• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisa dan saran yang sifatnya membangun agar ke depannya hasil dari analisa tugas akhir ini dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Berisikan semua pustaka (referensi) yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun tugas akhir.

LAMPIRAN

Berisikan lembar-lembar konsultasi pembimbing, dokumentasi dan literature yang di ambil dari service information system sebagai acuan dalam penyusunan tugas akhir ini.

5

2.1 Sistem Pelumasan

Sistem pelumasan adalah suatu sistem yang berfungsi mensirkulasikan oli keseluruhan Engine untuk melindungi gerakan komponen-komponen Engine dari keausan agar umur dan daya tahan komponen Engine sesuai dengan efisiensi pemakaiannya.

Beberapa kerusakan yang terjadi pada komponen Engine disebabkan karena komponen tersebut tidak cukup pelumasan. Pada permukaan-permukaan yang bergesekan, cepat atau lambat akan timbul panas dan apabila panas yang timbul tidak dkurangi selama pemakaian, maka lama kelamaan permukaan itu akan memuai. kalau sudah terjadi pemuaian seperti ini, gerakan pada permukaan yang bergesekan akan mengalami kesulitan untuk bergerak atau berputar, tetapi karena gerakan itu di dukung oleh tenaga Engine, mau tak mau kedua permukaan yang sudah memuai tadi tetap bergerak dan berputar walupun gerakan tadi agak sulit dan berat. Hal ini dirasakan dengan jalan menggerakkan permukaan tersebut dengan menggunakan tangan, akan lebih jelas bila keduabidang yang bergesekan diberi pelumas. Kerusakan yang timbul akibat kurangnya pelumasan juga berakibat berkurangnya umur/masa pakai dari komponen, hal ini disebabkan oleh komponen yang saling bergesekan akan mengikis permukaan yang bergesekan tersebut satu sama lain, jika hal ini terjadi terus menerus akan berdampak pada ketahanan komponen. untuk itu diperlukan pelumas yakni oli.

2.1.1 Fungsi Oli

Oli yang merupakan cairan pelumas pada Lubrication System, mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Melumasi

Oli memiliki kemampuan melumasi dengan membentuk lapisan tipis oli (oil film) untuk melindungi permukaan komponen engine yang bergesekan satu sama lain.

2. Menyerap panas

Oli harus memiliki kemampuan untuk menyerap panas yang disebabkan oleh gesekan dan proses pembakaran di dalam ruang bakar.

3. Membersihkan permukaan komponen Engine

Oli Engine harus memiliki zat pembersih (Detergen) yang baik untuk membersihkan kotoran dari sisa-sisa pembakaran di dalam ruang bakar.

4. Penyekat (Seal)

Lapisan tipis oli (Oil Film) mengahalangi kebocoran gas buang atau udara Crankcase.

5. Pencegah karat

Oli harus dapat mencegah karat akibat zat asam yang timbul selama proses pembakaran dan kondensasi.

6. Peredam kejutan

Kekentalan oli dapat menyerap kejutan dari permukaan yang saling bersentuhan seperti roda gigi dan bearing.

7. Melarutkan kotoran

Oli harus memiliki kemampuan melarutkan kotoran supaya tidak terbentuk endapan.

8. Mencegah timbulnya busa

Oli harus mengandung zat yang dapat mencegah timbulnya busa (foam) karena busa dapat menyebabkan ketidak setabilan lapisan oli (oil film) sehingga kualitas pelumasan menurun dan kebocoran yang berlebihan dari breather.

9. Pencegah oksidasi

Oli harus memiliki ketahanan yang baik terhadap panas guna menjamin umur pemakaian oli.

2.2 Klasifikasi Oli Pelumas

Kekentalan oli pelumas dinyatakan dengan angka (Viscositas Indeks). Semakin tinggi angkanya maka semakin kental oli tersebut. Dalam pasaran yang paling populer dan perlu diketahui untuk mengetahui kualitas pelumas adalah :

2.2.1 Standar Asosiasi

SAE (Society of Automative Engineers) mengklasifikasikan minyak pelumas menurut tingkat kekentalannya (viksositas) pada temperatur 400 C, 1000C dan beberapa temperatur rendah (dibawah 00C). Minyak pelumas dengan SAE 20W-50 berarti minyak pelumas tersebut mudah mengalir dan tertuang seperti pelumas encer dengan tingkat kekentalan SAE 50 pada temperature operasi mesin yang relatif tinggi.

