• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KUALITAS

Dalam dokumen Panduan Penjaminan Kualitas KLHS (Halaman 25-47)

kriteria kualitas dikelompokkan ke dalam tahap pelaksanaan proses KLHS sesuai dengan pekerjaan dan analisis yang biasa dilakukan dalam KLHS. Setiap kelompok mencakup seperangkat pertanyaan terkait dengan aspek-aspek yang relevan dari proses KLHS dan dokumentasi yang dikaji. Perangkat pertanyaan dibuat fleksibel, sehingga memungkinkan untuk difokuskannya evaluasi baik pada seluruh proses KLHS ataupun hanya pada aspek tertentu (misalnya, lingkup pengkajian, kualitas dokumentasi KLHS, dll.).

Bagian C difokuskan terutama pada penilaian bagaimana hasil KLHS dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan 12. Dengan demikian, sebagian besar kriteria dalam kelompok ini baru dapat digunakan setelah keputusan diambil (yaitu ketika hasil dan kesimpulan dari KLHS telah jelas terintegrasi dalam keputusan).

12 Namun, beberapa pertanyaan dari Bagian C dapat pula digunakan untuk menilai kualitas KLHS sebelum KRP yang bersangkutan diserahkan kepada pengambil keputusan untuk disetujui. Hal ini dilakukan dengan cara memfokuskan pertanyaan pada KRP itu sendiri dan bukan pada “persetujuan KRP” yaitu:

Apakah kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan oleh KLHS telah dipertimbangkan dalam

KRP yang akan diserahkan untuk persetujuan itu?

Jika beberapa rekomendasi dan saran belum terintegrasi, apakah KRP memberikan penjelasan

V.

KRITERIA

Untuk melakukan penilaian kualitas, dapat digunakan bentuk pertanyaan seperti tercantum dalam matriks pada Tabel 1. Bagian inti dari penilaian dikemukakan melalui evaluasi deskriptif, yang dituliskan dalam kolom kedua, sedangkan saran/ pendapat untuk meningkatkan kualitas KLHS disampaikan dalam kolom ketiga.

Kriteria Kualitas 5.2.

Pengkajian Pengaruh KRP A.

Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:

Perancangan Proses KLHS A.1

Apakah ada penjelasan mengenai maksud A.1.1

dan tujuan KLHS?

Dasar Pemikiran: Maksud dan tujuan serta kegunaan KLHS harus secara spesifik dikemukakan

untuk setiap penyelenggaraan KLHS. Ketika pembuat KRP menugaskan penyelenggaraan proses KLHS, maka terkandung harapan bahwa KLHS akan memberikan “nilai tambah” bagi penyiapan konsep KRP. Hal ini dapat mencakup, misalnya, mengenai isu-isu yang signifikan yang perlu ditelaah dalam KLHS, persoalan yang perlu dianalisis secara rinci, perseorangan

atau kelompok pemangku kepentingan tertentu yang perlu dilibatkan, dll. Maksud dan tujuan KLHS dapat lebih luas daripada yang dipersyaratkan oleh ketentuan perundang-undangan yang ada harus dipahami sebagai persyaratan minimum.

Apakah mekanisme pelaksanaan KLHS A.1.2

telah direncanakan dan dirancang sesuai dengan KRP?

Dasar Pemikiran: Ada berbagai macam KRP, yang berbeda dalam banyak aspek seperti tingkat perencanaan, cakupan wilayah perencanaan, tahapan dan analisis yang dilakukan dalam tahap persiapan pembuatan KRP, fokus dan substansi KRP, pemangku kepentingan yang terlibat, dll. Seperti telah disebutkan dalam bagian terdahulu, agar masing-masing KLHS menjadi efisien, maka konteks penyelenggaraan KLHS harus dipertimbangkan dengan matang. Untuk itu, diperlukan perencanaan

proses KLHS sebelum pelaksanaannya dimulai. Perencanaan proses KLHS ini dapat dilakukan baik oleh institusi pembuat KRP maupun oleh Pelaksana KLHS.

