• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUMLAH 306.519 100,00 306.519 100,00 306.519 100

35

Demografi Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk

Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Garut Tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2010 tercatat sebanyak 2.407.086 jiwa, terjadi kenaikan dari tahun 2011 menjadi 2.445.911 jiwa. Laju kenaikan jumlah penduduk yang tercatat antara Tahun 2010 hingga Tahun 2011 adalah sebesar 1.59%. Jumlah rumah tangga pada tahun 2011 sebanyak 638.478 rumah tangga, dengan banyaknya anggota per rumahtangga antara 3 sampai 4 orang. Berdasarkan rasio usia, jumlah penduduk Kabupaten Garut pada Tahun 2011 yang berada pada rentang usia 0-14 tahun berjumlah sebanyak 820.397 orang, usia 15-64 tahun sebanyak 1.499.825 orang dan usia diatas 65 tahun sebanyak 125.689 orang.

Dengan luas wilayah 3.065,19 Km² maka kepadan penduduk Kabupaten Garut setiap Km² nya rata-rata sebanyak 798 jiwa. Penduduk menyebar tidak merata pada setiap kecamatannya. Sebagian besar penduduk terakumulisasi di daerah perkotaan. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Tarogong Kidul dengan tingkat kepadatan penduduk setiap Km² nya mencapai 5.660 jiwa. Tingkat kepadatan terendah terdapat di kecamatan Pamulihan yang hanya didiami oleh 135 jiwa setiap Km². Perkembangan jumlah, laju dan kepadatan penduduk Kabupaten Garut Tahun 2006 – 2011 disajikan pada Tabel 5.

36

Pendidikan dan Kesehatan

Dilihat dari jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan terakhir, berdasarkan data BPS Kabupaten Garut, sampai dengan Tahun 2010 prosentase terbesar penduduk Kabupaten Garut yang memiliki izasah/STTB SD/MI/sederajat sebanyak 44,62% atau meningkat 4,0% dari Tahun 2009 sebanyak 40,62%. Dalam kurun waktu periode Tahun 2006-2010, penduduk yang memiliki izasah/STTB SLTP/MTs/sederajat/kejuruan, izasah/STTB SMU/MA/sederajat serta izasah Perguruan Tinggi cenderung terus mengalami peningkatan. Peningkatan tingkat pendidikan terakhir ini menunjukkan secara tidak langsung terjadinya peningkatan derajat pendidikan penduduk di Kabupaten Garut selama periode tahun 2005-2010.

Kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan. Indeks Kesehatan yang diukur melalui Angka Harapan Hidup (AHH) waktu lahir, pada tahun 2010 mencapai 67,35 poin atau mengalami peningkatan 0,35 poin dari Indeks Kesehatan Tahun 2009 sebesar 67,00 poin (angka perbaikan) dan 3,52% dari Tahun 2004 yang baru mencapai sebesar 63,83 tahun. Peningkatan pencapaian indeks kesehatan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan yang positif dari pencapaian nilai Angka Harapan Hidup (AHH), dimana sampai dengan Tahun 2010, AHH mencapai 65,41 tahun, yang berarti meningkat 0,21 tahun dari Tahun 2009 yang mencapai sebesar 65,20 tahun. Sementara dari tahun 2004-2010, AHH mengalami peningkatan sebesar 2,11 tahun atau 3,33% dari sebesar 63,3 tahun pada tahun 2005. Dengan kontribusi yang relatif tinggi, kenaikan indikator tersebut merupakan gambaran peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut secara makro. Kendati demikian, intervensi Pemerintah masih sangat diperlukan mengingat jika dibandingkan dengan besaran di Jawa Barat, AHH Kabupaten Garut masih tampak tertinggal cukup jauh, yakni terpaut 3 tahun dan masih relatif rendah dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat. Kondisi tersebut juga Tabel 5 Perkembangan Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk Kabupaten

Garut Tahun 2006-2011 Penduduk 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah (Jiwa) 2.274.973 2.309.773 2.345.108 2.380.981 2.417.404 2.445.911 Laki-laki (Jiwa) 1.157.252 1.174.800 1.192.201 1.210.334 1.228.849 1.238.382 Perempuan (Jiwa) 1.117.721 1.134.973 1.152.907 1.170.647 1.188.555 1.207.529 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,60 1,53 1,53 1,53 1,61 1.59 Kepadatan per KM2 742,20 753,55 765,08 776,78 785,30 797,97

37 merupakan indikasi bahwa status kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut masih tertinggal dibandingkan masyarakat Jawa Barat pada umumnya.

