Bab ini adalah bab terakhir yang menyajikan kesimpulan serta saran dari apa yang telah diterangkan dan diuraikan pada bab -bab sebelumnya dan mengenai hal yang perlu diperbaikin.
9 BAB II
LANDASAR TEORI
2.1 Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah himpunan interkoneksi antara 2 komputer autonomous atau lebih yang terhubung dengan media transmisi kabel atau tanpa kabel ( wireless ). Bisa juga mempunyai pengertian sekumpulan komputer, serta perangkat - perangkat lain pendukung komputer yang saling terhubung dalam suatu kesatuan. Media jaringan dapat melalui kabel-kabel atau tanpa kabel ( wireless ) sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling melakukan petukaran informasi, seperti dokumen atau data, dapat juga melakukan pencetakan pada printer yang sama dan bersama-sama memakai perangkat keras dan perangkat lunak yang terhubung dengan jaringan. Setiap komputer, printer ataupun perangkat lain yang terhubung dalam suatu jaringan disebut node. Dalam sebuah jaringan komputer sekurang-kurangnya terdiri dari dua unit komputer atau lebih, dapat berjumlah puluhan, ribuan atau bahkan jutaan node yang saling berhubungan satu sama lain. ( Syafrizal, 2005:2 ).
2.2 Referensi Model OSI
Pengertian OSI Layer adalah Suatu jaringan Local Area Network ( LAN ) yang dibangun dengan memperhatikan arsitektur standar yang dibuat lembaga standar industri dunia, standar jaringan yang diakui dunia adalah The Open System Interconnetion atau OSI yang dibuat oleh ISO ( The
10
International Standar Organization), Amerika Serikat. Seluruh fungsi kerja jaringan komputer dan komunikasi antar terminal diatur dalam standar ini. ( Sopandi, 2005 : 53)
Tujuan utama penggunaan OSI adalah untuk membantu desainer jaringan memahami fungsi dari tiap-tiap layer yang berhubungan dengan aliran komunikasi data, termasuk jenis-jenis protocol jaringan dan metode tranmisi. Model dibagi menjadi 7 layer, dengan karakteristik dan fungsinya masing-masing. Tiap layer harus dapat berkomunikasi dengan layer di atasnya maupun dibawahnya secara langsung melalui serentetan protocol dan standard. Ketujuh lapisan tersebut peran dan fungsi yang berbeda satu dengan yang lainnya. ( sopandi, 2005 : 54 )
Gambar 2.1 Osi Model ( sumber : Sopandi, 2005 )
11
Pada model OSI, ada tujuh lapisan/layer yang masing-masing beserta fungsi dan contoh protokol sebagai berikut.
1. Physical Layer Yaitu lapisan terendah yang mengatur sinkronisasi pengiriman dan penerimaan data, spesifikasi mekanik, elektrik dan interface antar terminal, seperti besar tegangan, frekuensi, impendansi, koneksi pin dan jenis kabel. Layer ini berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan, arsitektur jaringan, topologi jaringan dan pengkabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana Network Interface Card ( NIC ) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio.
2. Data Link Layer yaitu pada lapisan ini data dalam bentuk paket, sinkronisasi paket yang dikirim maupun yang diterima menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatan perangkat keras dan menentu-kan bagaimana perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge, repeater, dan switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi level ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control ( LLC ) dan lapisan Media Access Control ( MAC ).
3. Network Layer yaitu lapisan ini menentukan rute pengiriman dan mengendalikan kemacetan ( mendefinisikan alamat-alamat IP ), membuat header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melalui internet working dengan menggunakan router dan switch pada layer 3 agar data sampai ditempat tujuan dengan benar.
12
4. Transport layer yaitu mengatur jalannya pertukaran data, keutuhan data, dan menerima data dari lapisan session dan melanjutkan ke lapisan network. pada lapisan ini berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima. Selain itu, pada tahapa ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima dengan sukses dan mentransmisikan ulang terhadap paket-paket yang hilang di tengah jalan.