Kesimpulan dari jawaban atas pertanyaan di atas dapat dijadikan bahan bagi penyusunan ToR pelaksanaan proses KLHS, yang dalam kaitannya Kotak 2

Contoh penelaahan

Pertanyaan: Apakah maksud dan tujuan keseluruhan dari KLHS dijelaskan?

Telaahan deskriptif: KLHS ini menyediakan informasi tentang tujuan KLHS dan ketentuan peraturan nasional terkait. Kerangka acuan kerja KLHS (yang dilampirkan pada pendokumentasian KLHS) menyebutkan antara lain “dalam tahap persiapan pelaksanaan proses KLHS sudah harus dapat dipastikan bahwa, untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan masalah-masalah lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat akan sepenuhnya dipertimbangkan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang, melalui partisipasi publik serta peningkatan derajat perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Hasil KLHS akan memberikan kontribusi terhadap proses perencanaan untuk pengambilan keputusan yang optimal”. Dokumentasi KLHS juga mencakup informasi tentang latar belakang penugasan dan instansi yang menyelenggarakan KLHS, dll.

Penilaian: Tercakup sepenuhnya dalam uraian

Catatan: Pembuat KRP menyampaikan dengan jelas mengenai apa yang diharapkan dari penyelenggaraan KLHS. Hal ini menunjukkan bahwa, pembuat KRP menyadari peran dan kegunaan KLHS bagi pembuatan KRP.

Panduan Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis

dengan tahapan proses perencanaan [pembuatan KRP] dirinci, antara lain, ke dalam penjadwalan kegiatan, anggaran, keahlian yang diperlukan, analisis yang akan dilakukan, dan pemangku kepentingan utama yang perlu dilibatkan, dll.

Perencanaan proses KLHS yang tepat akan membantu untuk memastikan bahwa komposisi Pelaksana KLHS sesuai dengan karakter KRP, isu lingkungan hidup yang harus dikaji, dll.

Apakah proses perencanaan KRP dipertim-A.1.3

bangkan ketika merancang proses KLHS? Dasar Pemikiran: Pada umumnya, manfaat KLHS dapat dimaksimalkan jika pelaksanaan proses KLHS disesuaikan dengan proses perencanaan pembuatan KRP. Dengan demikian, proses KLHS dapat memberikan masukan yang tepat terhadap penyiapan KRP dan tim perencanaan dapat mengintegrasikan masukan ini secara langsung ke dalam konsep KRP sebelum dilaporkan kepada pengambil keputusan. Oleh karena itu, ketika merancang proses KLHS (tahap, analisis yang akan dilakukan, para pemangku kepentingan yang akan terlibat, dll.) adalah penting untuk mempertimbangkan proses penyiapan KRP (bagaimana tahapannya, analisis yang akan dilakukan, apakah dalam proses perencanaan sudah termasuk konsultasi dengan pemangku kepentingan, dll.), termasuk pula faktor ketidakpastian yang ada13. Hal ini 13 Dalam kenyataannya, tidak jarang terjadi bahwa proses perencanaan berlangsung secara berbeda daripada yang direncanakan semula. Analisis tertentu mungkin perlu diulang

akan mengefisiensikan penyelenggaraan KLHS karena pelaksanaan KLHS menggunakan peluang yang tersedia dalam penyiapan KRP serta meminimalkan tumpang tindih yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan proses KLHS dan proses pembuatan KRP (misalnya, dalam hal mengembangkan analisis yang sama, konsultasi secara terpisah dengan kelompok sasaran yang sama). Dengan demikian, proses perencanaan dan KLHS dapat berhemat baik dalam hal waktu, pemanfaatan kapasitas keahlian,

maupun biaya (karena dalam pelaksanaan proses KRP dan KLHS dapat berbagi data dan informasi serta penyelenggaraan konsultasi pun dapat diatur bersama).

