• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Nilai Tambah Mutiara Air Tawar dan Kebaruan ( Novelty )

B. Parameter Biologi Kolam Pemeliharaan

VI. Peningkatan Nilai Tambah Mutiara Air Tawar dan Kebaruan ( Novelty )

Hasil Penelitian

Processing Bahan Baku Untuk Menghasilkan Produk Bernilai Ekonomi

Bahan baku yang dihasilkan dalam penelitian ini masih untuk penggunaan terbatas dan bermutu standar. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam mengolah bahan baku serta kualitas mutiara yang dihasilkan masih tergolong sedang. Oleh karena itu diperlukan peningkatan nilai tambah dengan jalan melakukan processing bahan baku untuk menghasilkan produk akhir penelitian bernilai ekonomi. Salah satu cara untuk mencapai hasil optimal adalah dengan mengerjakan bahan baku di workshop di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Produk akhir penelitian bernilai ekonomi dapat ditingkatkan melalui proses sederhana, medium dan advanced sebagai berikut: (a). Proses sederhana, yaitu cangkang kijing dan mutiara setengah bulat digerinda sehingga menjadi ornamen (Gambar 43A); (b). Cangkang kijing dan mutiara setengah bulat digerinda, kemudian

diikat dengan perak sehingga menjadi pendant (Gambar 43B), dan (c). Mutiara

setengah bulat digergaji dan kubahnya dilepaskan dari inti yang melekat pada cangkang kijing. Selanjutnya lapisan dalam kubah tersebut diberi resin dan bagian bawahnya ditutup dengan cangkang sehingga menjadi mutiara blister. Mutiara blister tersebut kemudian diikat dengan emas dan perak sehingga menjadi cincin (Gambar 43C) dan liontin kalung (Gambar 43D).

Gambar 43. Produk akhir hasil proses sederhana (A) Ornamen, proses medium (B)

pendant, serta proses advanced (C) cincin, dan (D) liontin kalung mutiara air tawar A.woodiana

Masing-masing proses di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada proses sederhana, kelebihannya adalah biaya produksi yang diperlukan relatif murah dan peralatannya juga mudah diperoleh. Namun kelemahannya adalah produk yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi yang relatif rendah. Sedangkan pada proses

medium dan advanced, produk yang dihasilkan nilai ekonominya relatif tinggi,

meskipun biaya produksinya juga relatif tinggi. Selain itu, kedua proses tersebut memerlukan peralatan yang lebih mahal dengan ketrampilan ahli yang memiliki cita rasa seni tinggi.

Prospek sebagai Produsen Mutiara Air Tawar di Dunia

Mutiara setengah bulat yang dihasilkan pada penelitian ini masih di bawah kualitas mutiara yang dihasilkan oleh beberapa negara di dunia, seperti Jepang, Cina, dan India. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dari kilau, keberhasilan pelapisan mutiara dan ketebalan lapisan nacre. Perbedaan dari segi kuantitas dan kualitas maupun dalam hal finishing process, sehingga menghasilkan produk akhir mutiara air tawar setengah bulat yang bernilai ekonomi tinggi (Winanto, 2009).

Mutiara air tawar yang dihasilkan hingga saat ini masih didominasi oleh Cina, Jepang dan India. Penguasaan teknologi budidaya dan implantasi serta pemilihan jenis kijing yang diimplantasi merupakan kunci keberhasilan ketiga negara tersebut menjadi produsen utama mutiara air tawar di dunia (Mamangkey, 2009). Indonesia perlu meningkatkan teknologi budidaya maupun teknik product finishing sehingga

bisa bersaing dengan negara penghasil mutiara air tawar lainnya di dunia. Untuk itu diperlukan transfer ilmu dan teknologi dari negara penghasil mutiara yang sudah maju di dunia, seperti Cina, Jepang dan India.