5. Session Layer yaitu lapisan yang menyiapkan saluran komunikasi dan terminal dalam hubungan antar terminal, dan mengkoordinasikan proses pengiriman dan penerimaan serta mengatur pertukaran data.
6. Presentasion Layer ini dilakukan konveksi data agar data yang dikirimkan dapat dimengerti oleh penerima, kompresi teks dan penyediaan data. Protokol yang berada dalam level ini adalah perangkat lunak redirektor (redirector software), seperti layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga Network shell (semacam Virtual Network Computing (VNC) atau Remote Desktop Protocol (RDP))
7. Application Layer yaitu lapisan paling tinggi ini mengatur interaksi pengguna komputer dengan program aplikasi yang dipakai. Lapisan ini juga mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan kesalahan. ( Sopandi, 2005 : 54)
13
Pada tahap ini penulis berada pada lapisan media layers yang terdiri dari network layer, data link layer dan physical layer dikarenakan pada tahapan ini proses yang sebelumnya hanya sebuah informasi di host layers yang terdiri dari application layer, presentation layer dan session layer diubah menjadi sebuah data, kemudian data diubah menjadi sebuah segmen di transport layer. Segmen inilah yang digunakan penulis dalam proses di setiap router hingga menjadi sebuah bit sehingga siap untuk dikirimkan.
Beberapa keuntungan atau alasan mengapa model OSI dibuat berlapis-lapis, di antaranya :
a. Memudahkan siapa saja ( khususnya pemula ) untuk memahami cara kerja jaringan komputer secara menyeluruh.
b. Memecah persoalan komunikasi data yang rumit menjadi bagian-bagian kecil yang lebih sederhana. Sehingga dapat memudahkan proses troubleshooting.
c. Memungkinkan vendor atau pakar network mendesain dan me-ngembangkan hardware/software yang sesuai dengan fungsi layer tertentu.
d. Menyediakan standar interface bagi pengembangan perangkat yang melibatkan multivendor.
Proses yang terjadi pada informasi yang dikirimkan oleh sebuah aplikasi ketika melalui lapisan OSI di atas adalah sebagai berikut :
14
a. Pada Aplication, Presentation dan session layer, informasi diubah menjadi data.
b. Pada Transport layer, data diubah menjadi segmen.
c. Pada Network layer, segmen diubah menjadi paket.
d. Pada Data link layer, paket diubah menjadi frame.
e. Pada Phisical layer, frame diubah menjadi bit sehingga siap untuk dikirimkan.
2.3 User Datagram Protocol ( UDP )
User Datagram Protocol adalah sebuah protocol yang bekerja pada transport layer, mulai digunakan dan dikembangkan oleh US Departement of Defence ( DoD ) untuk digunakan bersama protocol IP di network layer.
Referensi protocol UDP ini terdapat pada RFC 768 yang ditulis oleh John Postel. Protocol UDP memberikan alternative transport untuk proses yang tidak membutuhkan pengiriman yang handal. UDP tidak handal karena tidak menjamin pengiriman data atau perlindungan duplikasi. UDP tidak mengurus masalah penerimaan aliran data dan pembuatan segmen yang sesuai untuk IP.
