• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Siapakah nama ibu beserta umur? Jawab: Ibu legirah, umur 50 tahun

2. Apa agama ibu? Jawab: Islam

3. Apakah pekerjaan ibu? Jawab: Petani

4. Jika ibu sebagai petani, bagaimana cara menjual pisang kepok yang telah diterapkan?

Jawab: Didalam menjual pisang kepok saya

menggunakan cara tebasan.

5. Apa alasan ibu menjual pisang kepok tersebut?

Jawab: Karena saya sebagai petani dan mata pencaharian saya didapat dari menjual hasil pisang kepok untuk bisa menafkahi keluarga.

pedagang? Apa alasannya?

Jawab: Ya, karena transaksinya sangat mudah

7. Mengapa menjual pisang kepok tersebut tidak menunggu buahnya matang baru bisa ditimbang?

Jawab: Karena jika menggunakan sistem tebasan ini transaksinya langsung, dengan cara pembayarannya akan dibayar berdasarkan kesepakatan

8. Apakah perjanjian yang dilakukan pedagang tertulis? Jika tidak tertulis apakah alasannya?

Jawab: Tidak, karena saya melakukan transaksi jual beli ini atas dasar kepercayaan

9. Apakah ibu menerima pembayaran dengan cara uang muka? Mengapa?

Jawab: Ya biasanya pembayaran akan dibayar lunas setelah pisang tersebut dipanen dan diserahkan

semuanya, karena dengan uang muka akan

mempermudah pembeli dalam mencari uang sebelum masa panen.

Jawab:saya jual sebesar 75%

11. Berapa uang muka yang anda terima pada saat akad awal?

Jawab: biasanya 30% karena 1 sisir Rp10.000,00

12. Apakah praktek jual beli pisang kepok yang sudah menjadi kebiasaan di desa jati indah ini menguntungkan? Jawab: Kadang untung kadang juga rugi

13. Pernahkah terjadi penguluran waktu pembayaran yang dilakaukan pedagang dan melelahkan penagihan?

Jawab: Ya pernah

14. Pernahkah terjadi perselisihan antara bapak/ ibu sebagai petani dengan pedagang sebagai pembeli? Bagaimana mengatasinya?

Jawab: Saya mengikhlaskan semua karena pedagang tetap beralasan rugi juga

15. Apakah ibu menyukai jual beli dengan sistem tebasan seperti ini?

16. Menurut ibu apakah boleh dalam agama islam jual beli sistim tebasan pisang kepok seperti yang terjadi disini? Jawab: Diperbolehkan

17. Apakah tidak ada kesenjangan sosial antara petani pisang kepok dan pembeli yang disebabkan dai jual beli tebasan?

Jawab: Tidak, karena baik petani maupun para pedagang sudah tahu harga pasar

Pemilik pisang kepok

1. Siapakah nama ibu beserta umur ? Jawab: Narti, 51 tahun

2. Apakah agama ibu? Jawab: Islam

3. Apakah pekerjaan ibu? Jawab: Pedagang

4. Jika ibu seorang pedagang, bagaimana praktek jual beli pisang kepok yang ibu terapkan?

Jawab: Biasanya dengan cara tebasan

5. Apakah pisang kepok sebelum dibeli dilakukan penimbangan ? jika tidak, mengapa?

Jawab: Tidak, karena saya melakukan tebasan dengan cara melihat besarnya ukuran jantung pisang, dengan cara seperti itu saya bisa menaksir harga pisang kepok.

6. Bagaimana cara pembayaran yang ibu terapkan?

Jawab: Awalnya saya kasih uang muka dahulu kepada petani setelah menyetujui harga taksir yang saya

sudah siap dipanen.

7. Apakah pembayaran dilakukan dengan cara tunai?

Jawab: tidak, Biasanya saya kasih uang muka dahulu, klo sudah panen baru saya bayar kekurangannya.

8. Bagaimana pembayaran dengan cara uang muka itu? Jawab: Sebagian pembayaran yang sudah dilakukan diawal perjanjian tebasan, dan sisa pembayarannya dilakukan setelah panen.

9. Apakah akad yang ibu terapkan tertulis? Jika tidak dengan cara tertulis apa alasannya?

Jawab: Karena hubungan saya dengan petani sangat baik dan tetangga maka dalam perjanjian tidak perlu tertulis tetapi dengan lisan.

10. Apakah cara- cara yang ibu lakukan dalam jual beli pisang kepok ini menguntungkan?

Jawab: iya, misalnya saya rugi didalam jual beli saya anggap sebagai resiko dagang

dibayarkan?

Jawab: dengan melihat kondisi jantung pisang, klo besar harganya tinggi klo kecil harganya murah.

