• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6.3 Bagian Akhir Tugas akhir

Bagian akhir tugas akhir berisi daftar pustaka dan lampiran yang berkaitan dengan penelitian.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Luas Lahan

(Juhadi, 2011: 11) mendefinisikan lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang.

Lahan merupakan suatu sistem yang tersusun atas berbagai komponen. Komponen-komponen ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan dan komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan merupakan sekelompok unsurunsur lahan yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan bagi macam pemanfaatan tertentu. Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponenkomponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian ada dua kategori utama sumberdaya lahan, yaitu sumberdaya lahan yang bersifat alamiah dan sumberdaya

lahan yang merupakan hasil aktivitas manusia. Berdasarkan atas konsepsi tersebut maka pengertian sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik lahan dan proses-proses yang terjadi di dalamnya, yang dengan cara tertentu dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Menurut Suripto (2005: 5), lahan merupakan salah satu dari faktor produksi dimana faktor produksi itu sendiri adalah semua unsur masukan produksi dapat mendukung terjadinya proses produksi sampai menghasilkan keluaran produksi dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Dalam hal ini lahan merupakan faktor utama dalam kegiatan produksi. Luas lahan akan menentukan seberapa besar kuantitas produksi getah pinus yang akan dihasilkan. Semakin luas lahan produksi, maka semakin banyak tegakan yang dapat ditanam. Hal ini yang akan berpengaruh terhadap jumlah produksi getah pinus.

1.

Jumlah Pohon

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat ditetapkan sebagai Kelas Perusahaan Pinus dan merupakan pemasok bahan baku gondorukem dan terpentin dimana gondorukem dan terpentin dihasilkan dari getah pohon pinus. Sebagai tanaman pionir yang dapat tumbuh di berbagai kondisi, tanaman pinus merupakan tanaman dengan produk utamanya berupa getah pinus (Indrajaya, et al., 2008: 231). Tanaman Pinus yang dapat tumbuh baik di kawasan hutan KPH Banyumas Barat adalah jenis Pinus merkusii yang ditanam secara murni. KPH Banyumas Barat merupakan KPH terbesar dalam memproduksi getah pinus, yaitu mencapai 14.935 ton dan kayu pinus sebesar 7.296 m3. Dengan luas wilayah

55.562,98 Ha, terdapat 4.261.231 tegakan pinus yang tersebar di bebrapa BKPH, seperti di BKPH Wanareja sebanyak 683.538 pohon, BKPH Majenang sebanyak 1.681.373 pohon, BKPH Lumbir sebanyak 857.069 pohon, BKPH Sidareja sebanyak 509.969 pohon, BKPH Kawunganten sebanyak 84.459 pohon, dan BKPH Bokol sebanyak 58.451 pohon.

2. Elevasi

(Martono & Djoko, 2009: 75) menjelaskan bahwa istilah elevasi dikaitkan dengan ketinggian suatu tempat yang biasa diukur dengan satuan m dpl (diatas permukaan laut). Elevasi termasuk faktor yang berpengaruh terhadap hasil produksi. Hal ini dikarenakan ketinggian tempat akan mempengaruhi iklim, suhu, dan kelembaban lahan produksi. Elevasi akan berpengaruh terhadan kontur tanah serta kemiringan lahan yang nantinya akan berpengaruh juga terhadap luas lahan yang dapat digunakan untuk ditanami tegakan pinus. Dengan jumlah 101 pegunungan yang tersebar hampir merata, wilayah KPH Banyumas Barat merupakan deretan pegunungan yang bersambung, serta lembah dengan ketinggian tempat yang bervariasi mulai dari ketinggian 25,0 m dpl sampai 1.000,0 m dpl. Adapun pembagian bentang alamnya adalah daerah datar (kelerengan 0 – 8 %) seluas 23,78 %, daerah landai (kelerengan 8 – 15 %) seluas 27,61 %, daerah bergelombang (Kelerengan 15 – 25 %) seluas 43,71 %, daerah agak Curam (Kelerengan 25 – 40 %) seluas 4,45 %, dan daerah curam (kelerengan > 40 %) seluas 0,46 %.

