• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran NAA dalam Peningkatan Pembungaan dan Produksi Biji Bawang Merah di Dataran Rendah dan di Dataran Tinggi.

Percobaan II di dataran rendah dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Maret 2012, sedangkan di dataran tinggi dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012. Percobaan II terdiri dari pemberian NAA dengan 4 taraf konsentrasi yaitu A1 (0 ppm), A2 (50 ppm), A3 (100 ppm), A4 (200 ppm) yang diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 16 satuan percobaan untuk di dataran rendah dan 16 satuan percobaan untuk dataran tinggi. Seluruh umbi bibit yang akan

digunakan divernalisasi terlebih dahulu di dalam cool storage pada suhu 10 0C selama 30 hari. Sebelum penanaman, umbi bibit direndam selama 1 jam di dalam larutan 200 ppm GA3. Perlakuan yang digunakan di dalam percobaan II diperoleh

dari perlakuan terbaik yang dihasilkan pada percobaan I. Aplikasi NAA diberikan dua kali dengan cara disemprotkan pada tanaman dengan volume semprot 250 ml per petak yaitu pada umur tiga minggu dan lima minggu setelah tanam.

Model linear aditif dari rancangan perlakuan ini adalah sebagai berikut :

Yijk = μ + αi + βj + εijkl

i = 1,2; j = 1,2,3,4 keterangan :

Yijkl : Respon pada perlakuan NAA ke-i dan ulangan ke-j

Μ : Nilai rataan umum

αi : Pengaruh perlakuan NAA ke-i

βj : Pengaruh acak pada perlakuan NAA ke-i dan ulangan ke-j

ε

ijk :Pengaruh galat dari perlakuan NAA ke-i dan ulangan ke-j

Pada peubah daya berkecambah untuk tanaman bawang merah, percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan (Au0, Au1, Au2, Au4) yang diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 16 satuan percobaan.

Data yang diperoleh diuji menggunakan Uji F dan jika berpengaruh nyata secara statistik maka dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Percobaan Persiapan Bibit

Umbi bibit bawang merah yang digunakan adalah varietas Bima dengan ukuran 5-7 g yang berumur 2 bulan setelah panen. Sebelum penanaman, umbi divernalisasi terlebih dahulu dengan suhu 10 0C selama 30 hari didalam cold storage dan setengahnya lagi disimpan di gudang penyimpanan dengan suhu kamar. Sebelum penanaman dilakukan, umbi dikeluarkan dari cold storage

22

 

   

GA3 yang dilarutkan didalam 1 liter air sesuai dengan konsentrasi yang telah

ditentukan, kemudian dikering anginkan selama 1 jam.

Umbi bibit bawang merah ditanam pada petak-petak percobaan berukuran 1 x 2 m dengan jarak tanam 15 x 20 cm (50 tanaman per petak). Semua petak percobaan diberi naungan plastik transparan yang dipasang pada saat tanaman sudah berbunga untuk melindungi pembungaan dan pembijian bawang merah dari curah hujan. Pada percobaan kedua, semua bibit bawang merah di vernalisasi terlebih dahulu di dalam cool storage selama 30 hari pada suhu 10 0C. Sebelum penanaman, umbi bibit bawang merah direndam didalam larutan GA3 dengan

konsentrasi terbaik yang diperoleh pada percobaan I, aplikasi NAA diberikan dengan cara penyemprotan pada umur 3 minggu dan 5 minggu setelah tanam dengan volume semprot 250 ml per petak pada bunga bawang merah.

Pemupukan dasar dilakukan pada saat tanam (preplant), sedangkan pemupukan susulan dilakukan pada umur 14 hari dan umur 35 hari setelah tanam. Pemupukan dilakukan dengan cara dibenamkan ke dalam larikan yang dibuat disamping barisan tanaman. Pengairan diberikan melalui penyiraman menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari kecuali pada saat hari hujan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman tanaman, penyiangan apabila terdapat gulma, pembumbunan, serta pengendalian hama penyakit jika diperlukan (jika terdapat serangan yang mengganggu dan melebihi ambang batas) dapat dilakukan secara mekanik dan menggunakan insektisida serta fungisida.

Pengamatan

Pengamatan mulai dilakukan 10 hari setelah tanam. Tanaman contoh setiap satuan percobaan ditentukan 10 secara acak dari 50 sampel tanaman. Peubah yang diamati meliputi:

1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dengan cara mengukur daun atau tajuk tertinggi pada tanaman dari atas permukaan tanah menggunakan alat bantu penggaris. Pengamatan dilakukan 10 HST – 31 HST.

2. Jumlah daun (helai). Jumlah daun dihitung pada daun yang telah terbentuk sempurna per individu tanaman. Pengamatan dilakukan 10 HST – 31 HST.

3. Panjang tangkai bunga (cm). Panjang tangkai bunga diukur dari permukaan tanah sampai dengan dasar dari rangkaian bunga (inflorescence).

4. Jumlah anakan (umbi). Jumlah anakan yang terbentuk per tiap lubang tanam/ per tanaman dihitung setelah panen.

5. Waktu muncul kuncup bunga (HST). Waktu muncul kuncup bunga

dihitung dengan cara menghitung jumlah hari sejak saat tanam sampai dengan kuncup bunga pertama yang muncul.

6. Waktu bunga mekar (HST). Waktu bunga mekar dihitung dengan cara menghitung jumlah hari setelah kuncup bunga muncul hingga bunga mekar secara keseluruhan di dalam satu umbel.

