Pada dasarnya putusan hakim atau putusan pengadilan atau biasa juga disebut dengan vonis tersebut sangat diperlukan untuk menyelesaikan perkara pidana. Dengan adanya putusan hakim ini, diharapkan para pihak dalam perkara pidana khususnya bagi terdakwa dapat memperoleh kepastian hukum tentang statusnya dan sekaligus dapat mempersiapkan langkah berikutnya, antara lain dapat berupa menerima putusan, melakukan upaya hukum, bisa berupa banding maupun kasasi, melakukan grasi, dan sebagainya.
Apabila ditinjau dari optik hakim yang mengadili perkara pidana, putusan hakim PHUXSDNDQ ³PDKNRWD´ VHNDOLJXV ³SXQFDN´ SHQFHUPLnan nilai-nilai keadilan, kebenaran
74 Ibid, hal. 13. 75 Ibid 76
Moeljatno, Op. Cit., hal. 25
77
hakiki, hak asasi, penguasaan hukum atau fakta, secara mapan dan faktual serta visualisasi etika beserta moral dari hakim yang bersangkutan.78 Dapat pula dikatakan bahwasanya vonis merupakan puncak idealisme keagungan bekerjanya sistem hukum.79 Sedangkan bila putusan yang dijatuhkan oleh hakim adalah berupa pemidanaan, maka dapat dikatakan bahwa penjatuhan pidana oleh hakim itu merupakan suatu proses dan berakhir dengan diterapkannya olehnya bagi tertuduh jenis pidana yang paling tepat, beratnya, dan cara pelaksanaannya (strafsoort, strafmaat dan strafmadaliteit).80
Menurut pendapat Leden Marpaung, putusan hakim merupakan hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang telah dipertimbangkan dan dinilai dengan semasak-masaknya yang dapat berbentuk tertulis maupun lisan.81 Sedangkan menurut Lilik Mulyadi, mengatakan bahwa :
³3XWXVDQ SHQJDGLODQ DGDODK SXWXVDQ \DQJ GLXFDSNDQ ROHK KDNLP NDUHQD MDEDWDQQ\D dalam persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah melakukan proses dan prosedural hukum acara pidana pada umumnya berisikan amar pemidanaan atau bebas atau lepas pelepasan dari segala tuntutan hukum dibuat GDODP EHQWXN WHUWXOLV GHQJDQ WXMXDQ SHQ\HOHVDLDQ SHUNDUDQ\D´82
Lebih lanjut KUHAP juga menjelaskan bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum. Hal ini sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 195. Menurut pendapat Eva Achjani Zulfa, keputusan hakim (yang berkekuatan tetap) adalah keputusan terhadap perbuatan atau perkara yang berupa : a. pembebasan (vrijspraak) ± Pasal 191 ayat (1) KUHAP; b. pelepasan dari segala tuntutan hukum (ontslag van allerechtsvervolging) ± Pasal 191 ayat (2) KUHAP; c. penjatuhan pidana Pasal 193 ayat (1) KUHAP.83 Lebih lanjut Eva Achjani Zulfa menjelaskan, keputusankeputusan tersebut sudah mengandung penentuan terbukti tidaknya tindak pidana atau kesalahan terdakwa.84
Setiap putusan hakim, baik yang berisi pemidanaan ataupun yang bukan pemidanaan, kepala putusannya selalu berbunyi ³'HPL .HDGLODQ %HUGDVDUNDQ .HWXKDQDQ <DQJ 0DKD (VD´ KDO LQL VHEDJDLPDQD \DQJ GLDWXU GDODP 3DVDO GDQ
78
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana; Normatif, Teoretis, Praktik dan Permasalahannya, cet. 1, Bandung : Alumni, 2007, hal. 201.
79
Abdul Wahid, Konfusius Melawan Mafia Kasus, Desain Hukum, Newletter Komisi Hukum Nasional, vol.10, no.2, Maret 2010, hal. 18.
80
Sudarto, Pemidanaan, Pidana dan Tindakan, dalam Lokakarya Masalah Pembaharuan Kodifikasi Hukum Pidana Nasional (Buku I), diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 1984, hal. 88
81 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana Bagian Kedua, Jakarta : Sinar Grafika, 1995, hal. 406.
82
Lilik Mulyadi, Op. Cit., hal. 203.
83
Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak Menuntut; Dasar Penghapus, Peringan, dan Pemberat Pidana, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010, hal. 15.
