• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTABILITAS KINERJA

Peningkatan Kualitas

3.3. Realisasi Anggaran

Serapan anggaran Badan Karantina Pertanian tahun 2011 - 2015 berfluktuasi, seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Serapan Anggaran Badan Karantina Pertanian TA 2011 – 2015

URAIAN SERAPAN TA 2011 - 2015 2011 2012 *) 2013 2014 2015 PAGU (Rp) 542,866,622,000 734,303,739,000 807,354,242,000 604,699,761,000 749,498,063,000 REALISASI (Rp) 503,493,052,939 623,122,158,005 755,271,997,838 583,724,337,022 710,051,956,135 PERSENTASE 92.75 84.86 93.55 96,58 94,74 Adapun anggaran Badan Karantina Pertanian dan realisasinya berdasarkan jenis belanja TA 2015 dengan sebagai berikut :

No Satker/

Kode

Jenis Belanja Pagu

(Rp) Realisasi (Rp) % 1. 51 Blj. Pegawai 241,528,633,000 225,077,256,385 93,19 2. 52 Blj. Barang 399,041,804,000 378,494,755,674 94,85 3. 53 Blj. Modal 108,927,626,000 106,477,266,476 97,78 Total 749,498,063,000 710,051,956,135 94,74

Sedangkan anggaran dan realisasinya per kegiatan utama sebagai berikut : Kode Program/Kegiatan Utama Pagu (Rp) Realisasi (Rp) % Peningkatan Kualitas karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati 749,498,063,000 710,051,956,135 94.74 1818 Peningkatan Kepatuhan Kerjasama dan Pengembangan Sistem Informasi 9,976,733,000 9,068,105,639 90.89 1819 Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani

7,327,319,000 6,492,875,220 88.61

1820 Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati

Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian 2015 47 Nabati

1821 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

94,093,790,000 82,106,649,666 87.26

1822 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Laboratorium Uji Standard an Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian 35,984,040,000 34,406,062,335 95.61 1823 Peningkatan kualitas pelayanan Karantina dan Pengawasan Keamanan Hayati 593,881,090,000 570,068,699,116 95.99

Apabila melihat capaian serapan anggaran tahun 2015 tentunya lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini dikarenakan anggaran transito tahun 2015 yang sedianya sudah dipersiapkan untuk membayar kenaikan tunjangan kinerja oleh Badan Karantina Pertanian tidak dapat terealisasi karena telah diakomodir oleh Sekretariat Jenderal Kementan.

Apabila melihat trend serapan anggaran tahun 2014 dan 2015 antara target dengan realisasi polanya sudah cukup baik mengingat telah mengikuti pola serapan target (tidak menumpuk dibelakang), seperti terlihat pada gambar berikut :

Uraian Serapan (%)

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEP OKT NOV DES

Target 8.33 16.67 25 33.33 41.67 50 58.33 66.67 75 83.33 91.67 100

2014 2.7 8.1 16.2 22.97 29.88 36.39 46.06 57.47 66.71 74.55 83.21 96.58

Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian 2015 48 Gambar 3. Trend Serapan Anggaran Tahun 2014 dan Tahun 2015

Hambatan /Kendala dan Solusinya

Permasalahan dan kendala secara umum yang menghambat kinerja Badan Karantina Pertanian masih selalu dijumpai. Beberapa permasalahan/ hambatan serta strategi pemecahan masalah, antara lain :

1) Pengembangan dan penguatan fungsi Badan Karantina Pertanian antara lain untuk melaksanakan pengawasan keamanan hayati maupun pengawasan dan penindakan serta penguatan kelembagaan ke depan belum terpayungi dengan UU No. 16 Tahun 1992, sehingga proses revisi Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Karantina Ikan dan Karantina Tumbuhan telah dilakukan sejak tahun 2015 dan diharapkan selesai tahun 2016

2) Dalam rangka melaksanakan tindakan karantina hewan antar area, sampai dengan saat ini masih terdapat ketidaksesuaian antara peraturan perundangan dibidang karantina hewan dengan peraturan daerah. Ketidaksesuaian terjadi karena beberapa daerah mengatur ketentuan teknis yang tidak sesuai dengan kebijakan karantina hewan, sehingga hal ini menimbulkan ketidakpastian bagi petugas karantina dalam penegakkan peraturan di lapangan, sehingga identifikasi terhadap peraturan-peraturan daerah yang tidak sinergi dengan peraturan perundangan karantina terus dan telah dilakukan harmonisasi

3) Belum optimalnya pengawasan karantina terhadap kegiatan impor, ekspor dan antar area mengingat keterbatasan sumber daya yang ada di Badan Karantina Pertanian terutama kuantitas dan kualitas SDM serta sarana dan prasarana tindakan karantina, sehingga peningkatan dan pengembangan SDM senantiasa terus dilakukan setiap tahunnya, melalui pendidikan formal, pengembangan kompetensi petugas karantina. Selain itu modernisasi sarana dan prasarana tindakan karantina juga terus dilakukan,

Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian 2015 49 seperi perbaikan infrastruktur laboratorium, instalasi karantina, serta pengembangan metode pemeriksaan maupun perlakukan terhadap media pembawa HPHK dan OPTK.

