• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penjasorkes Di Sekolah Dasar 1 Pengertian Penjasorkes

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakna secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial, dan emosional Hal tersebut bermakna bahwa pendidikan jasmani pada hakikatnya merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas jasmani sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya, yaitu meningkatkan kualitas hidup siswa secara menyeluruh baik secara fisik, psikis, mental, moral maupun sosial agar menjadi manusia seutuhnya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidikan jasmani selanjutnya disebut Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) yang tidak hanya memperhatikan aktivitas fisik, melainkan juga kesehatan peserta didik. (Depdiknas, 2003b:6).

2.1.2 Tujuan Penjasorkes

Pada dasarnya Penjasorkes merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani, oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai melalui Penjasorkes mencakup pengembangan individu secara menyeluruh artinya cakupan Penjasorkes tidak hanya pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Menurut Depdiknas (2003:195) Penjasorkes bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga terpilih.

2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang baik. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam Penjasorkes.

5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis.

6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

2.1.3 Ruang Lingkup Penjasorkes

Mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1)Permainan dan olahraga meliputi ; olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola basket, sepaktakraw, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis dan beladiri, serta aktivitas lainnya

2) Aktivitas pengembangan meliputi ; mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya

3) Aktivitas senam meliputi ; ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai serta aktivitas lainnya.

4) Aktivitas ritmik meliputi ; gerak bebas, senam pagi, SKJ, senam aerobik serta aktivitas lainnya

5) Aktivitas air meliputi ; permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya

6) Pendidikan luar kelas meliputi ; piknik/karya wisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah dan mendaki gunung

Kesehatan meliputi ; penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek (Depdiknas,2003:vi).

2.1.4 Karakteristik Siswa Usia 6 sampai dengan 13 Tahun

Pada jenjang pendidikan di Indonesia, siswa sekolah dasar adalah anak dengan usia sekitar 6 sampai dengan 13 tahun. Pada usia ini, perkembangan fisik anak berbeda dengan masa sebelumnya, pertumbuhan tangan dan kaki cenderung lebih cepat dibanding pertumbuhan togok. Pada masa akhir jaringan otot akan mengalami perkembangan yang pesat, ini akan berpengaruh pada peningkatan kekuatan yang lebih besar.

Seiring dengan meningkatnya ukuran tubuh dan kemampuan fisik maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar. Peningkatan kemampuan gerak dapat

diidentifikasi dalam bentuk gerak yang bisa dilakukan dengan mekanika tubuh yang lebih efesien, gerakan yang dilakukan menjadi semakin lancar dan terkontrol, pola atau bentuk gerakan semakin variatif, gerakan semakin kuat dan mantap. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan gerak anak besar apabila ditinjau dari segi kebenaran mekanika tubuh dan kecepatan dalam melakukan gerakan adalah faktor koordinasi tubuh, ukuran tubuh dan kekuatan otot. Keterampilan gerak tubuh akan mengalami peningkatan secara bertahap, perkembangan koordinasi gerak tubuh merupakan kunci perkembangan penguasaan berbagai macam keterampilan yang telah mulai dikuasai pada masa anak kecil bahkan pada masa bayi (Khomsin, 2003:25).

Aktifitas yang perlu dilakukan anak besar adalah aktifitas yang menggunakan keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu, aktifitas secara beregu atau kelompok, aktifitas mencoba-coba, aktifitas untuk meningkatkan kemampuan fisik dan keberanian dalam bentuk aktifitas individual atau permainan kelompok terutama yang melibatkan kekuatan dan ketahanan (Khomsin, 2003:25).

Periode spesifikasi, umumnya pada anak yang berusia antara 10-13 tahun. Pada saat ini, anak sudah dapat menentukan pilihannya akan cabang olahraga yang disukainya. Secara umum mereka sudah memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih baik. Atas dasar pertimbangan pada faktor fisik, kognitif dan budaya, mereka memilih untuk lebih mengkhususkan pada salah satu cabang yang dianggap mampu dia lakukan. Mereka sudah mulai bisa memahami kelebiahn dan kekurangan yang dimilikinya. Anak mulai mencari atau menghindari aktivitas yang tidak disukainya.