3. Hasil Produksi

(Yudha, 2008: 6) menyatakan bahwa produktivitas getah pohon pinus dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor statis (genotipe, umur, kerapatan pohon, elevasi, kesuburan tanah, dan iklim) serta faktor dinamis (cara dan alat penyadapan, kadar stimulan dan keterampilan tenaga penyadap). Selain kedua faktor utama, hasil produksi getah juga dipengaruhi oleh jenis tanaman pinus. Jenis tanaman pinus yang berbeda akan menghasilkan getah dalam jumlah yang berbeda.

Volume kayu gubal dan bentuk tajuk juga berpengaruh terhadap produksi getah. Diameter pohon juga berpengaruh terhadap produksi getah pinus, hal ini berhubungan dengan pertumbuhan diameter pohon. Sehingga dengan adanya pertumbuhan dimeter pohon, menyebabkan volume kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin meningkat. Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil produksi getah adalah umur pohon. Perbedaan umur pohon akan berpengaruh terhadap jumlah produksi getah. Semakin tua umur pohon maka getah yang dihasilkan akan semakin banyak sampai pada batas umur tertentu. Dalam hal ini kelas umur berpengaruh terhadap produksi getah.

Faktor lain yang memengaruhi hasil produksi yaitu cuaca. Cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan

muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti. Pengaruh suhu dan kelembaban udara sangat menentukan jumlah keluarnya getah sadapan tanaman pinus dari tiap-tiap pohon per satuan waktu. Hal ini disebabkan karena suhu yang rendah (dibawah 20° C) dan kelembaban udara yang tinggi (diatas 70%) sangat besar pengaruhnya pada kondisi saluran getah. Saluran getah menyempit bahkan buntu, dan apabila masih ada getah yang bisa keluar dengan segera mengalami pembekuan di mulut saluran getah sehingga menyumbat getah yang seharusnya masih bisa keluar.

(Suripto, 2005: 6) menjelaskan bahwa hasil produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor produksi yaitu lahan, modal, tenaga kerja, maupun faktor pendukung lain. Dari beberapa uraian diketahui bahwa kuantitas dan kualitas hasil produksi ditentukan oleh berbagai faktor. Dimana hubungan dari tiap faktor produksi memiliki hubungan dan pengaruh tertentu terhadap besarnya jumlah produksi yang dihasilkan. Beberapa faktor seperti suhu, kelembaban, dan kemiringan merupakan faktor yang dipengaruhi dari ketinggian tanah. Sedangkan beberapa variabel seperti Luas lahan sadapan, jumlah tegakan dan kontur tanah serta ketinggian tanah menjadi faktor yang memiliki pengaruh besar dalam kegiatan produksi.

2.5 Uji Hubungan

1. Hipotesis dalam Uji Hubungan (Hipotesis Asosiatif)

Menurut Sugiyono (2011: 224), hipotesis asosiatif merupakan dugaan tentang adanya hubungan antar variabel dalam populasi yang akan diuji melalui

hubungan antar variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk menguji hipotesis asosiatif, perlu menghitung terlebih dahulu koefisien korelasi antar variabel dalam sampel, kemudian menguji koefisien korelasi yang ada pada sampel untuk diberlakukan pada seluruh populasi dimana sampel diambil.

(Sugiyono, 2011: 224) menjelaskan bahwa terdapat tiga macam bentuk hubungan antar variabel, yaitu hubungan simetris, hubungan sebab akibat, dan hubungan interaktif. Untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila suatu variabel diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Sedangkan hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan negatif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan menurunkan nilai variabel yang lain, dan juga sebaliknya bila suatu variabel diturunkan maka akan menaikkan nilai variabel yang lain. Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antar dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Dalam arti kejadian pada variabel yang satu akan

dapat dijelaskan atau diprediksikan oleh variabel yang lain tanpa terjadi kesalahan (error). Semakin kecil koefisien korelasi, maka akan semakin besar error untuk membuat prediksi (Sugiyono, 2011: 223).

Besarnya koefisien korelasi dapat diketahui berdasarkan penyebaran titik-titik pertemuan antara dua variabel. Jika titik-titik itu terdapat dalam satu garis, maka koefisien korelasinya = 1 atau -1. Jika titik-titik itu membentuk lingkaran, maka koefisien korelasinya = 0.

Terdapat bermacam teknik statistik korelasi yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif. Untuk menentukan teknik statistik korelasi mana yang akan digunakan tergantung pada jenis data yang akan dianalisis. Untuk data nominal teknik korelasi yang digunakan adalah koefisien kontingency dan untuk data ordinal dapat menggunakan teknik korelasi spearman rank atau kendal tau. Sedangkan untuk data interval dan ratio dapat menggunakan teknik korelasi pearson product moment, korelasi ganda, maupun korelasi parsial.