Sampai saat ini, sebagian besar kegiatan pembenihan kijing mutiara di Indonesia belum dilakukan oleh pembudidaya mutiara air tawar, tetapi masih mengambil langsung melalui penangkapan dari alam. Sedangkan, tuntutan akan penyediaan kijing dalam jumlah cukup, tepat waktu dan berkesinambungan, serta kebutuhan informasi teknologi pembenihan kijing mutiara sangat dibutuhkan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang kebutuhan

lingkungan dan pakan yang optimum untuk menunjang survival rate dan

pertumbuhan larva kijing mutiara, sehingga dapat diproduksi secara masal dan berkelanjutan.

Sumbangan Kebaruan (Novelty) Hasil Penelitian

Sumbangsih kebaruan (novelty) penelitian Biomineralisasi pada Proses

Fisiologis Pelapisan Inti Mutiara Kijing Air Tawar Anodonta woodiana

(UNIONIDAE) bagi budidaya mutiara air tawar di Indonesia adalah sebagai berikut: (1). Pengetahuan tentang biomineralisasi pada proses pelapisan mutiara setengah bulat dapat menjadi dasar untuk merekayasa pelapisan mutiara secara lebih cepat dan kualitas mutiara yang dihasilkan lebih baik,

(2). Kajian respons fisiologis akibat pengaruh beban inti dapat digunakan sebagai acuan dalam teknik perbanyakan yaitu jumlah inti 2 per individu dengan diameter 10 mm dan berdasarkan respon fisiologis dan kemungkingan pengembangan

budidayanya maka kijing air tawar A. woodiana memiliki prospek pengembangan

yang baik sebagai produsen mutiara air tawar di Indonesia

(3) Peningkatan nilai tambah produk melalui processing bahan baku perlu diterapkan, sehingga menghasilkan produk yang memenuhi selera pasar dan bernilai jual lebih tinggi.

(4) Aplikasi penelitian ini dalam kehidupan masyarakat dapat memberikan manfaat berupa pendapatan tambahan dan pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan karena belum terjawab oleh penelitian

ini adalah mendalami aspek biologi molekuler A. woodiana dalam upaya

memproduksi mutiara air tawar bulat (round) yang bernilai ekonomi tinggi, dengan biaya produksi yang relatif rendah.

Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Beban (jumlah dan diameter inti) mempengaruhi proses-proses fisiologis dalam pelapisan mutiara air tawar: semakin besar jumlah dan diameter inti maka semakin bertambah tingkat stress. Akibat lebih lanjut, peningkatan jumlah dan diameter inti ini akan menyebabkan penurunan repons makan kijing, survival rate, growth dan pelapisan mutiara.

2. Proses biomineralisasi relatif baik pada jumlah inti 2 butir/individu dengan ukuran diameter 10 mm. Pada kijing yang diimplantasi dengan ukuran diameter dan jumlah inti tersebut menghasilkan ketebalan lapisan mutiara tertinggi sebesar 17 µm, sedangkan jumlah inti 4 butir/individu hanya mampu menghasilkan pelapisan sebesar 9 µm dan 6 butir/individu sebesar 5 µm. Pada jumlah inti ideal (2 butir/individu dengan diameter 10 mm) dicapai pertumbuhan maksimum kijing A. woodiana, yaitu bobot tubuh dan tinggi cangkang pada akhir pemeliharaan sebesar 312,63 g dan 12,85 cm.

3. Peningkatan nilai tambah produk melalui processing bahan baku, yang terdiri dari proses sederhana, medium dan advanced, telah menghasilkan produk bernilai ekonomi, yaitu ornamen, pendant, cincin dan liontin kalung mutiara air tawar.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian fisiologis molekuler kijing air tawar yang bertujuan untuk menurunkan tingkat stress, namun sebaliknya, meningkatkan respons makan kijing, survival rate, pertumbuhan, dan pelapisan mutiara.

2. Perlu diuji coba pada penelitian lanjutan dengan memanfaatkan species kijing air tawar lain, misalnya dari famili UNIONIDAE, yang diimplantasi inti mutiara bulat (round) untuk menambah nilai ekonominya.

