• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional merupakan hal baru dibanyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu besarnya dampak negatif yang ditimbulkanya terhadap perekonomian suatu negara, sehingga negara-negara di dunia dan organisasi internasional merasa tergugah dan termotivasi untuk menaruh perhatian yang lebih serius terhadap pencegahan dan pembrantasan kejahatan pencucian uang. Hal ini tidak lain karena kejahatan pencucian uang (money laundering) baik secara langsung maupun tidak langsung

dapat memengaruhi sistem perekonomian, dan pengaruh tersebutmerupaka dampak negatif bagi perekonomian itu sendiri. Didalam money laundering ini diketahui bahwa banyaknya dana-dana potensial yang dapat dimamfaatkan secara optimal karena pelaku monoy laundering sering melakukan “steril investment”misalnya dalam bentuk investasi di bidang pada negara-negara yang mereka anggap walaupun dengan melakukan hal itu hasil yang diperoleh jauh lebih rendah. Untuk lebih jelas tentang pengertian money laundring berikut ini dibahas secara lebih rinci.

a. Pengertian money laundering

Pendapat yang berkembang menyatakan bahwa money laundering

merupakan suatu cara atau proses untuk mengubah uang yang berasal dari sumber ilegal (haram) sehingga menjadi halal.103 Undang-undang RI No. 25 Tahun 2002 menyebutkan bahwa pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, menstransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta yang sah.104

103

Juni Sjafrien jahja, Melawan Money Laundering, mencegah dan membrantasan tindak Pidana pencucian Uang. (jakarta visimedia, tahun 2012), hal. 5

Dalam undang-undang RI nomor 8 tahun 2010 menyebutkan bahwa pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini, dengan hasil tindak pidana berupa harta kekayaan yang

104

diperoleh dari tindak pidana asal sebagai mana disebutkan dalam pasal 2 ayat (1).105

“Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana: a. korupsi; b. penyuapan; c. narkotika; d. psikotropika; e. penyelundupan tenaga kerja; f. penyelundupan migran; g. di bidang perbankan; h. di bidang pasar modal; i. di bidang perasuransian; j. kepabeanan; k. cukai; l. perdagangan orang; m. perdagangan senjata gelap; n. terorisme; o. penculikan; p. pencurian; q. penggelapan; r. penipuan; s. pemalsuan uang; t. perjudian; u. prostitusi; v. di bidang perpajakan; w. di bidang kehutanan; x. di bidang lingkungan hidup; y. di bidang kelautan dan perikanan; atau z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.(2) Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi terorisme, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.”

Dalam Black,s Law Dictionary, istilah money laundering diartikan sebagai berikut.

Term used to describe investment or other transfer of money flowing of money flowing from racketeering, drug transaction, and other illegal sources into legitimate channels so that it,s original sources can be traced. Money laundering is a federal crime; 18 USCA 1956.106

Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang membedakan dua kelompok tindak pidana yaitu: tindak pidana pencucian sebagaimana diatur dalam pasal 3 sampai pasal 7 UU TPPU dan tindak pidana lain yang berkaitan dengan

105

Pasal 2 UU RI No. 8 Tahun 2010” Tentang Pencegahan dan Pembrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

106

Henry Campbell Black, M.A, Black,s Law Dictionary, ( St. Paul, Minn, West Publishing Co.) Sixth Edition,hal. 884

tindak pidana pencucian uang diatur dalam pasal 8 sampai pasal 12. Hal-hal yang termasuk dalam tindak pidana pencucian uang adalah sebagai berikut :107

1. Setiap orang yang dengan sengaja :

a) Menempatkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana kedalam penyedia jasa keuangan, baik atas nama sendiri atau nama pihak lain.

b) Mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dari suatu penyedia jasa keuangan ke penyedia jasa keuangan yang lain, baik atas nama sendiri maupun atas nama orang lain.

c) Membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain.

d) Menghibahkan atau menyumbangkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain.

e) Menitipkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakanhasil tindak pidana, baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak yang lain.

f) Membawa keluar negeri harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidanan;atau

g) Menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya, dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliyar rupiah)” 2. Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan

jahat untuk melakukan tindak pidana pencucian uang.

3. Setiap orang yang menerima dan menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, harta kekayaan, yang diketahuinya atau patut diduganya berasal dari tindak pidana.

4. Setiap orang di luar wilayah negara RI yang memberikan bantuan,kesepakatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana pencucian uang.