Berdasarkan penjelasan tentang hipotesis asosiatif di atas dan data yang diperoleh dari Perum Perhutani KPH Banyumas Barat mengenai luas lahan, jumlah pohon, elevasi, dan hasil produksi getah pinus perum perhutani KPH Banyumas Barat tahun 2012, maka teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi ganda. Hal ini dikarenakan terdapat tiga variabel bebas dan satu variabel terikat pada yang berasal dari hasil penelitian, dan jenis data adalah data ratio (Sugiyono, 2011: 224).

2. Uji Korelasi Ganda

Uji hubungan dikenal juga sebagai uji korelasi. Sukestiyarno (2010: 98) menjelaskan uji korelasi dilakukan untuk memperoleh asumsi apakah variabel dari sampel penelitian memiliki hubungan yang positif dan signifikan atau tidak. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan dapat dilihat dari nilai . Uji hubungan dilakukan dengan uji korelasi ganda. Hal ini didasarkan uji korelasi ganda digunakan untuk mengukur derajat hubungan antar tiga variabel atau lebih, sedangkan dalam penelitian ini terdapat empat variabel yang akan diteliti. Uji korelasi ganda ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Dengan = - ̅ , = - ̅ , . . . , = - ̅ , = –

̅ dan yang dihitung dengan rumus:

(Sudjana, 2005: 383)

Jika dinyatakan dalam kekeliruan baku taksiran . . . maka koefisien korelasi ganda dapat ditulis dengan rumus berikut:

(Sudjana, 2005: 383)

Dengan menyatakan simpangan baku untuk variabel . dinamakan koefisien korelasi ganda antara dengan buah variabel , , . . . , , sedangkan dinamakan koefisien determinasi ganda.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan , dengan , dan dengan , dapat digunakan rumus berikut:

Dengan adalah koefisien korelasi antara variabel dengan adalah koefisien korelasi antara variabel dengan adalah koefisien korelasi antara variabel dengan

Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan , dengan , dan dengan , digunakan rumus berikut:

(Sudjana, 2005: 369)

Untuk menentukan besarnya hubungan dapat dilihat berdasarkan nilai dari koefisien korelasi yang didapat. Jika nilai koefisien korelasi semakin mendekati 0 berarti korelasi semakin rendah, namun jika nilai koefisien korelasi semakin mendekati 1 berarti semakin tinggi korelasi yang terjadi (Sudjana, 2005: 384).

2.6 Teori Simulasi

(Kakiay, 2004: 2) mendefinisikan simulasi sebagai suatu sistem yang digunakan untuk memecahkan atau menguraikan persoalan – persoalan dalam kehidupan nyata yang penuh dengan ketidakpastian dengan tidak atau menggunakan model atau metode tertentu dan lebih ditekankan pada pemakaian komputer untuk mendapatkan solusinya.

Pada pendekatan simulasi, untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang rumit akan lebih mudah dilakukan bila dimulai dengan membangun model percobaan dari suatu sistem. Untuk melakukannya kita perlu memperhatikan tiga unsur penting dalam pemodelan simulasi, yaitu sistem, entitas, dan atribut. Dengan demikian masih banyak entitas atau sistem yang harus terlebih dahulu disusun agar dapat digunakan dalam simulasi.

2.7 Visual Basic

2. 7. 1 Pengertian Visual Basic 6.0

Visual basic 6.0 adalah salah satu aplikasi bahasa pemrograman yang digunakan dalam membuat program. Visual basic 6.0 dapat membuat program dengan aplikasi GUI (Graphical User Interface), atau program yang

memungkinkan pengguna komputer dapat berkomunikasi menggunakan media grafik atau gambar. Visual basic didukung dengan operating sistem windows, dan untuk databasenya bisa menggunakan microsoft access, SQL server dan oracle. (MADCOMS, 2006: 1).

2. 7. 2 Komponen Visual Basic 6.0

Di dalam Visual Basic terdapat komponen-komponen yang gunakan untuk membuat program. Komponen komponen tersebut yaitu :

1) Title Bar

Title bar merupakan batang judul dari program visual basic 6.0 yang terletak pada bagian paling atas dari jendela program. Komponen ini berfungsi untuk menampilkan judul atau nama jendela. Selain itu title bar juga berfungsi untuk memindah posisi jendela dengan menggunakan proses drag and drop pada posisi title bar tersebut. Title bar juga berfungsi untuk mengatur ukuran jendela dari ukuran maximize ke ukuran restore ataupun sebaliknya, dengan melakukan klik dua kali pada posisi title bar tersebut.

