• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NON KEUANGAN

6.1 Domisili dan Bentuk Hukum Pemerintah Kabupaten Buleleng

Pemerintah Kabupaten Buleleng merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang terletak di belahan Utara Pulau Bali. Wilayah Kabupaten Buleleng memanjang dari Barat ke Timur dan mempunyai pantai sepanjang 144 km. Kabupaten Buleleng berbatasan dengan Kabupaten Jembrana di bagian Barat, Laut Jawa/Bali di bagian Utara, Kabupaten Karangasem di bagian Timur, dan di sebelah Selatan berbatasan dengan empat kabupaten yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung dan Kabupaten Bangli.

Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektar atau 24,25 % dari luas Provinsi Bali dan merupakan kabupaten terluas di Bali. Apabila dilihat dari wilayah masing-masing kecamatan, Kecamatan Gerokgak merupakan kecamatan terluas yakni 26,10% dari luas kabupaten diikuti Kecamatan Busungbiu sebesar 14,40%, selanjutnya Kecamatan Sukasada dan Kecamatan Banjar masing-masing 12,66% dan 12,64%, kemudian Kecamatan Kubutambahan sebesar 8,66%, Kecamatan Seririt 8,18%, Kecamatan Tejakula 7,15%, Kecamatan Sawan 6,77% dan yang terkecil adalah Kecamatan Buleleng yaitu hanya 3,44%.

6.2 Sifat Operasi dan Kegiatan Pokok Pemerintah Kabupaten Buleleng

Dengan adanya undang-undang mengenai otonomi daerah, daerah diberikan kesempatan kepada tiap-tiap daerah untuk mengelola potensi sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya alam maupun sumber daya yang lainnya. Demikian juga dengan Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Secara administratif Kabupaten Buleleng dibagi menjadi 9 (sembilan) kecamatan, yang terdiri dari 129 desa definitif, 19 kelurahan, 63 lingkungan, 535 dusun/banjar, dan 168 desa adat. Untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah Kabupaten Buleleng telah membentuk unit-unit pelayanan tingkat kabupaten sampai di tingkat desa. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, setiap unit pelayanan diberikan sarana/prasarana, dana, dan personil.

6.3 Ketentuan Perundang-undangan yang Menjadi Landasan Kegiatan Operasional

Kabupaten Buleleng, tidak terlepas dari regulasi yang mengaturnya. Regulasi tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur;

b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah;

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ;

d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung jawab Keuangan Negara;

f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah);

g. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2018 tentang Pinjaman Daerah;

i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan;

j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah;

k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD;

l. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

m. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan n. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

o. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

p. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;

q. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 15 Tahun 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Buleleng Tahun Anggaran 2019 (Lembaran Daerah Tahun 2018 Nomor 15);

r. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perubahan

atas Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 15 Tahun 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Buleleng Tahun Anggaran 2019.

6.4 Penggabungan dan Pemekaran Unit Kerja

Unit kerja lingkup Pemerintah Kabupaten Buleleng Tahun 2019 terdiri dari 23 (dua puluh tiga) dinas, 2 (dua) sekretariat, 4 (empat) badan, 1 (satu) Satuan Polisi Pamong Praja, 1 (satu) RSU, 1 (satu) Inspektorat, dan 9 (sembilan) unit kerja kecamatan.

Untuk RSUD Kabupaten Buleleng, setelah pada Tahun 2003 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana berdasarkan Keputusan Bupati Buleleng Nomor 524 Tahun 2003 tanggal 8 Oktober 2003, maka pada Tahun 2007, berdasarkan Peraturan Bupati

Buleleng Nomor 589 Tahun 2006 tanggal 26 Desember 2006, status pengelolaan keuangan RSUD Kabupaten Buleleng ditetapkan sebagai Pola Keuangan Badan Layanan Umum. Berdasarkan peraturan tersebut, penetapan status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dilakukan secara bertahap sampai terpenuhinya persyaratan administrasi yang ditentukan sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan berlaku selama 3 (tiga) Tahun. Sesuai dengan Keputusan Bupati Buleleng No 445/405/HK/2009 tentang Penetapan RSUD Kabupaten Buleleng sebagai badan Layanan Umum Daerah. Sebagai pedoman pengelolaan, merujuk pada Peraturan Bupati Nomor 588 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng. Untuk tujuan laporan keuangan konsolidasi sejak Tahun 2007, seluruh aspek keuangan RSUD dikonsolidasikan sebagaimana unit kerja di lingkungan Pemkab Buleleng (bukan merupakan badan hukum tersendiri).

6.5 Pengungkapan Peristiwa Setelah Periode Pelaporan

Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa, baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan entitas, yang terjadi diantara tanggal pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.

Adanya peristiwa pandemi COVID 19 yang melanda Indonesia pada tahun 2020 menyebabkan dilakukannya berbagai kebijakan-kebijakan terutama dibidang keuangan negara dan daerah. Dengan penetapan status pandemi COVID 19 sebagai status bencana nasional non alam memberi pengaruh pada:

a. Potensi ketertagihan piutang pemerintah daerah kepada debitur dalam hal ini Wajib

Pajak Daerah. Dalam menghadapi pandemi Covid 19 ini, Pemerintah Kabupaten Buleleng menerbitkan relaksasi dibidang perpajakan daerah yaitu adanya kebijakan penghapusan denda pajak daerah dan kebijakan penundaan pembayaran tunggakan pajak daerah sesuai dengan Surat Edaran Bupati Buleleng Nomor 900/064.2/2020 tanggal 14 April 2020. Hal ini akan berpengaruh terhadap estimasi penyisihan piutang tak tertagih yang telah dilakukan pada Neraca 2019, serta kemungkinan tidak tertagihnya piutang denda pajak yang terlaporkan tahun 2019 karena pengajuan penghapusan denda pajak pada tahun 2020.

b. Kebijakan penganggaran yang diambil selama penanganan pandemi Covid 19 tahun 2020 ini, sebagian besar diarahkan untuk sektor kesehatan khusus penanganan pasien Covid dan sektor penanganan dampak ekonomi serta jejaring pengaman sosial sebagai akibat dari adanya pandemi Covid 19.

c. Dengan kebijakan penganggaran seperti ini, berpengaruh terhadap pengerjaan

proyek fisik tahun 2019 yang dilanjutkan pembangunannya di tahun 2020, yaitu pembangunan pasar Banyuasri, dimana dilakukan perpanjangan jangka waktu pelaksanaan sampai tahun 2021, untuk memberikan celah fiskal pada tahun 2020 sehingga anggaran dapat lebih diarahkan untuk kegiatan yang bersifat darurat dan wajib.