• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Arah Kiblat dengan Segitiga Siku-siku dari

BAB II : TINJAUAN UMUM ARAH KIBLAT

D. Metode Pengukuran Arah Kiblat

5. Pengukuran Arah Kiblat dengan Segitiga Siku-siku dari

Pengukuran arah kiblat dengan segitiga siku-siku dari bayangan Matahari ini merupakan metode pengukuran kiblat yang ditemukan oleh Slamet Hambali. Metode pengukuran kiblat ini menggunakan segitiga siku-siku sebagai sudut bantu untuk mengetahui arah kiblat dengan memanfaatkan bayangan Matahari yang dibentuk oleh sebuah tongkat yang berdiri tegak di tempat yang datar. Metode ini dapat dipakai kapanpun dan dimanapun selama ada Matahari.

Adapun langkah-langkah dalam pengukuran arah kiblat dengan segitiga siku-siku dari bayangan Matahari (Hambali, 2013: 80) sebagai berikut:

a) Menghitung arah kiblat dan azimut kiblat di tempat yang akan diukur arah kiblatnya.

b) Menghitung sudut waktu Matahari, dengan rumus:

t = (LMT + e – (BTL - BTx) / 15 – 12) x 15, atau t = (LMT + e – (BBL - BBx) / 15 – 12) x 15,

Keterangan:

t adalah sudut waktu Matahari dihitung dari lingkaran meridian atas Jika hasil perhitungan negatif (-) posisi Matahari berada di sebelah timur meridian atas (belum mer pass atau sebelum zawal). Jika hasil perhitungan positif (+) posisi Matahari berada di sebelah barat lingkaran meridian atas (sudah mer pass atau setelah zawal).

85

LMT adalah singkatan dari local mean time (LMT), untuk di Indonesia sama dengan waktu daerah (WD) yang meliputi Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT)

e adalah singkatan dari equation of time (perata waktu)

BTL adalah bujur timur local mean time (LMT), yaitu BT 0o, 15o, 30o dan seterusnya kelipatan dari 15o.

BTx adalah bujur timur lokasi yang akan diukur arah kiblatnya BBL adalah bujur barat local mean time (LMT), yaitu BB 0o, 15o, 30o

dan seterusnya kelipatan dari 15o.

BBx adalah bujur barat lokasi yang akan diukur arah kiblatnya

Dalam perhitungan selanjutnya jika sudut waktu (t) negatif, maka harus dirubah menjadi positif.

c) Menghitung Arah Matahari, dengan rumus:

Cotan A = tan δm cos φx : sin t – sin φx : tan t.

Keterangan:

A adalah arah Matahari dihitung dari titik utara atau titik selatan. Apabila hasil perhitungan positif (+) maka arah Matahari dihitung dari titik utara, apabila negatif (-) maka arah Matahari dihitung dari titik selatan.

δm adalah deklinasi Matahari

φx adalah lintang tempat yang akan diukur arah kiblatnya

t adalah sudut waktu Matahari, Jika hasil perhitungan negatif (-) posisi Matahari berada di sebelah timur meridian atas (belum

86

mer pass atau sebelum zawal). Jika hasil perhitungan positif (+)

posisi Matahari berada di sebelah barat lingkaran meridian atas (sudah mer pass atau setelah zawal).

d) Menghitung Azimut Matahari, dengan rumus:

- Jika A (arah Matahari) = UT, maka azimuth Matahari = tetap. - Jika A (arah Matahari) = ST, maka azimut Matahari = 180o + A. - Jika A (arah Matahari) = SB, maka azimut Matahari = 180o - A. - Jika A (arah Matahari) = UB, maka azimut Matahari = 360o - A. e) Menghitung sudut kiblat dari bayangan Matahari, Pada dasarnya sudut

kiblat dari bayangan Matahari adalah jarak antara azimut kiblat dengan azimut Matahari. Namun dalam hal ini perlu diupayakan agar sudut kiblat dari bayangan Matahari, besarnya tidak lebih dari 90o. dengen ketentuan (Hambali, 2013: 86-90) sebagai berikut:

1) Jika azimut kiblat dikurangi azimut Matahari sisanya positif tidak lebih dari 90o, maka sisa tersebut langsung ditetapkan sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kanan bayangan Matahari.

2) Jika azimut kiblat dikurangi azimut Matahari sisanya negatif tidak lebih dari 90o, maka sisa tersebut langsung ditetapkan sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kiri bayangan Matahari.

3) Jika azimut kiblat dikurangi (azimut Matahari + 180o) sisanya positif tidak lebih dari 90o, maka sisa tersebut langsung ditetapkan

87

sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kanan bayangan Matahari.

4) Jika azimut kiblat dikurangi (azimut Matahari + 180o) sisanya negatif tidak lebih dari 90o, maka sisa tersebut langsung ditetapkan sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kiri bayangan Matahari. 5) Jika azimut kiblat dikurangi (azimut Matahari - 180o) sisanya

positif tidak lebih dari 90o, maka sisa tersebut langsung ditetapkan sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kanan bayangan Matahari.

6) Jika azimut kiblat dikurangi (azimut Matahari – 180o) sisanya negatif tidak lebih dari 90o, maka sisa tersebut langsung ditetapkan sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kiri bayangan Matahari. 7) Jika (360o + azimut kiblat) dikurangi azimut Matahari sisanya

positif tidak lebih dari 90o, maka sisa tersebut langsung ditetapkan sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kanan bayangan Matahari.