Gambar 2.1 Title Bar 2) Menu Bar

Menu bar merupakan batang menu yang terletak di bawah title bar yang berfungsi menampilkan pilihan menu atau perintah untuk menjalankan program visual basic. Menu bar memiliki sederetan pilihan menu yang masing – masing mempunyai arti dan fungsi yang berbeda. Saat pertama kali jendela program

visual basic terbuka, akan terlihat tiga belas menu utama, yaitu : Fiel, Edit, View, Project, Format, Debug, Run, Query, Diagram, Tools, Add-Ins, Windows dan Help. Tampilan menu bar disajikan seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Menu bar 3) Toolbar

Toolbar merupakan sebuah batang yang berisi kumpulan tombol yang terletak di bagian bawah menu bar yang dapat digunakan untuk menjalankan suatu perintah.

Gambar 2.3 Tampilan Toolbar

4) Toolbox

Toolbox merupakan kotak perangkat yang berisi kumpulan tombol objek atau kontrol untuk mengatur desain dari aplikasi yang akan dibuat. Pada keadaan default, toolbox menampilkan tabulasi general dengan 21 tombol kontrol.

Gambar 2.4 Toolbox

5) Project

Project adalah suatu kumpulan modul atau program aplikasi itu sendiri. Dalam Visual Basic program disimpan dengan nama file berakhiran .VBP, dimana file ini berfungsi untuk menyimpan seluruh komponen program. Pada jendela project explorer ditampilkan struktur dari project tersebut yang berisi semua item yang terkandung di dalam project.

Gambar 2.5 Jendela Project Explorer Visual Basic 6.0

Dengan project explorer, akan memudahkan dalam memilih objek yang akan dikerjakan.

6) Properties Window

Properties windows merupakan sebuah jendela yang digunakan untuk menampung nama properti kontrol yang terpilih. Pengaturan properti pada

program visual basic merupakan hal yang sangat penting untuk membedakan objek yang satu dengan yang lainnya.

Gambar 2.6 Jendela Properties Window Visual Basic 6.0

Pada jendela properti ditampilkan jenis dan nama objek yang anda pilih, urut berdasarkan abjad pada tab alphabetic atau berdasarkan kategori pada tab Categorized.

7) Form Window

Form window merupakan jendela desain dari sebuah program aplikasi. Sebuah program aplikasi didesain dengan menempatkan kontrol-kontrol yang ada di bagian toolbox pada area form. Pada jendela form terdapat beberapa elemen yang dapat digunakan untuk mengatur tampilan.

Gambar 2.7 Jendela Form 8) Code window

Code window merupakan sebuah jendela yang digunakan untuk menuliskan kode program kontrol yang dipasang pada jendela form dengan cara memilih kontrok pada kotak objek terlebih dahulu.

9) Module

Module adalah suatu perintah untuk mengkoneksikan antara pogram visual basic dengan database yang akan di gunakan di dalam mengaplikasikan program. Modul berisi kode program atau prosedur yang dapat digunakan oleh program aplikasi. Untuk menambahkan suatu modul ke dalam program aplikasi gunakan perintah project – add module, dan kemudian mengisinya dengan suatu kode program yang akan digunakan oleh aplikasi tersebut.

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini dilakukan di Perum Perhutani KPH Banyumas Barat pada bulan Agustus 2014.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu karakteristik dari suatu objek yang nilainya untuk tiap objek bervariasi dan dapat diobservasi atau dibilang atau diukur. Karakteristik nilai tersebut dapat berbentuk data diskrit atau data kontinu. Variabel yang datanya diperoleh dari observasi atau membilang, diasumsikan sebagai variabel diskrit. Sedangkan variabel yang datanya diperoleh dari mengukur, diasumsikan sebagai variabel kontinu (Sukestiyarno, 2010: 4). Dalam penelitian ini terdapat empat Variabel yang dikelompokan kedalam dua variabel yaitu variabel bebas (independen) sebanyak 3 variabel dan variabel terikat (dependen) sebanyak satu variabel.

3.2.1 Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Terdapat tiga variabel bebas dalam penelitian ini yaitu luas lahan, jumlah pohon, dan elevasi.