Lapangan Pekerjaan

Dilihat persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, penduduk Kabupaten Garut pada Tahun 2011 umumnya bekerja di sektor pertanian yang menampung tenaga kerja sebanyak 37.14%. Terjadi penurunan dibanding tahun 2010 yang menampung sebanyak 39,68%. Sektor lain yang menampung tenaga kerja cukup besar adalah sektor perdagangan sebanyak 23,37%, diikuti sektor jasa sebanyak 19,45%, dan sektor industri pengolahan sebanyak 7.16%. Persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Garut disajikan pada Tabel 6.

Kondisi Sosial Ekonomi Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ragam kegiatan ekonomi yang memberikan karakter di wilayah yang bersangkutan. Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat menentukan struktur perekonomian daerah. Struktur ekonomi Kabupaten Garut secara kuantitatif digambarkan melalui prosentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat adanya berbagai aktivitas Tabel 6 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

di Kabupaten Garut Tahun 2011

Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

Pertanian 34.84 42.29 37.14

Pertambangan dan Penggalian 0.81 0.45 0.70

Industri 7.32 6.79 7.16

Listrik, Gas dan Air Minum 0.35 0.07 0.27

Bangunan/ Konstruksi 8.18 0.22 5.72

Perdagangan, hotel dan Restoran 20.95 28.76 23.37

Angkutan & Komunikasi 6.81 0.22 4.77

Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 1.53 1.18 1.42

Jasa-Jasa 19.20 20.01 19.45

Jumlah 100.00 100.00 100.00

38

ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut. Adanya keterbatasan dua faktor di atas menyebabkan PDRB bervariasi antar daerah.

Perkembangan PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku belum dapat dijadikan sebagai indikator yang menggambarkan peningkatan volume produk barang atau jasa di wilayah Garut (kinerja perekonomian), karena pada besaran PDRB tersebut masih terkandung inflasi yang sangat mempengaruhi harga barang/jasa secara umum. Untuk menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa atau pertumbuhan ekonomi secara makro umumnya digunakan PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. Secara makro besaran PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku di Kabupaten Garut pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 10,65 persen, atau dari semula sebesar Rp 24.844,61 miliar menjadi Rp 27.491,63 miliar. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,55 persen, hal ini dikarenakan laju inflasi yang mengalami penurunan ditahun 2011 dibanding tahun sebelumnya.

Dari hasil perhitungan, BPS mencatat PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Garut pada tahun 2011 mencapai Rp 11.743,51 miliar, atau mengalami peningkatan 5,48 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi tersebut merupakan indikasi quantum (volume) produk barang/jasa secara umum mengalami peningkatan atau perekonomian Kabupaten Garut secara makro berkembang positif dengan besaran 5,48 persen.

Sektor andalan atau sektor yang memberi sumbangan terbesar bagi PDRB total Kabupaten Garut adalah pertanian. Kondisi tersebut terjadi mengingat kegiatan ekonomi sebagian besar penduduk di wilayah Kabupaten Garut masih tampak didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor ini serta sebagian besar lahan di wilayah Kabupaten Garut digunakan untuk kegiatan di sektor pertanian (hampir mencapai 3/4 dari total luas wilayah Kabupaten Garut). Pada tahun 2011 sektor ini memberikan sumbangan nilai tambah yang dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp 12.382,80 miliar, atau dengan share 45,04 persen terhadap perekonomian.