3. Perlu dilakukan penambahan kalsium ke perairan hingga mencapai 25 mg/l pada penelitian selanjutnya, untuk meningkatkan laju pertumbuhan termasuk proses pelapisan dan ketebalan lapisan mutiara.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, Sulistiono. 2009. Fisiologi Ikan. Pencernaan dan Penyerapan Makanan. IPB Press. Bogor.

[AIYU] ShirotaBiota Indonesia. 2010. Manajemen Pengelolaan Tanah dan Air pada Ekosistem Tambak. Jakarta: AIYU.

Alagarswarni K, Dhamaraj S, Velayudhan TS, Chelam A, Victor ACC, Gandhi AD. 1991. Larva Rearing and Production of Spat of Pearl Oyster Pinctada fucata (Gould). Aquaculture 32(4):87-301.

Aldridge, D.C. 1999. The Morphology, Growth and Reproduction of Unionidae (Bivalvia) in Fenland Waterway. The Journal of Moluscan Studies 65(2):47-60.

Anwar K. 2002. Pengaruh Jumlah Inti Blister Terhadap Ketebalan Lapisan Mutiara dan Pertumbuhan Tiram Mutiara Pteria penguin (Bivalvia: Pteridae). Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional. Jakarta, Maret 2001: Departemen Perikanan dan Kelautan.

Barik SK, Jena JK, Ram KJ. 2004. CaCO3 Crystallization in Primary Culture of Mantle Epithelial Cells of Freshwater Pearl Mussel. Current Science 8(5):16-25.

Bascinar NS, Duzgunes E, Misir DS, Polat H, Zengin B. 2009. Growth and Flesh

Yield of the Swan Mussel [Anodonta cygnea (Linnaeus,1758)] (Bivalvia:

Unionidae) in Lake Cildir (Kars, Turkey). Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 9(3): 127-132.

Berni P, Bitossi S, Salvato M, Orlandi M, Salviati J, Silvestri M, Megale P, Orlandi P, Billiard R. 2004. Enhancing the Local Production of Alternative Freshwater Pearls, High quality, Environmentally Sustainable Mixed Farming Techniques. Manual on Freshwater Pearl Culture, Manual Series 1. Italy.

Boyd CE. 1992. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn University, Auburn, Alabama.

Brett JR, Grovers TDD. 1979. Physiological Energetics. Fish Physiology Vol. VIII. New York Academic Press. P. 280-352.

Brower J, Zar J, von Ende C. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Wm. C. Brown Publ. London.

Brusca RC, Brusca GJ. 2003. Invertebrates. Sinauer Associates, Inc., Massachusetts.

Bueno P, Lovatelli A, Shetty HPC. 2003. Pearl Farming. Series tittle: Project reports (not in a Series)No.8. 1991 p. 104 pg. AB726/

E.

Cahn AR. 1949. Pearl Culture in Japan. United States Department of the Interior Fish and Wildlife Service. Fishery Leaflet 357. Washington D.C.

Chen L, Zhang C, Xie L, Huang J, Zhang R. 2005. A novel putative tyrosinase involved in periostracum formation from the pearl oyster (Pinctada fucata). Biochem. Biopphys. Res. Comm. 342(1):632-639.

Dan H, Gu Ruobo. 2002. Freshwater Pearl Culture and Production in China. Aquaculture Asia. 7(2):1-10.

Day A. 1949. Pearl Culture in Japan. Fish and Wildlife Service. United States Department of Research. USA.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Statistik Perikanan Dan Kelautan Tahun 2005. Jakarta: DKP.

Dhamaraj, Sukumaran. 2003. Oxygen Consumption in Pearl Oyster Pinctada fucata

(Gould) and Pinctada sugilata (Reeve). Proc. Symp. New Delhi, June 2002.

Coastal Aquaculture 2(3): 27-632.

Dwiponggo A. 1976. Mutiara. Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Effendi H. 2003. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Depok.