API (American Petrolium Instute) membuat klasifikasi untuk menunjukkan kinerja minyak pelumas berdasarkan atas penggunaan dan beban. Motor bensin di beri kode “S” (singkatan dari Service atau Spark). Huruf awal tersebut di ikuti dengan huruf alphabet yang di mulai berurutan dengan huruf A untuk spesifikasi minyak pelumas awal (SA). Tingkat kinerja minyak pelumas mesin bensin terakhir saat ini adalah SL.

API (American Petroleum Instute), ASTM (American Society for Testingan Materials) dan SAE (Society of Automative Engineers) membentuk sistem klasifikasi

pelumas API sebagai usaha bersama. Sistem klasifikasi itu merupakan metode mengklasifikasikan minyak pelumas menurut sifat-sifat kinerjanya serta berkaitan dengan jenis tugas yang di maksud. Klasifikasi “S” service station/mesin pengapian busi

a. SA spesifikasi kuno (tidak digunakan lagi).

b. SB digunakan untuk motor bensin dengan tugas ringan (jarang digunakan). c. SC digunakan untuk mesin kendaraan buatan antara tahun 1964-1967. d. SD digunakan untuk mesin kendaraan buatan antara tahun 1968-1790. e. SE digunakan untuk mesin kendaraan buatan antara tahun 1971 ke atas. f. SF digunakan untuk mesin kendaraan buatan antara tahun 1980 ke atas. g. SG digunakan untuk mesin kendaraan buatan antara tahun 1989 ke atas. h. SH digunakan untuk mesin kendaraan buatan antara tahun 1993 ke atas. i. SJ digunakan untuk mesin kendaraan buatan antara tahun 1997 ke atas. j. SL digunakan untuk mesin kendaraan buatan antara tahun 2001 ke atas.

Minyak pelumas untuk motor diesel diberikan kode “C” (commercial atau compression) dengan di ikuti secara alphabetis.

a. CA digunakan untuk motor diesel dengan tugas ringan (tidak digunakan lagi). b. CB digunakan untuk motor diesel dengan tugas ringan (tidak digunakan lagi). c. CC digunakan untuk motor diesel dengan tugas sedang sampai berat.

d. CD digunakan untuk motor diesel dengan tugas berat yang dilengkapi dengan “supercharger” atau “turbocharger.

e. CD-II digunakan untuk motor diesel dua langkah

f. CE digunakan untuk motor diesel dengan tugas berat dengan “turbo/super charger” (tidak digunakan lagi).

g. CF digunakan untuk motor diesel buatan tahun 1994 ke atas. h. CF-2 digunakan untuk motor diesel dua langkah.

i. CF-4 digunakan untuk motor diesel empat langkah dengan tugas berat buatan tahun 1990 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi.

j. CG-4 digunakan untuk motor diesel empat langkah dengan tugas berat buatan tahun 1994 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi serta beban berat.

k. CG-4 digunakan untuk motor diesel empat langkah dengan tugas berat buatan tahun 1994 dan beroperasi dengan kecepatan tinggi serta beban berat.

l. CH-4 digunakan untuk motor diesel kecepatan tinggi buatan tahun 1998 ke atas. m. CI-4 digunakan untuk motor diesel empat tugas berat yang memenuhi standar

emisi gas buang.

Selain itu ada juga jenis minyak pelumas seperti API CC-SE, maksudnya adalah minyak pelumas tersebut dapat digunakan pada motor diesel (CC), maupun motor bensin (SE).

2.2.2 Peringkat Pelumas (Grade)

Beberapa model Engine memerlukan jenis oli yang berbeda, gunakanlah jenis oli yang sesuai dengan spesifikasi Engine tersebut dengan memperhatikan literatur yang sesuai. Minyak pelumas dibedakan menurut peringkatnya menjadi :

1. Pelumas Peringkat Tunggal (Single Grade)

Minyak pelumas ini mempunyai karakteristik viskositas tunggal seperti minyak pelumas dengan SAE 10, SAE 20 SAE 30 SAE 40 SAE 50 dan sebagainya. Minyak pelumas ini digunakan untuk peralatan Engine yang rentang temperature lingkungan operasinya relatif pendek.

2. Pelumas Peringkat Ganda (Multi Grade)

Minyak pelumas ini mempunyai karakteristik viskositas ganda seperti minyak peumas dengan SAE 10W-30, SAE 15W-40, dan sebagainya. Minyak pelumas ini digunakan untuk Engine dengan rentang suhu operasi lingkungan relatif panjang.