Selain pertanian, sektor yang cukup dominan di Kabupaten Garut adalah perdagangan, hotel dan restoran. Pada Tahun 2011 sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu menciptakan nilai tambah atas dasar harga berlaku sebesar Rp 7.252,45 miliar, atau mengalami peningkatan Rp 757,17 miliar dari tahun sebelumnya. Peningkatan sektor ini banyak disumbang dari peningkatan yang terjadi pada subsektor perdagangan. Di tahun 2011, secara makro terjadi peningkatan nilai barang yang diperdagangkan di Garut sekitar 11,70 persen yang tampak dari peningkatan nilai tambah atas dasar harga berlaku pada subsektor perdagangan. Sedangkan peningkatan volume barang yang diperdagangkan dapat ditunjukkan oleh persentase kenaikan nilai tambah yang dihitung atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sebesar 7,67 persen. Capaian PDRB Atas Dasar

39 Harga Berlaku dan Konstan Kabupaten Garut Tahun 2000 Tahun 2008-2011 berdasarkan data BPS Tahun 2012 disajikan pada Tabel 7.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa secara umum pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Garut selama periode 2007-2011 dari primer ke arah sekunder dan tersier selama periode 2007-2011, tampak tidak berubah secara signifikan, namun pergeseran dari kelompok sektor primer ke arah sekunder dan tersier tetap terjadi walaupun relatif kecil jika dibandingkan dengan pergeseran struktur ekonomi yang terjadi di Jawa Barat pada umumnya.

Pergeseran struktur ekonomi menggambarkan semakin modernnya perekonomian di Kabupaten Garut. Pada Tahun 2011, kelompok sektor primer memberikan kontribusi sangat tinggi terhadap perekonomian di Kabupaten Garut, yakni sebesar 45,16 persen. Meskipun demikian, dilihat dari perkembangannya, kontribusi kelompok sektor ini menunjukkan tendensi yang menurun selama periode 2007-2011, yaitu dari semula 48,03 persen menjadi 45,16 persen. Kelompok sektor penyumbang terendah yaitu sektor sekunder, tampak mengalami peningkatan kontribusi yang konsisten disepanjang periode 2007-2011. Pada tahun 2010 kontribusi kelompok sektor ini mengalami peningkatan 1,02 persen dibanding tahun 2007, yakni dari 9,86 persen di tahun 2007 menjadi sebesar 10,88 persen di tahun 2011. Perkembangan peranan sektor tersier cukup berfluktuasi. Secara umum di sepanjang periode 2007-2011 sektor ini mengalami peningkatan peranan yang sangat signifikan, yang semula sebesar 42,11 persen meningkat menjadi sebesar 43,96 persen.

Tabel 7 Capaian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Kabupaten Garut Tahun 2008-2011

Kelompok Sektor

2008 2009 2010* 2011**

Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan

(1) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (8) (9) PRIMER 9,318.42 4,619.51 10,265.00 4,881.21 11,338.40 5,102.48 12,416.07 5,314.17 Pertanian 9,291.93 4,606.53 10,236.13 4,867.31 11,307.73 5,088.30 12,382.80 5.299,39 Pertambangan 26.49 12.98 28.87 13.90 30.67 14.18 33.27 14.78 SEKUNDER 2,149.26 1,017.46 2,419.64 1,091.39 2,691.00 1,179.52 2,991.23 1,255.36 Industri 1,529.30 690.73 1,733.67 742.01 1,888.47 795.09 2,081.47 835,15 Listrik dan air 85.07 50.75 97.04 55.74 117.56 65.31 128.30 68.88 Bangunan 534.89 275.98 588.92 293.64 684.97 319.12 781.46 351.32 TERSIER 8,893.16 4,374.33 9,586.79 4,596.14 10,815.21 4,851.62 12,084.34 5,173.98 Perdagangan 5,444.53 2,720.50 5,936.93 2,885.35 6,495.28 3,047.23 7,252.45 3,277.08 Pengangkutan 626.69 282.60 750.61 292.44 953.15 319.83 1.073.21 333.45 Bank 582.63 348.40 686.39 374.98 816.98 421.64 889.95 449.93 Jasa-jasa 1,650.71 936.52 2,011.63 986.41 2,549.81 1,062.92 2,868.74 1,113.53 PDRB 20,360.84 10,011.30 22,271.42 10,568.74 24,844.61 11,133.63 27,491.63 11,743.51 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