Fengming QL, Li HB, Chui FZ, Li HD. 2003. Crystal orientation domains found in the single lamina in nacre of Mytilus edulis shell. Mater. Sci. Lett. 18:1547-1549.

Fick KR, McDowell LR, Miles PH, Wilkinson NS, Funk JD, Conrad JH. 1979.

Methods of Mineral Analysis for Plant and Animal Tissues. 2nd

Friedman KJ, Southgate PC. 1999. Growth of Black lip Pearl Oysters Pinctada margaritifera Collected as Wild Spat in The Solomon Island. Jour. Shellfish Res. 18(1):159-167.

Ed. Animal Science Department, University of Florida, Gainesville, Florida.

Gervis MH, Sims NA. 1992. The Biology and Culture of Pearl Oysters (Bivalvia: Pteridae). ICLARM. Manila.

Gosling E. 2004. Bivalve Molluscs. Biology, Ecology and Culture. Fishing News Book. London, Great Britain.

Gricourth L, Mathieu M, Kellner K. 2006. An Insulin-Like System Involved in The Control of Pacific Oyster Crassostrea gigas Reproduction: hrlGF-1 Effect on Germinal Cell Proliferation and Maturation Assosiated with Expression of an Homologous Insulin Receptorrelated Receptor. Aquaculture 251(4):85-98. Guillaume J, Kaushik S, Bergot P, Metailler R. 2001. Nutrition and Feeding of Fish

and Crustaceans. Praxis Publishing. London.

Hakim ADG. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kijing Taiwan (Anodonta

woodiana, Lea). sebagai Agen Pembersih di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Hamidah A. 2006. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Ikan sebagai Inang terhadap

Kelangsungan Hidup Glochidia Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea).

Biota 11(3):185-189.

Hartono N. 2007. Pengaruh Berbagai Metode Pemasakan Terhadap Kelarutan

Mineral Kijing Taiwan (Anodonta woodiana, Lea). Skripsi. Program Studi

Teknologi Hasil perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Haws MC, Ellis SC, Ellis EP. 2006. Producing Half-Pearls (Mabe). The Sustainable Coastal Communities and Ecosystems Program (SUCCESS). Aquafarmer Information Publication. Hawaii.

Ingram WM, Palmer C. 1952. Simplified procedures for collecting, examining and recording plankton in water. Journal American water work association 44(7):617- 629.

Jagadis I, Ignatius B, Illangovan K, Victor ACC, Chellam A, Rani V. 2003. Pearl

Production in Pinctada fucata under Two Culture Systems in The Inshore

Waters of Mandapam, Gulf of Mannar. Abstracts of the First Indian Pearl Congress and Exposition. Central Marine Fisheries Research Institute, Cochin, India. 5-8 February 2003. P. 70.

Jing WG, Cho SM. 2007. Long-term Effect of Polycyclic Aromatic Hydrocarbon on

Physiological Metabolism of The Pacific Oyster Crassostrea gigas.

Aquaculture 265(3):343-350.

Jobling, M, Boujard T, Houlihan D. 2001. Food Intake in Fish. Blackwell Science Ltd, A Blackwell Publishing Company.

Kelabora D. 2010. Pemberian Kalsium (CaCO3) pada Media Budidaya untuk

Memacu Pertumbuhan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana, Lea). Tesis. Pasca

Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Knauer J, Southgate PC. 1999. A Review of The Nutritional Requirement and The Development of Alternative and Artificial Diets for Bivalve Aquaculture. Rev. Fisheries Science 7(2):241-280.

Komarawijaya W, Arman E. 2007. Kemampuan kijing air tawar (Pilsbryoconcha

exilis) dalam menyerap kandungan total padatan tersuspensi (TSS) dan total padatan terlarut (TDS). Jurnal Hidrosfir Indonesia 2(1):37-43.

Kripa V, Mohamed KS, Appukuttan KK, Velayudhan TS. 2007. Production of Akoya pearls from the Southwest coast of India. Aquaculture 262(3):347–354.