Gambar 2.1 Grafik Multigrade Oil

Saat yang paling kritikal pada sistem pelumasan adalah ketika Engine di Start-Up dalam kondisi dingin dan komponen Engine akan berakselerasi dengan sangat

cepat. Apabila oli yang digunakan hanya memiliki sifat yang alamiah yaitu memiliki Viscosity yang tinggi pada kondisi dingin, akan mempercepat kerusakan Engine karena

oli akan sulit untuk mengalir ke tempat yang akan dilumasi dan terjadi kekurangan pelumasan pada komponen tersebut. Apabila dipergunakan oli yang Viscosity-nya rendah maka ketika Engine mencapai temperture operasi, Viscosity oli akan semakin rendah dan efek pelummasan yang terjadi semakin berkurang.

Untuk menghadapi kendala yang dihadapi di atas tentunya di perlukan oli yang tidak terlalu kental saat Start-Up dikondisi dingin dan tidak terlalu encer jika mencapai temperatur operasi. Oli yang memiliki karakteristik seperti ini disebut dengan Multi Grade Oil seperti SAE 15W-40. Oli jenis ini akan mengalir dengan baik saat Start-Up

pada temperature operasi dengan Visvosity SAE 40 yaitu temperatur di atas 1000C. Additive sangat di perlukan sebagai zat pencampur pada Base Stock Oil (oli dasar),

perbandingan pencampurannya adalah 80% Base Stock dan 20% Additives. Walupun Base Stock Oil (oli dasar) yang di pergunakan sudah bagus kualitasnya, Additive

berfungsi menyediakan unsur-unsur yang tidak terdapat pada Base Stock untuk meningkatkan kemampuan oli sehingga dapat memenuhi keseluruh fungsinya. Beberapa Additive yang umum yaitu:

1. Oxidation Inhibitor

Komposisi oli dapat rusak pada saat terkena panas di dalam Engine, proses ini disebut juga oksidasi. Oxidation inhibitor berfungsi menurunkan tingkat oksidasi yang terjadi di dalam engine dan memperpanjang usia pakai oli.

2. Film Stenghth Agent

Additive jenis ini memperkuat oli pada situasi terbentuknya lapisan Oil Film

yang terlalu tipis sehingga dapat mencegah timbulnya kontak antara metal ke metal. 3. Extreme Pressure/anti Wear Agent

Additive jenis ini membentuk lapisan spesial pada permukaan metal sehingga

jika oil film terlalu tipis atau rusak, lapisan spesial ini melindungi permukaan dari kondisi kontak metal dengan metal.

4. Rust/Corrotion Inhibitor

Additive membentuk lapisan khusus pada permukaan metal untuk mencegah

penyerapan uap air yang dapat mengakibatkan karat dan korosi. 5. Adhesive Agent

Additive ini meningkatkan kemampuan oli untuk menempel pada permukaan

6. Defoamant

Additive ini meningkatkan kekuatan oli sehingga sulit terbentuknya busa

(Foam).

7. Viscosity Index Improver

Additive ini menurunkan tingkat pengeceran oli akibat panas sehingga

cenderung bersifat lebih stabil terhadap perubahan termperatur. 8. Disperssant/Detergent

Additive ini ditambahkan pada oli engine untuk menjaga engine supaya tetap

bersih. Disperssant mencegah jelaga (Soot) mengendap dan membentuk deposit di dalam engine. Detergent mencegah jelaga (Soot) dan karbon menempel di permukaan metal. Detergent juga merupakan unsur Alkaline yang mencegah korosi akibat asam akibat pembakaran bahan bakar.

9. Emulsifier

Additive ini menjaga supaya air dapat tercampur dengan oli. Hal ini dibutuhkan

ketika sering terjadi kebocoran air pendingin yang tidak diketahui. Apabila air tidak dapat bercampur denganoli maka dapat mengakibatkan kerusakan dalamwaktu singkat jika air tersebut dipompakan ke komponen Engine.

10. Pour Point Dispersant

Additive ini mencegah oli menjadi beku pada temperature yang dingin. Additive

oli yang sangat umum dijumpai adalah Total Base Number atau TBN. TBN dihasilkan dengan menambah unsur alkalin kedalam aoli dasar. Lebih banyak alkalin yang terdapat di dalam oli, maka lebih tinggi TBN dan lebih besar kemampuannya untuk menetralisir asam yang sangat korosif dari proses pembakaran bahan bakar.

