• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUNGKAPAN-PENGUNGKAPAN LAINNYA

Dalam dokumen PPID Kemenhub BUKU I FINAL (Halaman 100-106)

Eselon I 31 Desember 2015 31 Desember 2014 Kenaikan/ (Penurunan)

AKUNTANSI/ KESALAHAN MENDASAR

F. PENGUNGKAPAN-PENGUNGKAPAN LAINNYA

1. Konsesi

Penjanjian Konsesi di Kementerian Perhubungan terdapat pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Konsesi pada Ditjen Perhubungan Udara

Dasar pelaksanaan konsesi atas jasa kebandarudaraan adalah UU No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 43 Tahun 2014 tentang Konsesi dan Bentuk Kerjasama Lainnya Antara Pemerintah dengan Badan Usaha Bandar Udara Untuk

Kegiatan Pengusahaan di Bandar Udara. Menindaklanjuti hal tersebut

ditetapkan perjanjian konsesi antara Ditjen Perhubungan Udara dengan Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) sebagai berikut :

1) Perjanjian konsesi antara Ditjen Perhubungan Udara dengan PT

Angkasa Pura I (Persero) tentang Pelayanan Jasa Kebandarudaraan

No. HK.201.8/DRJU.KUM-2015 dan No. SP.333/HK.06.03/

2015/DU tanggal 15 Desember 2015. Bandar Udara PT. API (Persero) terdiri dari :

a) Bandar Udara Ngurah Rai

b) Bandar Udara Adi Sumarmo

c) Bandar Udara Adi Sutjipto

d) Bandar Udara Achmad Yani

e) Bandar Udara El Tari

f) Bandar Udara Frans Kaisiepo

g) Bandar Udara Sultan Hasanuddin

h) Bandar Udara Juanda

i) Bandar Udara Internasional Lombok

j) Bandar Udara Pattimura

k) Bandar Udara Sam Ratulangi

l) Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman

m) Bandar Udara Syamsuddin Noor

2) Perjanjian konsesi antara Ditjen Perhubungan Udara dengan PT

Angkasa Pura II (Persero) tentang Pelayanan Jasa Kebandarudaraan

No. HK.202/2/6/DRJU.KUM-2015 dan No. PJJ.04.04/

00.02/12/2015/0025 tanggal 15 Desember 2015. Bandar Udara PT. AP II (Persero) terdiri dari:

a) Bandara Internasional Soekarno-Hatta

b) Bandara Halim Perdanakusuma

c) Bandara Husein Sastranegara

d) Bandara Internasional Kuala Namu

e) Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II

f) Bandara Sultan Syarif Kasim II

g) Bandara Minangkabau

Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 106

i) Bandara Raja Haji Fisabilillah

j) Bandara Sultan Thaha

k) Bandara Depati Amir

l) Bandara Sultan Iskandar Muda

m) Bandara Silangit

Perjanjian konsesi antara Ditjen Perhubungan Udara dengan PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura I (Persero) secara garis besar mengatur hal-hal diantaranya sebagai berikut:

1) Jangka Waktu Pelaksanaan Konsesi dua tahun dan diperpanjang

selama 30 tahun sesuai kesepakatan para pihak setelah mendapat persetujuan RUPS;

2) Besaran nilai konsesi dari jasa kebandarudaraan sebesar 2,5% dari

pendapatan pelayanan jasa kebandarudaraan per tahun dan akan dibayarkan setiap 1 (satu) tahun sekali setelah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lambat bulan April tahun berikutnya;

3) Pembayaran besaran nilai konsesi berdasarkan surat penagihan

pembayaran yang diterbitkan oleh Satker Direktorat Bandar Udara berdasarkan Berita Acara Verifikasi Laporan Keuangan yang ditandatangani kedua belah pihak;

4) Pembayaran melalui rekening Bendahara Penerima Satker Direktorat

Bandar Udara Dirjen Perhubungan Udara dengan rekening Bank BNI Cabang Harmoni atas nama Bendahara Penerima 133 Direktorat Bandar udara Satker DBU 465590 Nomor rekening 444666566;

5) Potensi PNBP Ditjen Hubud dari Konsesi atas pengusahaan jasa

kebandarudaraan pada Bandar udara yang diusahakan PT AP I (Persero) Tahun Anggaran 2016 sejumlah Rp77.360.807.096,00;

