HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
2. Penilaian kelayakan “woody puzzle”
Gambar 7. Pabrik triplek dan limbah yang dihasilkan di Kota Kendal a) pabrik triplek di Kota Kendal, b) limbah yang dihasilkan pabrik triplek di Kota Kendal
2. Penilaian kelayakan “woody puzzle”
Penilaian kelayakan “woody puzzle”ditentukan oleh validitas media, efektivitas media yang meliputi hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan motivasi belajar siswa. Selain itu, keterterapan yang meliputi tanggapan siswa dan guru juga menentukan kelayakan media “woody puzzle”.
a. Validitas “woody puzzle” yang dikembangkan
Penilaian validitas “woody puzzle” dilakukan setelah “woody puzzle” tersebut direvisi berdasarkan saran dan kritik dari ahli media dan ahli materi. Validitas “woody puzzle” ini dinilai oleh dua orang ahli yaitu ahli media dan ahli materi dimana akan diambil rata-rata persentase dari hasil penilaian ahli media dan ahli materi.
Berikut disajikan hasil penilaian media “woody puzzle” oleh ahli media dan materi dalam Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Rekapitulasi hasil penilaian “woody puzzle”oleh ahli media
No Aspek Skor
1 Keinovatifan media “woody puzzle”
a. ”woody puzzle” kreatif dalam ide/ gagasan 4 b. ”woody puzzle”berbeda dengan media pembelajaran yang sudah ada 4
2 Kualitas tampilan “woody puzzle”
a. Tampilan “woody puzzle”menarik 4
b. Menumbuhkan minat untuk dilihat 3
c. Menumbuhkan minat untuk dimainkan 3
3. Tingkat keawetan bahan “woody puzzle”
a. Awet/ tahan lama 4
b. Tidak mudah sobek/ rusak saat digunakan 4
c. Tidak memerlukan zat/ bahan kimia saat disimpan 4
4. Ukuran “woody puzzle”
a. Perbandingan ukuran panjang dan lebar “woody puzzle” tepat (gambar
tidak terlalu panjang ataupun lebar) 4
b. Ukuran gambar pada “woody puzzle” tidak terlalu besar atau kecil 4 c. Tiap potongan pada “woody puzzle”tidak terlalu besar atau kecil 4
d. Jumlah dapat digunakan secara berkelompok 3
5. Komposisi warna dan gambar “woody puzzle”
a. Warna gambar yang ditampilkan tidak terlalu cerah atau gelap 4
b. Gambar memiliki kontras warna yang baik 4
c. Gambar menampilkan keserasian/ keharmonisan warna 4
6. Keterpakaian “woody puzzle”
a. ”woody puzzle”mudah digunakan 4
b. Tidak memerlukan perangkat tambahan (laptop, LCD, proyektor, kaca
pembesar, dll) 4
c. Praktis dan mudah dibawa 4
7. Kejelasan gambar “woody puzzle”
a. Menggambarkan anatomi batang, akar dan daun secara nyata dan konkret 3 b. Gambar yang ditampilkan jelas, detail pada struktur jaringan penyusun
pada organ anatomi batang, akar dan daun 4
JUMLAH 76
SKOR TOTAL INSTRUMEN = 80
Persentase 95
Ahli media menilai media “woody puzzle” berdasarkan tujuh aspek dan diperoleh nilai kelayakan sebesar 95%. Dengan hasil persentase tersebut dapat dikatakan bahwa media “woody puzzle” valid dari segi penyajian.
