggunakan codec H.264 pada resolusi 352 x 288 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 352 x 288 menggunakan codec H.264 Bandwidth (Kbps) Delay (s) Throughput (Kbit/sec) Packet Loss (%) Jitter (ms) Keterangan 128 0,02437 114 23,7 3,73 Buruk 256 0,01347 199 10,4 0,81 Buruk 512 0,01238 345 0 0,76 Baik 1024 0,00963 487 0 0,49 Baik

Pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa untuk resolusi 352 x 288,

bandwidth yang tepat untuk codec H.264 adalah 512 Kbps. Suara dan video yang

dikirim juga sudah baik selain itu dapat dilihat pula packet loss sebesar 0.00 %. .Hasil dari pengukuran kualitas video call menggunakan codec H.264 pada resolusi 704 x 576 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil pengukuran QoS pada resolusi 704 x 576 menggunakan codec H.264 Bandwidth (Kbps) Delay (s) Throughput (Kbit/sec) Packet Loss (%) Jitter (ms) Keterangan 128 0,03170 121 23,3 6,71 Buruk 256 0,02258 239 17,6 4,6 Buruk

512 0,01285 371 6,0 3,77 Cukup

1024 0,01116 554 0 1,96 Baik

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada bandwidth 1024 Kbps adalah

bandwidth yang tepat untuk resolusi 704 x 576, suara dan video yang dikirim juga

sudah baik selain itu dapat dilihat pula packet loss adalah 0.00 % . 4.3.1 Pengukuran dan Analisa Delay

Pada uji coba pengukuran delay akan dilakukan Video Call antar kedua

client. Paket yang lewat akan ditangkap di client dengan menggunakan parangkat

lunak wireshark. Berdasarkan ITU-T G1010 nilai delay untuk kualitas layanan

Video Call yang baik adalah lebih kecil dari 150 ms. Hasil pengukuran parameter delay dapat dilihat Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Hasil Pengukuran Delay Pada Resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Dari grafik dari Gambar 4.7 di atas dapat diamati hubungan delay dan

bandwidth berbanding terbalik. Semakin tinggi bandwidth yang diberikan maka

nilai delay semakin rendah. Jika kita anggap bandwidth itu sebagai jalur data, maka delay terjadi akibat jalur data yang kecil sehingga terjadi waktu tunda ketika

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Delay

352 x 288 704 x 576

data tersebut ditransmisikan. Pada bandwidth 512 Kbps dan 1024 Kbps untuk kedua resolusi keadaan delay sudah stabil, yang artinya bandwidth yang digunakan sudah memadai. Jika bandwidth dinaikkan maka pengurangan nilai

delay hanya sedikit.

4.3.2 Pengukuran dan Analisa Throughput

Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Hasil pengukuran parameter throughput yang ditangkap oleh

wireshark dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Hasil pengukuran Throughput pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Berdasarkan grafik pada Gambar 4.8 dapat dilihat hubungan throughput terhadap bandwidth yang berbanding lurus. Semakin tinggi bandwidth yang diberikan dalam jaringan maka semakin tinggi pula nilai throughput. Pada

bandwidth 1024 Kbps terjadi kenaikan yang cukup besar.

Besarnya nilai throughput tergantung oleh besarnya ukuran file dan jumlah paket yang dikirim perdetik, semakin besar ukuran data dan jumlah paket yang

0 100 200 300 400 500 600 128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Throughput

352 x 288 704 x 576

dikirim perdetik, maka nilai throughput juga semakin besar. Semakin besar

bandwidth yang diberikan maka paket yang dapat dikirim perdetik juga akan

semakin besar, yang artinya throughput juga akan semakin besar pula. 4.3.3 Pengukuran dan Analisa Packet Loss

Packet loss menentukan besarnya paket yang hilang pada saat video call

berlangsung dari source address ke destination address dan sebaliknya. Hasil pengukuran parameter packet loss yang ditangkap oleh wireshark ditunjukkan pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Hasil pengukuran Packet Loss pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Berdasarkan Gambar 4.9 dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi

bandwidth maka packet loss akan semakin kecil. Pada bandwidth 512 Kbps untuk

resolusi 352 x 288 keadaan packet loss sudah 0 % yang artinya pada bandwidth ini sudah memadai untuk melakukan panggilan. Sedangkan untuk resolusi 704 x 576 nilai packet loss 0% pada bandwidth 1024 Kbps yang artinya untuk resolusi ini panggilan sebaiknya dilakukan pada bandwidth 1024 Kbps. Untuk resolusi 352 x 288 nilai paket loss saat sistem melakukan video call berkisar 0,00 % sampai

0 5 10 15 20 25 128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Packet Loss (%)

352 x 288 704 x 576

23,7 %, sedangkan pada resolusi 704 x 576 nilai packet loss berkisar dari 0,00 % sampai 23,3 % dimana besar packet loss yang masih diperbolehkan adalah lebih kecil dari 10%. Yang artinya pada bandwidth 128 Kbps dan 256 Kbps tidak diperkenankan karena melewati batas toleransi.

Dari Gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa packet loss yang paling besar terletak pada bandwidth 128 Kbps. Hal ini dikarenakan bandwidth yang diberikan yang terlalu kecil, sehingga pengiriman informasi menjadi terganggu. Tingkat packet loss yang besar dapat mengurangi nilai throughput. Tingkat packet

loss yang besar pada pangilan video call mengakibatkan ada bagian tertentu dari

video atau suara yang terputus. Jika bagian yang terputus cukup banyak, maka informasi yang sampai juga berkurang.

