• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hingga kini, pemerintah kota dan perusahaan swasta terkait mengumpulkan lumpur tinja dengan menggunakan truk tangki. Sistem ekstraksi lumpur tinja berkala yang diterapkan membutuhkan adanya peninjauan terhadap pengenalan fasilitas database, cara penerbitan lisensi bagi perusahaan, dan sistem untuk otorisasi pekerja sanitasi.

Truk seberat 4 ton digunakan untuk mengumpulkan lumpur tinja yang berasal dari rumah warga, namun, sistem ekstraksi lumpur tinja berkala membutuhkan kombinasi antara keberadaan stasiun relai dan juga truk seberat 10 ton untuk meningkatkan efisiensinya. Oleh karenanya, sistem pengumpulan yang ada saat ini perlu dikaji ulang. Selain itu, pengenalan sistem yang sebenarnya adalah tindakan yang efektif bagi langkah pencegahan pembuangan secara ilegal.

Pada daerah-daerah yang padat penduduk dimana jalan-jalan yang ada rusak, selang ekstensi (dengan panjang sekitar 50 m) digunakan untuk mengestraksi lumpur tinja. Meski demikian, pengembangan teknologi pengumpulan yang lebih efektif, misalnya, kombinasi dengan menggunakan mesin pompa, harus dilakukan.

2) Pengolahan

Sistem pengolahan lumpur tinja diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu: pertama, jenis fasilitas pengolahan khusus (yang sudah ada) dan kedua, jenis pengiriman ke instalasi pengolahan air limbah. Penjelasan berikut menunjukkan poin-poin yang bekerja di setiap sistem, yaitu:

a) Fasilitas Pengolahan Utama

Fasilitas ini menerima lumpur tinja yang dihasilkan oleh septic tank konvensional dan modifikasi, serta kelebihan lumpur pada IPAL individu. Lumpur tersebut memiliki karakteristik umum, seperti: limbah organik cair dan padat, korosivitas tinggi, dan bebauan tak sedap sehingga pengolahan bersih diperlukan. Gambar D8-2 menunjukkan dasar-dasar pengolahan lumpur; termasuk di dalamnya pemisahan antara cair dan padat pada tahap permulaan dan pengolahan biologis terhadap air limbah yang dihasilkan. Pada fasilitas pengolahan lumpur yang kini ada, dari perspektif sanitasi dan efisiensi, maka proses pemisahan padat-cair yang semula membutuhkan tenaga manusia sebaiknya diubah menjadi menggunakan sistem mekanis. Selain itu, metode lumpur aktif sebaiknya digunakan pada proses pengolahan biologis guna meningkatkan efisiensi.

Pra-PengolahanPenyimpanan, Aerasi, & PengadukkanPengentalanPemisahan mekanis Pengolahan Lumpur Aktif DisinfeksiPembuangan 

Sumber: Tim Ahli JICA

Gambar D8-2 Diagram Alir Dasar Pengolahan Lumpur Tinja b) Pengiriman ke Instalasi Pengolahan Air Limbah

Instalasi ini dilengkapi dengan unit khusus yang mengolah lumpur yang dihasilkan oleh proses pengolahan air limbah. Lumpur yang dihasilkan pertama-tama akan dipadatkan dan kemudian dioleh dengan menggunakan dehidrator lumpur. D8-3 menunjukkan diagram alir tersebut.

Pengadukan dan Penyimpana Khusus  Pengenalan Lumpur Air Limbah Sumber: Tim Ahli JICA

Gambar D8-3 Diagram Alir Pengirimanan Lumpur ke Instalasi Pengolahan Air Limbah c) Rencana Fasilitas

Penjelasan selanjutnya menunjukkan rencana (draf) untuk memodifikasi ataupun membangun fasilitas pengolahan lumpur.

Fasilitas yang Ada : Dimulai ketika output mencapai 450 m3/hari pada tahun 2014 (modifikasi pada tahun 2013)

Fasilita Baru : Dimulai ketika output mencapai 600 m3/hari pada tahun 2015 (pembangunan pada 2013 - 2014).