3.2.2 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Terdapat satu variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil produksi getah pinus perum perhutani KPH Banyumas Barat.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang akan dilakukan sebelum memulai penelitian ini adalah menentukan rumusan masalah, menentukan hipotesis dari permasalahan yang dihadapi, menentukan waktu dan lokasi penelitian, menentukan variabel penelitian, menentukan metode pengambilan data yang tepat untuk penelitian tersebut dan menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menganalisis data dan pengumpulan bahan-bahan yang dijadikan referensi dalam pembuatan program, seperti rumus-rumus yang akan digunakan.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan

Penelitian dalam rangka penyusunan Tugas Akhir ini dilaksanakan di Perum Perhutani KPH Banyumas Barat pada bulan Agustus 2014. Dalam pengambilan data penelitian metode yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dan studi pustaka. Penulis mengambil data–data yang sudah ada di Perum Perhutani KPH Banyumas Barat mengenai luas lahan, jumlah pohon, dan

elevasi serta hasil produksi yang ada di petak sadapan getah pinus di wilayah KPH Banyumas Barat.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang digunakan pada penelitian ini mengambil populasi petak sadapan pinus di wilayah KPH Banyumas Barat. Dari populasi tersebut kemudian dilakukan pengambilan sampel data menggunakan metode systematic sampling. Systematic sampling

adalah metode pengambilan sampel pada data yang terdapat pada blok-blok atau petak. Sampel yang telah ditentukan tersebut akan digunakan dalam proses analisis dan simulasi program. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode guna pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi pustaka.

3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden secara langsung melalui tanya jawab. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan cara responden diberikan pertanyaan-pertanyaan berupa data tenaga penyadap, faktor produksi, dan hasil produksi getah pinus di KPH Banyumas barat. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan perum perhutani KPH Banyumas Barat.

3.4.2 Observasi

Observasi merupakan metode penelitian dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian, yaitu petak sadapan pinus di

KPH Banyumas Barat.

3.4.3 Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, referensi yang berkaitan dengan penelitian ini dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

3.5 Metode Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan pengkajian data berdasarkan teori-teori yang ada khususnya yang berkaitan dengan analisis uji hubungan. Analisis data dan pembuatan program untuk melakukan simulasi hubungan luas lahan, jumlah pohon, dan elevasi dengan hasil produksi getah pinus adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data luas lahan, jumlah pohon, elevasi, dan hasil produksi

getah pinus Perum perhutani KPH Banyumas barat tahun 2012. 2. Membuat perhitungan dan analisis data yang diperoleh.

3. Membuat rancangan program.

4. Implementasi rancangan program menggunakan Visual Basic 6.0 untuk melakukan simulasi hubungan luas lahan, jumlah pohon, dan elevasi dengan hasil produksi getah pinus.

49

BAB V

PENUTUP

1.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada BAB IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Program uji korelasi ganda dibuat menggunakan bahasa pemrograman visual basic 6.0. Agar lebih mudah dalam pengoperasianya, tabel statistik F diletakan pada database menggunakan MySQL sebagai database program. Pembuatan program diawali dengan menyusun flowchart program, kemudian menyusun database, selanjutnya menyusun interface serta koding program. Setelah itu dilakukan uji coba program dan simulasi untuk melakukan analisis data.

2. Simulasi program uji korelasi ganda yang dibuat menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 diawali dengan input data luas lahan, jumlah pohon, elevasi dan hasil produksi melalui menu yang ada pada program. Setelah data di inputkan, dilakukan serangkaian tes terhadap menu-menu yang terdapat pada program. Setelah itu dilakukan analisis data menggunakan program uji korelasi ganda yang selanjutnya dibandingkan dengan hasil perhitungan manual serta program SPSS sebagai validator.

1.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah.

1. Faktor – faktor produksi getah pinus harus diperhatikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil produksi, terutama faktor yang memiliki korelasi paling besar terhadap hasil produksi agar hasil produksi getah pinus perum perhutani KPH Banyumas Barat pada tahun selanjutnya dapat dioptimalkan.

2. Program uji korelasi ganda yang dibuat dengan visual basic dalam mengolah, menghitung, dan menganalisis data Luas lahan, elevasi, dan jumlah pohon terhadap hasil produksi getah Perum Perhutani KPH Banyumas Barat ini

Dokumen terkait