4.3.4 Jitter

Jitter merupakan variasi waktu kedatangan tiap paket. Jitter diakibatkan oleh lintasan tempuh yang berbeda-beda antar paket, variasi-variasi dalam panjang antrian, dan waktu pengolahan data. ITU-T G.1010 merekomendasikan

jitter yang baik adalah kurang dari 30 ms.

Pada saat uji coba, jitter yang diukur merupakan jitter rata-rata (average) yang tertangkap oleh wireshark. Hasil pengukuran parameter jitter ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Hasil pengukuran jitter pada resolusi 352 x 288 dan 704 x 576 Pada Gambar 4.10 terlihat bahwa penurunan jitter mengikuti besarnya

bandwidth yang diujikan. Nilai jitter terkecil terletak pada bandwidth 1024 Kbps

sebesar 0,49 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 1,96 untuk resolusi 704 x 576. Penurunan paling besar terletak pada bandwidth 512 Kbps yaitu sebesar 2,92 ms untuk resolusi 352 x 288 dan 2,11 ms untuk resolusi 704 x 576.

Besar nilai jitter dari pengamatan pada resolusi 352 x 288 bernilai 0,49 – 3,73 ms, sedangkan untuk resolusi 704 x 576 bernilai 1,96 – 6,71 ms. Hasil dari percobaan ini menyatakan nilai jitter masih memenuhi standar untuk Quality of

Service. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1024 Kbps

Jitter

352 x 288 704 x 576

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada implementasi aplikasi Video

Call mengunakan perangkat NSN FlexiPacket Radio dengan variasi bandwidth

128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps, 1024 Kbps maka diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan acuan:

1. Pengujian video call untuk codec H.263 pada resolusi 352 x 288 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

2. Pengujian video call untuk codec H.264 pada resolusi 352 x 288 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 512 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

3. Pengujian video call untuk codec H.263 pada resolusi 704 x 576 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

4. Pengujian video call untuk codec H.264 pada resolusi 704 x 576 dapat berjalan dengan baik pada minimum bandwidth 1024 Kbps dengan acuan dari ITU-T.

5.2 Saran

1. Untuk selanjutnya akan lebih baik jika hasil parameter yang ditampilkan pada software wireshark dibandingkan dengan perhitungan manual.

2. Untuk selanjutnya pengujian video call dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari dua user.

DAFTAR PUSTAKA

1. Konferensi Video, http://id.wikipedia.org/wiki/konferensi_video, Februari 2014.

2. Aristian, Tiar. 11 Juli 2010. Teknologi Video Call.

http://itoftiar.blogspot.com/2010/07/teknologi-video-call.html, Februari 2014

3. Telepon Video, http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_video, Februari 2014.

4. Handojo, Andreas dan justinus andjarwirawan. 2009. Aplikasi video

conference dengan kemampuan beroperasi pada IPV4 dan IPV6. Jurusan

teknik informatika universitas Kristen petra. Hal 2-3.

5. Screen Resolution, http://android_magz.com/2013/09.html, Maret 2014. 6. Agung. 26 April 2013. Video Over IP - Video Conference.

http://agungborn91.wordpress.com/2013/04/26/video-over-ip-video-conference, Januari 2014.

7. Ardiansyah. 2010. Implementasi dan analisa perbandingan QoS pada

PPTP dan L2TP/IPSEC Remote Access VPN untuk layanan secured mobile IP based Video Thelephony. Jurusan teknik komputer. Hal 11-15.

8. Nanang. April 2010. H.264 / MPEG-4 / AVC

http://anangss.blogspot.com/2010/04/h264-mpeg-4-avc.html.

9. Herryawan, kusti. 2009. Modul pelatihan teknisi jardiknas dan sim keuangan, “video conference”. Hal 6-9, 10.

10.Fadilah, Rijal, S.Si. Metode Transmisi Lanjutan. Komunikasi Data & Jaringan Komputer. STMIK Balik Papan. Teknik Informatika. Hal 1.

LAMPIRAN

1. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.263 untuk resolusi 352x288

a. Bandwidth 128 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps

d. Bandwidth 1024 Kbps

2. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.263 untuk resolusi 352x288

b. Bandwidth 256 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps

3. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.263 untuk resolusi 704x576

a. Bandwidth 128 Kbps

b. Bandwidth 256 Kbps

d. Bandwidth 1024 Kbps

4. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.263 untuk resolusi 704x576

b. Bandwidth 256 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps

5. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.264 untuk resolusi 352x288

a. Bandwidth 128 Kbps

b. Bandwidth 256 Kbps

d. Bandwidth 1024 Kbps

6. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.264 untuk resolusi 352x288

b. Bandwidth 256 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps

7. Hasil Capture Delay dan Throughput pada Codec H.264 untuk resolusi 704x576

a. Bandwidth 128 Kbps

b. Bandwidth 256 Kbps

d. Bandwidth 1024 Kbps

8. Hasil Capture Packet Loss dan Jitter pada Codec H.264 untuk resolusi 704x576

a. Bandwidth 128 Kbps

c. Bandwidth 512 Kbps

Dokumen terkait