Dari ketiga fase perkembangan gerak dasar yanng terjadi pada anak usia sekolah dasar ini, perlu adanya upaya guru dalam menentukan dan mengarahkan

anak didiknya dalam jenjang yang berbeda. Dalam konteks pembelajaran di sekolah dasar, guru bisa membagi siswa menjadi dua kelompok tahapan ajar yaitu : kelompok kelas bawah ( kelas 1,2, dan 3) serta kelompok atas ( kelas 4,5, dan 6

2.2

Belajar dan Pembelajaran

2.2.1 Belajar

Bell-Gredler (dalam Winataputra dkk, 2007:1.5), menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Fontana (dalam Winataputra dkk, 2007:1.8), mengartikan belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Gagne (dalam Winataputra dkk, 2007:1.8) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.

Morgan (dalam Anni, 2007:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

Slavin (dalam Anni, 2007:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Dari pengertian menurut para ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan individu yang terjadi relatif lama dan permanen yang disebabkan oleh pengalaman untuk memperoleh berbagai macam kemampuan, keterampilan dan sikap. Menurut peneliti, dalam proses belajar tersebut harus ada interaksi antara individu dengan individu lain atau individu dengan lingkungan belajarnya agar proses belajar tersebut menjadi lebih bermakna dan hasilnya akan bertahan lama.

2.2.2 Pembelajaran

Dan pembelajaran menurut Briggs (dalam Sugandi, 2007:9) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungannya.

Corey (dalam Ruminiati, 2007:1-14), mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga.

Gagne, Briggs, dan Wager (dalam Winataputra dkk, 2007:1.19), mengemukakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa hakekat pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang telah dirancang dengan sengaja untuk memungkinkan terjadinya proses belajar siswa sehingga siswa memperoleh kemudahan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Sebelum pembelajaran dilakukan, semua kebutuhan mulai dari perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan model pembelajaran, media pembelajaran, serta kebutuhan lain yang menunjang proses pembelajaran harus dirancang secara matang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal sesuai yang diharapkan.

2.3 Peningkatan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, peningkatan berarti proses, cara, perbuatan meningkatkan (Depdiknas, 2003:1712). Dalam penelitiann ini, indikator

adanya peningkatan adalah adanya perubahan menjadi lebih baik antara kondisi awal dan kondisi akhir.

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian -pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono 2011:5-7).

Menurut Rifa‟i (2009: 85) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari peserta didik. Menurut Anni, (2007:5) dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Sementara itu, Kemp (dalam Uno, 2009:35) memandang bahwa pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1.23) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi cognitive, affective, dan psychomotor. Bloom mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan ranah kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dialami oleh seseorang setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu ranah

kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. dalam penelitian ini hasil belajar siswa pada ranah kognitif diperoleh dari evaluasi yang diberikan guru kepada siswa yang akan menentukan tingkat kelulusan siswa.

2.5 Hakikat Pembelajaran Bola Voli Untuk Anak SD 2.5.1 Hakikat Permainan Bola Voli

Bola voli merupakan permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu dengan jumlah pemain masing masing regu 6 orang, tujuan dari permainan ini adalah masing masing regu harus menyeberangkan bola melewati bagian atas net kedaerah lapangan lawan dengan cara memvoli bola (Sahadi Anwarudin, 2011;21).

Permainan bola voli diciptakan oleh William G. Morgan pada tahun 1895 dikota Holyoke, Messachusset, Amerika serikat, semula permainan ini diberi nama‟‟Mintonette:, dimana permainan hampir menyerupai permainan bulu tangkis, tapi kemudian nama permainan tersebut diubah menjadi „‟Volley Ball‟‟ yang artinya memvoli bola secara bergantian melewati jarring/net.

Pada saat berlangsungnya perang dunia 1, permainan bola voli menyebar luas keseluruh dunia, terutama kedaratan benua Eropa dan Asia, sedangkan perkembangan permainan bola voli di Indonesia dimulai ketika langsung perang dunia II, dimana pada waktu itu prajurit jepang sering memainkan bola voli, dengan cepat permainan bola vol berkembang di tanah air sehingga bermunculan perkumplan-perkumpulan yang dipelopori oleh angkatan darat Indonesia.

Kemudian atas prakarsa dari negara negara prancis, rusia, polandia dan cekoslowakia maka dibentuklah Federasi Bola voli seluruh dunia atau „‟Internasional Volley Ball Federation‟‟ yang disingkat IVBF, yang dibentuk pada tahun 1948 di kota paris, kemudian pada tahun 1949, diadakan kejuaraan bola voli nasional yang pertama ketika berlangsungnya PON II di jakarta, pada tahun 1955 di bentuklan persatuan bola voli seluruh indonesia‟‟ (PBVSI) (Sahadi Anwarudin, 2011;21).