Apakah KLHS dilakukan sebagai bagian A.1.4

integral dari proses penyusunan KRP? Dasar Pemikiran: KLHS perlu memberikan informasi yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Jika pelaksanaan proses KLHS dilakukan sebagai bagian terintegrasi dalam proses perencanaan, maka kemungkinan agar rekomendasi KLHS akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, akan lebih besar. Dengan demikian, pelaksanaan proses KLHS lebih efisien karena hasilnya dimanfaatkan dalam proses pengambilan keputusan.

Kotak 3

Komposisi Pelaksana KLHS dalam praktik

Kepakaran dalam Pelaksana KLHS harus terkait dengan isu-isu pokok yang akan dibahas dalam KLHS. Jika keanekaragaman hayati, misalnya, merupakan salah satu masalah yang paling penting di wilayah di mana KRP akan diterapkan, maka tenaga ahli yang relevan perlu menjadi anggota tim. Demikian pula pakar kesehatan harus dilibatkan dalam tim jika diperkirakan timbul dampak terhadap kesehatan masyarakat, dll.

Bagaimana pun juga, selain keahlian teknis, tim harus mengikutsertakan kepakaran di bidang-bidang pembuatan kebijakan, perencanaan, dan komunikasi dengan para pemangku kepentingan karena aspek-aspek tersebut sangat penting dalam manajemen dan koordinasi pelaksanaan proses KLHS.

Jika pelaksanaan proses KLHS sebagai A.1.5

bagian integral dari proses penyusunan KRP tidak terjadi, maka apakah ada penjelasan interaksi antara proses penyusunan KRP dan KLHS?

Dasar Pemikiran: Pada kenyataannya, sejumlah KLHS dilakukan agak terpisah dari proses perencanaan sebagai ex-post parsial atau sepenuhnya, yang mana pelaksanaan proses KLHS yang lengkap dimulai dalam tahap akhir pembuatan KRP. Atau, bahkan dilakukan ketika proses perencanaan telah selesai, yang mana draf akhir KRP sudah jadi dan siap diajukan untuk disetujui. Meskipun demikian, tidak tertutup adanya kesempatan bahwa temuan dan kesimpulan serta rekomendasi KLHS dapat ditampung (a) dalam rancangan KRP (jika masih mungkin), (b) dalam persetujuan terhadap draf akhir KRP, dan/atau (c) dalam implementasi KRP.

Dokumentasi KLHS harus secara jelas menerangkan pelaksanaan proses KLHS dan hubungannya dengan proses pembuatan KRP. Dokumentasi KLHS harus menggambarkan bagaimana pengaturan “komunikasi” antara proses KLHS dan proses perencanaan, misalnya, pada tahap apa saja dari proses KLHS memberikan masukan terhadap proses perencanaan dan masukan apa yang diberikan. Selain itu, dokumentasi KLHS perlu menjelaskan – jika KLHS dilaksanakan secara ex-post (apabila hal ini yang terjadi) – mengapa KLHS baru dilakukan pada tahap ketika perencanaan telah mendekati proses akhir atau draf KRP sudah dalam proses pengambilan

keputusan.

Identifikasi dan Pelibatan Masyarakat dan A.2

Pemangku Kepentingan Lainnya

Apakah masyarakat dan pemangku kepen-A.2.1

tingan lainnya yang akan dilibatkan dalam KLHS diidentifikasikan pada permulaan proses KLHS?

Dasar Pemikiran: Masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang mungkin perlu dilibatkan dalam berbagai tahapan proses KLHS. Supaya konsultasi dengan masyarakat dan pemangku kepen tingan lainnya dapat berjalan secara efektif, perlu dipastikan bahwa semua masyarakat dan pemangku kepentingan yang relevan diundang untuk berpartisipasi, dan tidak ada yang terabaikan. Identifikasi awal mengenai masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya akan dapat membantu supaya situasi tersebut tidak terjadi.

