• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: PENGALAMAN KARMEL AWALI DAN PENGALAMAN

B. PENTAKOSTA

1. Roh Kudus dalam Pentakosta

Peristiwa Pentakosta atau turunnya Roh Kudus atas para Rasul adalah sebuah peristiwa yang sangat penting bagi kehidupan umat kristiani, karena melalui peristiwa itu dan daya yang menjiwainya Gereja terbentuk. Pentakosta menjadi momen penting bagi lahirnya saksi-saksi hidup Yesus yang tidak gentar terhadap ancaman dan berbagai pencobaan yang mengganggu iman dan kecintaanya kepada Kristus yang hidup. Lidah-lidah api yang dapat kita saksikan pada hampir semua lukisan peristiwa Pentakosta, seakan-akan merupakan jari-jari tangan yang menyuruh Gereja supaya masuk ke dunia (Helwig, 1974: 7). Karena daya pentakosta inilah mereka berani mempertaruhkan nyawa dan mengorbankan segalanya demi Dia yang mereka cintai. Dari orang-orang penakut mereka diubah

menjadi pewarta-pewarta Injil dan saksi-saksi Kristus yang tidak gentar (Indrakusuma, 2012; 26). Hal ini dapat kita jumpai dalam diri para murid dan mereka semua yang percaya kepada pemberitaan para rasul itu. Kiranya peristiwa Pentakosta tidak lain daripada pengalaman pertama akan karya Roh Kudus dalam jemaat (Konferensi Waligereja Indonesia, 2000: 300-301).

Para murid yang adalah rasul dan saksi dari kehidupan Yesus berkobar-kobar mewartakan tentang apa mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka alami tentang Yesus kepada siapa saja yang mereka jumpai. Dan bahkan mereka berani mengarungi lautan dan masuk dalam situasi yang asing bagi mereka untuk menyebarkan kabar sukacita injil, dengan harapan supaya orang lain menjadi selamat dan juga mengalami apa yang mereka alami.

Keberanian itu tidaklah berasal dari mereka sendiri, melainkan dari Allah yang mereka cintai di atas segalanya. Allah yang mereka cintai memberi mereka kekuatan untuk memberikan kesaksian tentang Yesus, melengkapi mereka dengan daya surgawi yang memampukan mereka mewartakan dengan penuh kuasa baik dalam perkataan maupun perbuatan. Itulah karya Roh Kudus yang mereka terima dalam peristiwa pentakosta (Kis 2:1-13). Roh inilah yang akan membangkitkan tulang-tulang kering serta menjadikannya manusia-manusia yang hidup (Indrakusuma, 2012: 17). Turunnya Roh Kudus ini merupakan pemenuhan janji Yesus atas para murid-Nya (Mrk 1:8, Yoh 14:16-17; 16:12-13,Kis 1:4-5).

2. Roh Kudus dan Jemaat Perdana

Seluruh kehidupan jemaat perdana, sebagaimana dilukiskan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul, ditandai oleh Karya Roh, bukan hanya pada awal atau

kesempatan istimewa, tetapi selalu dan di mana-mana (Konferensi Waligereja Indonesia, 2000: 301). Rm. Yohanes Indrakusuma (2012: 26) mengatakan bahwa Roh Kudus adalah cinta sempurna, kebijaksanaan tertinggi, pengertian terdalam, kuasa yang paling hebat kekuatan ilahi yang membeda-bedakan, menyelidiki, mengubah serta memperbarui segalanya. Kehidupan jemaat perdana adalah kehidupan yang sepenuhnya dibimbing, dijiwai dan digerakkan oleh Roh Kudus. Keterbukaan hati mereka memungkinkan Roh Kudus dapat berkarya dengan bebas dan membentuknya menjadi insan-insan Allah yang hidup. Tanpa adanya sikap iman yang terbuka sepenuhnya, Roh Kudus tidak akan berkarya dengan perantaraan mereka. Kehadiran Roh Kudus dengan segala kuasa-Nya membangkitkan kembali harapan yang sudah mati karena keterbatasan manusiawi. Roh Kudus menggairahkan kembali semangat iman para murid Yesus.

Menilik fenomena turunnya Roh kudus atas para Rasul, menarik sekali apa yang dikatakan oleh Desi Ramadhani (2008: 148-149), bahwa tanda pertama akan hadirnya Roh Kudus adalah pujian untuk memuliakan kebesaran Allah dan yang kedua adalah terciptanya sebuah komunitas. Sebagaimana juga dikatakan oleh Guido Tisera (2002: 41) bahwa Roh Kudus dalam peristiwa pentakosta membuat mujizat besar yaitu mujizat persatuan Roh Kudus mempersatukan orang-orang yang percaya dan meraka yang terbuka akan karyaNya menjadi satu umat.