Adapun hasil penilaian kelayakan “woody puzzle” oleh ahli materi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi hasil penilaian “woody puzzle”oleh ahli materi
No Aspek Skor
1. “woody puzzle” membantu mencapai indikator pencapaian pembelajaran
materi Struktur Jaringan Tumbuhan.
a. Mengidentifikasi berbagai macam jaringan yang terdapat pada tumbuhan 3 b. Menjelaskan fungsi berbagai jaringan tumbuhan pada organ akar, batang
dan daun berdasarkan ciri strukturnya
3 c. Menggambar berbagai macam struktur jaringan tumbuhan seperti akar,
batang, dan daun
4 d. Membedakan struktur akar, batang dan daun dikotil dan monokotil 4
2. Penjabaran materi “woody puzzle”.
a. Kebenaran konsep “woody puzzle”pada materi Struktur Jaringan Tumbuhan
3 b. “woody puzzle” dapat disusun membentuk gambar struktur jaringan
tumbuhan pada organ batang, akar dan daun
4 c. Materi pada “woody puzzle” sesuai dengan SK, KD dan indikator 2
3. Kemampuan menunjang proses pembelajaran.
a. Membantu sebagai bahan diskusi kelompok 4
b. Menciptakan komunikasi dan kerjasama kelompok siswa 4 c. Menciptakan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa 3
d. Dapat membantu guru dalam proses KBM 3
e. Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa 3
4. Kejelasan gambar dan langkah pemakaian “woody puzzle”
a. Gambar bagian/ jaringan penyusun organ batang, akar dan daun pada
“woody puzzle” terlihat jelas
3 b. Langkah pemakaian “woody puzzle”jelas dan runtut 4 c. Keterangan angka penunjuk jelas dan sesuai dengan bagian jaringan
penyusun yang ditunjuk
4
5. “woody puzzle” menunjang penjabaran materi.
a. ”woody puzzle” dapat memperjelas materi Struktur Jaringan Tumbuhan 4 b. “woody puzzle” dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi
Struktur Jaringan Tumbuhan
3 c. ”woody puzzle” dapat memvisualisasikan materi Struktur Jaringan
Tumbuhan secara konkret
3
JUMLAH 61
SKOR TOTAL INSTRUMEN = 72
Persentase 84,7
* Data selengkapnya disajikan pada lampiran 4
Ahli materi menilai media “woody puzzle” berdasarkan aspek materi pembelajaran yang terdiri dari 5 aspek. Konversi nilai kelayakan berdasarkan skor yang diperoleh adalah 84,7%.
Rata-rata hasil penilaian ahli terhadap “woody puzzle” sebesar 90% dengan kriteria “sangat valid” dan selanjutnya dilakukan perbaikan berdasarkan saran dan masukan yang disajikan pada Tabel 5 dan 6 yang diberikan oleh ahli media dan ahli materi agar “woody puzzle”menjadi lebih baik.
Tabel 5. Saran ahli media dan perbaikan “woody puzzle”
No Aspek yang disarankan ahli Perbaikan
1. Jumlah “woody puzzle”diperbanyak Diperbanyak sejumlah 3x lipat yaitu 18 buah
“woody puzzle”untuk keperluan kelompok belajar siswa di kelas
2. Penomoran pada setiap bagian jaringan pada organ tumbuhan diletakkan di dalam sel/jaringannya
Dibuat lebih rapi, penomoran di dalam jaringannya
3. Warna “woody puzzle” Diwarnai lebih menarik terutama pada anatomi daun dikotil
Tabel 6. Saran ahli materi dan perbaikan “woody puzzle”
No Aspek yang disarankan ahli Perbaikan
1. Sumber acuan gambar anatomi organ tumbuhan harus jelas
Sumber buku dari atlas anatomi tumbuhan 2. Bagian-bagian jaringan penyusun
organ akar, batang dan daun disamakan dengan gambar pada sumber acuan
Bagian dibuat dengan benar pada endodermis dan kambium
3. Setiap anatomi organ tumbuhan pada akar, batang dan daun harus ditetapkan spesies masing-masingnya
Anatomi akar dikotil: Ranunculus sp
Anatomi akar monokotil: Zea mays
Anatomi batang dikotil: Helianthus sp
Anatomi batang monokotil: Zea mays
Anatomi daun dikotil: Ficus elastica
Anatomi daun monokotil: Zea mays
4. Langkah pemakaian “woody puzzle”harus jelas petunjuknya
Diperbaiki dan kata-kata disusun dengan lebih sistematis
Media “woody puzzle” telah mengalami beberapa perubahan sebelum dan sesudah revisi oleh ahli media dan materi. Media “woody puzzle” yang sudah mengalami perubahan dapat dilihat pada gambar 8 sampai 10.