107

Bismar Nasution, Rejim Anti Money Laundering Di Indonesia ( BooksTerrace dan Librari Pusat Informasi Hukum Indonesia, Tahun 2008) hal. 29

Atas perbuatan tersebut dipidana karena kejahatan dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliyar rupiah)”

b. Penyebab marak dan dampak pencucian uang

Paling sedik ada sembilan faktor penyebab maraknya tindak pidana pencucian uang disuatu negara yaitu:108

1. Globalisasi sistem keuangan 2. Kemajuan dibidang teknologi

3. Ketentuan rahasia bank yang sangat ketat 4. Penggunaan nama samaran atau anonim 5. Penggunaan electrnic money (e- money)

6. Praktik pencucian uang secara Layering

7. Berlakunya ketentuan hukum terkait kerahasian hubungan antara

layering dan akuntan dengan kliennya masing-masing

8. Pemerintah di suatu negara kurang bersungguh-sungguh untuk membrantas praktik pencucian uang yang dilakukan sistem perbankan

9. Tidak dikriminalisasinya perbuatan pencucian uang disuatu negara.

Dampak negatif pencucian uang yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:109

1. Menghambat sektor swasta yang sah

2. Mengahambat integritas pasar-pasar keuangan

3. Hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi. 4. Timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi.

5. Hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak 6. Resiko pemerintah dalam melaksanakan privatisasi.

7. Merusak reputasi negara.

8. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi.

108

Juni Sjafrien jahja, Melawan Money Laundering, mengenal, mencegah dan membrantas Tindak Pidana Pencucian Uang. (visi media, Jakarta 2012) hal. 70

109

c. Unsur-unsur Tindak Pidana Money Laundering110

Berdasarkan pengertian money laundering yang terdapat di dalam

Black,s Law Distionary111

1. Adanya uang (dana) yang merupakan hasil yang ilegal.

di atas, secara umum yang menjadi unsur-unsur tindak pidana pencucian uang sebagai berikut:

2. Uang haram (dirty money) tersebut diproses dengan cara-cara tertentu melalui kelembagaan yang legal (sah).

3. Dengan maksud menghilangkan jejak, sehingga sumber asal uang tersebut tidak dapat atau sulit diketahui dan dilacak.

Selanjutnya penjelasan dalam UU No. 8 Tahun 2010 pasal 3 unsur-unsur tindak pidana pencucian uang adalah sebagai berikut:

a) Unsur Subjektif: yang diketahui atau patut diduga

Unsur objektif berupa “yang diketahui” dalam pasal 3 menunjukkan adanya kesalahan yang berupa “sengaja” atau dolus, sedangkan unsur subjektif berupa “patut diduganya” dalam pasal 3 menunjukkan adanya bentuk kesalahan yang berupa “tidak disengaja atau alpa. Memorie van Tulicting disebutukan bahwa “sengaja” (opzettelijk) adalah sama dengan dikehendaki dan diketahui” (willens en wettens).112 Satochid kartanegara113

110

Juni Sjafrien Jahja, Melawan Money Laundering, Mengenal, Mencegah dan Membrantas Tindak Pidana Pencucian Unang (Jakarta, Visimedia 2012), hal.7

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan willems en wettens” adalah seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sengaja , harus menghendaki (willem) perbuatan itu harus menginsafi, mengerti (wetten) akan akibat dari perbuatan itu.

111

Ibid

112

E. Utrecht, Hukum Pidana I. (Pusaka Tirta Mas. Surabaya. Tahun 1987), hal. 301

113

Sedang yang dimaksud dengan “tidak sengaja” atau alpa oleh van HAMEL114

1. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh hukum.

dikemukakan bahwa kealpaan itu mengandung dua syarat yaitu:

2. Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum. b) Unsur objektif

1. Menempatkan

Menempatkan dalam pasal 3 ayat (1) huruf a, Sutan Remy Sjahdeini115

2. Mentransfer

menjelaskan bahwa “kata “menempatkan” pada huruf a tersebut merupakan terjemaha dari kata bahasa inggris” to place”. Ketentuan ini lebih atau terutama terkait terkait dengan atau ditujukan kepada perbuatan menempatkan uang tunai pada bank. Sepanjang yang menyangkut bank, pengertian menempatkan disini sama dengan menyimpan atau “to deposit”

uang tunai sesuai dengan ketentuan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dan ditambahkan dengan undang-undang No. 10 Tahun 1998, dana yang telah ditempatkan atau disimpan pada bank disebut “simpanan”.

