• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

3.5. Beban Kerja

3.5.3. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi

Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja berdasakan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maskimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasiculair = %CVL) yang dihitung berdasarkan rumus di bawah ini :

istirahat nadi Denyut maksimum nadi Denyut istirahat) nadi Denyut kerja nadi (Denyut 100 %CVL − − × =

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :

7

< 30% = Tidak terjadi kelelahan 30% − < 60% = Diperlukan perbaikan 60% − < 80% = Kerja dalam waktu singkat 80% − < 100% = Diperlukan tindakan segera >100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ked an dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolism setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh.

Selain cara tersebut di atas, Kilbon (1992) mengusulkan bahwa

cardiovasculair strain dapat diestimasi dengan menggunakan denyut nadi pemulihan (hearth rate recover) atau dikenal dengan metode ‘Brouha’. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidak mengganggu atau menghentikan aktivitas kegiatan selama bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, ke dua, dan ke tiga. P1, P2, P3

adalah rata-rata dari ketiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika P1 − P3≥ 10, atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal.

2. Jika rata-rata P1 tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tidak

berlebihan.

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai maka diperluakan redesign pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesign tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasi kerja, dan lingkungan kerja) yang menyebabkan beban tugas tambahan.

3.6. REBA (Rapid Entire Body Assesment)8

REBA dirancang oleh Lynn Mc Atemney dan Sue Hignett (2000) sebagai sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan atau pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan sebuah indikasi tingkat risiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang harus diambil.

Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau grup yaitu grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri batang tubuh A(trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala

8

Stanton, Naville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, (New York: CRC Press LLC, 2005), h. 76-85.

postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga factor beban/kekuatan dan pegangan (coupling).

REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dan dalam sebuah pekerjaan:

1. Keseluruhan bagian badan digunakan.

2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah atau tidak stabil.

3. Melakukan sebuah pembebanan seperti mengangkat benda baik secara rutin ataupun sesekali.

4. Perubahan dari tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sedang dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

1. Batang tubuh (trunk)

Tabel 3.1. Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk

0-200 (ke depan dan

belakang) 2

<-200 atau 20-600 3

>600 4

2. Leher (neck)

Tabel 3.2. Skor Leher REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1

+1 jika leher berputar/bengkok >200-ekstensi 2

3. Kaki (legs)

Tabel 3.3. Skor Kaki REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600

+2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2

4. Beban (load)

Tabel 3.4. Skor Beban REBA Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat

5-10 kg 1

>10 kg 2 5. Lengan atas (upper arm)

Tabel 3.5. Skor Lengan Atas REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik

>200 (ke belakang) atau 20-450 2 +1 jika lengan berputar/bengkok

45-900 3

-1 miring, menyangga berat lengan

>900 4

6. Lengan bawah (lower arm)

Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah REBA Pergerakan Skor

60-1000 1

7. Pergelangan tangan (wrist)

Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah

>150 (ke atas dan bawah) 2

8. Coupling

Tabel 3.8. Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh

Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin Tidak dapat

diterima 3

Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh

Skor yang didapat dari grup A (tidak termasuk beban) dimasukkan ke dalam Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Skor Grup A

Neck Legs Trunk

1 2 3 4 5 1 1 1 2 2 3 4 2 2 3 4 5 6 3 3 4 5 6 7 4 4 5 6 7 8 2 1 1 3 4 5 6 2 2 4 5 6 7 3 3 5 6 7 8 4 4 6 7 8 9 3 1 3 4 5 6 7 2 3 5 6 7 8 3 5 6 7 8 9 4 6 7 8 9 9

Skor yang didapat dari grup B (tidak termasuk coupling) dimasukkan kedalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Skor Grup B

LowerArm Wrist Upper Arm

1 2 3 4 5 6 1 1 1 1 3 4 5 7 2 1 2 4 5 7 8 3 2 3 5 5 8 8 2 1 1 2 4 5 7 3 2 2 3 5 5 8 9 3 3 4 5 7 8 9

Skor grup A ditambah dengan beban akan menjadi skor grup A yang akan digunakan pada Tabel 3.11. Skor grup B ditambah dengan coupling akan menjadi skor grup B yang akan digunakan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Skor Akhir Skor Grup B Skor Grup A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12 5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12 6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12 7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12 9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12 10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Skor yang diperoleh dari Tabel 3.12. ditambah dengan skor aktivitas yang akan menjadi skor REBA.

Tabel 3.12. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur atau tubuh tidak stabil

Diperlukan tambahan data apakah menggunakan tubuh bagian kiri atau kanan. Untuk menentukan level tindakan maka diperlukan skor REBA.

Tabel 3.13. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan

2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Segera

11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga

3.7. Antropometri9

Istilah Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995). Anthopometri juga bisa diartikan suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk pananganan masalah desain. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, (tinggi,

9

lebar, dan sebagainya), berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Anthropometri secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi antropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja dan produk-produk konsumtif, dan perancangan lingkungan kerja fisik. Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya.

Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20-tahunan. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40-tahunan.

2. Jenis kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti panggul, dan sebagainya.

3. Suku/bangsa (ethnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok suku etnik akan memiliki karakteristik fisik tubuh yang berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Posisi tubuh (posture)

Sikap ataupun posisi tubuh berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu, posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei pengukuran.

5. Cacat tubuh

Data anthropometri disini akan diperlukan untuk perancangan prosuk bagi orang-orang cacat.

6. Tebal/tipisnya pakaian

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari suatu tempat dengan tempat yang lain. 7. Kehamilan

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu: 1. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

2. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995).

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Antropometri untuk Perancangan Produk

Sumber: Wignjosoebroto, 1995 Keterangan gambar 3.2. di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk. 8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar).

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

25 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan.

Dokumen terkait