40

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pembangunan manusia dewasa ini masih menempati prioritas tertinggi dalam agenda pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini sejalan dengan lahirnya paradigma pembangunan yang terpusat pada manusia (human centered development) di tahun 1990-an. Dalam kerangka tersebut pembangunan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam seluruh proses pembangunan. Oleh karena itu Pemerintah telah melakukan sederetan upaya untuk meningkatkan kualitas penduduk dalam kapasitasnya sebagai sumber daya, baik dari aspek fisik (kesehatan), intelektualitas (pendidikan), kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), maupun aspek-aspek lainnya termasuk moralitas.

Paradigma pembangunan yang terpusat pada manusia menjadikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai primadona dalam pengukuran keberhasilan dari pembangunan baik di tingkat nasional maupun regional. Seperti halnya Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Garut juga telah merealisasikan sederetan kebijakan yang menyangkut Sumber Daya Manusia (SDM) serta secara konsisten menggunakan IPM sebagai indikator utama baik dalam perencanaan, pemantauan

(monitoring) maupun evaluasi terhadap proses pembangunan. Perkembangan IPM

Kabupaten Garut dan Komponennya Tahun 2007-2011 disajikan pada Tabel 8.

IPM Kabupaten Garut secara umun mengalami kenaikan positif selama periode 2007-2011. Berdasarkan data BPS Tahun 2012, selama periode 2007- 2011 capaian IPM Kabupaten Garut mengalami peningkatan sebesar 1,71 poin, atau dari semula sebesar 69,99 di tahun 2007 menjadi 71,70 di tahun 2011. Secara umum, peningkatan capaian IPM di Kabupaten Garut pada periode 2008-2011 tampak lebih banyak disumbang dari semakin membaiknya harapan hidup di Kabupaten Garut, dimana indeks harapan hidup masyarakat Garut mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 0,66 poin, atau dari semula 67,67 menjadi 68,37. Secara makro sumbangan harapan hidup terhadap

Tabel 8 Perkembangan IPM Kabupaten Garut dan Komponennya Tahun 2007- 2011

Komponen Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Angka Harapan Hidup

(Tahun) 64,42 64,80 65,20 65,60 66,00

2. Angka Melek Hurup

(Persen) 98,89 98,89 98,93 98,94 98,96

3. Rata-rata lama sekolah

(Tahun) 7,10 7,10 7,29 7,34 7,37

4. Pendapatan Perkapita

Penduduk (Ribu Rp) 630,72 634,95 636,01 637,49 638,77

IPM 69,99 70,52 70,98 71,36 71,70

41 peningkatan IPM pada periode 2008-2011 sebesar 56,61 persen. Peningkatan pada periode ini tidak lepas dari kebijakan Pemerintah pada bidang kesehatan, antara lain program jamkesmas. Dengan kontribusi yang relatif tinggi, kenaikan indikator tersebut merupakan gambaran peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut secara makro.

Meskipun perkembangan IPM Kabupaten Garut cukup menggembirakan, tetapi nilai capaiannya masih lebih rendah dibanding IPM Jawa Barat. Pada Tahun 2011, IPM kabupaten Garut sebesar 71.70, masih lebih rendah dibanding IPM Jawa Barat pada tahun yang sama sebesar 72.73. Meskipun secara umum IPM Kabupaten Garut masih dibawah rata-rata IPM Jawa Barat, tetapi dari sisi Indeks Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli, justru lebih tinggi. Indeks Pendidikan Kabupaten Garut pada Tahun 2011 sebesar 82.35, lebih tinggi dibanding Jawa Barat dengan nilai 82.10. Indeks Daya Beli Kabupaten Garut sebesar 64.42, masih lebih tinggi dibanding rata-rata Jawa Barat sebesar 63.74. Lemahnya nilai IPM Kabupaten Garut terjadi pada nilai Indeks Harapan Hidup yang hanya sebesar 68,33 dibandingkan rata-rata Jawa Barat sebesar 72.33.