Krolak E, Zdanowski B. 2001. The Bioaccumulation of Heavy Metals by The Mussel Anodonta woodiana (LEA, 1834) and Dreissena polymorpha (Pall) in The Heated Konin Lakes. Arch. Of Polish Fisheries 9(2):229-237.

Krolak E, Zdanowski B. 2007. Phosporus and Calcium in The Mussels Sinanodonta

woodiana (Lea) and Dreissena polymorpha (Pall) in The Konin Lakes. Archives of Polish Fisheries 15(4): 278-294.

Li W, Shi Z, He X. 2010. Study on immune regulation in Hyriopsis cumingii Lea: Effect of pearl-nucleus.insertion in the visceral mass on immune factors present in the hemolymph. Fish & Shellfish Immunology 28(2):789-794. Mamangkey NGF, Salmon HA, Southgate PC. 2009. Use of Anaesthetics with the

Silver Lip Pearl Oyster, Pinctada maxima (Jameson). Aquaculture

288(3):280-284.

Marie B, Luquet G, Bedouet L, Milet C, Medakovic D, Marin F. 2008. Nacre calcification in the freshwater mussel Unio pictorum: carbonic anhydrase activity and purification of a 95-kDa calcium binding glycoprotein. ChemBiochem 9:1-10, sous presse.

Marin F, Paul Corstjens P, Gaulejac B, Jong EV, Westbroek P. 2000. Mucins and Molluscan Calcification Molecular Characterization of Mucoperlin, a Novel Mucin-like Protein from the Nacreous Shell Layer of the Fan Mussel Pinna Nobilis (Bivalvia, Pteriomorphia). The journal of biological chemistry 275(27):20667–20675

Marin F, Luquet G. 2004. Molluscan Shell Proteins. Comptes Rendus Pale. 3(2):469-492.

Marin F, Luquet G. 2005. Molluscan biomineralization: the proteinaceous shell constituents of Pinna nobilis. Material Science & Engineering C: Biomimetic and Supramolecular Systems 25:105-111.

Marin F, Amons R, Guichard N, Stigter M, Hecker A, Luquet G, Layrolle P, Alcaraz G, Riondet C, Westbroek P. 2005. Caspartin and calprismin, two proteins of the shell calcitic prims of the Mediterranian fan mussel Pinna nobilis. J.Biol.Chem. 280(40):33895-33908.

Marin F, Pokroy B, Luquet G, Layrolle P, Grootd KD. 2007. Protein mapping of calcium carbonate biominerals by immunogold. Biomaterials 28(2):2368– 2377.

Marin F, Luquet G, Marie B, Medakovic. 2008. Molluscan shell proteins: primary structure, origin and evolution. Curr. Top.Dev. Biol. 80:209-276.

Matsushiro A, Miyashita T, Morimoto HM, Tonomura KB, Sato, K. 2003. Complex P Nacreous. I.M.B.5(1):37-44.

Meng Z, Xing K. 1991 The Effects of Various Factors on The Nucleus Insertion of the Black-lipped Oyster Pinctada margaritifera Linnaeus. Oceanologia et Limnologia Sinica 22(2):44-45.

Michenfelder M , Fu G, Lawrence C, Weaver JC, Wustman BA. 2003. Characters of two moluscan crystal-modulating biomineralization proteins and identification of putative mineral binding domains. Biopolymers 70(3):522-533.

Miyamoto H, Miyashita T, Okushima M, Nakano S, Morita T, Matsushiro A. 1996. A carbonic anhydrase from the nacreous layer in oyster pearls. Proc Natl Acad Sci. 93:

Moorkens EA. 1999. Conservation Management of The Freshwater Pearl Mussel

Margaritifera margaritifera. Part 1: Biology of the species and its present situation in Ireland. Irish Wildlife Manuals, No.8.

Moura G, Vilarinho L, Santos AC, Machado J. 2000. Organic Compounds in

Extrapalial Fluid and Haemolymph of Anodonta cygnea (L.) with Emphasis

on the Seasonal Biomineralization Process. Comparative Biochemistry and Physiology Part B: Biochemistry and Molecular Biology 125(2):293-306.