Apakah rencana konsultasi dan partisipasi A.2.2

dibuat?

Dasar Pemikiran: Perencanaan yang baik untuk konsultasi dengan pemangku kepentingan dan parti sipasi mereka dalam proses KLHS merupakan faktor yang penting agar pelibatan pemangku kepentingan dapat terselenggara secara efisien. Hal ini akan memberikan informasi terlebih dulu tentang rencana kegiatan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang relevan, yang akan dapat bersiap dan mulai merumuskan masukan sebelumnya. Kotak 4

Contoh penelaahan

Pertanyaan: Apakah KLHS dilakukan sebagai bagian integral dari proses perencanaan?

Evaluasi deskriptif: KLHS dimulai ketika draf rencana KRP telah jauh dilaksanakan, sehingga penginte-grasian hanya dimungkinkan dalam tahap perencanaan selanjutnya. Namun, oleh karena pada tahap akhir proses perencanaan draf rencana secara signifikan perlu dimodifikasi (karena Provinsi mengusulkan beberapa program baru untuk dimasukkan pula ke dalam rencana), maka rekomendasi KLHS masih mungkin untuk dipertimbang kan dalam perubahan draf rencana KRP – yang diajukan untuk pengambilan keputusan. Perubahan draf rencana ini telah mempertimbangkan rekomendasi KLHS.

Penilaian: KLHS dilaksanakan di sebagian proses perencanaan

Catatan: Meskipun pelaksanaan proses KLHS dilaksanakan terlambat dari proses perencanaan, KLHS masih memberikan masukan yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terhadap draf rencana KRP.

Panduan Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Ini akan membantu untuk menghindari tumpang tindih yang mungkin terjadi dengan konsultasi yang diselenggarakan dalam rangka penyiapan pembuatan KRP. Rencana penyelenggaraan konsultasi harus didiskusikan dan disepakati dengan instansi perencanaan pada awal proses KLHS. Hal ini juga berguna bagi Pelaksana KLHS, karena identifikasi para pemangku kepentingan yang perlu terlibat, tahapan proses KLHS mana mereka harus terlibat dan mengikhtisarkan hasil yang diharapkan dari konsultasi merupakan dasar untuk memilih wahana dan cara konsultasi yang sesuai.

Apakah undangan, daftar hadir, notulensi A.2.3

atau berita acara, dari kegiatan diskusi terbuka untuk pemangku kepentingan yang relevan?

Dasar Pemikiran: Hasil setiap diskusi dan konsultasi dengan publik dan stakehoders pada setiap proses KLHS harus dibuat notulensinya dan didokumentasikan dimana dokumen tersebut dapat ditemukan dalam dokumen KLHS dan terbuka untuk pemangku kepentingan yang terlibat dalam KLHS agar dapat memberikan komentar dan masukan (lihat Bagian D). Di dalam dokumen KLHS tersebut harus memuat undangan, daftar hadir termasuk tanda tangannya, notulen rapat/diskusi, dan berita acara proses KLHS, termasuk didalamnya metoda atau teknik pelaksanaan rapat/diskusi dan konsultasi publik.

Apakah partisipasi dan konsultasi dengan A.2.4

pemangku kepentingan dalam pelaksanaan proses KLHS dilakukan bersama-sama de-ngan pelaksanaan proses penyiapan KRP? Dasar Pemikiran: Konsultasi bersama akan saling membawa manfaat baik untuk KLHS maupun penyiapan KRP dalam hal (a) menghemat waktu, kehadiran para pakar, dan sumber daya keuangan, (b) pemangku kepentingan memperoleh informasi tentang KRP, yang penting untuk memahami berbagai analisis, evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi KLHS, dan (c) tim perencanaan dan penelaah KLHS dapat segera merespon saran dan pendapat yang diajukan

oleh para pemangku kepentingan serta membahas bagaimana saran dan pendapat ini dapat diintegra-sikan dalam proses pengkajian dan/atau KRP. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, proses konsultasi yang dilakukan bersama-sama akan mengefisienkan pelaksanakan keselu ruhan proses konsultasi.

