• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grafik Hubungan SNR dan CNR

PENJELASAN SINGKAT PENELITIAN A.Judul :

Pengaruh Variasi Waktu Pembalik (Time Inversion) terhadap Citra Coronal

Studi Pemeriksaan MRI Kepala (studi kasus: kelainan saraf epilepsi) B. Penjelasan Penelitian

Kelainan saraf pada kepala terutama pada bagian otak memiliki klasifikasi dan penyebab yang berbeda-beda. Otak merupakan organ yang sangat penting, karena selain mengontrol diri sendiri dalam fungsi kognitif, juga mengontrol fungsi motorik untuk seluruh organ tubuh. Beberapa kemungkinan kelainan saraf sulit untuk dideteksi secara langsung tanpa pemeriksaan tambahan yang menunjang identifikasi kelainan tersebut. Salah satu kelainan saraf yang sulit diidentifikasi tanpa pemeriksaan yang mendalam adalah kelainan saraf epilepsi karena terjadinya serangan epileptik pada umumnya tanpa adanya faktor yang memprovokasi.

Menurut WHO tahun 2009, epilepsi merupakan gangguan neurologis kronis yang dapat terjadi di segala usia. Epilepsi dikenal sebagai salah satu kondisi tertua di dunia, sekitar 50 juta orang di dunia mengidap epilepsi. Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang yang mencapai 114 (70-190)per 100.000 penduduk per tahun. Bila jumlah penduduk di Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah penyandang epilepsi per tahunnya adalah 250.000. Setiap orang berkemungkinan sekitar 5% menderita satu atau lebih serangan epileptik selama hidupnya.

Masalah dalam penanganan epilepsi adalah menentukan dengan pasti diagnosis epilepsi sehingga sebelum pengobatan dimulai diagnosis epilepsi harus ditegakkan terlebih dahulu. Diagnosis dan pengobatan epilepsi tidak dapat dipisahkan sebab pengobatan yang sesuai dan tepat hanya dapat dilakukan dengan diagnosis epilepsi yang tepat pula. Ada 4 cara dokter dalam mendiagnosis kelainan epilepsi antara lain, riwayat kejang, tes fisik,

elektroenchepalograph (EEG), dan pemeriksaan tambahan berupa pencitraan otak.

Pemeriksaan tambahan yang dilakukan adalah pemeriksaan radiologi yang merupakan pemeriksaan untuk melengkapi informasi hasil dari EEG. Pemeriksaan radiologi ini, bertujuan untuk melihat kelainan struktural di otak (pencitraan) yang sering disebut sebagai pemeriksaan neuroimaging. Dua yang paling umum digunakan dalam pemeriksaan adalah CT-scan dan MRI. Pada penelitian Suwarba tahun 2011 menyebutkan bahwa pada anak epilepsi

ditemukan hasil CT-scan kepala abnormal pada sekitar 7%-24% kasus, sedangkan MRI kepala abnormal ditemukan pada hampir 50% epilepsi fokal atau parsial. MRI adalah teknik pilihan yang lebih unggul daripada CT-scan karena dapat mengidentifikasi penyebab dasar epilepsi. Salah satu manfaat dari MRI yaitu, mampu membandingkan hipokampus kanan dan kiri. Selain itu, abnormalitas MRI otak yang paling banyak ditemukan pada penderita epilepsi parsial adalah sklerosis hipokampus. Fokus pemeriksaan pada kelainan epilepsi, adalah pada lobus temporalis tepatnya pada hipokampus kanan dan kiri. Pemeriksaan kelainan pada hipokampus dengan pencitran MRI optimal adalah pada perpotongan coronal, dimana menghasilkan pencitraan dengan perpotongan pada sumbu Y.

Kelainan saraf epilepsi dapat dideteksi secara anatomis (letak kelainan) dengan melakukan beberapa pengaturan protokol atau parameter yang berlaku pada pesawat MRI. Pengaturan ini berfungsi untuk menghasilkan citra sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan. Salah satu pengaturan yang dilakukan dalam mendeteksi kelainan saraf epilepsi adalah pengaturan pemboboan T1 dengan mengatur parameter TR (time repetition) dan TE (time echo). Selain itu, juga melakukan pengaturan sekuen Inversion Recovery (IR) agar hasil citra lebih jelas dan detail. Waktu yang dibutuhkan untuk mengontrol sinyal jaringan yang berbeda sehingga menghasilkan perbedaan kontras yang sangat jelas akibat pemberian sekuen pulsa inversion recovery disebut sebagai waktu pembalik (time inversion).