Keterbukaan akan bimbingan dan kuasa Roh Kudus menjadikan orang-orang yang percaya kepada pemberitaan para rasul hidup dalam persatuan sebagai satu komunitas orang beriman. Sebagai komunitas yang dibimbing dan lahir karena karya Roh Kudus, mereka hidup dalam:

a. Ketekunan dalam Pengajaran Para Rasul

Yang dimaksud adalah pelayanan sabda yang mencakup pemakluman pertama, pendalaman iman, dan kesaksian hidup. Jemaat bertumbuh dan menjadi matang serta mempertahankan hidup dalam kesatuan antara mereka berkat sabda yang dibacakan dan didengar di tengah mereka. Para Rasul adalah saksi yang hidup dari setiap peristiwa hidup Yesus dan pewartaan-Nya. Para Rasul menerangkan perjanjian Lama dalam terang perjanjian Baru yang terpenuh secara sempura dalam diri Yesus (Tisera 2002: 43-44). Para rasul juga mengingat dan menghidupkan kembali kata-kata Yesus yang mereka dengar di tengah pertemuan jemaat dan mencari solusi dari persoalan jemaat dalam terang kata-kata, ajaran, dan contoh hidup Yesus (Tisera 2002: 63-64). Pemahaman akan sabda ini terjadi berkat bimbingan Roh Kudus yang hidup dan berkarya di tengah-tengah mereka.

b. Taat Kepada Pemimpin

Pemimpin dipandang sebagai perpanjangan tangan Kristus di dunia. Oleh karenanya, setiap anggota menghormati pemimpin mereka sebagaimana mereka menghormati dan taat kepada Kristus. Kristus telah mengangkat para Rasul menjadi pemimpin Gereja yang harus didengarkan, ditaati dan dihormati “barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku” (Luk 10:16). Artinya adalah, apabila mendengarkan dan mentaati perintah dari para Rasul, sama dengan mentaati Kristus sendiri. Dalam ketaatan kepada pemimpin, mereka merealisir ketaatan kepada Kristus seperti yang telah di teladankan oleh ketujuh orang murid yang dipilih oleh para rasul untuk diutus melayani orang miskin serta menyebarkan

firman Allah (Kis. 6: 1-6). Mereka taat kepada rasul yang menjadi pemimpin mereka, mereka menerima dan menjalan tugas tersebut dengan senang hati sehingga firman Allah semakin tersebar dan jumlah orang yang percaya bahwa Yesus adaah Tuhan semakin bertambah.

c. Berbagi dalam Segala Sesuatu dan Hidup Sederhana

Kis 2:44-45, segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Beberapa dari mereka menjual harta miliknya untuk kebutuhan sesamanya (Kis 4:32.35-37), memberi sumbangan kepada mereka yang membutuhkan (Kis 11: 29), pelayanan kepada janda-janda (kis 6:1-7). Dalam perjalanan pewartaan Paulus, perhatian terhadap mereka yang miskin juga menjadi prioritasnya. Paulus gencar meminta kepada jemaat yang didirikannya untuk memberikan sumbangan demi membantu mereka yang berkekurangan.

Cita-cita mereka bukanlah kemiskinan, mainkan berbagi, solidaritas, kepekaan terhadap sesama khususnya terhadap anggota yang berkekurangan (Tisera 2002: 44). Hal ini mereka lakukan bukan karena keterpaksaan, melainkan dengan sukarela dan digerakkan oleh Roh Kudus. Dasarnya adalah kesatuan iman akan Kristus. Iman menghasilkan kasih yang nyata dalam kerelaan untuk saling membantu dalam kesusahan sehingga tidak seorang pun yang berkekurangan di antara mereka.

d. Berdoa dan Makan Bersama dalam Perjamuan

Jemaat perdana adalah jemaat yang berdoa. Doa menjadi bagain dari kehidupan mereka alam segala situasi dan dilakukan secara terus menerus. Bagi

mereka doa bagaikan nafas yang menghidupi seluruh jemaaat. Selain secara pribadi, mereka juga berkumpul bersama untuk berdoa sebelum mengambil keputusan penting atau peristiwa besar dalam jemaat (Tisera 2002: 57-59). Sebagai sebuah komunitas umat beriman selain tekun dalam doa, mereka juga berkumpul memecahkan roti secara bersama-sama sambil mengenangkan kembali karya penyelamatan Kristus (Kis 2:46; 4: 45-46; 20:6.7, 1Kor 10:16). Komunitas ini adalah komunitas doa dan komunitas Ekaristi. Secara berkala mereka berdoa di bait Allah dan di rumah-rumah secara bergilir. Suasana kekeluargaan, persaudaraan, dan spontanitas mewarnai peritiwa itu Hidup dalam kesederhanaan ( Tisera 2002: 45). Dalam perkembangannya Roh kudus hidup dalam Gereja dan menolongnya menemukan harta rohani dari kabar gembira Injil kristus. Roh Kudus menemani Gereja sepanjang peziarahannya di dunia, menyatukan dan menguduskannya dengan memberi Gereja semua anugerah yang diperlukan untuk memenuhi semua tugasnya. Roh Kudus melimpahkan karisma dan karunia kepada setiap orang, menciptakan persatuan di tengah perbedaan yang besar demi pembangunan seluruh tubuh Kristus (Kiswara, 1988:19). Kehadiran Roh mengubah kita menjadi anak Allah, maka Roh itu menjadi sumber rahmat dan pantas disebut “rahmat dasar”. Allah serta Roh-Nya tetap merupakan misteri, yang tidak mungkin dijangkau oleh manusia (Konferensi Waligereja Indonesia, 2000: 304-308).

C.Komunitas Tritunggal Mahakudus

Dokumen terkait