Mentransfer adalah istilah perbankan dan selalu terkait dengan dana atau

found. Untuk dapat mentransfer dana itu harus terlebih dahulu berada sebagai simpanan di bank yang akan mentransfer (melakukan transfer)

114

Mulyatno, Asas-asas Hukum Pidana

115

Sutan Remy Sjahdeini, Seluk beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme, (Pustaka Utama Grafitri, Jakarta, mei 2004) Hal.187

dana tersebut. Artinya telah disimpan dalam suatu rekening (account) pada bank tersebut.116

3. Mengalihkan

Kata mengalihkan berasal dari kata alih yang artinya adalah pindah, ganti, tukar atau ubah.117

4. Membelanjakan Membelanjakan118

5. Membayarkan

adalah rangka membeli barang atau jasa, yang padananya dalam bahasa inggris adalah to spend. Oleh karena untuk membeli barang atau jasa harus dengan uang, maka dengan mengikuti pendapat dari Sutan Remy Sjahdeini seperti tersebut diatas, yang dimaksud dengan membelanjakan atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), dalam pasal 3 adalah membelikan barang atau jasa dengan harta kekayaan yang berupa uang yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1).

Membayarkan dalam huruf c UU No. 25 Tahun 2003 mengandung arti menggunakan harta kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana tersebut bukan hanya dalam rangka pembayaran harga barang dan jasa, tetapi juga dalam rangka membayarkan atau melunasi kewajiban misalnya kewajiban melunasi utang.

116

Ibid, hal. 188

117

Pusat bahasa departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar bahasa Indonesia (Balai Pustaka,Jakarta, Tahun, 2003, edisi III), hal. 30

118

Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembayaran Terorisme, PT. Pusaka Utama Grafitri, Jakarta, Mei Tahun 2004, Hal. 189

6. Menghibahkan

Menghibahkan dalam huruf d UU No. 15 Tahun 2002jo, UU No. 25 Tahun 2003 mengandung pengertian memberikan harta kekayaan secara Cuma-Cuma atau tanpa syarat.

7. Menitipkan

Pasal 1694 KUH Perdata menyebutkan bahwa penitipan adalah terjadi apabila seseorang menerima sesuatu barang dari orang lain, dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya daka wujud asalnya.119

8. Membawa ke luar negeri

Membawa adalah membawa hasil tindak pidana secara fisik.120 9. Mengubah bentuk

Mengubah adalah menjadikan darai semula atau menukar bentuk (warna dan rupa)121

10.Menukarkan dengan mata uang atau surat berharga, atau

Menukarkan adalah memberikan sesuatu suapaya diganti dengan lain.122 11.Perbuatan lain

Perbuatan lain dalam pasal 3 adalah perbuatan selain perbuatan yang berupa “menempatkan, mentransfer, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, atau menukarkan dengan uang atau surat berharga”. 12.Menyembunyikan

119

Pasal 1694 KUH Perdata

120 Ibid 121 Ibid, hal. 1234 122

Menyembunyikan dalam pasal 3 adalah menyimpan (menutup dan sebagainya) supaya jangan (tidak) terlihat atau sengaja tidak memperlihatkan.123

13.Menyamarkan.

Menyamarkan dalam pasal 3 adalah menjadikan (menyebabkan dan sebagainya) samar atau mengelirukan, menyesatkan.124

d. Tahap-tahap Pencucian Uang

Modus Operandi yang dilakukan dalam kejahatan pencucian uang secara umum sebagai berikut.125

1. Penempatan (Placement)

Tahap pertama dari pencucian uang adalah menempatkan atau mendepositokan uang haram ke dalam sistem keuangan (financial sistem) disuatu negara. Sedangkan Jeffri Robinson menyebutkan dengan istilah immersion, yang artinya konsolidasi dan penempatan.126

Penempatan dilakukan dengan cara memecah jumlah uang tunai yang sangat besar ke dalam jumlah-jumlah yang kecil dan kemudian mendepositokannya langsung kedalam suatu rekening di bank. Cara ini pula dilakukan dengan membeli instrumen-instrumen moneter (monetary instruments)

123

Op, Cit. Hal. 1217

124

Ibid, hal. 987

125

UU RI No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Ikhtisar ketentuan pencegahan dan pembrantasan Tindak pidana pencucian Uang dan pendanaan terorisme yang diterbitkan oleh PPATK, april 2010,hal Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, Edisi Ke III, hal. 1217. 12

126

Philips Darwin, Money Laundering Cara Memahami dengan Tepat dan Benar Soal Pencucian Uang Sinar Ilmu tahun 2012, hal.42

seperti cek (cheques), money orders, dan lain-lain dan kemudian menagih dengan cara mendepositokan uang tersebut di rekening dilokasi lain.