4) Belum optimalnya pengawasan karantina terhadap kegiatan impor, ekspor dan antar area mengingat keterbatasan sumber daya yang ada di Badan Karantina Pertanian terutama kuantitas dan kualitas SDM serta sarana dan prasarana tindakan karantina, sehingga peningkatan dan pengembangan SDM senantiasa terus dilakukan setiap tahunnya, melalui pendidikan formal, pengembangan kompetensi petugas karantina. Selain itu modernisasi sarana dan prasarana tindakan karantina juga terus dilakukan, seperi perbaikan infrastruktur laboratorium, instalasi karantina, serta pengembangan metode pemeriksaan maupun perlakukan terhadap media pembawa HPHK dan OPTK.

5) Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bahwa arus pemasukan dan pengeluaran barang akan semakin terbuka sehingga risiko masuknya HPHK/OPTK akan semakin meningkat. Selain itu tuntutan untuk memenuhi aturan perdagangan terkait Trade Facilitation semakin meningkat, sehingga perlunya ditetapkan suatu kesepakatan untuk melakukan harmonisasi terhadap Pre-Clearance antara negara-negara ASEAN serta membuat aturan mengenai pengawasan pre-border antar negara ASEAN. 6) Dalam rangka peningkatan dukungan akselerasi ekspor terkait dengan

sertifikasi ekspor masih dijumpai beberapa produk pertanian mendapatkan complain dinegara tujuan. Hal ini kemungkinan salah satunya mungkin karena pelaksanaan tindakan karantina khususnya perlakuan yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak standar sehingga dimungkinkan masih ada ditemukan serangga hidup di Negara tujuan. Sehingga perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Peningkatan efektifitas pengawasan untuk produk-produk pertanian ekspor terutama yang memerlukan tindakan perlakuan karantina.

2. Peningkatan kuantitas dan kompetensi terhadap petugas-petugas karantina yang melakukan pengawasan perlakuan karantina

3. Terus melakukan kajian-kajian terhadap alternative perlakuan selain dengan metil bromide

7) Adapun hambatan dalam rangka peningkatan kepatuhan terhadap pelanggaran UU No. 16 Tahun 1992 serta peningkatan kualitas pelayanan petugas karantina sering dihadapkan dengan beberapa hal berikut :

1. Masih banyaknya pintu-pintu pemasukan illegal sehingga kemungkinan penyelundup memasukkan MP HPHK/OPTK tidak melalui pintu-pintu yang telah ditetapkan masih sangat terbuka

2. Kerbatasan jumlah PPNS, intelijen di lingkup Badan Karantina Pertanian Sehingga ke depan perlu dilakukan penguatan sumber daya secara bertahap baik dari aspek kebijakan, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana terutama di pintu-pintu yang rawan dengan pemasukan illegal. Selain itu dalam aspek kelembagaan diperlukan adanya struktur di bidang pengawasan dan penindakan maupun intelijen pada organisasi UPT Badan Karantina Pertanian

Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian 2015 50 Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian 2015 ini memberikan gambaran tentang pencapaian kinerja Badan Karantina Pertanian berdasarkan target-target yang tersurat dalam Indek Kinerja Utama (IKU) Badan Karantina Pertanian. Laporan ini merupakan wujud dari transparansi dan akuntabilitas Badan Karantina Pertanian dalam melaksanakan berbagai kewajiban dalam rangka pembangunan pertanian.