Gambar 8. Susunan dan bentuk jaringan pada batang monokotil a) sebelum revisi b) setelah revisi
Gambar 9. Susunan dan bentuk jaringan pada batang dikotil a) sebelum revisi b) setelah revisi
Gambar 10. Susunan dan bentuk jaringan pada daun dikotil a) sebelum revisi tanpa spesies b) setelah revisi spesies Ficus elastica
a b
a b
Setelah media “woody puzzle” diperbaiki dan dinilai oleh kedua ahli, selanjutnya hasil penilaiannya dirata. Berikut disajikan hasil penilaian rata-rata ahli media dan materi terhadap media “woody puzzle” pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi data rata-rata hasil penilaian “woody puzzle” oleh ahli media dan materi
No Penilai Persentase
1 Ahli media 95,0% 2 Ahli materi 84,7% Rata-rata 90,0%
Kriteria Sangat valid
Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase penilaian antara ahli media dan ahli materi berbeda. Persentase penilaian ahli media sebesar 95,0%, sedangkan ahli materi sebesar 84,7%. Ahli media menilai “woody puzzle”
berdasarkan keinovatifan media, kualitas tampilan, tingkat keawetan bahan,ukuran, komposisi warna, keterpakaian dan kejelasan gambar sedangkan ahli materi menilai kebenaran konsep terhadap materi, ketercapaian SK, KD dan indikator pembelajaran, kemampuan menunjang proses pembelajaran, langkah pemakaian dan sebagai penunjang materi. Perbedaan penilaian “woody puzzle”
dikarenakan para ahli memberikan nilai sesuai keahliannya masing-masing. Setelah dilakukan perbaikan, “woody puzzle” tersebut sudah dapat digunakan dalam uji coba pada skala terbatas dan uji coba pemakaian (skala luas).
b. Efektivitas “woody puzzle”
Efektivitas “woody puzzle” ditentukan berdasarkan hasil belajar, aktivitas siswa, dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media “woody puzzle”
yang dikembangkan. Berikut akan dibahas hasil belajar, aktivitas, dan motivasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar dengan media “woody puzzle”
yang dikembangkan. 1) Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai LKS dan nilai post test. Nilai LKS diperoleh siswa secara berkelompok, sedangkan nilai post test dikerjakan siswa secara individu untuk mengukur kemampuan akademik yang dimiliki tiap siswa
setelah melakukan pembelajaran menggunakan media “woody puzzle” Nilai tersebut disajikan pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Hasil belajar siswa
No Data Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3
1 Rata-rata nilai 83,5 83,3 84,0
2 Nilai Tertinggi 91,5 91 92,5
3 Nilai Terendah 71 70 71,5
4 Jumlah Siswa Tuntas 36 34 34
5 Jumlah Siswa Tidak
Tuntas 1 2 2
6 Ketuntasan klasikal 97% 94% 94%
* Data selengkapnya disajikan pada lampiran 20
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa penggunaan media “woody puzzle” adalah efektif dilihat dari ketuntasan klasikal sebesar 97%.
2) Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa dinilai dengan 5 ketegori. Kategori tersebut adalah sangat aktif, aktif, cukup aktif, tidak aktif, dan sangat tidak aktif. Data tentang aktivitas belajar siswa disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran
No Skor Kriteria
Jumlah siswa Persentase (%)
Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 1 85-100 Sangat aktif 19 24 18 51% 67% 50% 2 70-84 Aktif 18 12 18 49% 33% 50% 3 60-69 Cukup aktif - - - 0% 0% 0% 4 50-59 Tidak aktif - - - 0% 0% 0% 5 <50 Sangat tidak aktif - - - 0% 0% 0%
* Data selengkapnya disajikan pada lampiran 12
Kriteria rata-rata aktivitas belajar siswa adalah aktif. Pada kelas XI IPA 1, 2 dan 3 mencapai ≥75% siswa berada dalam kategori sangat aktif dan aktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dan tertarik dengan pembelajaran yang diberikan.
