• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kader HMI-Wati

2. Aspek Eksternal

2.3 HMI Cabang Medan

2.3.1 Peningkatan Kader HMI-Wati

Secara nasional, salah satu alasan terbentuknya KOHATI ialah untuk menampung aspirasi anggota HMI-Wati yang secara kuantitas meningkat sangat signifikan, sehingga Departemen Keputrian sulit mengontrol pasca keikutsertaan HMI dalam Kesatuan Aksi Penggayangan PKI (KAPI) yang dimulai pada bulan Oktober 1965. HMI menjadi organisasi mahasiswa Islam yang dipercayakan oleh masyarakat Islam. Hal tersebut juga terjadi pada HMI Cabang Medan, yaitu meningkatnya jumlah anggota HMI baik HMI-Wan dan HMI-Wati di berbagai Institut dan Perguruan Tinggi yang teradapat basis HMI, seperti USU, IKIP, UISU, dan lainnya. Banyak mahasiswa Islam yang mendaftar menjadi anggota HMI, termasuk Wati sehingga tidak dapat menampung seluruh aspirasi kader HMI-Wati pada Departemen Keputrian HMI Cabang Medan. Mahasiswi yang mendaftarkan dirinya menjadi anggota HMI-Wati dimulai pada jenjang komisariat sebagai tingkatan awal berproses di KOHATI. Sebelum peristiwa terjadi, proses rekruitmen terhadap kader sangat sulit dilakukan, mengingat keapatisan dari mahasiswi. Secara gender, perempuan yang dianggap tidak perlu ikut dalam kegiatan organisasi dan hanya melakukan aktivitas di rumah saja. Dalam usaha menampung aspirasi anggota baru yang merupakan mahasiswa Islam, membutuhkan wadah khusus agar pembinaan kader lebih intensif dan terkontrol.

Di bawah pimpinan Zakaria Siregar, di dalam kepengurusan HMI terdapat Departemen Keputrian. Sebelum pembentukan KOHATI Cabang Medan dilakukan,

47

Ketua Departemen Keputrian bernama Djanius Djamin yang berasal dari HMI Komisariat Fakultas Hukum USU. Ketika itu, jumlah kader HMI-Wati yang menjadi pengurus pada Cabang Medan sudah mencapai lebih dari 15 orang, yang berasal dari HMI-Wati komisariat sekawasan Cabang Medan. Kemudian untuk di tingkat komisariat secara keseluruhan terjadi peningkatan, meskipun untuk data jumlah angka tidak ditemukan.52

52

Wawancara dengan Djanius Djamin merupakan seorang yang pernah menjabat sebagai rektor IKIP/UNIMED dalam 2 periode, dan sekarang menjadi komisaris utama BPR Gebu Prima. Wawancara dilakukan pada tanggal 11 April 2016, pukul 15.00 WIB di Kantor BPR Gebu Prima (Jalan A. R. Hakim).

2.3.2 Keaktifan Kader HMI-Wati

Faktor utama menjadi pemicu lahirnya KOHATI ialah keaktifan para kader HMI-Wati dalam memperjuangkan tujuan HMI yaitu terbinanya insan cita. Sudah hal biasa apabila perempuan yang tergabung dalam suatu organisasi melakukan kegiatan yang sewajarnya perempuan lakukan, seperti memasak, menjahit, membuat keterampilan yang secara eksistensi hanya berada pada internal organisasi. Namun pada kader HMI-Wati menunjukkan hal yang berbeda, dimana terlibat dengan kegiatan melakukan aksi demonstrasi dimana nyawa menjadi taruhan. Beberapa kader HMI-Wati yang sangat aktif dalam penumpasan Gerakan 30 September 1965 diantaranya Djanius Djamin, Radhiah Muchtar, Nurhadijah Lubis, Hartilanum, Farida Saad, Musnarti, Ratna Juita dan lainnya.

48

Di Cabang Medan, kader HMI-Wati ikut melakukan aksi dengan berada pada barisan depan bersama dengan HMI-Wan yang tergabung dalam Komando Aksi Penumpasan (KAP) G 30 S/PKI di Sumatera Utara yang dipimpin oleh M. Noernikmat dari Ikatan Pemuda Tanah Rencong (IPTR). KAP terdiri dari beberapa organisasi pemuda seperti Pemuda Pancasila (PP), Al Washliyah, Nadhatul Ulama (NU), Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pemuda Tanah rencong (IPTR), P31 SOKSI, Anshor, dan lainnya.

Pasca Gerakan 30 September, keadaan Kota Medan semakin mencekam, terjadi aksi demonstrasi yang dimulai pada bulan Oktober. Semulanya terjadi pembakaran di kantor Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang merupakan underbrow PKI terletak di Jalan Iskandar Muda (tepat di depan Medan Plaza sekarang) oleh HMI bersama organisasi masyarakat Islam lainnya. Kejadian ini menyebabkan tewasnya ketua SOBSI yang juga merupakan anggota DPRD Kota Medan.53 Sementara itu, Radhiah Muchtar yang berasal dari anggota biasa di HMI Komisariat IKIP, ikut dalam melakukan demonstrasi dalam barisan depan ambil bagian dalam memegang bendera HMI.54

53

Wawancara dengan Usman Pelly.