6) Potensi PNBP Ditjen Hubud dari Konsesi atas pengusahaan jasa

kebandarudaraan pada Bandar udara yang diusahakan PT AP II (Persero) tahun 2016 sejumlah Rp78.903.732.136.875,00;

7) Selama tahun 2015 Ditjen Perhubungan Udara belum menerima

pendapatan konsesi dikarenakan MoU baru ditandatangani pada bulan Desember 2015.

b. Konsesi pada Ditjen Perhubungan Laut

1) Konsesi adalah pemberian hak oleh Penyelenggara Pelabuhan yaitu Kepala Kantor Otoritas pada masing-masing pelabuhan yang dikonsesikan selaku PIHAK PERTAMA kepada Badan Usaha Pelabuhan yaitu PT. Pelindo (I sd IV) maupun bukan Pelindo selaku PIHAK KEDUA untuk melakukan kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan teretentu dalam jangka waktu tertentu dan dengan Pendapatan Konsesi sebagaimana diatur dalam Perjanjian Konsesi.

2) Kegiatan Pengusahaan adalah kegiatan penyediaan dan/atau

pelayanan jasa kepelabuhanan yang meliputi penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang dan barang serta jasa terkait dengan kepelabuhanan.

3) Pendapatan Konsesi adalah pendapatan yang diterima oleh PIHAK PERTAMA sebagai PNBP akibat pemberian konsesi kepada PIHAK KEDUA yang harus disetorkan ke Kas Negara melalui Bendahara Penerima PIHAK PERTAMA.

4) Pada Tahun 2015 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui

penyelenggara pelabuhan telah mengadakan perjanjian konsesi dengan PT. Pelindo (Persero) I sd IV yang dibagi dua kategori yaitu (terlampir):

a) Konsesi Pengusahaan Pelabuhan Eksisting (4 konsesi)

b) Konsesi Pengusahaan Pelabuhan Non Eksisting (6 konsesi)

5) Perjanjian Konsesi secara garis besar mengatur hal-hal sebagai

berikut:

a) Jangka Waktu Pelaksanaan Konsesi antara 30 sd 70 tahun;

b) Besaran pendapatan konsesi sebesar 0,5 dan 2,5% per tahun dari

pendapatan bruto atas pelaksanaan kegiatan pengusahaan;

c) Para pihak akan melaksanakan rekonsiliasi atas pendapatan

konsesi setiap tiga bulan;

d) Pembayaran pendapatan konsesi dilakukan setiap tiga bulan/

triwulan selambat-lambatnya tanggal 15 pada bulan berkutnya;

e) Pembayaran pendapatan konsesi kepada Bendahara Penerimaan

pada masing-masing Kantor Otoritas Pelabuhan (OP) dan Kantor Kasyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP).

6) Pendapatan Konsesi tahun 2015 atas perjanjian konsesi pengusahaan

pelabuhan disampaikan sebagai berikut:

a) Konsesi Pengusahaan Pelabuhan Eksisting

(1) Perjanjian Konsesi antara Kantor OP Utama Belawan dengan PT Pelindo I (Persero) dilakukan pada tanggal 9 November 2015, yang di dalamnya antara lain memuat jangka waktu konsesi selama 30 tahun, besaran pendapatan konsesi 2,5%

per tahun dari pendapatan kotor atas pelaksanaan

kegiatanpengusahaan di area konsesi, pendapatan konsesi dibayarkan setiap tiga bulan dan selambat-lambatnya tanggal 15 pada bulan pertama triwulan berikutnya serta area konsesi meliputi 20 penyelenggara pelabuhan.

Pendapatan konsesi sampai dengan cut off 15 April 2016

(periode 9 November sd 31 Desember 2015) telah dilakukan pembayaran oleh tiga cabang Pelindo I (Persero) kepada tiga Penyelenggara Pelabuhan (Kantor OP/KSOP) sesuai area konsesi sebesar Rp4.767.164.224,00

(2) Perjanjian Konsesi antara Kantor OP Utama Tanjung Priok dengan PT Pelindo II (Persero) dilakukan pada tanggal 11 November 2015, yang di dalamnya antara lain memuat jangka waktu konsesi selama 50 tahun, besaran pendapatan konsesi 2,5% per tahun dari pendapatan kotor atas pelaksanaan kegiatanpengusahaan di area konsesi, pendapatan

Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 108

konsesi dibayarkan setiap tiga bulan dan selambat-lambatnya tanggal 15 pada bulan pertama triwulan berikutnya, serta area konsesi meliputi 18 penyelenggara pelabuhan.