User Datagram Protocol ( UDP ) menawarkan suatu layanan datagram tanpa koneksi yang menjamin pengiriman atau pengaturan paket-paket yang dikirim secara benar. Check data UDP bersifat Optional, yang menyediakan suatu cara untuk mempertukarkan data pada jaringan - jaringan yang sangat diandalkan tanpa perlu membutuhkan waktu pemrosesan atau sumber daya jaringan. UDP dipakai oleh aplikasi-aplikasi
15
yang tidak memerlukan perlakuan tentang aplikasi data. Aplikasi tersebut secara khusus mentrasmisikan sejumlah kecil data pada suatu waktu. Paket-paket yang disiarkan harus memakai UDP. Contoh layanan yang memakai UDP adalah DNS, VoIP, RiP, dan SNMP. ( Agung, 2010 : 21 )
2.4 Protocol Routing
Routing adalah merupakan proses berpindahnya data melalui jaringan dengan melalui beberapa segmen jaringan menggunakan peralatan yang disebut router. Router akan menentukan jalur data yang tepat sesuai dengan arah tujuan data. Router akan mengelola informasi tentang arah jalur data dari sebuah file yang menjadi skema yang disebut tabel routing, table ini berisi informasi interface router jaringan atau port yang digunakan untuk mengirim data melalui segmen jaringan tertentu. Informasi yang didapat dari tabel routing ada 2 macam yaitu : ( mulyanta, 2005 : 112)
a. Melalui Routing Statis
Admin jaringan akan melakukan update secara manual tabel routingnya, admin akan memasukkan jaringan ke dalam table routing dan memilih port dimana router tersebut menempatkan data. Hal ini menjadi tidak menguntungkan apabila jaringan terdiri dari beberapa segmen, dimana updating tabel routing harus dilakukan secara manual dengan lebih intensif.
b. Melalui Routing Dinamis
Router dinamis menggunakan sebuah protocol untuk komunikasi dengan router yang lain dan mencari jaringan mana yang tersambung
16
dengannya. Routing dinamis akan mengirimkan paket khusus untuk meminta update dari router yang lain pada jaringan tersebut.
( Mulyanta, 2005 : 113 )
Penelitian ini menggunakan routing dinamis karena routing ini mengirimkan paket khusus untuk meminta update dari router lain pada jaringan tersebut. Routing dinamis memiliki 2 jenis protocol, yaitu :
1. Routing Informasi Protocol ( RIP )
RIP merupakan protocol yang menggunakan hitungan lompatan dalam pengukurannya. RIP sangat banyak digunakan pada lalu lintas router internal secara global. RIP akan mengirimkan pesan routing update pada interval tertentu secara regular termasuk perubahan tertentu pada entrinya, sehingga tabel routingnya akan selalu update. Router RIP akan selalu mempertahankan rute yang terbaik memalui nilai perhitungan terkecil menuju ke tujuannya. Setelah melakukan update pada tabel routing, router tersebut akan segera melalui transmisi updating keseluruh router jaringan. ( mulyanta, 2005 : 123 )
2. OSPF ( Open Shortest Path First )
OSPF merupakan sebuah routing protokol berjenis IGP yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana anda masih memiliki hak untuk menggunakan,
17
mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain, anda masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika Anda sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal.
Selain itu, OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun routing protokol ini dapat diimplementasikan.
OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area. Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sana ke mari dengan sembarangan.
Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi link-state yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Hal ini membuat routing protokol OSPF menjadi sangat cocok untuk terus dikembangkan menjadi network berskala
18
besar. Pengguna OSPF biasanya adalah para administrator jaringan berskala sedang sampai besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi remote yang perlu juga dijangkau dari pusat, dengan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, mungkin sudah layak menggunakan routing protocol ini.
Yang diterapkan pada penelitian ini adalah OSPF karena menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sana ke mari dengan sembarangan.
2.5 Teknologi Jaringan Multi Protocol Label Switching ( MPLS )
Teknologi Jaringan Multi Protocol Label Switching ( MPLS ) adalah suatu metode forwarding ( meneruskan ) data melalui suatu jaringan dengan menggunakan informasi dalam label yang diletakkan pada paket IP MPLS menggabungkan teknologi switching layer 2 dengan teknologi routing layer 3 untuk mempercepat pengiriman paket. MPLS menyederhanakan routing paket dan mengoptimalkan pemilihan jalur yang melalui core network. ( Munadi, 2009 : 226)
19
Gambar 2.2 MPLS Header Paket ( Sumber : Munadi, 2009 : 226) a. Label Value ( label )
Merupakan Field yang terdiri dari 20 bit yang merupakan nilai dari label tersebut.
b. Experimental Use ( EXP )
Secara teknis field ini digunakan untuk keperluan ekperimen. Field ini dapat digunakan untuk menangani indikator QoS atau dapat juga merupakan hasil salinan dari bit-bit IP Presidence pada paket IP.
c. Bottom of Stact ( STACK )
Pada sebuah paket memungkinkan menggunakan lebih dari satu table.