Apakah lingkup KLHS didiskusikan de-A.2.5

ngan pembuat KRP dan pemangku kepen-tingan?

Dasar Pemikiran: Daftar isu yang diidentifikasi dalam tahap pelingkupan merupakan panduan untuk mengetahui fokus dari keseluruhan KLHS. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan ruang lingkup KLHS dengan tim perencanaan serta dengan pemangku kepentingan terkait lainnya (termasuk Kotak 5

Konsultasi dengan lembaga-lembaga pemerintahan

Beberapa KLHS yang sejauh ini telah dilaksanakan di Indonesia memperlihatkan bahwa, pihak-pihak yang diundang dalam konsultasi terutama adalah lembaga-lembaga pemerintahan seperti kementerian, lembaga pemerintah non-kementerian, perangkat pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dll. Pihak-pihak ini adalah kelompok pemangku kepentingan yang penting dan memang perlu dilibatkan (seperti halnya juga sektor non-pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha). Untuk memastikan bahwa proses KLHS dapat mengambil manfaat dari keterlibatan lembaga pemerintah adalah sangat penting untuk memastikan bahwa, para pejabat yang diundang dan berperan-serta dalam lokakarya serta pertemuan yang diselenggarakan benar-benar mewakili pendapat institusi mereka. Pengalaman dalam pelaksanaan KLHS menunjukkan bahwa, dalam beberapa kasus mereka mengekspresikan pandangan pribadi mereka yang mungkin berbeda daripada pendapat resmi lembaga.

isu pokok lain muncul kemudian ketika proses KLHS sedang berlangsung, sehingga justru akan mempersulit dan menunda kemajuan pelaksanaan pengkajian.

Apakah masyarakat dan pemangku kepen-A.2.6

tingan lainnya dikonsultasikan dengan cara dan pada waktu yang memberikan mereka kesempatan awal dan efektif dalam kerangka waktu yang sesuai untuk menyampaikan pendapat mereka terhadap draf KRP dan dokumentasi KLHS?

Dasar Pemikiran: Konsultasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya harus dilaksanakan selama keseluruhan proses KLHS berlangsung. Pada tahap terakhir proses KLHS, dokumentasi KLHS dan rancangan KRP menjadi subjek konsultasi dengan para pemangku kepentingan. Dalam rangka partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya mereka harus memiliki kesempatan untuk menyampaikan saran dan pendapat ketika semua alternatif masih terbuka. Dengan demikian, pengkajian KRP harus mengalokasikan ruang dan waktu yang cukup agar saran dan pendapat yang dikemukakan para pemangku kepentingan dapat dipertimbangkan dalam pelaksanaan KLHS dan/atau KRP yang dikaji.

Apakah masyarakat dan pemangku ke-A.2.7

pentingan yang relevan mempunyai ke-sempatan untuk memberikan komentar dan masukan selama proses KLHS?

Sesuai dengan pengertian KLHS yang bersifat partisipatif, maka sangat penting semua stakeholders yang berkaitan/relevan berkesempatan memberikan komentar dan masukan dalam proses KLHS. Tidak perlu dalam semua proses KLHS (yaitu mulai dari penapisan, sampai dengan pelingkupan kajian, analisis kondisi lingkungan hidup wilayah dan dampak, hingga penyusunan rekomendasi perbaikan KRP dan dokumentasi KLHS). Namun, sangat disarankan untuk membuka proses KLHS kepada semua pemangku kepentingan paling sedikit dalam tahap pelingkupan dan sebelum dokumentasi KLHS difinalkan. Cara dan bagaimana konsultasi dengan pemangku kepentingan mungkin dapat berbeda secara signifikan (pertemuan, diskusi, media elektronik, media masa, mendistribusikan informasi tercetak, dll.) dan harus direncanakan dengan hati-hati sejak permulaan proses KLHS.

