BAB II LANDASAN TEOR
D. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (4), pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Menurut Mardiasmo (2008:278), PKP adalah pengusaha sebagaimana dimaksud seperti di atas yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN 1984, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (5), PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan perubahannya. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PKP adalah pengusaha yang telah menjadi Wajib Pajak sehingga telah memiliki hak dan kewajiban perpajakan dan kegiatan usahanya adalah melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada pihak manapun.
46
2. Pengukuhan PKP
UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 2 ayat (2) berbunyi “Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)”,
UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 2 ayat (4) dan (4a) berbunyi “Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan apabila Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan kewajibannya”. “Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektof sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama lima tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak”.
3. Pencabutan Pengukuhan Sebagai PKP
Menurut Waluyo (2009:59-60), pengukuhan sebagai PKP dicabut dilakukan sebagai berikut:
a. Bila Wajib Pajak (WP) pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain, bubar atau tidak memenuhi syarat sebagai PKP
47 lagi, maka terhadap WP tersebut dilakukan pencabutan pengukuhan sebagai PKP.
b. Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan dengan cara mengisi Formulir Pemutakhiran Data WP yang pengisiannya dilakukan oleh:
1) WP atau kuasanya yang sah dengan melampirkan Surat Kuasa; 2) Petugas Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan dalam hal:
(a) WP meninggal dunia tanpa meninggalkan warisan, berdasarkan Surat Keterangan Kematian atau fotokopi akta atau fotokopi laporan kematian WP;
(b) WP Bentuk Usaha Tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai Bentuk Usaha Tetap dan WP Orang Pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP berdasarkan hasil pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
c. Bila WP pidah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain atau berubahnya status perusahaan yang mengakibatkan Kantor Pelayanan Pajak yang mengelolanya berubah,penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan pengukuhan PKP dilakukan sebagai berikut:
1) WP mengajukan Surat Pemberitahuan Pindah ke Kantor Palayanan Pajak lama atau langsung ke Kantor Palayanan Pajak baru tanpa disyaratkan harus mengisi Formulir Pemutakhiran Data WP;
48 2) Surat Pemberitahuan Pindah sebagaimana dimaksud pada di atas harus memuat data sekurang-kurangnya mengenai nama, NPWP, Nomor Register dan alamat baru WP di tempat yang dituju, yang diperlukan oleh Kantor Palayanan Pajak lama untuk menerbitkan Surat Perpindahan WP dan/atau Surat Pencabutan Pengukuhan sebagai PKP untuk dikirimkan ke Kantor Palayanan Pajak baru; 3) Berdasarkan Surat Perpindahan WP dan/atau Surat Pencabutan
Pengukuhan sebagai PKP, Kantor Palayanan Pajak baru akan menerbitkan Kartu Pendaftaran, Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Pengukuhan PKP dan Surat Pemberitahuan telah terdaftar di Kantor Palayanan Pajak baru.
4. Kewajiban PKP
Menurut Djuanda dan Lubis (2006:31), PKP berkewajiban untuk: a. Memiliki Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). b. Memungut PPN dan PPn BM yang terutang.
c. Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, serta menyetorkan PPN yang terutang.
d. Melaporkan perhitungan PPN dan PPn BM yang terutang.
5. Pengecualian Kewajiban PKP
Menurut Mardiasmo (2008:278), pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai PKP adalah:
49 a. Pengusaha Kecil, yaitu pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00. Pengusaha Kecil dibebaskan dari kewajiban mengenakan atau memungut PPN atas penyerahan BKP/JKP, sehingga tidak perlu melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, kecuali apabila Pengusaha Kecil memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP, maka UU PPN & PPn BM berlaku sepenuhnya bagi Pengusaha Kecil tersebut. b. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan/atau jasa yang
tidak dikenakan PPN.
6. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak
Menurut Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001, dalam rangka meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak, perlu dengan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi PPh Pasal 25, PPh Pasal 21 dan PPN. Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi DJP. Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, meliputi:
50 a. Pemberian NPWP dilokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan/ perbelanjaan/ pertokoan/ perkantoran/ mal/ plaza/ kawasan industry/ sentra ekonomi lainnya.
b. Pemberian NPWP dan/atau pengukuhan sebagai PKP terhadap WP Badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai WP dan/atau PKP baik di domisili atau lokasi.