Field ini digunakan untuk mengetahui label stack yang paling bawah.
Label yang paling bawah dalam stack memiliki nilai bit 1 sedangkan label yang lain diberi nilai bit o. Hal ini sangat diperlukan pada proses label stacking.
20 d. Time to Live ( TTL )
Field ini biasanya merupakan hasil salinan dari IP TTL header. Nilai bit TTL akan berkurang 1 setiap paket melewati hop untuk menghindari terjadinya packet storms.
2.5.1 Komponen Multi Protocol Label Switching ( MPLS ) a. FEC
Sekumpulan paket yang diperlukan secara setara oleh router, dalam hal persamaan tujuan selanjutnya, paket-paket tersebut akan dikirim ke hop selanjutnya.
b. Lebel Switching Router
Merupakan MPLS node yang mampu meneruskan paket-paket layer 3.
c. Label Switched Path ( LSP )
Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana paket data diteruskan oleh label swapping dari satu LSR ke LSR yang lain.
d. Label Switching Router ( LSR )
Merupakan router inti yang bertugas meneruskan paket data yang sudah diklasifikasikan dan diberi label oleh LER. LSR berperan dalam menetapkan LSP dengan menggunakan teknik label swapping (Pergantian Label).
21
e. MPLS Edge Node atau Label Edge Router ( LER )
Khususnya Ingress LER, berfungsi melakukan pengklasifikasian paket data yang masuk ke jaringan MPLS berdasarkan kelasnya masing. Pengelompokkan paket data berdasarkan kelasnya masing-masing disebut dengan FEC (Forwarding Equivalance Class).
f. MPLS Egress Node
MPLS node yang mengatur trafik saat meninggalkan MPLS domain.
g. MPLS Ingress Node
MPLS node yang mengatur traffic saat akan memasuki MPLS domain.
h. MPLS Label
Merupakan suatu label yang ditempatkan pada MPLS header yang digunakan sebagai pengidentifikasi dalam meneruskan (forward) paket data.
i. MPLS Node
Node yang menjalankan MPLS, MPLS node ini sebagai control protokol yang akan meneruskan paket berdasarkan label. Dalam hal ini MPLS node merupakan sebuah router. ( Sumber : Munadi, 2009 )
22
Gambar 2.3 Komponen MPLS ( Sumber : Munadi, 2009 : 228 )
Dari gambar 2.3 menjelaskan komponen yang ada di MPLS dan bagaimana step-step yang dilakukan MPLS dari tujuan awal sampai ke tujuan akhir.
2.5.2 Arsitektur MPLS
Multi Protocol Label Swiching ( MPLS ) adalah arsitektur network yang didefinisikan oleh IETF untuk memadukan mekanisasi label swapping di layer 2 dengan routing di layer 3 untuk mempercepat pengiriman paket.
Arsitektur MPLS dipaparkan dalam RFC-3031. Cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label berisi informasi tujuan node selanjutnya kemana paket harus dikirim? Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya, di node ini label paket akan dilepas dan diberi label yang berisi tujuan berikutnya. Paket-paket diteruskan dalam path yang disebut label switching path (LSP). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan enggres. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding equivalance class ( FEC ), yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakuan forwarding yang sama disebut LSR. FEC di indentifikasikan dengan pemasangan label, untuk
23
membentuk LSP diperlukan protocol persinyalan. Protocol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwarding dan mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya adalah jaringan datagram yang bersifat lebih connection-oriented.