Mulyanto 1987. Teknik Budidaya Tiram Mutiara Laut di Indonesia. INFIS Manual Seri No.45. Jakarta.

inferred from structural analysis.

[NRC]. National Research Council. 1977. Nutrient Requirements of Pond Water Fishes. National Academic Press. Washington D.C.

Oliver G. 2000. Conservation objectives for the freshwater pearl mussel (Margaritifera margaritifera). Report to English nature, Peterborough.

Pokroy B, Kapon M, Marin F, Adir N, Zolotoyabko E. 2007. Protein-induced previously unidentified twin form of calcite. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 104(18):7337-7341.

Ponis I, Probert B, Véron M, Mathieu, Robert R. 2006. New microalgae for the Pacific oyster Crassostrea gigas larvae Aquaculture 253(4):618-627.

Pouvreau S, Cedric B, Maurice H. 2000. Ecophysiological model of growth and reproduction.of the black pearl oyster, Pinctada margaritifera: potential applications for pearl farming in French.Polynesia. Aquaculture 186(2):117-144.

Prihatini W. 1999. Keragaman Jenis dan Ekologi Kerang Air Tawar Famili Unionidae (Molusca; Bivalvia) di Beberapa Situ Kabupaten dan Kotamadya Bogor. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor (Tidak dipublikasikan).

Rachman B, Yuniarti T, Rojali A, Dimyati. 2007. Pembudidayaan Kerang Mutiara Air Tawar (Margaritifera sp.) di kolam terkontrol. Jurnal Budidaya Air Tawar 4(2):67-75.

Rachman B, Winanto T, Maskur. 2006. Pengaruh Berbagai Kedalaman Terhadap Proses Pelapisan dan Implantasi Inti Mutiara Pada Kerang Margaritifera sp. di Kolam Terkontrol. Jurnal Ilmiah Impasja. 2(2):86-95.

Rahayu SYS, Duryadi D, Affandi R, Manalu W. 2009. Ekobiologi Kerang Mutiara

Air Tawar (Anodonta woodiana, Lea). Omni Akuatika. Jurnal Penelitian

Perikanan dan Kelautan 8(2):27-32.

Ram JK, Gayatri M. 2003. Homogenic and Xenogenic Implantation in Pearl Mussel

Surgery. Central institute of freshwaterAquaculture, Kausalyaganga,

Bhubaneswar 751 00, India. Current science 85(6):23-25.

Rheichard M, Ondrachora M, Przbylski M, Linsx H, Smith C. 2006. The Cost and Benefit in an Unusual Symbiosis: Experimental Evidence that Bitterly Fish (Rhodeus sericeus) are Parasites of Unionid Mussels in Europe. J.of Evolutionairy 19(3):788-797.

Rosas C, Cuzon G, Taboada G. C. Pascual C, Gaxiola G, Wormhoudt A.V. 2001. Effect of dietary protein and energy levels on growth, oxygen consumption, hemolymph and digestive gland carbohydrates, nitrogen excretion and osmotic pressure. Aquaculture Research 32(2):531-547.

Rubio HR, Salmon AH, Olivera A, Southgate PC, Dávalos CR. 2006. The influence of culture method and culture period on quality of half-pearls (‘mabé’) from the winged pearl oyster, Pteria sterna Gould,1851. Aquaculture 254(1):269– 274.

Salmon AH, Fernandez EM, Southgate PC. 2005. Use of relaxants to obtain saibo tissue from the blacklip pearl oyster.(Pinctada margaritifera) and the Akoya pearl oyster (Pinctada fucata). Aquaculture 246(2):167– 172.

Satphaty B, Mukherjee B.D, Ray A.K. 2003. Effect of dietary protein and lipid levels on growth, feed conversion and body composition. Aqua Nutr 9(1): 17-24 Schamphelaere KAC, Koene JM, Heijerick DG, Janssen CR. 2008. Reduction of

Growth and Haemolymph Ca Levels in The Freshwater Snail Lymnaea

stagnalis Chronically Exposed to Cobalt. Ecotoxicology and Environmental Safety 71(1):65-70.