8) Jika (360o + azimut kiblat) dikurangi (azimut Matahari + 180o) sisanya positif tidak lebih dari 90o, maka sisa tersebut langsung ditetapkan sebagai sudut kiblat dari bayangan Matahari, dan posisi arah kiblat berada di sebelah kanan bayangan Matahari. f) Membuat segitiga siku-siku dari bayangan Matahari, dengan rumus:

88

Keterangan:

q (M Q) adalah sisi segitiga siku-siku yang tegak lurus dengan bayangan Matahari.

Q adalah sudut kiblat dari bayangan Matahari.

g (Q M) adalah bayangan Matahari yang diambil dari benda yang berdiri tegak lurus, yang panjangnya sudah ditentukan sebelumnya dengan ketentuan semakin panjang akan menghasilkan akurasi yang semakin tinggi.

Contoh pengukuran arah kiblat dengan menggunakan segitiga siku-siku dari bayangan Matahari di Masjid Ngaliyan dengan lintang tempat: -6o 59’ 40.90” (LS), bujur tempat: 110o 20’ 48.73” (BT) dan lintang Kakbah: +21o 25’ 21,04” (LU), bujur Kakbah: 39o 49’ 34,33” (BT), pada tanggal 27 Maret 2016 pukul 09:10:54 WIB.

1) Menghitung arah kiblat dan azimut kiblat

Cotan B = tan φk cos φx : sin C – sin φx : tan C.

Data:

φk = +21o 25’ 21,04” φx = -6o 59’ 40.90”

C = 110o 20’ 48.73” - 39o 49’ 34,33” (C kelompok 1, kiblatnya condong ke barat)

= 70o 31’ 14,40” Maka:

Cotan B = tan +21o 25’ 21,04” cos -6o 59’ 40.90” : sin 70o 31’ 14,44” – sin -6o 59’ 40.90” : tan 70o 31’ 14,44”.

89

B = 65o 28’ 48.21” UB (utara barat)

Karena hasil perhitungan arah kiblat UB (Utara Barat), maka untuk mendapatkan azimut kiblat menggunakan rumus:

Azimut Kiblat = 360o – B

= 360o - 65o 28’ 48.21” = 294o 31’ 11,70” 2) Menghitung sudut waktu Matahari

t = (LMT + e – (BTL - BTx) : 15 – 12) x 15

LMT = 09j 10m 54d

e = pada pukul 09j 10m 54d Tanggal 27 Maret 2016. = pk. 09.00 WIB (pk. 02.00 GMT) = -00j 05m 20d (A) = pk. 10.00 WIB (pk. 03.00 GMT) = -00j 05m 19d (B)25 = 00j 10m 54d (C) = A - (A - B) x C/1 e = -00j 05m 19,82d BTL = 105o BTx = 110o 20’ 48.73”

Maka, nilai sudut waktu Matahari (t):

t = (09j 10m 54d + -00j 05m 19,82d - (105o - 110o 20’ 48.73”) : 15 – 12) x 15 t = -38o 15’ 38,57” (T) t = 38o 15’ 38,57” (T) 25

Data equation of time (e) ini diambil dari data Winhisab 2.0 Badan Hidab dan Rukyat Departemen Agama RI.

90

3) Menghitung Arah Matahari

Cotan A = tan δm cos φx : sin t – sin φx : tan t.

δm = pada pukul 09j 10m 54d Tanggal 27 Maret 2016. = pk. 09.00 WIB (pk. 02.00 GMT) = 2o 42’ 46” (A) = pk. 10.00 WIB (pk. 03.00 GMT) = 2o 43’ 44” (B)26 = 00j 10m 54d (C) = A - (A - B) x C/1 δm = 2o 42’ 56.54” φx = -6o 59’ 14,88” t = 38o 15’ 38,57” Maka, nilai arah Matahari (A):

Cotan A = tan δm cos φx : sin t – sin φx : tan t.

Cotan A = tan 2o 42’ 56.54” cos -6o 59’ 14,88” : sin 38o 15’ 38,57” – sin -6o 59’ 14,88” : tan 38o 15’ 38,57”.

A = 77o 01” 53,96” UT 4) Menghitung Azimut Mahatari

Karena arah Matahari di lokasi praktik adalah UT (utara timur), maka azimut Matahari di lokasi praktik adalah sama dengan arah Matahari, yaitu 77o 01” 53,96” UT (utara timur)

5) Menghitung sudut kiblat dari bayangan Matahari

Q = Az Kiblat – (180o + Az Matahari), (ketentuan ketiga) Q = 294o 31’ 11,70” – (180o + 77o 01” 53,96”)

26

Data deklinasi Matahari (δm) ini diambil dari data Winhisab 2.0 Badan Hidab dan Rukyat Departemen Agama RI.

91

= 37o 29’ 17.74” (arah kiblat di sebelah kanan bayangan Matahari)

6) Membuat segitiga siku-siku dari bayangan Matahari, dengan rumus:

q = tan Q . g Q = 37o 29’ 17.74” g = 25 cm Maka, q = tan Q . g = tan 37o 29’ 17.74” x 25 = 19,1750381 cm = 19,17 cm (pembulatan)

Ujung sisi q (G) ditarik garis lurus (m) dipertemukan dengan ujung bayangan yang menjauh dari azimut kiblat (Q). Sisi m dari titik Q ke arah titik G adalah sisi miring yang merupakan arah kiblat di tempat tersebut.

Gambar 2.12.: Segitiga siku-siku dari bayangan Matahari di Masjid Ngaliyan Semarang tanggal 27 Maret 2016 pukul 09:10:54 WIB.

92