Gambar 2.4 Arsitektur MPLS
( Sumber : Wastubowo, 2003 : 6 )
1. Packet Switching
Packet Switching merupakan suatu metode untuk memindahkan data dalam jaringan internet. Dalam paket switching, seluruh paket data yang dikirim dari sebuah node akan dipecah menjadi beberapa bagian, setiap bagian memiliki keterangan mengenai asal dan tujuan dari paket data tersebut. Hal ini memungkinkan sejumlah besar potongan-potongan data dari berbagai sumber dikirimkan secara bersamaan melalui saluran yang sama, untuk kemudian diurutkan dan diarahkan ke rute yang berbeda melalui router, tidak mempergunakan kapasitas transmisi yang melewati jaringan. Data dikirim keluar dengan menggunakan rangkaian potongan-potongan kecil secara
24
berurutan yang disebut paket. Masing-masing paket melewati jaringan dari satu titik ke titik yang lain dari sumber ke tujuanpada setiap titik seluruh paket diterima, disimpan dengan cepat dan ditransmisikan ke titik berikutnya. Fungsi utama dari jaringan packet switched adalah menerima paket dari stasiun pengiriman untuk diteruskan ke stasiun penerima.
2. Virtual circuit eksternal dan internal
Virtual Circuit pada dasarnya adalah suatu hubungan secara logik yang dibentuk untuk menyambungkan dua stasiun. Paket dilabelkan dengan nomor sirkit maya dan nomor urut. Paket dikirimkan dan datang secara berurutan. Gambar berikut ini menjelaskan keterangan tersebut.
Gambar 2.5 Virtual Circuit eksternal
Stasiun A mengirimkan 6 paket. Jalur antara A dan B secara logik disebut sebagai jalur 1, sedangkan jalur antara A dan C disebut sebagai jalur 2. Paket pertama yang akan dikirimkan lewat jalur 1 dilabelkan sebagai paket 1.1, sedangkan paket ke-2 yang dilewatkan jalur yang sama dilabelkan sebagai paket 1.2 dan paket terakhir yang
25
dilewatkan jalur 1 disebut sebagai paket 1.3. Sedangkan paket yang pertama yang dikirimkan lewat jalur 2 disebut sebagai paket 2.1, paket kedua sebagai paket 2.2 dan paket terakhir sebagai paket 2.3 Dari gambar tersebut kiranya jelas bahwa paket yang dikirimkan diberi label jalur yang harus dilewatinya dan paket tersebut akan tiba di stasiun yang dituju dengan urutan seperti urutan pengiriman.
Secara internal rangkaian maya ini bisa digambarkan sebagai suatu jalur yang sudah disusun untuk berhubungan antara satu stasiun dengan stasiun yang lain. Semua paket dengan asal dan tujuan yang sama akan melewati jalur yang sama sehingga akan samapi ke stasiun yang dituju sesuai dengan urutan pada saat pengiriman (FIFO).
Gambar berikut menjelaskan tentang sirkit maya internal.
Gambar 2.6 Virtual Circuit internal
Gambar 2.6 menunjukkan adanya jalur yang harus dilewati apabila suatu paket ingin dikirimkan dari A menuju B (sirkit maya 1 atau Virtual Circuit 1 disingkat VC #1). Sirkit ini dibentuk denagan rute melewati node 1-2-3. Sedangkan untuk mengirimkan paket dari A menuju C dibentuk sirkit maya VC #2, yaitu rute yang melewati node 1-4-3-6.
26 2.5.3 Mekanisme MPLS
Berikut adalah elemen-elemen kunci operasinya ( Stalling, 2009 ) :
1. Sebelum pengarahan dan pengiriman paket-paket di FEC, suatu jalan yang melalui jaringan yang lebih dikenal dengan sebutan Label Switched Path ( LSP ) yang harus didefinisikan dan parameter QoS selama rute itu harus dibuat. Parameter QoS menentukan (1) seberapa banyak sumber daya yang harus dipakai untuk pergi ke rute itu, (2) aturan Queing dan discarding ( aturan menunggu dan membuang ) apa yang harus dibuat di setiap LSR untuk paket-paket di FEC ini.
Untuk menyelesaikan tugas ini, dua protocol digunakan untuk menukar informasi penting router :
a. Interior routing protocol, seperti RIP, digunakan untuk menukar penyampaian dan informasi router.
b. Label harus ditetepkan kepada paket-paket data untuk FEC khusus.