D8.3.2 Rencana Fasilitas Instalasi Pengolahan Lumpur (IPLT) (1) Rencana Dasar Instalasi Pengolahan Lumpur

a) Pada dasarnya, lumpur tinja yang dihasilkan oleh sistem on-site bersama-sama dengan lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan yang ada pada sistem off-site dan proses pencampuran lumpur tinja dan lumpur air limbah dalam fasilitas pengolahan lumpur dari fasilitas pengolahan air limbah.

b) Kedua fasilitas pengolahan lumpur yang ada akan diintegrasikan ke dalam fasilitas pengolahan lumpur dari fasilitas pengolahan air limbah yang dibangun menjadi baru.

c) Pengembangan fasilitas pengolahan lumpur di daerah pengembangan baru di Jakarta Selatan. Pengembangan fasilitas pengolahan air limbah tidak diharapkan pada rencana jangka pendek dan menengah, untuk memfasilitasi pengenalan penarikan lumpur berkala di daerah yang sama. (2) Rencana Pengembangan Fasilitas Pengolahan Lumpur

Tabel D8-3 Garis Besar Rencana Jangka Pendek untuk IPLT

Nama dan Lokasi Fasilitas Garis Besar Rencana

A. Meningkatkan fasilitas

pengolahan lumpur tinja yang ada

IPLT Pulo Gebang (Jakarta Timur) IPLT Duri Kosambi (Jakarta Barat)

[Rencana Jangka Pendek]

<Fasilitas Pengolahan Lumpur Tinja Duri Kosambi>

 Dihentikannya fasilitas eksisting setelah mulai berjalanya instalasi pengolahan air limbah yang baru dan fungsi pengolahan lumpur septic diintegrasikan ke dalam instalasi pengolahan air limbah yang baru pada lokasi yang sama

 Throughput: hingga 930 m3

/hari  Periode: 2013 (1 tahun)

Lumpur Kering  Disebar di tanah pertanian

Tabel D8-3 Garis Besar Rencana Jangka Pendek untuk IPLT

Nama dan Lokasi Fasilitas Garis Besar Rencana

<Fasilitas Pengolahan Lumpur Tinja Pulo Gebang >

 Mekanisasi: mengurangi kondisi bekerja terlalu keras dan tidak sehat dengan menggunakan mesin-mesin yang mampu mengeluarkan pasir (grit) dan mengekstraksi lumpur tinja

 Meningkatkan throughput dengan mekanisasi: 300 m3/hari  450 m3/hari

 Daerah tambahan yang diperlukan: 500 m2

 Periode: 2013 (1 tahun)

[Rencana Jangka Menengah]

 Fungsi pengolahan lumpur tinja diintegrasikan ke dalam instalasi pengolahan air limbah yang akan dibangun di lokasi yang sama  Throughput: hingga 940 m3

/hari  Periode: 2021 – 2022 (2 tahun)

B. Mendirikan fasilitas baru Fasilitas ini akan dibangun di

bagian selatan

(Akan diintegrasikan ke dalam instalasi pengolahan air limbah di daerah selatan kota Jakarta pada saat implementasi rencana jangka panjang yang nantinya akan diselesaikan kemudian)

[Rencana Jangka Pendek]  Throughput: 600 m3

/hari

 Sistem pengolahan: pemisahan padat-cair dan pengolahan lumpur aktif

 Luas lokasi yang diperlukan: 1.5 Ha  Periode: 2013 to 2014 (2 tahun)

C. Pengiriman lumpur on-site ke instalasi pengolahan air limbah

 Instalasi pengolahan air limbah off-site akan dibangun sesuai dengan rencana jangka pendek dan menengah yang menerima dan mengolah lumpur yang berasal dari fasilitas on-site

[Instalasi Penerima]

 IPAL Pejagalan (Zona No. 1): Hingga 790 m3

/hari  IPAL Waduk Sunter (Zona No. 5): Hingga 410 m3

/hari  IPAL Marunda (Zona No. 8): Hingga 570 m3

/hari Catatan: Persrayatan fasilitas pengolahan lumpur tinja baru

(1) Luas lokasi yang diminta

1.5 Ha (untuk fasilitas: 0.4 Ha, parkir dan area hijau: 1.1 Ha) (2) Persyaratan pemilihan daerah

1) Dalam rangka mendukung penarikan lumpur tinja berkala, IPLT akan dibangun di lokasi baru yang lebih strategis dalam hal transportasi lumpur yang dikumpulkan dari masing-masing distrik di daerah Jakarta Selatan. Lumpur yang telah dikumpulkan dari Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur akan diproses pada dalam sebuah air limbah

2) Tidak terdapat dampak-dampak seperti banjir dan tanah longsor yang muncul di wilayah dengan kondisi tanah panas (sunny land) dan memiliki topografi dan geologi yang baik

3) Akuisisi tanah mudah dilakukan sehingga tidak menggangu lingkungan (pandangan estetika dan bau busuk yang ditimbulkan)

Sumber: Tim Ahli JICA

Gambar D8-4 Instalasi Pengolahan Lumpur Eksisting dan Rencana Lokasi Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Baru

(3) Calon Lokasi Pembangunan IPLT Baru