3) Motivasi belajar siswa
Distribusi frekuensi motivasi belajar siswa disajikan dalam Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Distribusi frekuensi motivasi belajar siswa
No Skor Kriteria
Jumlah siswa Persentase (%)
Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 1 85-100 Sangat termotivasi 23 27 19 62% 72% 53% 2 70-84 Termotivasi 14 9 17 38% 28% 47% 3 60-69 Cukup termotivasi - - - 0% 0% 0% 4 50-59 Tidak termotivasi - - - 0% 0% 0% 5 <50 Sangat tidak termotivasi - - - 0% 0% 0%
* Data selengkapnya disajikan pada lampiran 11
Berdasarkan Tabel 9 siswa kelas XI IPA 1, 2 dan 3 mencapai ≥75% sangat termotivasi dan termotivasi. Data-data tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa sangat tinggi.
c. Keterterapan
1) Data tanggapan siswa terhadap media “woody puzzle”
Data tanggapan siswa diperoleh pada saat uji coba skala kecil dan uji coba pemakaian (skala luas). Jawaban ya mendapatkan skor 1, sedangkan jawaban tidak mendapatkan skor 0, berisi 10 pertanyaan.
Berdasarkan tabel rekapitulasi tanggapan siswa terhadap media “woody puzzle” pada uji coba skala terbatas diperoleh hasil 94,6% yaitu dalam kategori dapat diterapkan. Kemudian media “woody puzzle” diterapkan pada uji coba skala luas dan terbukti bahwa pada uji coba skala luas diperoleh hasi 99,3% yaitu dalam kategori dapat diterapkan. Hal ini membuktikan bahwa media “woody puzzle” layak untuk menjadi media pembelajaran.
2) Data tanggapan guru terhadap media “woody puzzle”
Hasil tanggapan guru terhadap media “woody puzzle” yang disajikan dalam Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh hasil bahwa penggunaan media
“woody puzzle” mendapatkan tanggapan baik dari guru dengan skor 100% dan kriteria dapat diterapkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media
“woody puzzle” hasil pengembangan valid, efektif, dan layak digunakan sebagai media belajar siswa.
B. Pembahasan
Pengembangan media “woody puzzle” yang mengacu pada langkah-langkah Research and Development (R&D) yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009) mulai dari tahap identifikasi potensi dan masalah hingga tahap produk jadi. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran yang berbentuk “woody puzzle” yang valid, untuk mengetahui keefektifan media dalam mendukung proses belajar biologi yang diukur melalui motivasi, aktivitas dan hasil belajar pada materi struktur jaringan tumbuhan dan keterterapannya dalam pembelajaran.
Penilaian validitas media “woody puzzle” dinilai oleh dua orang Dosen Biologi FMIPA UNNES sebagai ahli media dan ahli materi. Penilaian validasi media oleh ahli media meliputi beberapa aspek penilaian yaitu mengenai tingkat keinovatifan, kualitas tampilan, tingkat keawetan bahan, ukuran, komposisi warna dan gambar, keterpakaian dan kejelasan gambar pada media “woody puzzle”.
Sedangkan ahli materi menilai media “woody puzzle” berdasarkan beberapa aspek penilaian meliputi tercapai atau tidaknya indikator pembelajaran pada materi struktur jaringan tumbuhan dengan adanya media “woody puzzle”,
kebenaran konsep media “woody puzzle”, kemampuan dalam menunjang proses pembelajaran, kejelasan gambar dan langkah pemakaian jelas, media “woody puzzle” dapat menunjang materi struktur jaringan tumbuhan.
Penilaian validitas media “woody puzzle” oleh ahli media dan materi struktur jaringan tumbuhan, diperoleh informasi bahwa media “woody puzzle”
valid untuk diterapkan dalam pembelajaran materi struktur jaringan tumbuhan. Rata-rata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa media “woody puzzle”
mempunyai validitas yang tinggi yaitu dengan skor 90%.