Shirai S. 1981. Pearls. Marine Planning Co. Ltd. Kyoto, Japan.

Skinner A, Young M, Hastie L. 2003. Ecology of the Freshwater Pearl Mussel. Conserving Natura 2000 Rivers Ecology Series No. 2 English Nature, Peterborough.

Smaal AC, Widdows J. 1994. The scope for growth of bivalves as an integrated

response parameter in biological monitoring. In: Kramer, K.J.M. (Ed).,

Smith DG. 2001. Freshwater Invertebrates of the United States: Porifera to Crustacea, 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Somanath BA, Palavesam S, Lazarus M, Ayyapan. 2000. Influence of Nutrient

Sources on Specific Dynamic Action of Pearl Spot Etroplus suratensis

(Bloch.). Naga 23(2):15-17.

Soria G, Merino G, Von Brand E. 2007. Effect of increasing salinity on physiological

response in juvenile scallop Agropecten purpuratus at two rearing

temperatures. J. Aquaculture 70(1):451-463.

Sulaiman W. 2004. Analisis REGRESI Menggunakan SPSS. Contoh Kasus dan Pemecahannya. Andi Offset, Yogyakarta.

Suwignyo S, Widigdo B, Wardiatno Y, Krisanti M. 2005. Avertebrata Air. Penebar Swadaya. Depok.

Taylor JU, Knauer J. 2002. Inducing Pre-Operative Condition in Silver or Gold Lipped Pearl Oyster Pinctada maxima for Pearl Grafting. Abstracts of the SPC Pearl Oyster Information Bulletin (15):20-30.

Victor ACC, Jagadis I, Igantius B, Chellam A. 2003. Perspectives and Problems of Commercial Scale Pearl Culture: An Indicative Study at Mandapam Camp, Gulf of Mannar. Abstracts of the First Indian Pearl Congress and Exposition. Central Marine Fisheries Research Institute, Cochin, India. September, 2003. P. 73-75.

Wada KT. 1991. The pearl oyster Pinctada fucata (Gold) (Famili Pteridae) in

estuarine and marine bivalve culture. CRD Press, Inc. Boston. Chapter 18: 246-258.

Winanto T. 2004. Budidaya Mutiara. Petunjuk Pelatihan Ahli Budidaya Tiram

Mutiara. Balai Budidaya Laut Lampung. (Tidak dipublikasikan).

Winanto T, Soedharma D, Affandi R, Sanusi H. 2009. Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Respon Fisiologi Larva Tiram Mutiara Pinctada maxima (Jameson). Jurnal Biologi Indonesia 6(1): 51-69.

Wirahadikusumah M. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. ITB, Bandung.

Wu M, Sally K, Kan M, Xiujun Z, Pei YQ. 2003. The effect of co-cultivation on the pearl yield of Pinctada martensi (Dumker). Aquaculture 221(3):347–356.

Yan Z, Fang Z, Ma Z, Deng J, Li S, Xie L, Zhang R. 2007. Biomineralization: Function of calmodulin-like protein in the shell of the pearl oyster. Biochem. Biophys. Acta Gen. Subj. 1770:1338-1344.

Zoltan H. 2005. On Experiences in Monitoring Molluscs (Mollusca) in the Area of Duna Drava National Park. Kaposvar. Natura Somogyensis 7:25-34.

Lampiran 1A. Laju konsumsi oksigen (mg O2 g-1 jam-1

Diameter inti (mm)

) A. woodiana yang diimplantasi 0, 2, 4 dan 6 inti per individu dengan diameter 10 dan 12 mm selama pemeliharaan

Jumlah inti/individu Rataan

0 2 4 6 10 0,189±0,007 0,179±0,009 0,167±0,007 0,156±0,005 0,172±0,014a 12 Rataan 0,188±0,007 0,188±0,007 0,155±0,004 0,167±0,144 a 0,152±0,006 0,159±0,010 a 0,146±0,005 0,151±0,074 b 0,160±0,018 b b

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama, menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan (P < 0,05)

Lampiran 1B. Analisis varian dan uji Tukey terhadap laju konsumsi oksigen (mg O2 g-1 jam-) (rataan ± SD) pada berbagai jumlah dan diameter inti.