54

Wawancara dengan Radhiah Muchtar merupakan pensiunan dari dosen di UNIMED. Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Maret 2016, pukul 11.00 WIB, bertempat di kediaman beliau (Jalan. Kapten Muslim, Jalan Perkutut, Gang Murni, No. 272) Dalam melakukan wawancara, beliau tidak ingat mengenai waktu dan tempat peristiwa, akan tetapi peristiwa terjadi tepat pada masa kepemimpinannya. Mengenai dokumentasi dan arsip, beliau pernah simpan, tetapi berkasnya sudah tidak ada lagi.

49

Ketika aksi perlawanan dilakukan di Lapangan Merdeka, Djanius Djamin menjadi incaran bagi PKI, karena salah satu orang yang ekstrim di HMI Cabang Medan merupakan musuh utama PKI. Saat kericuhan terjadi, tusuk-menusuk dengan menggunakan pisau dilakukan oleh PKI. Salah seorang PKI berusaha menusuk bagian perut Djanius Djamin. Namun upaya tersebut gagal dikarenakan tali pinggang bekas pengikat dengan drum yang masih melekat di perut Djanius Djamin dan aksi penyelamatan dari kader HMI lainnya berusaha membela sehingga lepas dari targetan. Kemudian aksi kejar-kejaran di lakukan. Melihat hal tersebut, Djanius Djamin di posisikan dirinya di bagian tengah barisan untuk dilindungi dari serangan orang-orang PKI.55

Pada tanggal 10 Desember 1965 diselenggarakan Rapat Akbar di Gedung Olahraga (GOR) mengundang seluruh massa KAP dengan tujuan untuk mengerahkan massa dengan tertib dan teratur (foto dapat dilihat pada gambar 10 di hlm. 117). Pada kesempatan itu pihak Komando Aksi Sumatera Utara mempercayakan M. Noernikmat untuk membacakan surat pernyataan yang akan disampaikan kepada Konsulat RRT (Repulik Rakyat Tiongkok) di Medan. Selanjutnya pernyataan tersebut dibawa ke Konsulat RRT untuk diserahkan. Namun keadaan disini menjadi berubah sehingga timbul sebuah insiden yang membawa korban. Kericuhan pun terjadi, para demonstran berusaha merangsek masuk kedalam Konsulat, namun dihadang pihak keamanan internal Konsulat sehingga terjadi penembakan dan jatuhlah korban jiwa

55

50

bernama Ibrahim Umar yang merupakan salah satu anggota IPTR (foto dapat dilihat pada gambar 11 hlm. 118). Ibrahim Umar tertembak pada bagian kepala dan otaknya tergurai. Kemarahan memuncak, sehingga kantor RRT dibakar oleh orang-orang yang tergabung KAP dan demonstrasi semakin anarkis. Korban-korban lainnya yang mengalami luka ringan, dibantu oleh kader HMI-Wati untuk dibawa ke tempat yang aman. Kemudian para HMI-Wati tidak hanya ikut melakukan demonstrasi saja, melainkan berupaya mencari beberapa nasi bungkus ke rumah-rumah makan Minang dan orang-orang yang percaya terhadap HMI.

Ketika merencanakan sebuah aksi, pemikiran-pemikiran kader HMI-Wati pengurus Cabang Medan dibutuhkan dan menjadi penyeimbang sehingga aksi kelak tidak membuahkan hasil yang konyol. Bahkan seperti dengan HMI-Wan lainnya, kader HMI-Wati terus berjuang menumpas PKI dari pagi ke pagi. Dalam keikutsertaan melakukan aksi bersama HMI, jumlah kader HMI-Wati yang turut gerak mencapai kurang lebih 100 orang berasal dari komisariat hingga pada BADKO Sumatera Bagian Utara.56

56

Wawancara dengan Usman Pelly.

Bersama HMI, anggota HMI-Wati juga ikut dalam kegiatan Study Work Camp yang dilakukan di Kerasaan. Untuk menuju ke Kerasaan dengan jumlah peserta 40 orang, kereta api menjadi alat transportasi yang paling memadai dan nyaman. Padahal situasi masih dalam kisruh dengan PKI, dimana dalam sepanjang perjalanan aksi melempar batu dilakukan oleh orang-orang PKI pada

51

gerbong Kereta Api menyebabkan kacanya pecah. Untuk mengamankan kader HMI, dengan spontanitas memberikan intruksi untuk menunduk kepala agar tidak terkena lemparan batu di sepanjang jalan. Sesampainya di Kerasaan, orang-orang PKI tetap berusaha menyerang HMI, namun dilindungi oleh Kepala Desa, salah satu desa di Kerasaan dengan memberikan tempat tinggal di Rumah Warga sekitar selama SWC berlangsung.

Dokumen terkait