Apabila dilihat capaian kinerja dari sasaran yang ada dan telah dilakukan perhitungan secara kuantitatif maka secara keseluruhan pencapaiannya dalam kualifikasi sangat berhasil. Namun demikian permasalahan dan kendala secara umum yang menghambat kinerja Badan Karantina Pertanian masih selalu dijumpai. Beberapa permasalahan/hambatan serta strategi pemecahan masalah, antara lain :

1) Pengembangan dan penguatan fungsi Badan Karantina Pertanian antara lain untuk melaksanakan pengawasan keamanan hayati maupun pengawasan dan penindakan serta penguatan kelembagaan ke depan belum terpayungi dengan UU No. 16 Tahun 1992, sehingga proses revisi Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Karantina Ikan dan Karantina Tumbuhan telah dilakukan sejak tahun 2015 dan diharapkan selesai tahun 2016

2) Dalam rangka melaksanakan tindakan karantina hewan antar area, sampai dengan saat ini masih terdapat ketidaksesuaian antara peraturan perundangan dibidang karantina hewan dengan peraturan daerah. Ketidaksesuaian terjadi karena beberapa daerah mengatur ketentuan teknis yang tidak sesuai dengan kebijakan karantina hewan, sehingga hal ini menimbulkan ketidakpastian bagi petugas karantina dalam penegakkan peraturan di lapangan, sehingga identifikasi terhadap peraturan-peraturan daerah yang tidak sinergi dengan peraturan perundangan karantina terus dan telah dilakukan harmonisasi

3) Belum optimalnya pengawasan karantina terhadap kegiatan impor, ekspor dan antar area mengingat keterbatasan sumber daya yang ada di Badan Karantina Pertanian terutama kuantitas dan kualitas SDM serta sarana dan prasarana tindakan karantina, sehingga peningkatan dan pengembangan SDM senantiasa terus dilakukan setiap tahunnya, melalui pendidikan formal, pengembangan kompetensi petugas karantina. Selain itu modernisasi sarana dan prasarana tindakan karantina juga terus dilakukan, seperi perbaikan infrastruktur laboratorium, instalasi karantina, serta pengembangan metode pemeriksaan maupun perlakukan terhadap media pembawa HPHK dan OPTK.

4) Belum optimalnya pengawasan karantina terhadap kegiatan impor, ekspor dan antar area mengingat keterbatasan sumber daya yang ada di Badan Karantina Pertanian terutama kuantitas dan kualitas SDM serta sarana dan prasarana tindakan karantina, sehingga peningkatan dan pengembangan SDM senantiasa terus dilakukan setiap tahunnya, melalui pendidikan formal, pengembangan kompetensi petugas karantina. Selain itu modernisasi sarana dan prasarana tindakan karantina juga terus dilakukan,

BAB IV

PENUTUP

Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian 2015 51 seperi perbaikan infrastruktur laboratorium, instalasi karantina, serta pengembangan metode pemeriksaan maupun perlakukan terhadap media pembawa HPHK dan OPTK.

5) Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bahwa arus pemasukan dan pengeluaran barang akan semakin terbuka sehingga risiko masuknya HPHK/OPTK akan semakin meningkat. Selain itu tuntutan untuk memenuhi aturan perdagangan terkait Trade Facilitation semakin meningkat, sehingga perlunya ditetapkan suatu kesepakatan untuk melakukan harmonisasi terhadap Pre-Clearance antara negara-negara ASEAN serta membuat aturan mengenai pengawasan pre-border antar negara ASEAN. 6) Dalam rangka peningkatan dukungan akselerasi ekspor terkait dengan

sertifikasi ekspor masih dijumpai beberapa produk pertanian mendapatkan complain dinegara tujuan. Hal ini kemungkinan salah satunya mungkin karena pelaksanaan tindakan karantina khususnya perlakuan yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak standar sehingga dimungkinkan masih ada ditemukan serangga hidup di Negara tujuan. Sehingga perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Peningkatan efektifitas pengawasan untuk produk-produk pertanian ekspor terutama yang memerlukan tindakan perlakuan karantina.

2. Peningkatan kuantitas dan kompetensi terhadap petugas-petugas karantina yang melakukan pengawasan perlakuan karantina

3. Terus melakukan kajian-kajian terhadap alternative perlakuan selain dengan metil bromide

7) Adapun hambatan dalam rangka peningkatan kepatuhan terhadap pelanggaran UU No. 16 Tahun 1992 serta peningkatan kualitas pelayanan petugas karantina sering dihadapkan dengan beberapa hal berikut :

1. Masih banyaknya pintu-pintu pemasukan illegal sehingga kemungkinan penyelundup memasukkan MP HPHK/OPTK tidak melalui pintu-pintu yang telah ditetapkan masih sangat terbuka

2. Kerbatasan jumlah PPNS, intelijen di lingkup Badan Karantina Pertanian Sehingga ke depan perlu dilakukan penguatan sumber daya secara bertahap baik dari aspek kebijakan, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana terutama di pintu-pintu yang rawan dengan pemasukan illegal. Selain itu dalam aspek kelembagaan diperlukan adanya struktur di bidang pengawasan dan penindakan maupun intelijen pada organisasi UPT Badan Karantina Pertanian

Laporan Kinerja Badan Karantina Pertanian 2015 52

LAMPIRAN

Dokumen terkait