2.1.5.2 Servis

Servis adalah tindakan memukul bola oleh seorang pemain belakang yang dilakukan dari daerah servis, langsung kelapangan lawan. Servis merupakan aksi untuk melakukan bola ke dalam permainan. Keberhasilan pada servis tergantung pada kecepatan bola, jalanya perputaran bola serta penempatan bola ketempat kosong kepada pemain ke garis belakang kepada pemain yang melakukan perpindahan tempat. ada beberapa jenis servis dalam permainan bola voli yaitu:

1) Underhand service

2) Servis Mengembang (Float Service) 3) Servis Topspin

4) Jumping service 2.1.5.3 Passing

Passing adalah upaya seorang pemain dengan menggunakan suatu teknik tertentu untuk mengoperkan kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Dalam permainan bola voli, passing dapat dilakukan dengan cara:

1) Passing bawah

Yang dimaksut passing bawah adalah mengoper bola/menerima bola dengan dua tangan secara bersamaan.

2) Passing atas

Cara melakukan teknik passing atas adalah jari-jari tangan terbuka lebar dan kedua tangan membentuk mangkuk hampir saling berhadapan. Sebelum menyentuh bola lutut sedikit ditekuk hingga tangan berada di muka setinggi hidung. Sudut antar sikut dan badan ± 45°. Bola disentuhkan dengan cara meluruskan kedua kaki dengan lengan. Sikap pergelangan dan jari-jari tidak berubah (Sahadi Anwarudin, 2011;26).

3) Blocking (Bendungan)

Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan. Keberhasilan block ditentukan oleh ketinggian loncatan dan jangkauan tangan pada bola yang sedang dipukul lawan. Block dapat dilakukan dengan pergerakan tangan aktif (saat melakukan block tangan digerakkan ke kanan maupun ke kiri). Atau juga pasif (tangan pemain hanya di julurkan ke atas tanpa digerakkan). (Sahadi Anwarudin, 2011;34).

4) Smash

Pukulan keras atau smash disebut juga spike, merupakan bentuk serangan yang paling banyak digunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh suatutim. Smash adalah pukulan bola yang keras dari atas ke bawah, jalannya bola menukik.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan bola voli merupakan permainan beregu yang terdiri dari dua regu,

tiap regu ada 6 anggota. Bola voli memiliki 4 teknik dasar yaitu servis, passing, blocking, dan smash. Bola voli juga yang membutuhkan teknik, taktik dan strategi. Hal tersebut sangatlah penting di kuasai oleh setiap pemain dalam kegiatan pembelajaran guna mencapai hasil yang optimal dalam suatu pertandingan bola voli (Sahadi Anwarudin, 2011;35).

2.6 Hakikat Teknik Passing Atas

Yang dimaksud dengan passing atas adalah cara mengoper dan menerima bola yang dilakukan dengan dua tangan diatas kepala.

1) Sikap Awal

a) Berdiri dengan dua lutut agak ditekuk, kaki dibuka selebar bahu.

b) Angkat kedua tangan lurus didepan bagian atas wajah, dengan ibu jari dan jari telunjuk dari kedua tangan membentuk segitiga atau membentuk mangkuk.

c) Kedua punggaung tangan dan lengan bawah membentuk sudut 90 derajat. d) Sebelum menyentuh bola, sikap kaki agak jongkok, badan agak condong

kedepan dan pandangan kearah bola. 2) Sikap Perkenaan

a) Tepat ketika bola dating, dengan segera bola dipassing dengan dua tangan dari atas kepala dengan siku diluruskan.

b) Setelah bola didorong dengan jari-jari tangan yang dibantu dengan meluruskan siku, sikap jari tangan dan pergelangan tangan tidak kaku.

3) Sikap Akhir

a) Pandangan mengikuti laju bola

b) Setelah berhasil memantulkan bola, segera bersikap kembali memantulkan/memainkan bola selanjutnya.

Gambar 1. Gerakan Passing Atas Sumber: Sahadi Anwarudin, ( 2011;29) 2.7 Permainan Voli Sasaran Lempar

1) Pengertian Voli Sasaran Lempar Pengertian Voli Sasaran Lempar

Permainan voli sasaran lempar adalah bentuk dari modifikasi yang digunakan untuk melatih passing atas bagi siswa sekolah dasar, permainan voli sasaran lempar dimainkan oleh 2 tim yang masing-masing tim terdiri atas 5 orang.