Kondisi Wilayah Pesisir Kondisi Fisik Wilayah

Sebagai wilayah yang sedang tumbuh dan berkembang, pembangunan kecamatan pesisir Kabupaten Garut masih banyak terkendala karena kondisi geografis wilayah dan minimnya infrastruktur. Kecamatan-kecamatan pesisir di Kabupaten Garut terletak di wilayah Garut Selatan yang berjarak antara 90-110 km dari pusat pemerintahan. Kondisi topografi yang sebagian besar merupakan pegunungan menyebabkan program-program pembangunan menjadi terhambat. Akibatnya, ekonomi wilayah pesisir sulit berkembang yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah.

Wilayah pesisir Kabupaten Garut merupakan wilayah berciri rural dimana sebagian besar masyarakat umumnya tinggal di wilayah perdesaan. Berdasarkan data Potensi Desa (PODES) Tahun 2011, dari 65 desa yang ada di wilayah kecamatan pesisir, hanya ada 7 desa yang memiliki status desa-kota. Itu artinya hanya sekitar 10,8% yang memiliki status desa-kota. Persentase ini jauh lebih rendah dari persentasi desa-kota di Kabupaten Garut yang mencapai lebih dari 30%.

Pola penggunaan lahan di kecamatan di wilayah pesisir umumnya masih didominasi oleh wilayah hutan sebesar 27.15% dari total wilayah. Penggunaan lahan untuk kebun campuran sebesar 16.07%, tegalan 15.30%, perkebunan 13.12% dan pesawahan 10.83%. Luas lahan yang dipergunakan untuk pemukiman hanya 6.62%. Pola penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Garut disajikan pada Tabel 9.

42

Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan data BPS Tahun 2012, total penduduk di wilayah kecamatan pesisir Kabupaten Garut pada Tahun 2011 berjumlah 296,318 jiwa dengan rata- rata kepadatan penduduk sebesar 382 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk rata- rata 1.58% dimana laju pertumbuhan tertinggi terjadi di Kecamatan Cikelet dan terendah di Kecamatan Pameungpeuk. Demografi penduduk tiap kecamatan di wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9 Pola Penggunaan Lahan di Wilayah Kecamatan Pesisir Tahun 2011 Penggunaan

Lahan

Luas Lahan (ha)

% Caringin Bungbulang Mekarmukti Pakenjeng Cikelet Pameung

peuk Cibalong Pemukiman 934.00 889.00 752.11 915.00 991.11 865.00 835.00 6.62 Pesawahan 1,473.00 3,659.00 144.00 1,785.00 1,042.89 1,125.00 885.00 10.83 Tegalan 1,216.00 976.00 2,805.00 4,481.00 3,173.00 466.00 1,165.00 15.30 Kebun Campuran 1,772.00 1,545.00 1,562.89 5,990.00 2,322.00 758.00 1,058.00 16.07 Perkebunan - 431.00 - 994.00 4,407.00 - 6,422.00 13.12 Padang/semak 454.00 1,758.00 - 101.00 845.00 480.00 177.00 4.09 Hutan 3,437.00 4,623.00 - 4,510.00 4,436.00 704.00 7,641.00 27.15 Perairan darat 39.00 115.00 - 49.00 14.00 13.00 40.00 0.29 Lain-lain 996.00 692.00 258.00 1,019.00 1.00 - 3,134.00 6.53

Sumber : BPS Kabupaten Garut (2012)

Tabel 10 Demografi Penduduk Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Tahun 2011 Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa/Kel Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk Kepadatan (km2) Caringin 9,903 6 30,094 1.79 303.89 Bungbulang 14,698 13 60,720 1.18 413.12 Mekarmukti 5,522 5 15,918 1.57 288.27 Pakenjeng 19,844 13 66,889 1.64 337.08 Cikelet 17,232 11 41,654 1.96 241.73 Pameungpeuk 4,411 8 39,562 1.40 896.89 Cibalong 21,359 11 41,481 1.52 194.21