Pendapatan konsesi sampai dengan cut off 15 April 2016

(periode 11 November sd 31 Maret 2016) telah dilakukan pembayaran oleh enam cabang PT.Pelindo II (Persero) kepada enam Penyelenggara Pelabuhan (Kantor OP/KSOP) sesuai area konsesi sebesar Rp25.294.384.018,00.

(3) Perjanjian Konsesi antara Kantor OP Utama Tanjung Perak dengan PT Pelindo III (Persero) dilakukan pada tanggal 9 November 2015, yang di dalamnya antara lain memuat jangka waktu konsesi selama 30 tahun, besaran pendapatan konsesi 2,5% per tahun dari pendapatan kotor atas pelaksanaan kegiatan pengusahaan di area konsesi, pendapatan konsesi dibayarkan setiap tiga bulan dan selambat-lambatnya tanggal 15 pada bulan pertama triwulan berikutnya serta area konsesi meliputi 20 penyelenggara pelabuhan.

Pendapatan konsesi sampai dengan cut off 15 April 2016

(periode 9 November sd 31 Januari 2016) telah selesai dilakukan pembayaran oleh dua puluh cabang PT.Pelindo III (Persero) kepada dua puluh Penyelenggara Pelabuhan (Kantor OP/KSOP) sesuai area konsesi sebesar Rp21.912.451.716,00. (4) Perjanjian Konsesi antara Kantor OP Utama Makasar dengan

PT Pelindo IV (Persero) dilakukan pada tanggal 9 November 2015, yang di dalamnya antara lain memuat jangka waktu konsesi selama 30 tahun, besaran pendapatan konsesi 2,5% per tahun dari pendapatan kotor atas pelaksanaan kegiatan pengusahaan di area konsesi, pendapatan konsesi dibayarkan setiap tiga bulan dan selambat-lambatnya tanggal 15 pada bulan pertama triwulan berikutnya serta area konsesi meliputi 26 penyelenggara pelabuhan.

Pendapatan konsesi sampai dengan cut off 15 April 2016

(periode 9 November sd Maret 2016) telah selesai dilakukan pembayaran oleh lima cabang PT.Pelindo IV (Persero) kepada lima Penyelenggara Pelabuhan (Kantor OP/KSOP) sesuai area konsesi sebesar Rp1.772.438.128,00.

b) Konsesi Pengusahaan Pelabuhan Non Eksisting

(1) Perjanjian Konsesi tentang Penyediaan dan pelayanan Jasa Penggunaan Alur Pelayaran Barat Surabaya antara Kantor OP UtamaTanjung Perak dengan PT Pelindo III (Persero) dilakukan pada tanggal 8 Mei 2014, yang di dalamnya antara lain memuat jangka waktu konsesi selama 25 tahun, besaran pendapatan konsesi 3,5% per tahun dari pendapatan kotor atas pelaksanaan kegiatan pengusahaan.

Pendapatan konsesi sampai dengan cut off 15 April 2016 (periode Juli 2015 sd Februari 2016) telah selesai dilakukan pembayaran oleh PT.Pelindo III (Persero) kepada Kantor OP UtamaTanjung Perak sebesar Rp142.147.470,00.

(2) Perjanjian Konsesi tentang Pengusahaan Terminal

Multiprupose Teluk Lamong di Surabaya antara Kantor OP UtamaTanjung Perak dengan PT Pelindo III (Persero) dilakukan pada tanggal 19 Mei 2015, yang di dalamnya antara lain memuat jangka waktu konsesi selama 72 tahun, besaran pendapatan konsesi 2,5% per tahun dari pendapatan kotor atas pelaksanaan kegiatan pengusahaan.