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Laju_konsumsi_oksigen

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .004a 7 .001 15.585 .000

Intercept .643 1 .643 15931.125 .000

Jumlah_inti .002 3 .001 17.756 .000

Diameter .002 1 .002 50.456 .000

Jumlah_inti * Diameter .000 3 7.226E-5 1.792 .189

Error .001 16 4.033E-5

Total .648 24

Corrected Total .005 23

a. R Squared = ,872 (Adjusted R Squared = ,816)

Multiple Comparisons Laju_konsumsi_oksigen

Tukey HSD

(I) Jumlah_inti (J) Jumlah_inti

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

kontrol jumlah inti 1 .00983 .003667 .070 -.00066 .02032

jumlah inti 2 .01733* .003667 .001 .00684 .02782

jumlah inti 3 .02567* .003667 .000 .01518 .03616

jumlah inti 1 kontrol -.00983 .003667 .070 -.02032 .00066

jumlah inti 2 .00750 .003667 .213 -.00299 .01799

jumlah inti 3 .01583* .003667 .003 .00534 .02632

jumlah inti 2 kontrol -.01733* .003667 .001 -.02782 -.00684

jumlah inti 1 -.00750 .003667 .213 -.01799 .00299

jumlah inti 3 .00833 .003667 .146 -.00216 .01882

jumlah inti 3 kontrol -.02567* .003667 .000 -.03616 -.01518

jumlah inti 1 -.01583* .003667 .003 -.02632 -.00534

Lampiran 1C. Analisis regresi terhadap laju konsumsi oksigen (mg O2 g-1 jam-) pada berbagai jumlah inti.

Hubungan antara laju konsumsi oksigen dengan jumlah inti yang diimplantasi 0, 2, 4 dan 6 inti per individu.

Lampiran 1D Metabolisme basal (C-Jg-1jam-1

Diameter inti (mm)

) kijing A.woodiana yang diimplantasi dengan perlakuan 0, 2, 4 dan 6 inti per individu dan diameter 10 dan 12 mm

selama pemeliharaan

Metabolisme basal (C-J/g/jam)

Rataan Jumlah inti/individu 0 2 4 6 10 0,63±0,02 0,52±0,02 0,56±0,01 0,59±0,03 0,57±0,04a 12 Rataan 0,63±0,01 0,63±0,03 0,48±0,01 0,50±0,02 a 0,50±0,01 0,53±0,03 c 0,52±0,02 0,55±0,04 b 0,53±0,05 b b

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama, menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan (P < 0,05) pada taraf 0,05

Lampiran 2A Kadar glukosa hemolimf (mg 100 ml-1

Diameter inti (mm)

) kijing A.woodiana yang diimplantasi dengan perlakuan 0, 2, 4 dan 6 inti per individu dan diameter 10 dan 12 mm selama pemeliharaan

Kadar glukosa hemolimf (mg 100 ml-1

Rataan ) Jumlah inti/individu 0 2 4 6 10 65,89±2,34 67,00±1,76 68,87±0,48 69,44±0,20 67,80,±1,95a 12 Rataan 65,83±2,8765,78±3,89a 70,61±0,4273,89±2,59 75,11±2,77 71,48±0,37 a 76,00±2,19 71,38±0,54 a 71,86±4,45 a b

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama, menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan (P < 0,05) pada taraf 0,05

Lampiran 2B. Analisis varian dan uji Tukey terhadap kadar glukosa hemolimf (mg 100 ml-1) (rataan ± SD) pada berbagai jumlah dan diameter inti.

Dokumen terkait