84
KUHAP). Terhadap hal ini ada pendapat dari Bismar Siregar, seorang mantan hakim agung, yang mengatakan :
³'HQJDQ GHPLNLDQ GDODP PHQHWDSNDQ SXWXVannya, pertama-tama seorang hakim bermunajat kepada Allah SWT. Atas nama-Nyalah suatu putusan diucapkan. Ia EHUVXPSDK DWDV QDPD 7XKDQ <DQJ 0DKD (VD 3DGD VDDW LWXODK KDWLQ\D EHUJHWDU ´85
Adapun di dalam menjatuhkan putusan berupa pemidanaan, seorang hakim pastinya akan berpedoman pada ketentuan sanksi pidana (starfmaat) yang telah diatur dalam suatu undang-undang, termasuk pula UndangUndang Narkotika. Dimana menurut pendapat dari Collin Howard, sebagaimana dikutip oleh Lilik Mulyadi, dikenal adanya 4 (empat) sistem perumusan lamanya sanksi pidana (strafmaat) yaitu :86
1. Sistem fixed / definite sentence berupa ancaman pidana yang sudah pasti.
2. Sistem indefinite sentence berupa ancaman lamanya pidana secara maksimum. 3. Sistem determinate sentence berupa ditentukannya batas minimum dan
maksimum lamanya ancaman pidana.
4. Sistem interdeminate sentence berupa tidak ditentukan batas maksimum pidana; badan pembuat undang-undang menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan (diskresi) pidana aparat pelaksana pidana yang berada pada tingkatan yang lebih rendah, misalnya dalam menetapkan ukuran, sifat atau lamanya pidana untuk pelaku kejahatan tertentu.
Dari adanya beberapa sistem perumusan tentang lamanya sanksi pidana (strafmaat), sebagaimana disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa sistem perumusan lamanya ancaman pidana atau sanksi pidana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menganut sistem determinate sentence, yaitu menentukan batas minimum dan maksimum lamanya ancaman pidana. Salah satu contohnya terdapat pada Pasal 112 ayat (1), yang menyebutkan :
´6HWLDS RUDQJ \DQJ WDQSD KDN DWDX PHODZDQ KXNXP PHQDQDP PHPHOLKDUD memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00
GHODSDQ PLOLDU UXSLDK ´
85
Bismar Siregar, Hukum Hakim dan Keadilan Tuhan, Jakarta : Gema Insani Press, 1995, hal. 19.
86
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan adalah Adanya penjatuhan pidana di bawah batas minimum khusus dari ketentuan undang-undang dalam perkara tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh hakim, termasuk hakim PN Kuala Kapuas, tidak dapat dibenarkan berdasarkan asas legalitas (nulla poena sine lege) yang di dalamnya mengandung unsur kepastian hukum, sebab dalam asas nulla poena sine lege, yang berarti "tiada pidana tanpa undang-undang", telah dengan tegas menyatakan bahwa setiap sanksi pidana haruslah ditentukan dalam undang-undang. Dengan demikian seorang hakim tidak boleh menjatuhkan pidana selain dari yang telah ditentukan dalam ketentuan undang-undang. Adapun di dalam Undang-Undang Narkotika itu sendiri telah dengan jelas mengatur ketentuan ancaman pidana dalam batas minimum dan maksimum, seperti misalnya pada Pasal 112 ayat (1) yang mengatur ancaman pidana bagi setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun, sehingga adanya penjatuhan pidana di bawah batas minimum dari ketentuan ancaman pidana yang ada dalam Undang-Undang Narkotika oleh hakim dengan sendirinya tidaklah dapat dibenarkan menurut asas nulla poena sine lege ini. Adapun menurut pendapat hakim PN Kuala Kapuas, tindakan menjatuhkan pidana di bawah batas minimum dari ketentuan Undang-Undang Narkotika yang dilakukan oleh seorang hakim tidaklah melanggar asas legalitas, sebab penjatuhan pidana tersebut bertujuan demi terwujudnya keadilan, baik bagi terdakwa maupun masyarakat. Dan menurut hakim, apabila terjadi pertentangan antara keadilan dan kepastian hukum maka sudah sewajarnya keadilan lebih diutamakan dibanding kepastian hukum.
Daftar Pustaka
Adji, Indriyanto Seno. Korupsi dan Hukum Pidana. Jakarta : Kantor Pengacara& Konsultan Hukum "Prof. Oemar Seno Adji & Rekan, 2002.
Adji, Oemar Seno. Hukum-Hukum Pidana. Cet.2, Jakarta : Erlangga, 1984. ---Peradilan Bebas Negara Hukum. Jakarta : Erlangga, 1985.
