• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.5. Pengukuran waktu kerja dengan jam henti ( Stop Watch Study ) 16

3.5.3. Penilaian Performance Kerja 19

Setelah pengambilan data melalui pengamatan waktu kerja, maka dilakukan pengolahan data sehingga memberikan waktu standar yang diharapkan. Untuk mendapatkan waktu standar bagi elemen-elemen pekerjaan yang diamati,

18

Walpole, Ronald. E. 1982. Introduction to Statistic. 3rd edition. Mc Millan 19

maka terlebih dahulu ditentukan rating performance atau disebut juga rating factor pekerja.

Rating factor adalah faktor yang diperoleh dengan membandingkan kecepatan bekerja dari seorang operator dengan kecepatan kerja normal menurut ukuran peneliti/pengamat. Dari faktor ini dapat dilihat bahwa:

- Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas wajar kewajaran (normal) maka rating factor ini akan lebih besar dari pada 1 (Rf>l). - Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dibawah kewajaran

(normal) maka rating factor akan lebih kecil dari 1 (Rf<l).

- Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor ini diambil sama dengan 1 (Rf = 1). Untuk kondisi kerja dimana operasi secara penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine time) maka waktu yang diukur dianggap waktu yang normal.

Ada 5 sistem penyesuaian yang sering dipergunakan, yaitu: 1. Skill dan Effort

Di sini faktor yang diperhatikan adalah kecakapan dan usaha-usaha yang ditunjukkan oleh operator pada saat bekerja, juga mempertimbangkan kelonggaran (allowance) waktu lainnya.

2. Westinghouse System of Rating

Ada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yakni:

g. Skill (keterampilan)

Keterampilan adalah kemampuan untuk mengikuti cara kerja yang ditetapkan secara psikologis.

h. Effort (usaha)

Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan oleh pekerja atau operator ketika melakukan pekerjaannya.

i. Condition (kondisi kerja)

Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.

j. Consistency (konsistensi)

Faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap pengukuran waktu tidak pernah semuanya sama.

Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan jalan mengalihkan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah ke empat rating factor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan oleh operator. Besar nilai rating performance secara terperinci menurut cara

Tabel 3.3. Rating Factor Menurut Westinghouse

Faktor Kategori Simbol Penyesuaian

Ketrampilan Superskill A1 +0,15 A2 +0,12 Excellent B1 +0,11 B2 +0,08 Good C1 +0,06 C2 +0,02 Average D 0,00 Fair E1 -0,05 E2 -0,10 Poor F1 -0,16 F2 -0,22 Usaha Excessive A1 +0,12 A2 +0,12 Excellent B1 +0,10 B2 +0,08 Good C1 +0,05 C2 +0,02 Average D 0,00 Fair E1 -0,04 E2 -0,08 Poor F1 -0,12 F2 -0,17 Kondisi Kerja Ideal A +0,06 Excellently B +0,04 Good C +0,02 Average D 0,00 Fair E -0,02 Poor F -0,07 Konsistensi Perfect A +0,04 Excellently B +0,02 Good C +0,01 Average D 0,00 Fair E -0,02 Poor F -0,04 Sumber: Sutalaksana (1979)

3. Shumard Rating

Cara ini memberikan penilaian melalui kelas-kelas performansi kerja dimana setiap kelas memiliki nilai tersendiri. Faktor ini diperoleh dengan membandingkan nilai performansi kerja dari kelas yang bersangkutan dengan nilai performansi normal. Dalam hal ini pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja dari operator menurut kelas-kelas tertentu. Adapun kelas-kelas tersebut beserta dengan nilai-nilainya tercantum pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Rating Performance Menurut Cara Schumard

Kelas Rating Performance

Super Fast 100 Fast + 95 Fast 90 Fast - 85 Excellent 80 Good + 75 Good 70 Good - 65 Normal 60 Fair + 55 Fair 50 Fair - 45 Poor 40 Sumber: Sutalaksana (1979) 4. Objective Rating

Cara objektif adalah cara menentukan rating performance yang memperhatikan dua faktor, yaitu faktor kecepatan dan faktor tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama menentukan berapa besarnya harga P untuk mendapatkan waktu normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam

pengertian biasa. Disini pengukur melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditunjukkan oleh operator.

5. Synthetic Rating

Metode ini mengevaluasi kecepatan operator berdasarkan data waktu gerakan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Prosedurnya adalah dengan mengukur waktu penyelesaian dari setiap elemen gerakan kemudian dibandingkan dengan waktu aktual dari data tabel waktu gerakan untuk kemudian dihitung harga rata-ratanya. Harga rata-rata inilah yang digunakan sebagai faktor penyesuaian.

3.5.4. Allowance20

3.5.4.1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Pribadi (Personal Allowance) Pada dasarnya setiap pekerja haruslah diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi. Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat ditentukan dengan jalan melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Besarnya waktu untuk kelonggaran pribadi untuk pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2-2,5% dan wanita 5% (persentase ini dari waktu normal), atau sepuluh sampai 24 menit setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan yang bersifat personil apabila operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat resmi. Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil yang dipergunakan ini

20

Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja. 1979. Teknik Tata Cara Kerja.

Bandung:

akan bervariasi tergantung pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakannya, akan tetapi kenyataanya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja ruang tidak enak (terutama temperature tinggi) akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personil ini lebih besar lagi.

Allowance untuk hal ini bisa lebih besar dari 5%.

3.5.4.2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepaskan Lelah (Fatique Allowance) Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan banyak pikiran (lelah mental) dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang dijinkan untuk melepaskan lelah adalah sangat sulit dan kompleks. Di sini waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat sangat tergantung pada individu yang bersangkutan. Interval waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan dan faktor-faktor lainnya. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaanya akan tergantung pada jenis pekerjaannya. Barang kali yang paling umum dilakukan adalah memberikan satu kali periode istirahat yang diberikan berkisar 5 sampai 15 menit.

3.5.4.3. Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-Keterlambatan (Delay Allowance)

Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan-hambatan. Keterlambatan atau delay, bisa disebabkan faktor-faktor yang sulit untuk dihindarkan. (unavoidable delay) karena berada diluar kemampuan pekerja untuk mengendalikannya, tetapi bisa juga di sebabkan oleh beberapa faktor yang sebenarnya masih bisa dihindari, misalnya mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Macam dan lamanya keterlambatan untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti dengan melaksanakan aktivitas time study secara penuh bisa juga dengan kegiatan sampling kerja. Elemen-elemen kerja yang secara keseluruhan tidak diangap sebagi delay akan tetapi harus diamati dan diukur sebagaimana elemen-elemen kerja lainnya yang termasuk dalam siklus operasi.

Dokumen terkait