7. Jumlah bunga per umbel. Jumlah bunga per umbel dihitung dengan menghitung jumlah bunga yang terbentuk per umbelnya.

8. Persentase pembentukan buah (%). Persentase bunga menjadi buah dihitung dengan cara jumlah buah per umbel dibagi jumlah bunga per umbel x 100%.

9. Jumlah bunga per petak.Jumlah bunga per petak dihitung dengan cara jumlah bunga per umbel x jumlah bunga per rumpun.

10. Persentase tanaman berbunga (%). Persentase tanaman berbunga dihitung dengan cara menghitung jumlah rumpun tanaman yang menghasilkan bunga pada tiap tanaman sampel.

11. Waktu panen biji. Waktu panen dihitung sejak penanaman hingga panen. Panen dilakukan pada saat buah/kapsul berwarna kehitaman dan dilakukan dengan cara memotong tangkai umbel.

12. Jumlah umbel per rumpun. Jumlah umbel per tanaman dihitung dengan cara menghitung jumlah umbel bunga yang terbentuk setiap rumpunnya. 13. Jumlah umbel per petak (buah). Jumlah umbel per petak dihitung dengan

cara mengitung jumlah umbel yang dihasilkan didalam satu petak penanaman.

24

 

   

14. Bobot umbel per rumpun (g). Bobot umbel per rumpun dihitung dengan cara menimbang umbel yang dihasilkan oleh tiap rumpunnya.

15. Bobot umbel per petak (g). Bobot umbel per tanaman dan per petak dihitung dengan cara menimbang umbel yang dihasilkan oleh tiap tanaman.

16. Bobot biji per umbel (g). Bobot biji per umbel dihitung dengan cara menimbang bobot biji per rumpun dibagi dengan jumlah umbel per rumpun yang dihasilkan.

17. Bobot biji per rumpun (g). Bobot biji per rumpun dihitung dengan cara menimbang biji bawang merah pada tiap rumpun yang dihasilkan.

18. Bobot biji per petak (g). Bobot biji per rumpun dihitung dengan cara menimbang biji bawang merah yang dihasilkan tiap petak perlakuan. 19. Daya kecambah biji (%). Daya kecambah biji dihitung dengan cara

menghitung jumlah biji yang berkecambah setiap 100 biji dengan metoda Uji Diatas Kertas. Daya berkecambah benih dihitung berdasarkan persentae kecmbah normal (KN) pada hitungan I dan hitungan ke II. Daya kecambah dihitung dengan rumus:

DB= ∑ KN hitung I + KN hitung II x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Lokasi penelitian pada percobaan I di Dramaga adalah lahan bekas pertanaman padi. Pada awal pertumbuhan, secara visual pertumbuhan tanaman bawang merah terlihat cukup baik. Kematian umbi pada awal pertanaman disebabkan oleh penyakit busuk umbi (Botrytis alli). Penyakit ini menyebabkan umbi membusuk pada bagian pangkal dan ujung, sehingga umbi yang terserang tidak dapat tumbuh. Penyakit lain yang teramati adalah penyakit moler (twisting desease). Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. Penyakit moler tergolong penyakit yang terbawa umbi (seed born) dan terbawa tanah (soil born). Ciri yang terlihat pada tanaman bawang merah adalah daun yang menguning serta mudah ditarik bila dicabut karena pertumbuhan akar yang tidak sempurna dan daun membusuk. Tanaman yang terserang daunnya akan mengalami kematian dari ujung dengan cepat. Untuk tanaman yang mati, dilakukan penyulaman. Pengendalian penyakit pada bawang merah menggunakan fungisida Antracol 70 WP. Gulma yang terdapat pada petak percobaan adalah Mimosa pudica, rumput, dan ciplukan, yang dikendalikan secara manual selama percobaan.

Pada percobaan I dan II yang dilakukan di Cipanas, lahan penanaman yang digunakan adalah lahan bekas penanaman wortel. Hama yang menyerang antara lain adalah ulat grayak (Spodoptera exigua). Serangan hama ulat bawang mulai terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah daun pada tanaman bawang dengan indikasi serangan yaitu adanya lubang pada daun, terdapatnya telur ulat dan ulat pada batang daun, daun yang terserang menjadi transparan serta akan terlihat bercak-bercak putih, hingga akhirnya daun menjadi terkulai. Pengendalian yang dilakukan adalah mengambil dan memusnahkan telur maupun ulat dewasa yang terdapat pada tanaman bawang merah selama masa tanam. Seiring dengan bertambahnya serangan, maka pengendalian dilakukan dengan cara menyemprot tanaman dengan insektisida (Confidor 5 WP).

Menurut Rabinowitch dan Brewster (1990), inisiasi pembungaan terjadi pada suhu rendah antara 9-12 0C, sedangkan untuk pembuahan dan pementukan biji diperlukan suhu yang lebih tinggi yaitu 35 0C serta curah hujan sekitar 100-

26

 

   

200 mm/bulan. Suhu rata-rata di Dramaga berkisar 25 – 26 0C, curah hujan 105- 457 mm/bulan, jumlah hari hujan 7-28 hari/bulan dan kelembaban nisbi udara 73- 87% (Lampiran 1). Suhu rata-rata di Cipanas mencapai 20 – 21 0C, curah hujan 204-479 mm/bulan, hari hujan 16-29 hari/bulan dan kelembaban nisbi udara 80- 87%. Hasil pengamatan meliputi pertumbuhan fase vegetatif dan fase generatif.

Hasil