2.3 Kode Pengenal Pada Label Oli

Tingkat kekentalan oli menjadi prioritas terpenting dalam memilih oli. Kode pengenal oli adalah huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers. Kode pengenal yang lain adalah API yang merupakan singkatan dari

American Petroleum Instutute.

1. Kode pengenal angka 15-40

Angka yang tertera di gambar, menunjukkaan tingkat kekentalan oli tersebut. SAE 40 atau SAE 15W-40, semakin besar angka yang mengikuti kode oli tersebut

menandakan semakin kentalnya oli tersebut.

Gambar 2.2 Kode pengenal 15-40

2. Kode pengenal huruf W

Huruf w yang terdapat di belakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter SAE 15W-40, berarti oli tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 15 untuk

kondisi suhu dingin dan SAE 40 pada kondisi suhu panas. Dengan kondisi seperti ini, oli akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi ekstrim sekalipun. Sementara ini dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran angka kekentalan 30-40 menurut standar SAE.

Gambar 2.3 Kode Pengenal Huruf W Gambar 2.4 Kode Pengenal CF-4,CE 3. Kode pengenal CF-4,CE

Huruf CF-4,CE, huruf C merupakan pengertian dari Compression. Merupakan kode pemakaian oli pada mesin dengan berbahan bakar diesel. Tipe-tipe oli bisa dikenali melalui huruf alphabet seperti CF-4, atau CE.

2.4 Komponen - Komponen Lubrication System

Lubrication System terdiri dari:

1. Oil Pan dan Suction Bell

2. Oil Pump

3. Oil pump bypass valve

4. Oil Cooler Bypass Valve

5. Engine Oil Cooler

6. Oil Filter Bypass Valve

7. Engine Oil Filter

8. Main Oil Gallery

9. Piston Cooling Jet

1. Oil Pan

Oil Pan berfungsi sebagai temapat oli atau penampung oli. Oil Pan juga

mempunyai fungsi membuang panas dari oli ke atmosfer. Oil Pan terpasang pada bagian bawah dari Block Engine.

Gambar 2.6 Oil Pan 2. Suction Bell dan Inlet Screen

Dari Oil Pan, oli masuk melewati saringan masuk yaitu Suction Bell. Saringan masuk mencegah masuknya kotoran kasar ke dalam sistem lubrikasi. Dari Suction Bell selanjutnya oli menuju ke Oil Pump.

Gambar 2.7 Suction Bell/Inlet Screen

3. Oil Pump

Oil Pump membuat terjadinya aliran oli yang mengalir (bersirkulasi) ke seluruh

bagian Engine. Oil Pump terletak dekat Oil Pan digerakan oleh Crankshaft melalui Gear pada Oil Pump. Pressure Relief Valve biasanya terletak dengan Oil Pump. Relief

Valve berfungsi melindungi sistem lubrikasi dari tekanan tinggi. Dari Oil Pump, oli

mengalir melalui Oil Cooler.

Gambar 2.8 Oil Pump

Pressure Relief Valve biasanya terpasang dekat Oil Pump. Pressure Relief

Valveini umumnya merupakan Valv eyang digerakkan (ditahan) Spring yang akan

membuka apabila tekanan sistem melebihi gaya tekan Spring pada Valve. Selama tekanan oli masih tinggi, maka Valve akan tetap dalam keadaan terbuka.

Cara kerja Pressure Relief Valve, apabila Pressure Relief Valve membuka, maka sebagian oli kembali ke Oil Pan. Apabila tekanan oli turun sampai dibawah gaya tekan Spring untuk membuka, maka Valve akan menutup.

4. Oil Cooler

Oil Cooler berfungsi menyerap panas dari oli. Oli mengisi rumah Oil Cooler.

Didalam rumah Oil Cooler terdapat beberapa pipa yang dialiri oleh air pendingin Engine. Panas berpindah dari oli ke air pendingin Engine. Oil Cooler juga memiliki

Bypass Valve.

Gambar 2.9 Oil Cooler

Oil Cooler Bypass Valve adalah Valve pengarah yang akan membuka apabila

perbedaan tekanan antara oli yang akan masuk ke Oil Cooler lebih besar dari gaya tekan Spring untuk membuka Valve.