Suatu operator jaringan bisa menentukan explicit router secara manual dan menentukan nilai label yang sesuai. Alternatifnya, protocol digunakan untuk mendeterminasi rute dan mambuat nilai label diantara LSR yang berdekatan.
2. Sebuah paket memasuki domail MPLS melalui ujung “ingres” LSR dimana akan diproses untuk mendeterminasi lapisan jaringan mana yang dibutuhkannya, mendefinisikan QoSnya. LSR menunjuk paket ini untuk FEC yang khusus, dan maka LSP khusus menambahkan label yang sesuai kepada paket, dan mengirimkan paket tersebut. Jika
27
tidak ada LSP yang hidup ketika itu, maka ujung LSP harus bekerja sama dengan LSR-LSR yang lain untuk menentukan LSP yang baru.
3. Diantara domain MPLS, setiap LSR menerima paket, kemudian : a. membuang label yang dating dan melampirkan label yang sesuai
kepada paket.
b. Mengirim paket LSR yang berikutnya disepanjang LSP.
4. Ujung engres LSR mencopot label, membaca kepala paket IP, dan mengirimkan paket tersebut ketujuan akhir.
2.6 Virtual Private Network
VPN adalah fasilitas yang memungkinkan koneksi jarak jauh ( remote access ) menggunakan jaringan internet untuk access ke LAN dikantornya VPN menggunakan jaringan internet sehingga koneksi dengan fasilitas VPN dapat dilakukan dengan dial-up kelokal ISP dimana pemakai memakai biaya telepon dengan biaya local yang murah. VPN memberikan jaminan keamanan dan reabilitas yang ampir sama dengan jaringan pribadi.
Penggunaan VPN menjamin keamanan yang tinggi karena koneksi dengan VPN dilakukan dengan peralatan yang menerapkan metode autentifikasi untuk memberi identitas kepada pemakai dan data yang dikirim lewat VPN enkripsi. VPN client dan VPN server seolah-olah lewat jalur pribadi yang hanya dapat dipakai oleh VPN client dan VPN server tersebut, sehingga tidak dapat disadap pemakai lain. Oleh sebab itu jalur penghubung tersebut disebut jalur Virtual. ( Wijaya, 2006 : 185 ). Ada tiga macam tipe sebuah VPN, yaitu Access VPN, Intranet VPN dan Extranet VPN.
28
1. Access VPN : membuat koneksi jarak jauh untuk mengakses ke jaringan intranet atau extranet pelanggan dan pengguna bergerak dengan menggunakan analog, dial-up, ISDN, DSL, Mobile IP untuk membuat koneksi yang aman bagi mobile user, telecommunication dan kantor cabang.
2. Intranet VPN : Dengan melalui VPN sejenis ini, user dapat langsung mengakses file-file kerja dengan leluasa tanpa terikat tempat dan waktu. Apabila dianalogikan pada sebuah kantor, koneksi ke kantor pusat dapat dilakukan dari mana saja, dari kantor cabang dapat pula dibuat koneksi pribadi, dan juga dari kantor memungkinkan untuk dibuat jalur pribadi yang ekonomis.
3. Extranet VPN : Biasanya digunakan untuk fasilitas VPN yang diperuntukkan bagi pihak-pihak di luar anggota organisasi atau perusahaan, namun mempunyai hak dan kepentingan untuk mengakses data di dalam kantor. Pengguna VPN jenis ini biasanya juga diperuntukkan bagi para customer, vendor, supplier, partner dan banyak lagi dari pihak luar yang juga memilki kepentingan di dalam
3. Extranet VPN : Biasanya digunakan untuk fasilitas VPN yang diperuntukkan bagi pihak-pihak di luar anggota organisasi atau perusahaan, namun mempunyai hak dan kepentingan untuk mengakses data di dalam kantor. Pengguna VPN jenis ini biasanya juga diperuntukkan bagi para customer, vendor, supplier, partner dan banyak lagi dari pihak luar yang juga memilki kepentingan di dalam