12. Apakah tidak ada kesenjangan sosial antara pembeli dan petani pisang kepok yang disebabkan jual beli tebasan? Jawab:tidak ada

13. Alasan apakah yang mendorong ibu untuk melakukan jual beli tebasan pisang kepok?

Jawab: Mungkin karena prosesnya simpel dan cepat. Pembeli pisang kepok

1. Siapakah nama bapak dan berapa umur bapak? Jawab: saya wawan

2. Apakah agama bapak? Jawab: Islam

3. Apa pekerjaan bapak? Jawab: saya sebagai petani

4. Bagaimana sistim jual beli yang bapak laksanakan? Jawab: saya biasanya menjual pisang kepok pada saat buah siap panen

5. Bagaimana sistim pembayaran dalam jual beli pisang kepok bapak?

Jawab: pembayaran yang dilakukan dengan

pembayaran uang muka dan pelunasan ketika buah siap panen

6. Apa alasan bapak menggunakan sistim pembayaran dengan uang muka?

Jawab: karena dengan uang muka saya bisa

7. Berapa harga pisang kepok yang bapak jual?

Jawab: biasanya saya jual dengan harga Rp70.000,00 Pemilik pisang kepok

(Bapak Wawan) Pembeli pisang kepok

1. Siapakah nama ibu dan berapa umurnya? Jawab: saya ibu nur, umur 49 thn

2. Apa agama ibu? Jawab: islam

3. Apa pekerjaan ibu? Jawab:saya petani

4. Dengan sistim apa ibu membeli pisang kepok dari bapak wawan?

Jawab:saya menggunakan sistim tebasan

6. Apa alasan ibu membayar secara uang muka?

Jawab:iya saya beli secara uang muka karna menurut saya meringankan beban dalam pembayaran

Pembeli pisang kepok

(Ibu Nur) Tokoh masyarakat yg membolehkan

1. Siapakah nama bapak? Jawab: Bapak lestari

2. Apa agama bapak? Jawab: Islam

3. Apakah pekerjaan bapak? Jawab: Perangkat desa

4. Apakah sudah lama pelaksanaan transaksi jual beli pisang kepok didesa jati indah?

5. Bagaimana tanggapan bapak tentang transaksi jual beli pisang kepok sistem tebasan?

Jawab: Menurut saya sah saja asalkan dalam pelaksanaan tidak ada kecurangan

6. Ditinjau dari hukum islam, bagaimana pendapat bapak tentang pelaksanaan jual beli model tebasan?

Jawab: Diperbolehkan asalkan kedua pihak tidak merasa dirugikan

7. Ditinjau dari sosiologi hukum islam, apakah tidak ada kesenjangan sosial antara petani pisang kepok dan pembeli yang disebabkan dari jual beli tebasan?

Jawab: Biasanya pihak yang biasa dirugikan adalah pihah petani, tetapi banyak juga petani yang dirugikan karena taksirannya tidak sesuai, jadi menurut saya ada kesenjangan sosialnya akan tetapi tidak terlalu banyak, karene masing masing dari pihak sudah mengetahui harga pasar

8. Bagaimana pendapat bapak dengan adanya transaksi jual beli pisang kepok model tebasan bagi maasyarakat desa jati indah?

menghemat biyaya dan waktu.

9. Apakah mempunyai dampak dalam bidang

perekonomian bagi masyarakat desa jati indah?

Jawab: Ya, dampaknya dalam perekonomian masyarakat itu lebih sejahtera selain dibidang bisnis, petani dan pedagang gotong royong dibidang materil

Tokoh masyarakat

(Bapak Lestari)

Tokoh Masyarakat yang melarang adanya jual beli tebasan 1. Siapakah nama Bapak?

H. Madin Sumardiyo

3. Bagaimana menurut Bapak mengenai Jual beli tebasan yg dilakukan Di Desa Jati Indah?

Jawab:Menurut saya jual beli seperti ini kurang baik karna ada unsur ghorornya, bila buah tidak sesuai taksiran ada pemotongan harga, ini tidak sesuai dengan perjanjian awal Uang dpi tu sebagai pengikat saja, setelah buah siap dipanen mengadakan akad lagi.

4. Bagaimana menurut bapak yang seharusnya dilakukan dalam jual beli yang benar?

Jawab:Mereka mengadakan akad dua kali, jadi akad yang pertama untuk pengikat sedangkan akad yang kedua terjadi pada saat buah siap dipanen, maka apabila ada kendala ditengah jalan sebagai misal, pisang itu terkena hama atau penyakit tergantung akad penjual dan pembelinya, Sifatnya pengikat, tetapi setelah pisang siap panen maka terjadi akad lagi.

Tokoh agama

Nama : Azmy Farrah Sandri

TTL : Jati Baru, 6 juli 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan :Indonesia

Alamat : Tepi Mulyo, RT/RW 005/008, Desa

Pelantaran, Kaliwungu Selatan

Pendidikan: Tk Tri Dharma Jati Baru 1999

SDN 1 Jati Baru 2005 SMPN 1 Jati Baru 2008

KMI Darussalam Gontor Putri 3 2011 Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Walisongo Angkatan Tahun 2012 Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 14 Juni 2017 Penulis

Azmy Farrrah Sandri 122311032