Cara kerja Bypass Valve, apabila Bypass Valve terbuka, maka oli dialirkan diluar Oil Cooler. Hal ini untuk meyakinkan bahwa sebagian oli akan mencapai Engine. Yang

penting apabila terjadi masalah pada Oil Cooler. Apabila oli dalam keadaan dingin, maka oli tidak akan mengalir dengan baik karena masih cukup kental. Hal ini akan menyebabkan Valve membuka. Oil Cooler Bypass Valve biasanya terpasang di dalam Oil Cooler.

5. Oil Filter with Bypass Valve

Oli mengalir dari Oil Cooler ke Oil Filter. Sistem lubrikasi ada yang menggunakan satu atau lebih Oil Filter, tergantung bagaimana rancangannya. Filter menyaring kotoran dan partikel logam yang berukuran kecil dari oli. Filter memiliki Bypass Valve sebagaimana keperluannya. Sistem dengan Filter Bypass: Sistem dengan

Filter Bypass memakai 2 Filter. 90% dari oli mengalir melalui Filter biasa dan 10%

lagi mengalir melalui Filter Bypass. Biasanya Filter Bypass mempunyai penyaring yang rapat untuk menyaring kotoran yang sangat halus. Sistem Filter Bypass juga mempunyai Bypass Valve.

Oil Filter Bypass Valve adalah Valve pengarah aliran oli yang akan membuka

apabila perbedaan tekanan antara oli yang akan masuk ke Filter lebih besar dari gaya tekan Spring pada Valve untuk membuka. Apabila oli masih dalam keadaan kental karena masih dingin seperti ketika Engine baru. Dihidupkan atau pada waktu Filter dalam keadaan buntu, maka FilterBypass Valve membuka. Oli dialihkan dari Oil Filter agar sebagian oli selalu dapat mencapai Bearing dan komponen Engine lainnya.

Gambar 2.10 Oil Filter with Bypass Valve

Oil Filter pada sistem lubrikasi memerlukan perawatan yang sangat penting. Saringan

ini akan menjadi kotor apabila tidak dirawat secara benar dan dapat menyebabkan masalah pada sistem lubrikasi.

6. Main Oil Gallery

Oli yang bersih setelah disaring lalu masuk kesaluran utama Main Oil Gallery pada Cylinder Block. Saluran oli ini merupakan saluran oli yang utama yang melalui Engine Block. Dari saluran oli, oli mengalir ke semua bagian yang bergerak pada

Engine. Pada Engine yang menggunakan Turbocharger, maka oli mengalir melalui

Filter ke Turbocharger melalui saluran masuk. Saluran keluar mengembalikan oli ke

Oil Pan.

Gambar 2.11 Main Oil Gallery

7. Piston Cooling Jet

Piston Cooling Jet, menyemprotkan oli kebagian bawah dari tiap Piston dan akan

membantu pelumasan pada dinding Silinder.

8. Crankcase Breather

Crankcase Breather mengeluarkan gas hasil dari pembakaran bahan bakar yang

bocor melalui Ring Piston. Hal ini akan menjaga agar di dalam Crankcase Breather selalu bertekanan tetap. Crankcase Breather ini biasanya selalu terletak pada bagian atas Engine. Crankcase Breatherini menyeimbangkan tekanan di dalam Crankcase Engine dengan tekanan diluar Engine sehingga memungkinkan oli dengan mudah

kembali ke Oil Pan.

Gambar 2.13 Crankcase Breather

2.5 System aliran oli di dalam Engine C7 Caterpillar

(1) Saluran oli ( ke depan Idler Gear ), (2) saluran oli ( ke Turbocharger dan Fuel Transfer Pump ), (3) shaft Rocker Arm, (4) Oil Pressure Connection, (5)

OilManifold, (6) Piston Cooling Jets, (7) Camshaft BearingBore, (8) Balancer

ShaftBearing Bore, (9) Oil Cooler Bypass Valve, (10) OilFilter Bypass Valve, (11) Oil

Filter, (12) Turbocharger, (13) Oil Pump, (14) Oil Pan, (15) Oil Cooler.

Oil Pump (13) menghisap oli dari Oil Pan (14) dan kemudian mendorong oli

menuju Oil Cooler (15). Dari Oil Cooler oli pergi menuju Oil Filter (11) dan kemudian oli menuju Oil Manifold (5).Dari Oil Manifold, oli kemudian pergi ke semua main Bearings, Piston Cooling Jets (6) Chamshaft dan Balancer Shaft Bearings.Saluran oli

di Crankshaft mengirim oli yang terhubung dengan Rod Bearings. Oli dari depan Main Bearings pergi melalui saluran oli (1) ke Bearings untuk ke Fuel Transfer Pump

IdlerGear.