Pendapatan konsesi sampai dengan cut off 15 April 2016

(periode Desember sd Pebruari 2016) telah selesai dilakukan pembayaran oleh PT.Pelindo III (Persero) kepada Kantor OP UtamaTanjung Perak sebesar Rp1.561.797.244,00.

2. SatkerInaktifdan Satker Likuidasi

a. Ditjen Perhubungan Laut

Terdapat 21 satker inaktif pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Posisi saat ini, aset-aset satker tersebut telah dilakukan transfer keluar dan diterima pada satker Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dengan total nilai yang ditransfer senilai Rp2.079.695.173.514,00.

(Rincian padaLampiran 23).

b. Ditjen Perhubungan Udara

Sesuai dengan Laporan Hasil Reviu Inspektorat Jenderal Kemenhub Nomor : KU.005/4/10 ITJEN-2015 tanggal 20 Agustus 2015 ditemukan bahwa terdapat 12 Satker Ditjen Perhubungan Udara yang mencatat BMN hasil pengadaan melalui dana APBN namun sudah tidak memiliki organisasi penganggung jawab terhadap status BMN yang dicatat, ke 12 Satker tersebut adalah :

1) Satker Ahmad Yani; 2) Satker Gading; 3) Satker Adi Sucipto; 4) Satker Juanda Surabaya; 5) Satker Bawean;

6) Satker Pasir Pangaraian; 7) Satker Muara Bungo; 8) Satker Pagar Alam; 9) Satker Hasanuddin; 10) Satker Bua;

11) Satker Depati Amir; 12) Satker Silangit.

Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 110

Dan sesuai dengan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Sistem

Pengendalian Intern Kementerian Perhubungan 2014 Nomor:

53B/HP/XIV/05/2015 tanggal 25 Mei 2015 terdapat 2 (dua) Satker yang tidak diketahui keberadaan asetnya (inaktif), yaitu:

1) Satker Waris;

2) Satker Lereh.

Atas temuan satker inaktif tersebut, Ditjen Perhubungan Udara telah

melakukan tindak lanjut penyelesaian sebagai berikut:

1) Melakukan Penatausahaan BMN (serah terima BMN) atas Satkerinaktif

yang telah aktif kembali menjadi Unit Pelayanan Bandar Udara (UPBU) sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: 40 Tahun 2014 tentang Tata Organisasi Bandar Udara pada Satker Pasir Pengaraian, Satker Muara Bungo, Satker Bua.

2) Melakukan pengalihan pencatatan BMN pada Satker inaktif kepada

intansi lain di Ditjen Perhubungan Udara yang masih aktif, sehingga BMN tersebut tercatat dan kegiatan penatausahaannya dijalankan sesuai

dengan aturan yang berlaku, satker inaktif-nya antara lain Satker

Ahmad Yani Semarang, Satker Gading, Satker Adi Sucipto, Satker Bawean, Satker Juanda, Satker Pagar Alam, Satker Hasanuddin, Satker Depati Amir, UPBU Silangit, Bandara Waris, dan Bandara Lereh.

c. Ditjen Perkeretaapian

Terdapat kantor dan satker di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian yang dilikuidasi dan dilakukan penggabungan pada tahun 2015.

Tabel 117. Kantor/Satker Likuidasi di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian

NO KANTOR/SATKER LIKUIDASI PENGGABUNGAN

1 a b

Satker Prasarana KA Jabotabek

Satker Pembangunan Double-Double Track Satker Pembangunan Jalur Ganda Tanah Abang-Serpong-Maja-Merak

Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jakarta dan Banten

2 a

b

Kantor Administrator TPK Gedebage Bandung Satker Pengembangan Perkeretaapian Jawa Barat

Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Barat 3 a

b

c

d

Kantor Administrator TPK Solo Jebres Satker Pengembangan Perkeretaapian Jawa Tengah

Satker Pembangunan Jalur Ganda Cirebon- Kroya

Satker Peningkatan Jalan KA Lintas Selatan Jawa

Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah

4 a b

Kantor Administrator TPK Rambipuji Jember Satker Pengembangan Perkeretaapian Jawa Timur

Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Timur

NO KANTOR/SATKER LIKUIDASI PENGGABUNGAN

Dalam dokumen PPID Kemenhub BUKU I FINAL (Halaman 100-106)

Dokumen terkait