43 Kondisi masyarakat pesisir Kabupaten Garut masih tergolong miskin. Hal ini dapat dilihat dari data Potensi Desa (PODES) Tahun 2011 dimana jumlah penerima Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas/jamkesmasda) yang mencapai 131,680 orang pada Tahun 2011 dengan jumlah surat miskin sebanyak 4,481. Tingkat kemiskinan juga dapat dilihat dari pengguna PLN. Keluarga yang sudah menggunakan listrik berjumlah 56,456 KK dari total 88,709 KK. Itu artinya masih ada 32,250 KK atau sekitar 36.4% yang belum memakai listrik. Dari 65 Desa yang masuk data PODES, baru 15 desa yang sudah menggunakan bahan bakar gas (LPG), sisanya sebanyak 50 desa atau sekitar 77% masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Dari sisi penggunaan air, belum ada satupun desa yang terjangkau fasilitas PDAM. 6 desa yang menggunakan sumber air dari pompa. Sisanya menggunakan air minum dan MCK yang bersumber dari mata air, sumur dan sungai.

Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di kecamatan pesisir salah satunya bisa dilihat dari capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rata-rata masih berada dibawah capaian IPM Kabupaten. Rata-rata pengeluaran perkapita masyarakat juga masih rendah. Hanya Kecamatan Pameungpeuk yang memiliki indeks pengeluaran yang diatas rata-rata. Capaian IPM Kecamatan Pesisir Kabupaten Garut Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 11.

Masyarakat di kecamatan pesisir Kabupaten Garut masih menggantungkan mata pencaharian utamanya pada sektor pertanian. Berdasarkan data PODES tahun 2011, jumlah rumah tangga yang menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian 56.456 RTP. Sebagian besar penduduk bertani padi, sisanya bertani palawija, hortikultura dan perkebunan. Hanya sebanyak 4143 KK atau sekitar 4.7 % dari rumah tangga masyarakat pesisir berprofesi sebagai nelayan. Hal ini terjadi selain karena keterbatasan alat tangkap ikan di laut, juga karena kultur masyarakatnya yang kental dengan budaya pertanian. Selain itu, kondisi fisik wilayah yang cocok untuk tanaman padi menyebabkan sebagian besar masyarakat

Tabel 11 Capaian IPM Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Tahun 2011 Kecamatan Komponen IPM IPM Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Pendapatan Perkapita (Ribu Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Caringin 66.87 99.18 5.91 610.85 69.00 Bungbulang 66.50 99.18 7.58 610.79 70.03 Mekarmukti 67.73 97.45 5.88 605.15 68.63 Pakenjeng 66.60 97.42 5.33 637.81 70.11 Cikelet 65.09 98.23 6.02 629.54 69.32 Pameungpeuk 65.72 98.57 6.87 646.32 71.67 Cibalong 65.75 99.09 5.89 620.13 69.06 Kabupaten Garut 66.00 98.96 7.37 638.77 71.70

44

menggantungkan hidupnya pada pertanian sawah. Usaha perikanan tangkap hanya dijadikan sebagai sampingan mata pencaharian.

Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat serta banyaknya jumlah penduduk miskin salah satunya diakibatkan minimnya infrastruktur. Sebagian besar jalan desa di kecamatan-kecamatan pesisir belum beraspal. Baru ada 31 desa yang jalan utamanya beraspal. Sisanya sebanyak 34 desa masih menggunakan jalan berbatu. Bahkan masih ada 13 desa yang jalan utamanya belum bisa dilalui kendaraan roda 4. Rata-rata jarak tempuh desa ke ibu kota kecamatan adalah 8,69 km, sementara jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 89,1 km. Jauhnya akses terhadap pusat pemerintahan dan pusat pelayanan bisa menjadi salah satu indikator yang menyebabkan desa-desa di wilayah pesisir Kabupaten Garut umumnya tertinggal dibanding wilayah lainnya.

Dengan jarak perjalanan yang jauh dan waktu tempuh yang lama akibat kondisi jalan yang kurang memadai, maka dengan sendirinya menyebabkan

multiplier effect kemajuan dari perkotaan sulit menembus desa. Sebaliknya, kemajuan ekonomi desa juga terhambat karena hasil-hasil pertanian tidak mampu memberikan nilai tambah yang tinggi akibat biaya produksi yang terserap oleh tingginya biaya transportasi ke perkotaan. Minimnya infrastruktur jalan juga akan berpengaruh pada penurunan kualitas produk hasil pertanian dan perikanan. Produk-produk yang mudah busuk seperti sayuran, hortikultura dan hasil laut juga mengalami penurunan nilai ekonomis akibat panjangnya waktu tempuh dari pusat produksi ke pasar.