Efektivitas media “woody puzzle” pada materi struktur jaringan tumbuhan sudah terpenuhi atau bisa dikatakan efektif karena hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan motivasi belajar siswa ≥75% mencapai ketuntasan secara individual dan klasikal, ≥75% aktif dan termotivasi. Menurut Kustiono (2009) media pembelajaran memperlancar komunikasi guru dan siswa serta media mampu merangsang pikiran, perhatian, dan keinginan belajar siswa yang mendorong
siswa untuk ingin lebih tahu banyak tentang suatu hal. Dengan demikian, siswa terdorong untuk lebih bersemangat dalam belajar sehingga hasil belajar mencapai ketuntasan. Efektivitas media “woody puzzle” dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil belajar, aktivitas, dan motivasi belajar siswa yang diujicobakan pada uji coba skala besar (pada 3 kelas).
Hasil belajar siswa dinilai berdasarkan nilai LKS dan nilai post test. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa tampak dari pemahaman, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa (Arifin 2000). Siswa yang semula belum paham mengenai struktur jaringan tumbuhan menjadi paham. Hal tersebut dilihat dari nilai yang diperoleh.
Media “woody puzzle” efektif digunakan dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan secara klasikal ketuntasan belajar siswa pada 3 kelas mencapai 95% dan dari hasil uji n-gain diketahui terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 1,7 yang dikategorikan tinggi. Sedangkan 5% siswa yang tidak tuntas disebabkan karena siswa tidak mengerjakan semua soal. Hal tersebut disebabkan ada beberapa nomor soal yang dirasa sulit dan tidak berusaha dikerjakan. Efektivitas media “woody puzzle” yang tinggi dikarenakan telah melalui tahap validasi oleh ahli media dan ahli materi dan dinyatakan sangat valid. Selain itu juga pada hasil tanggapan siswa dan guru melalui angket tentang media “woody puzzle” menunjukkan hasil yang positif dapat menumbuhkan motivasi dan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurseto (2011) bahwa salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran.
Aktivitas siswa yang tinggi sejalan dengan motivasi dan hasil belajar yang tinggi pula sesuai dengan penelitian Yusuf (2006) yang menyatakan bahwa kegiatan siswa seperti menemukan konsep, berdiskusi, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, dan menyimpulkan materi merupakan aktivitas sangat bermanfaat bagi siswa untuk mencari pengalaman dan mengalami sendiri. Beberapa aktivitas tersebut membuat pelajaran lebih menarik dan lebih berhasil.
Secara tidak langsung aktivitas belajar siswa juga dapat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa.
Selain itu, sejalan dengan pernyataan Sardiman (2011) bahwa aktivitas mempengaruhi hasil belajar siswa. Aktivitas yang tinggi akan menghasilkan hasil belajar yang tinggi dan aktivitas yang rendah akan menghasilkan hasil belajar yang rendah pula. Kegiatan kelompok dapat membuat siswa belajar menghargai teman yang lain dan belajar untuk bekerja sama. Penyajian pembelajaran yang berpusat pada siswa juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, menambah wawasan akademik, dan menambah rasa ingin tahu (Prastowo, 2011).
Motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa mempunyai hubungan yang positif dan signifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan perhitungan korelasi ganda dengan r hitung sebesar 0,69 untuk kelas XI IPA 1, 0,47 untuk kelas XI IPA 2 dan 0,94 untuk kelas XI IPA 3. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan antara motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa mempunyai hubungan yang positif dan signifikan. Jika siswa tertarik dengan pembelajaran, maka juga aktif dalam proses pembelajaran dan kemungkinan besar siswa tersebut memperhatikan apa yang disampaikan sehingga dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hal tersebut dapat menjadikan nilai hasil belajar siswa menjadi baik, begitu juga sebaliknya.
