• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian

4.2.4.2 Penilaian Variabel

A. Penilaian Variabel Internal

Penilaian variabel internal mempunyai nilai maksimal 5 dan nilai minimal 1. Penilaian ini dilakukan berdasarkan besarnya pengaruh indikator tesebut bagi organisasi. Penilaian dilakukan dengan 5 skala yaitu: 5=sangat kuat, 4=kuat, 3=sedang, 2=lemah, 1=sangat lemah. Penilaian variabel internal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Tabel 4.10

Penilaian Variabel Internal

No Variabel Internal Penilaian

Sangat

Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat Nilai Kekuatan (Strength)

1 Dasar hukum UU yang kuat X 5

2 Kewenangan pemblokiran X 5 3 Kewenangan penyitaan X 5 4 Kewenangan pencegahan X 4 5 Kewenangan penyanderaan X 4 Kelemahan (Weakness) 1 Keterbatasan jumlah SDM

Juru Sita Pajak X 2

2 Keterbatasan dataWP dan

aset yang dimiliki X 1

3 Keterbatasan jangka waktu

penagihan dalam UU X 2

4 Birokrasi yang panjang

untuk lelang, cegah, sandera X 2

5 Minimnya biaya penagihan

pajak dan insentif Juru Sita X 2

Dari tabel diatas diketahui seberapa besar nilai yang diberikan untuk masing-masing variabel yang menunjukkan pengaruhnya terhadap pencairan / penurunan jumlah piutang pajak. Penjelasan dari masing-masing variabel tersebut adalah: Kekuatan:

1. Adanya dasar hukum UU khusus penagihan pajak dan aturan pelaksanaannya. Dengan adanya UU khusus penagihan pajak yaitu UU No.19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No.19 Tahun 2000 dan peraturan pelaksanaannya, maka pelaksanaan tindakan penagihan menjadi lebih kuat secara hukum karena landasannya jelas.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

2. Ada kewenangan pemblokiran rekening. Juru Sita Pajak berwenang melakukan tindakan pemblokiran terhadap rekening bank tempat harta kekayaan Wajib Pajak disimpan dalam rangka tindakan penagihan pajak. 3. Adanya kewenangan penyitaan. Dalam rangka tindakan penagihan pajak

Juru Sita Pajak dapat melakukan penyitaan atas barang-barang milik Wajib Pajak untuk dijadikan jaminan pelunasan piutang pajak. Apabila tidak juga dilunasi maka dapat dilanjutkan dengan lelang.

4. Ada kewenangan melakukan pencegahan ke luar negeri. Dalam UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Penanggung Pajak dapat dilakukan pencegahan bepergian keluar negeri apabila tidak beritikad baik melunasi pajaknya dan piutang pajaknya minimal Rp 100.000.000,-.

5. Ada kewenangan penyanderaan. Dalam pelaksanaan tindakan penagihan pajak, Juru Sita Pajak dengan ijin Menteri Keuangan dapat melakukan tindakan penyanderaan terhadap Penanggung Pajak apabila tidak memiliki itikad baik untuk membayar.

Kelemahan:

1. Keterbatasan jumlah SDM Juru Sita Pajak. Jumlah SDM Juru Sita Pajak yang melaksanakan tindakan penagihan tidak sebanding / tidak ideal dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak dan piutang pajak yang ditangani. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman saat ini hanya terdapat 2 (dua) orang Juru Sita Pajak Negara yang bertugas melakukan penagihan aktif di wilayah Kabupaten Sleman.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

2. Keterbatasan data mengenai keberadaan Penanggung Pajak dan harta kekayaaan yang dimiliki. Kurangnya informasi mengenai keberadaan Penanggung Pajak dan harta kekayaan yang dimilikinya menyebabkan tindakan penagihan menjadi kurang maksimal.

3. Keterbatasan jangka waktu penagihan sampai dengan daluwarsa tindakan penagihan yang diatur di dalam Undang-Undang. Dalam UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) terbaru, jangka waktu penagihan terbatas hanya 5 (lima) tahun sehingga dalam jangka waktu tersebut harus dilakukan upaya penagihan yang maksimal.

4. Birokrasi yang panjang dalam melaksanakan penagihan berupa lelang, pencegahan ke luar negeri dan penyanderaan. Proses lelang, pencegahan ke luar negeri dan penyenderaan Penanggung Pajak melibatkan birkokrasi lintas unit organisasi sehingga membutuhkan waktu lama karena masing-masing organisasi terdapat prosedur formal yang harus dijalankan.