2.6 Pengertian Contamination Control

Contamination Control (CC) terdiri dari dua kosa kata bahasa inggris, yaitu

Contamination dan Control. Contamination sendiri diartikan sebagai segala sesuatu yang

bersifat kontaminan, atau dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berada tidak pada sistemnya yang dapat mengganggu kerja daripada sistem yang dimasukinya, sedangkan Control diartikan sebagai suatu tindakan mengatur, baik itu berupa tindakan langsung

maupun tidak langsung.

Jadi Contamination Control dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan mengurangi dan mengontrol segala sesuatu yang bersifat kontaminan dalam suatu sistem apapun agar suatu sistem dapat bekerja sebagaimana mestinya.

2.6.1 Tujuan dan Keuntungan Contamination Control

Pada dasarnya tujuan dari Contamination Control adalah mengurangi segala sesuatu yang bersifat kontaminan yang mungkin masuk ke dalam suatu sistem apapun agar sistem-sistem tersebut dapat bekerja dengan baik sebagaimana mestinya.

Dalam dunia industri semua section dari pekerjaan yang akan dilakukan menuntut Contamination Control yang baik. Karena bekerja dengan berdasar pada Contamination

Control akan membuat suatu pekerjaan terlaksana dengan baik, aman, dan nyaman. Selain

itu Contamination Control juga akan mendatangkan beberapa keuntungan yang pada umumnya berupa keuntungan materi dan keuntungan waktu kerja. Dalam suatu pekerjaan tentunya di harapkan segala sesuatunya menjadi sefisien mungkin, oleh karena itu Contamination Control menjadi salah satu metode untuk efisiensi dalam pekerjaan.

Misalnya saja dalam pengerjaan sistem Hidrolik pada Excavator, jika dilakukan dengan berdasar dengan memperhatikan rambu-rambu Contamination Control tentunya sistem Hidrolik tersebut akan terbebas dari kontaminan yang berarti sistem dapat bekerja dengan baik hanya dengan sekali pengerjaan (tidak berulang), sedangkan jika dilakukan dengan tidak berdasar pada Contamination Control tentunya bisa saja suatu kontaminan (berupa pasir, udara, dll) masuk kedalam sistem Hidrolik dan menggangu kerja dari pada sistem tersebut dan pada akhirnya harus dilakukan pengerjaan ulang agar kerja dari pada sistem Hidrolik tadi dapat bekerja dengan semestinya kembali, tentunya hal ini membutuhkan materi dan waktu yang lebih banyak jika dilakukan dengan berdasar Contamination Control tadi.

Selain itu Contamination Control juga akan berdampak pada alam sekitar dan juga lingkungan kerja kita. Contamination Control juga mengatur bagaimana seharusnya memperlakukan limbah-limbah hasil dari suatu pekerjaan dan bagaimana lingkungan kerja yang baik, misalnya saja cara menangani oli bekas agar tidak mencemari lingkungan dan

juga bagaimana cara menata tempat/lingkungan kerja dengan baik yang pada akhirnya akan berpengaruh dengan kesehatan lingkungan hidup, kesehatan pekerja dan kenyamanan pekerja itu sendiri Jadi, sudah sangat jelas sekali bahwa pelaksanaan Contamination Control sangat bermanfaat, karena itu sangatlah penting kita semua

khususnya para pekerja melakukannya dengan baik agar mendapatkan semua keuntungan-keuntungan dari pelaksanaaan Contamination Control tersebut.

2.6.2 Penyebab Kontaminasi Pada Lubrikasi

Sebelumnya sudah kita bahas apakah yang dimaksud dengan kontaminasi, semua benda yang bukan bagian dari sistem tapi memepengaruhi kerja sistem. Pada bagian ini akan saya tampilkan secra umum macam dari kontaminasi. Sumber-sumber kontaminasi yang perlu kita ketahui, antara lain:

Kontaminasi memang sudah ada sejak awal pembuatan, bisa diakibatkan pada proses assembly atau distribusinya. Cairan (lubricant and fuel), tidak bisa menjamin 100% bahwa semua jenis cairan yang masuk kedalam engine bersih dari segala kotoran atau kontaminasi.

Kontaminasi yang diakibatkan partikel yang masuk kedalam engine, perawatan engine yang buruk akan membuat kontaminan akan masuk, selain itu akan memebuka penutup atau segala sesuatu yang dapat membuat kontaminan masuk tanpa alasan yang

Dokumen terkait