Penelitian lain yang mendukung yaitu Sukirman (2011) menyimpulkan terdapat hubungan yang erat antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pada taraf signifikansi 1%. Menunjukkan bahwa bimbingan guru, dan motivasi belajar secara bersama-sama hubungannya erat dengan prestasi belajar pada taraf signifikansi 1%, sedangkan Prastomo (2012) menyimpulkan terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika. Pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Sama halnya dengan motivasi, jika motivasi belajar siswa baik maka nilai hasil belajar siswa menjadi lebih baik juga. Seperti halnya pernyataan Mulyasa (2006) yang menyatakan bahwa iklim belajar yang menyenangkan akan
mengakibatkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas siswa sehingga siswa lebih mudah dalam menangkap dan memahami materi pelajaran yang diberikan. Jika siswa melakukan suatu proses diskusi maka secara tidak langsung siswa sudah melakukan berbagai aktivitas yang dapat mendukung proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
Penilaian kelayakan media “woody puzzle” juga didukung oleh data tanggapan siswa dan guru terhadap media “woody puzzle”. Hasil dari tanggapan siswa terhadap media “woody puzzle” diperoleh dari angket tanggapan siswa kelas uji coba skala kecil dan kelas uji coba pemakaian serta tanggapan dari guru.
Tanggapan siswa pada uji coba skala kecil dan uji coba pemakaian mempunyai rata-rata persentase yang berbeda. Tanggapan siswa pada kelas uji coba skala kecil lebih rendah daripada tanggapan siswa pada kelas uji coba pemakaian (skala luas). Hal tersebut membuktikan bahwa setelah dilakukan uji coba skala kecil, media “woody puzzle”memang membutuhkan revisi terlebih dahulu sebelum diujikan pada kelas pemakaian. Revisi tersebut bertujuan untuk memperbaiki bagian-bagian yang salah atau kurang tepat agar dihasilkan media
“woody puzzle” yang lebih sempurna.
Hasil tanggapan guru terhadap media “woody puzzle” didapat dari data angket tanggapan guru pada uji coba skala kecil dan uji coba pemakaian. Berdasarkan jawaban butir angket yang disajikan, guru menunjukkan sikap yang positif terhadap media “woody puzzle”. Hasil tanggapan guru tersebut dapat disimpulkan bahwa guru biologi yang mengajar kelas XI setuju jika media
“woody puzzle” dari hasil pengembangan digunakan dalam proses pembelajaran, mendukung proses pembelajaran, menarik perhatian siswa untuk belajar, mudah dalam pemakaiannya, membantu pemahaman siswa serta banyak kelebihan yang lainnya. Guru bersedia menggunakan media “woody puzzle” untuk pembelajaran selanjutnya. Hal tersebut sesuai pendapat menurut Taiwo (2009) media pembelajaran dapat digunakan guru untuk mengefektifkan pembelajaran di kelas dan untuk menggantikan guru melalui sistem media pembelajaran.
Selain itu, media digunakan oleh guru untuk membentuk sikap dan karakter siswa menjadi lebih positif, mendorong timbulnya motivasi, mendemonstrasikan
beberapa ide, menyoroti topik dan konsep yang spesifik, dan meningkatkan pemahaman (Onasanya 2004). Gambar dan warna yang disajikan menarik, langkah kerja pemakaian jelas dan mudah digunakan, mudah dipahami, dan cocok digunakan pada pembelajaran biologi khususnya materi struktur jaringan tumbuhan. media “woody puzzle” hasil pengembangan dapat digunakan di sekolah lain di kota Kendal.
Berdasarkan uraian di atas, media “woody puzzle” materi struktur jaringan tumbuhan layak karena sudah divalidasi oleh pakar media dan materi dengan persentase >71%. Media “woody puzzle” tersebut juga efektif digunakan di SMA Negeri 2 Kendal, terbukti dengan ketuntasan belajar siswa >75% , kelas XI IPA 1 tuntas secara klasikal sebesar 97%, kelas XI IPA 2 sebesar 94%, dan kelas XI IPA 3 sebesar 94% dan peningkatan hasil belajar tinggi . Media “woody puzzle” tersebut juga mendapat tanggapan yang positif dari siswa dan guru, serta dapat diterapkan sebagai media pembelajaran di SMA Negeri 2 Kendal.
44 BAB V