• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.5. Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi

a. Pengukuran Pendapatan Premi Asuransi Jiwa

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai jasa. Menurut IAI (PSAK No.23: Par. 06) “nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar”. Dari defenisi ini dapat diketahui bahwa bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau akan diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang akan diterima. Namun bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang seharusnya diterima.

Pendapatan tersebut dapat timbul atau terjadi dari transaksi atau peristiwa ekonomi yang meliputi:

a. Penjualan barang, b. Penjualan jasa, dan

c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkanbunga, royalti dan deviden.

Pendapatan premi asuransi jiwa merupakan pendapatan yang timbul karena adanya transaksi penjualan jasa pertanggungan jiwa melalui penjualan berbagai produk asuransi. Penjualan jasa tersebut dibuktikan dengan adanya penutupan polis asuransi sehingga pemegang polis atau pihak tertanggung membayarkan premi asuransi kepada perusahaan/ penanggung. Dengan demikian penerimaan premi merupakan hasil suatu transaksi penjualan produk/jasa asuransi. Hasil suatu transaksi penjualan jasa harus dapat diestimasi dengan andal. Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut (PSAK No.23: Par.22):

a) Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak – pihak tersebut ;

b) Imbalan yang harus dipertukarkan ; dan c) Cara dan persyaratan penyelesaian.

Hasil suatu transaksi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut dipenuhi (PSAK No.23: Par. 19) yaitu :

a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal ;

b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan ;

c) Tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.

Pengukuran pendapatan premi tidak diatur dalam PSAK No.36, maka berdasarkan PSAK No.36 par.01, dinyatakan bahwa hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan ini, diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi berlaku umum, misalnya mengacu kepada PSAK No.23 par.08 sampai dengan par. 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan premi diukur

dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima dimana imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas.

b. Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Jiwa

Standar Akuntansi Keuangan mengatur berbagai kriteria atau standar-standar yang mengatur prosedur penyajian keuangan. Laporan keuangan yang disajikan dapat berupa neraca, daftar laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi pada umumnya didasarkan pada konsep objektivitas yaitu jumlah rupiah tersebut dapat diukur secara pasti dan ada keterlibatan pihak independen yang cukup objektif untuk dapat mengakui pendapatan. Menurut Dyckmann (2000: 238) “ pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika pendapatan dihasilkan, dan pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi”. Menurut IAI (PSAK No.36: Par 30 – Par 31) sebagai standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang pengakuan pendapatan premi asuransi, menyatakan bahwa pengakuan pendapatan premi asuransi tersebut meliputi:

1) Premi Kontrak Jangka Pendek

Premi kontrak jangka pendek diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Jika periode risiko berbeda secara signifikan dengan periode kontrak, premi diakui sebagai pendapatan selama risiko sesuai dengan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Hal ini menyebabkan premi diakui sebagai pendapatan secara merata sepanjang periode kontrak (atau periode risiko, jika berbeda), kecuali jika proteksi asuransi menurun sesuai dengan skedul yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Premi Kontrak Jangka Panjang

Premi kontrak jangka panjang diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari pemegang polis. Kewajiban untuk biaya yang diharapkan timbul sehubungan dengan kontrak tersebut diakui selama periode sekarang dan periode diperbaharuinya kontrak.

Nilai sekarang estimasi manfaat polis masa datang yang dibayar kepada pemegang polis atau wakilnya dikurangi dengan nilai sekarang estimasi premi masa datang yang akan diterima dari pemegang polis diakui pada saat pendapatan premi diakui. Estimasi tersebut didasarkan pada asumsi, seperti hasil investasi yang diharapkan, mortalitas, morbiditas, terminasi, dan beban-beban, yang ditetapkan pada saat kontrak asuransi dibuat.

Di dalam Laporan Laba Rugi pendapatan premi disajikan sedemikian rupa sehingga menunjukkan jumlah premi bruto, premi reasuransi, dan kenaikan (penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi disajikan sebagai pengurang premi bruto. Premi yang belum merupakan pendapatan adalah bagian dari premi yang belum diakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada akhir periode. Menurut IAI (PSAK No.36: Par. 43) Premi yang belum merupakan pendapatan atas kontrak jangka pendek untuk asuransi kesehatan dan kecelakaan ditentukan dengan cara sebagai berikut:

a. Secara agregat tanpa memperhatikan tanggal penutupannya dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari jumlah premi retensi sendiri untuk tiap jenis pertanggungan / asuransi. b. Secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang

belum merupakan pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan, selama periode pertanggungan atau periode resiko.

Menurut IAI (PSAK No.36: Par. 45), pengungkapan khusus yang diperlukan sehubungan dengan pendapatan premi asuransi adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan premi dan penentuan kewajiban manfaat polis masa depan serta premi yang belum merupakan pendapatan.

b. Pendapatan Premi Bruto. Pengungkapan pendapatan premi tahun pertama (first year premium) dan premi tahun lanjutan (renewal) secara terperinci berdasarkan kelompok perorangan dan kumpulan serta jenis asuransi.

Dokumen terkait