Apakah informasi/dokumen KLHS dapat A.2.8

diakses melalui media masa?

Dasar Pemikiran: Menggunakan media masa merupakan satu cara yang biasa untuk memberikan akses terhadap informasi, dokumen atau, laporan yang yang relevan dari KLHS (misalnya, informasi tentang lokakarya publik, informasi bahwa pelingkupan atau dokumentasi KLHS tersedia di kantor lembaga pembuat KRP, dll.). Hal ini akan memungkinkan untuk mendapatkan masukan dari publik umum.

Apakah pembuat KRP melakukan konferensi A.2.9

pers dan/atau pengumuman publik untuk mensosialisasikan atau mengumumkan dokumentasi KLHS kepada publik untuk mendapatkan komentar?

Dasar Pemikiran: Lembaga pemerintah pembuat KRP perlu aktif dalam memperoleh masukan atau komentar terhadap dokumentasi KLHS (sebagaimana disebutkan di atas, menggunakan media masa dapat dipertimbangkan sebagai salah satu cara). Membuka kesempatan untuk memberikan komentar dan masukan terhadap pendokumentasian KLHS, akan memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan terhadap KLHS sebelum diajukan (bersama dengan KRP) untuk pengambilan keputusan. Mengkonsultasikan KLHS akan meyakinkan bahwa setiap isu atau dampak yang penting tidak ada yang terlewat dan karena itu dapat berkontribusi terhadap transparansi dan kredibilitas proses KLHS (dan demikian pula pengambilan keputusan).

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan A.3

Apakah isu-isu strategis lingkungan hi-A.3.1

dup/pembangunan berkelanjutan yang diidentifikasikan dilengkapi dengan pen-jelasan (seperti sebab dan akibat, tingkat keseriusan dan lokasinya)? Jika demikian, jelaskan.

Dasar Pemikiran: Berbagai macam kebijakan,

rencana, dan/atau program mengandung kon-sekuensi tertentu terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan (misalnya, rencana pengem bangan transportasi mempunyai dampak yang berbeda terhadap lingkungan hidup [keanekaragaman hayati, fragmentasi habitat, kebisingan, dll). Oleh karena itu, pelingkupan permasalahan yang akan dibahas perlu dilakukan dengan tepat sebagai salah satu prasyarat dasar

Panduan Penjaminan Kualitas Kajian Lingkungan Hidup Strategis

agar penyelenggaraan KLHS dapat berlangsung secara efisien. Apabila identifikasi isu yang akan dibahas dapat dilaksanakan dengan baik, maka hal ini akan membantu untuk memfokuskan pekerjaan sesuai dengan kapasitas tenaga ahli, waktu dan anggaran yang tersedia kepada aspek-aspek yang sangat penting untuk mengelola lingkungan dan mengembangkan sosio ekonomi di daerah atau sektor terkait pada masa depan. Penentuan isu-isu strategis dilakukan dengan memperhatikan karakteristik utama dari wilayah yang dicakup KRP (misalnya, kondisi lingkungan, permasalahan sosial-budaya, dll.) serta sifat dan isi KRP (misalnya, rencana pembangunan wilayah, rencana pembangunan sektoral). Daftar isu-isu strategis harus didiskusikan seoptimal mungkin dengan perencana serta pemangku kepentingan lainnya.

Apakah ruang lingkup wilayah KLHS (yaitu A.3.2

kawasan yang mungkin akan terkena pengaruh KRP) termasuk lokasi di luar batas administratif dideskripsikan?