Oleh karena itu, variasi waktu pembalik (TI) akan mempengaruhi parameter kualitas hasil citra MRI dan waktu scan pemeriksaan MRI, sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan citra yang cukup jelas dan detail serta waktu scan pemeriksaan yang optimal dalam mendeteksi kelainan saraf epilepsi.

Manfaat bagi Responden

1. pasien mampu mendapatkan pelayanan yang optimal untuk melengkapi hasil rekam medisnya.

2. pasien menjadi volunter yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang radiodiagnostik untuk mendeteksi kelainan saraf epilepsi secara tepat.

C. Perlakuan yang Diterapkan Pada Responden

1. Pemilihan pasien studi pemeriksaan MRI kepala (kasus epilepsi) Disamping data medis diagnosis awal sebagai penderita kelainan saraf epilepsi dipilih pasien yang mengalami sebagian atau seluruh keluhan, antara lain:

a. Mengalami gejala atau serangan yang merujuk pada bagian kelainan dan akan didiagnosis

b. Mendapatkan rujukan dari dokter spesialis untuk pemeriksaan MRI kepala (kasus kelainan saraf epilepsi)

c. Sudah dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya yang masih belum bisa menegakkan diagnosis sesungguhnya.

2. Prosedur/langkah-langkah pasien mengikuti pemeriksaan MRI: a. Pasien mengisi Chek List Pemeriksaan MRI untuk mengetahui hal-hal

yang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan MRI.

b. Pasien menggunakan pakaian yang telah disediakan sebagai penunjang pemeriksaan MRI.

c. Pasien meninggalkan benda-benda logam dan alat elektronik yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan MRI, seperti : jam tangan, kunci, atau barang metal, kartu kredit, alat pacu jantung, alat bantu dengar dan barang-barang yang mengandung logam.

d. Pasien harus mengikuti segala instruksi dari radiografer dalam proses pengambilan citra MRI.

e. Pasien mendapatkan info untuk jadwal pengambilan hasil pemeriksaan MRI.

3. Penjelasan efek samping dan manfaat pemeriksaan MRI pada subyek/pasien

a. Pasien akan diberikan penjelasan oleh radiografer sebelum pemeriksaan dimulai bahwa dalam proses pemeriksaan akan terdengar suara bising yang ditimbulkan oleh mesin MRI namun suara bising tersebut tidak memberikan efek samping pada pasien.

b. Pasien diberi penjelasan untuk waktu lamanya proses pemeriksaan MRI. Waktu ditentukan dengan melihat penyakit yang dialami, karena setiap pemeriksaan MRI memiliki waktu pemeriksaan yang berbeda-beda. Perbedaan waktu tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang bagus dan sesuai agar proses diagnosa dapat ditegakkan.

4. Kompensasi untuk Pasien

Pasien akan diberikan cinderamata yang telah disiapkan oleh pihak peneliti dan hasil pemeriksaan MRI berupa soft copy (CD) ketika hasil pemeriksaan MRI selesai.

D. Bahaya Penelitian

Tidak ada efek samping dalam proses pemeriksaan MRI kepala ini karena pemeriksaan dengan alat radiodiagnostik MRI tidak menggunakan radiasi pengion apapun. Akan tetapi kemungkinan pemeriksaan membutuhkan waktu scan pemeriksaan tambahan karena adanya 5 variasi waktu pembalik (time inversion) untuk menentukan dengan pasti hasil citra dan waktu scan pemeriksaan yang optimal bagi pasien.

E. Jadwal Penelitian

Pemeriksaan pasien dilaksanakan pada awal bulan maret hingga akhir bulan april. Setiap pasien akan diperiksa dengan waktu pembalik sebanyak 5 kali variasi, setiap pemeriksaan membutuhkan waktu antara 5 – 10 menit.

F. Hak untuk Undur Diri

Responden akan diberikan kesediaan atau tidak bersedia untuk dijadikan responden penelitian tanpa adanya paksaan, responden diperbolehkan berhenti sewaktu – waktu jika merasa tidak nyaman atau ada hal yang dirasa merugikan. G. Jenis Insentif

Hasil pemeriksaan MRI kepala akan dikonsultasikan kepada team dokter yang menangani dan selanjutnya hasil pemeriksaan akan diberikan kepada responden berupa soft copy (CD). Responden mendapatkan cinderamata jika mengikuti penelitian sampai akhir/selesai.

H. Contact Person

Bila ada keluhan diluar waktu terapi responden dapat menghubungi penanggungjawab penelitian yaitu;

Nama Peneliti : Hanu Lutvia No.telp : 085784510092 /

Email : hanu.lutvia@yahoo.com

Petugas Radiografer : Akhmad Muzzamil

No.telp : 085733052099

LAMPIRAN 2

Dokumen terkait