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence), Kencana, Jakarta, 2009.
Al-Banjary, Syaefurrahman. Hitam Putih Polisi dalam Mengungkap Jaringan Narkoba, .Jakarta: PTIK Press, 2005.
Andi Widjajanto, Cornelis Lay dan Makmur Keliat. Intelijen: Velox et Exacatus. Jakarta: Pacivis; Center for Global Civil Society Studies dan Kemitraan, 2006. Bambang Poernomo Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bhakti, Bandumg, 2005.
__________, Kapita Selekta Hukum Pidana Tentang Sistem Peradilan Pidana Terpadu, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
__________, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1996.
__________, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Bhakti, 1998.
__________, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta, 2007.
__________, RUU KUHP Baru, Sebuah Restrukturisasi/Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia, Penerbit Pustaka Magister Semarang, 2008.
__________, Perkembangan Asas hukum Pidana Indonesia, Pustaka Magister Semarang, 2008.
__________, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Kencana, Jakarta, 2008.
__________, Tujuan Dan Pedoman Pemidanaan : Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbandingan Beberapa Negara, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
__________, Pembaharuan Sistem Penegakan Hukum Dengan Pendekatan Religius Dalam Konteks SISKUMNAS dan BANGKUMNAS, Makalah dalam Seminar ³0HQHPEXV .HEXQWXDQ /HJDOLWDV )RUPDO 0HQXMX 3HPEDQJXQDQ
+XNXP GHQJDQ 3HQGHNDWDQ +XNXP 3URJUHVLI´ )+ 81',3 'HVHPEHU 2009.
Dann Sugandha, Koordinasi Alat Pemersatu Gerak Administasi, Inter Media, Jakarta, 1991.
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang: PT. Suryandaru Utama, 2005.
Friedman, Lawrence W. American Law: An invaluable guide to the many faces of the law, and how it affects our daily our daily lives, W.W. Norton & Company, New York, 1984.
__________, American Law An Introduction, Second Edition, diterjemahkan Wishnu Basuki, PT. Tatanusa, Jakarta, 2001.
Hartono Hadisoeprapto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bina Aksara, Yogyakarta, 1982.
H.R Abdussalam dan DPM Sitompul, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta, 2007.
Is Susanto, Kriminologi, Fakultas Hukum Undip, Semarang, 1995.
0DUGMRQR 5HNVRGLSXWUR ³6LVWHP 3HUDGLODQ 3LGDQD ,QGRQHVLD 0HOLKDW .HSDGD .HMDKDWDQ Dan Penegakan Hukum Dalam Batas-%DWDV 7ROHUDQVL´ 3LGDWR 3HQJXNXKDQ Penerimaan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993.
__________, Sistem Peradilan Pidana (Peran Penegak Hukum Melawan Kejahatan), dikutip dari, Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana: Kumpulan Karangan Buku Ketiga, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Lembaga Kriminologi, Universitas Indonesia, 1994.
__________, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana Kumpulan Karangan Buku Ketiga, Jakarta: Lembaga Kriminologi UI, 1994.
M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, FE Ul, Jakarta, 1996. M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994. Moekijat, Koordinasi Suatu Tinjauan Teoritis, Mandar Maju, Bandung, 1994. Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987.
Muladi, Kapita Seleksi Hukum Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1996.
Nyoman Serikat Putra Jaya, Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana I (Kumpulan Kuliah), Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, tt.
P.A.F. Lamintang, Hukum Panitensier Indonesia, Armico, Bandung, 1984.
Packer, Herbert L. The Limits of the Criminal Sanction, Stanford University Press, California, 1968.
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Perspektif Eksistensialisme dan Abolisionisme Bina Cipta, Bandung, 1996.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cetakan Kelima, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.
Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Universityas Muhammadiyah Press, Malang, 2005.
S. Schaffmeister, dkk, Hukum Pidana, Liberty, Yogyakarta, 1995.
Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat, dan Pembangunan, Alumni, Bandung, 1980. __________, Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru,
Bandung, 1993.
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, Cetakan Ke-2, 1986.
Soerdjono Dirdjosisworo, Sinopsis Kriminologi Indonesia, CV. Mandor Maju, Bandung, 1995.
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cetakan ke-3, 1993.
__________, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, , Penelitian Hukum Normatif , Suatu Tinjauan Singkat,, Rajawali Pers, Jakarta, 2001.
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya, Editor : Ifdhal Kasim et.al., Elsam dan Huma, Jakarta, 2002.
Solehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya, Raja Grafindo Persada, 2003.