Singkatnya, penempatan diartikan sebagai upaya untuk menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu aktivitas kejahatan. Dalm hal ini uang bergerak secara fisik melalui penyeludupan dari satu negara kenegara lain, penggabungan dengan uang tunai yang berasal dari hasil kegiatan yang sah, ataupun penempatan uang giral kedalam sistem perbankan (deposito bank, cek, via real estate,saham-saham,

konversi kemata uang lainnya atau transfer ke dalam valuta asing).127 2. Transfer (Layering)

Besarnya jumlah uang haram yang ditempatkan di suatu bank akan sangat menarik perhatian otoritas moneter disuatu negara. Para penegak hukum di negara tersebut segera menyelidiki asau-usul uang tersebut. Itulah sebabnya para pelaku pencucian uang melakukan proses layering atau heavy soaping. Transfer yakni upaya untuk mentransfer harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana (dirty money) yang telah berhasil ditempatkan pada penyedia jasa keuangan (terutama bank) sebagai hasil upaya penempatan (placemnet) ke penyedia jasa keuangan yang lain.128

3. Integration (penyatuan atau integrasi)

Dengan dilakukan layering akan menjadi sulit bagi penegak hukum untuk dapat mengetahui asal-usul harta kekayaan tersebut.

Istilah lainnya adalah repatriation and integration, atau spin dry. Pada tahap ini uang yangtelah dicuci dibawa kembali kedalam sirkulasi dalam bentuk

127

N.T.H. Siahaan, Money Laundering; Pencucian Uang dengan Kejahatan Perbankan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002. Hal. 23.

128

R. Wiyono” Pembahasan Undang-Undang Pencegahan dan Pembrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Sinar Grafika, Jakarta, 2014. Hal. 4.

pendapatan yang bersih, bahkan merupakan objek pajak (taxable). Begitu uang tersebut berhasil di upayakan sebagai uang halal melalui layering, maka tahap selanjutnya adalah menggunakan uang yang telah yang telah menjadi uang halal (clean money) untuk kegiatan bisnis atau kegiatan operasional kejahatan yang dilakukan penjahat atau organisasi kejahatan yang mengendalikannya. Menurut R Wiyono, integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk kedalam sistem keuangan melalui penempatan atau transfer sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang halal.129

e. Pencegahan tindak pidana pencucian uang

Bank adalah satu tempat yang rawan praktik pencucian uang. Alasannya, tahapan-tahapan kejahatan ini umumnya dilakukan melalui transaksi perbankan. Di Indonesia sendiri sebelumnya tidak ada ketentuan baku tentang data-data nasabah sehingga uang yang dimasukkan ke dalam bank sangat mungkin merupakan hasil dari tindak pidana pencucian uang. Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam industri perbankan melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya pencucian uang yang masuk melalui perbankan. Bank Indonesia menerbitkan ketentuan terkait dengan kegiatan ini pada tahun 2001.130

Ketentuan inilah yang disempurnakan pada tahun 2009 dengan mengadopsi rekomendasi sesuai standart internasional yang lebih konfrehensif dari komendasi FATF untuk mencegah dan membrantasan pencucian uang

Yaitu penerapan prinsip mengenal nasabah (know your costumer principles).

129

Ibid, hal. 5.

130

dan/atau pendanaan terorisme. Rekomendasi yang dikenal dengan rekomendasi 40+9 FATF ini juga dipergunakan oleh masyarakat dunia internasional dalam menilai kepatuhan suatu negara terhadap standart internasional tersebut.

Selain itu pencegahan yang lebih optimal juga dilakukan oleh bank Indonesia yang senantiasa aktif berkesinambungan berkordinasi dengan lembaga terkait antara lain PPATK, KPK (Komisi Pembrantasan Korupsi), Bapepam LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan), dan Universitas.

Selanjutnya industri non-bank yang memungkinkan untuk menjadi tempat pencucian uang, dilakukan pendataan transaksi atau nasabah yang hampir sama dengan industri perbankan, melalui ketentuan Know Your Custumer sejak tahun 2002, dan ketentuan Fit and Proper. Mengenai data, pemerintah bertindak dengan membuat keseragaman sistem administrasi kependudukan di indonesia melalui program KTP Nasional. Hal ini bisa mencegah seseorang memiliki lebih dari satu identitas yang bisa mempersulit pendeteksian kegiatan pencucian uang.131

Sebagaimana disebutkan dalam Bab VI pasal 39 PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) memiliki tugas dan wewenag antara lain:132

a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh.

b. Memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang. c. Melaporkan hasil anilisis transaksi keuangan yang berindikasi tindak

pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan Kejaksaan.

d. Meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan (PJK).

131 jam 5 WIB 132 2014

e. Melakukan audit terhadap PJK mengenai kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam UU-TPPU dan terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan.

f. Memberikan pengecualian kewajiban pelaporan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b.

Mengenai fungsi dari PPATK dalam rangka melaksanakan tugasnya dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Pencegahan dan pembrantasan tindak pidana pencucian uang dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 41;

b. Pengelolaan data informasi yang diperoleh dari PPATK dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 42;

c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor, dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 43;

d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasikan tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1).

Dokumen terkait