Dasar Pemikiran: Biasanya, suatu KRP dengan sendirinya telah menentukan wilayah di mana pelaksa naan KRP berlaku atau mempunyai pengaruh (yang selanjutnya disebut “wilayah pengaruh”) menurut batasan administratif. Jika

negara. Jika KRP dikeluarkan untuk dijadikan dasar pembangunan provinsi, maka wilayah pengaruhnya mencakup wilayah provinsi yang bersangkutan, dan seterusnya untuk kabupaten atau kota. Namun, wilayah pengaruh terhadap lingkungan mungkin akan berbeda secara signifikan dengan wilayah pengaruh yang ditimbulkan oleh pelaksanaan KRP. Wilayah pengaruh terhadap lingkungan mungkin hanya bersifat lokal (misalnya, areal hutan kecil dengan keanekaragaman tanaman yang unik). Di pihak lain, wilayah pengaruh terhadap lingkungan dapat melampaui batas administrasi provinsi atau bahkan negara (misalnya, dalam hal pencemaran air dan polusi udara). Oleh karena itu, dengan memperhatikan isi KRP dan karakteristik lingkungan hidup daerah, pada tahap awal pelaksanaan KLHS harus ditentukan wilayah pengaruh yang akan dikaji dalam KLHS. Penentuan wilayah pengaruh dari

masing-masing isu strategis menjadi dasar untuk menjelaskan ruang lingkup wilayah KLHS secara keseluruhan.

Apakah deskripsi isu strategis lingkungan A.3.3

hidup / pembangunan berkelanjutan telah didukung oleh data, informasi dan analisis yang sesuai?

Dasar Pemikiran: Isu-isu strategis lingkungan Kotak 6

Contoh evaluasi

Pertanyaan: Apakah isu-isu kunci lingkungan hidup / pembangunan berkelanjutan dibahas dengan jelas dalam KLHS?

Telaahan deskriptif: Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menggariskan bahwa KLHS memuat enam kajian lingkungan,yang antara lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16. Dengan memperhatikan karakteris tik wilayah dan nilai keanekaragaman hayati yang unik, pada tahap awal proses KLHS seharusnya telah diidentifikasikan secara rinci isu perlin dungan keanekaragaman hayati, dan yang seharusnya telah ditindaklanjuti dalam proses KLHS dengan kajian yang lebih dalam.

Penilaian: Hanya sebagian isu lingkungan hidup / pembangunan berkelanjutan telah dibahas dalam KLHS.

Catatan: KLHS membahas hanya enam kriteria yang ditentukan oleh Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkunan hidup dan dengan demikian aspek penting dari perlindungan keragaman hayati telah terabaikan.

semata oleh penelaah KLHS, namun harus berdasarkan bukti empiris yang ada data-datanya, informasi yang memadai, dan suatu kajian atau analisis lingkungan. Isu-isu strategis lingkungan tersebut bisa didasarkan pada pasal 16 UU32/2009 ataupun terbuka sesuai dengan pandangan stakeholders dalam berkonsultasi dengan penelaah KLHS. Dengan bukti empiris isu strategis dapat dipahami lebih mudah karena kecenderungan dampak kumulatif yang akan terjadi di waktu mendatang setelah KRP diputuskan lebih mudah diidentifikasi dan dianalisis untuk dapat disusun pengelolaannya.

Apakah diterangkan dengan jelas bagai-A.3.4

mana isu strategis telah didefinisikan? Dasar Pemikiran: Penjelasan gamblang pende-finisian secara benar isu-isu strategis berdasarkan bukti empiris atau data yang memadai diperlukan agar dampak KRP terhadap lingkungan menjadi terarah serta pengelolaan dampak menjadi jelas dan mudah. Penjelasan yang gamblang dan benar sangat terbantu dengan data dan informasi yang lengkap dan terkait dengan isu-isu strategis. Penjelasan akan lebih mudah dipahami bila uraiannya disusun dengan berbagai perhitungan ilmiah secara kuantitatif atau

Dalam dokumen Panduan Penjaminan Kualitas KLHS (Halaman 25-47)

Dokumen terkait