5. Minimnya biaya penagihan pajak dan insentif bagi Juru Sita Pajak

Biaya pelaksanaan pemberitahuan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak adalah sebesar Rp 50.000,- dan untuk pelaksanaan penyitaan hanya Rp 100.000,-. Pada saat ini jumlah tersebut tentu tidak cukup mengakomodir biaya harian Juru Sita Pajak, saksi-saksi dan biaya perjalanan. Insentif bagi Juru Sita Pajak juga bisa dikatakan kecil karena penghasilannya sama dengan pegawai biasa padahal beban kerjanya lebih besar dan risikonya terbilang cukup tinggi.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

B. Penilaian Variabel Eksternal

Cara penilaian variabel eksternal sama dengan cara penilaian variabel internal. Penilaian dilakukan dengan menggunakan 5 skala yaitu: 5= sangat kuat, 4=kuat, 3=sedang, 2=lemah, 1=sangat lemah. Penilaian variabel eksternal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11

Penilaian Variabel Eksternal

No Variabel Eksternal Penilaian

Sangat

Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat Nilai Peluang (Opportunity)

1 Jumlah piutang pajak

cukup besar X 4

2 Jumlah Wajib Pajak cukup

banyak X 4

3 Batasan Penanggung Pajak

cukup luas X 5

4 Kemampuan ekonomis WP yang masih aktif untuk membayar pajaknya

X 4

5 Batasan jenis barang yang

dapat disita cukup luas X 5

Ancaman (Threat)

1 WP tidak kooperatif / tidak

ada itikad baik membayar X 2

2 WP tidak ditemukan dan

keberadaan tidak diketahui X 1

3 WP tidak mempunyai aset dan kemampuan bayar (bangkrut)

X 1

4 Perlawanan fisik dan

intimidasi kepada petugas X 3

5 Gugatan / perlawanan hukum dari WP X 3

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

Dari tabel diatas diketahui seberapa besar nilai yang diberikan untuk masing-masing indikator yang merupakan besar kecil pengaruhnya dan pentingnya terhadap organisasi. Penjelasan dari masing-masing variabel tersebut adalah: Peluang :

1. Jumlah piutang pajak cukup besar. Piutang yang dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman jumlahnya sangat besar dan material. Hal ini merupakan peluang yang bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman untuk mencairkannya menjadi penerimaan negara.

2. Jumlah Wajib Pajak (WP) cukup banyak. Dengan jumlah Wajib Pajak yang banyak merupakan peluang untuk meningkatkan penerimaan pajak dari segi pencairan piutang pajak.

3. Batasan Penanggung Pajak yang cukup luas. Cakupan/batasan Penanggung Pajak bagi Wajib Pajak Badan dapat dikatakan cukup luas meliputi direktur /pengurus, kepala cabang, kepala perwakilan, pemegang saham, penanggung jawab, dan orang-orang yang secara nyata dapat menentukan kebijakan dalam perusahaan, menjadikan hal ini peluang yang besar untuk mencairkan piutang pajak.

4. Adanya kemampuan ekonomis WP untuk membayar. Wajib Pajak yang masih aktif beroperasi umumnya masih mempunyai kemampuan ekonomis untuk membayar pajak. Ini berarti peluang untuk mencairkan piutang pajak lebih besar. Diantaranya ditunjukkan dengan adanya aset Wajib Pajak dan kegiatan usahanya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

5. Batasan jenis barang yang dapat disita cukup luas. Jenis barang yang dapat dilakukan penyitaan sangat luas cakupannya meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak, bahkan barang yang penguasaannya ada di tangan pihak lain dan barang yang dijaminkan sebagai agunan pelunasan utang Wajib Pajak dapat dilakukan penyitaan.

Ancaman :

1. Wajib Pajak tidak kooperatif dan tidak ada itikad baik untuk membayar. Tanda-tandanya diantaranya tidak merespon himbauan / panggilan, tidak bersedia menyerahkan aset sebagai jaminan, berusaha mengalihkan kepemilikan asetnya, tidak menyatakan bersedia atau tidak untuk melakukan pelunasan, berusaha membubarkan usahanya.

2. Wajib Pajak tidak ditemukan di lokasi terdaftarnya dan tidak diketahui keberadaannya. Wajib Pajak menghindari petugas pajak dengan berpindah alamat tanpa mengajukan perubahan alamat ke KPP dan tidak memberitahu pengurus lingkungan setempat.

3. Wajib Pajak tidak mempunyai kemampuan ekonomis untuk membayar. Wajib Pajak sudah tidak menjalankan usaha dan tidak memiliki aset lagi dikarenakan telah bangkrut namun masih memiliki kewajiban pajak yang belum dibayar.

4. Perlawanan fisik dan intimidasi terhadap petugas. Wajib Pajak yang menolak dilakukan tindakan penagihan dapat bertindak diluar kendali bahkan melakukan perlawanan dan intimidasi untuk menggagalkan tindakan penagihan yang dilakukan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

5. Gugatan / perlawanan hukum

Selain perlawanan fisik, perlawanan Wajib Pajak terhadap tindakan penagihan dapat juga terjadi dalam bentuk gugatan hukum ke pengadilan pajak dengan maksud agar tidak dilakukan tindakan penagihan pajak maupun eksekusi terhadap aset milik Wajib Pajak.

Dokumen terkait