2) Metode Permainan Voli Sasaran Lempar

Metode permainan voli sasaran lempar digunakan untuk melatih passing atas pada bola voli untuk anak usia sekolah dasar, voli sasaran lempar mengkombinasikan permainan dan dasar-dasar melakukan passing atas.

Permainan I

Peraturan permainan:

a)Siswa dibagi menjadi dua kelompok yang di tempatkan pada dua lapangan, Lapangan A dan lapangan B. Tiap siswa berdiri digaris lapangan sesuai urutan nomor yang sudah ditentukan mengelilingi lapangan seperti persiapan lari

estafet, Jika persiapan sudah selesai guru memberi tanda bahwa permainan dimulai. Siswa yang berada di urutan nomor satu melempar bola ke temannya yang berada di urutan nomor dua dengan kedua tangan seperti halnya melakukan passing atas, dan yang berada diurutan nomor dua menangkap bola menggunakan kedua tangan, setelah menangkap bola nomor dua lalu melempar kembali ke nomor tiga dan seterusnya sampai ke nomor terakhir yaitu nomor sepuluh. Setelah bola sampai di urutan nomor sepuluh lalu nomor sepuluh berpindah tempat ke nomor satu dengan cara lari, siswa nomor satu lari ke nomor dua seterusnya sampai perpindahan tempat nomor satu kembali lagi pada posisi nomor satu. Pemenangnya adalah kelompok yang tercepat melakukan perpindahan tempat sambil lempar tangkap bola.

X X X X X X X X X X G : Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

Gambar 1. Contoh Permainan Volsal I Keterangan : G : Guru

Y : Regu II

2) Permainan II

Peraturan dalam bermain :

a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok

b) 2 kelompok ditempatkan di lapangan 1 dan kelompok lainnya berada di lapangan 2

c) Masing-masing kelompok dibariskan berbanjar menghadap net voli dengan jarak lemparan 2 meter dari net voli.

d) Kelompok 1 dan 2 diberi masing-masing 1 bola pada siswa paling depan. e) Setelah diberi aba-aba siswa yang memegang bola langsung menimang bola

keatas satu kali lalu langsung melempar bola melewati net dengan kedua tangan dari atas kepala dengan cara mendorong bola seperti melakukan passing atas. f) Setelah melempar bola siswa langsung berlari kearah barisan paling belakang. g) Kelompok yang berada di lapangan 2 menangkap bola lalu langsung menimang

bola dan melemparkan bola tersebut melewati net seperti melakukan passing atas kembali dan setelah melempar berlari kearah barisan paling belakang. h) Berulang seterusnya sampai siswa paling terakhir.

G: X X X X X X X X X X X L1 L2 X X X X X X X X X X

Gambar 2. Cara Permainan Volsal Keterangan :

: Arah lemparan bola : Arah lari setelah melempar bola G : Guru X : Siswa

L1 : lapangan 1 L2 : lapangan 2 3) Permainan III

Aturan permainan: Siswa di bagi menjadi empat kelompok, yang berada di dua lapangan A dan lapangan B. Tiap kelompok menempatkan diri pada posisi yang sudah di tentukan, Guru mengundi regu mana yang memegang atau memainkan bola terlebih dahulu.

Tugas setiap kelompok adalah memasukkan bola ke teman sendiri yang terletak dibelakang garis larangan dengan jarak lemparan dua meter. Siswa yang berhasil memasukan bola bergantian menjadi gawang. Bola dapat dimainkan hanya dengan kedua tangan seperti halnya bermain bola voli passing atas, membawa bola tidak boleh lebih dari tiga langkah dan harus saling mengoper bola. Baik lawan maupun yang mempertahankan

tidak boleh melewati garis larangan.

Jika persiapan telah selesai, guru dapat memberikan tanda bahwa permainan telah di mulai. Lama bermain dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Pemenangnya adalah regu yang paling banyak memasukkan bola ke teman sendiri dengan cara bola di tangkap dengan kedua tangan :

X X Y Y Y X X X Y Y G : X X Y Y Y X X X Y Y

Gambar 3. Cara Permainan Keterangan : G : Guru

X : Regu I Y : Regu I

24

BAB III

Dokumen terkait