Dari sisi sarana prasarana ekonomi, desa-desa di pesisir Kabupaten Garut juga masih sangat terbatas. Masyarakat kecamatan pesisir yang sebagian besar berprofesi di bidang pertanian belum didukung oleh prasarana ekonomi yang memadai. Jalan usaha tani dan sarana pertanian belum dikembangkan secara optimal. Sebagian besar kondisi jalan usaha pertanian merupakan jalan berbatu atau kerikil. Selain itu, sarana pendukung pertanian seperti kios sarana produksi baru ada 1 dengan jumlah KUD hanya ada 6 unit. Sarana prasarana tersebut tentu saja jauh dari cukup untuk mendukung 65 desa.

Sampai saat ini dukungan pemerintah daerah terhadap usaha masyarakat di wilayah pesisir tergolong masih sangat minim. Berdasarkan data PODES, pada Tahun 2011, bantuan sarana perekonomian seperti irigasi, pasar, TPI serta perdagangan baru dilakukan pada 21 desa dari 65 desa yang ada. Bantuan yang paling banyak justru pada modal usaha pertanian yang diterima 42 desa. Padahal tanpa adanya infrastruktur pendukung, terutama infrastruktur jalan, meski diberi modal besar, usaha pertanian tidak bisa berkembang. Lemahnya infrastruktur transportasi dengan sendirinya akan meningkatkan biaya produksi terutama untuk pengangkutan hasil-hasil pertanian ke pusat ekonomi. Akibatnya harga di tingkat petani menjadi rendah yang berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan.

Di sektor perikanan dan kelautan, infrastruktur dan sarana ekonomi juga belum terbangun dengan baik. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut Tahun 2012, di sektor perikanan tangkap, desa- desa pesisir baru memiliki 1 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang terletak di Kecamatan Cikelet, serta 4 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terletak di Kecamatan Cibalong, Pakenjeng, Pameungpeuk dan Caringin. Padahal

45 berdasarkan data PODES, ada 20 desa yang merupakan desa yang berbatasan langsung dengan pesisir dengan total armada tangkap lebih dari 600 unit armada baik berupa perahu motor tempel maupun kapal mesin.

Capaian PDRB

Kondisi topografi, infrastruktur serta tingkat kesejahteraan masyarakat menyebabkan capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kecamatan yang berada di wilayah pesisir juga relatif rendah. Berdasarkan kajian yang dilakukan BPS dan Bappeda Kabupaten Garut terhadap capaian PDRB tiap Kecamatan di Kabupaten Garut pada Tahun 2008, dapat dilihat bahwa total capaian PDRB Kecamatan di wilayah pesisir masih berada di bawah rata-rata PDRB Kecamatan di Kabupaten Garut. Capaian PDRB kecamatan pesisir dapat dilihat pada Tabel 12.

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa Nilai PDRB yang rendah hampir terjadi di semua sektor antara lain di sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan dan konstruksi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Hanya ada beberapa kecamatan yang memiliki kontribusi PDRB yang cukup baik di beberapa sektor antara lain sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, perdagangan. hotel dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi. Di sektor pertanian, hanya ada tiga kecamatan yang memiliki PDRB diatas rata-rata diantaranya Kecamatan Cibalong, Pakenjeng dan Bungbulang. Di sektor industri pertambangan dan penggalian ada tiga kecamatan yang memiliki PDRB diatas rata-rata yaitu Kecamatan Caringin, Bungbulang dan Pameungpeuk. Di sektor perdagangan, hotel dan restoran, hanya Tabel 12 Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten

Garut Tahun 2007 (Atas Harga Dasar Konstan Tahun 2000) (juta rupiah)*

KECAMATAN

Dokumen terkait