• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.5 Indeks Hidup Layak

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP mengunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan

tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP dengan tahapan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan UNDP):

a. Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita per tahun untuk 27 komoditi dari SUSENAS Kor yang telah disesuaikan (=A).

b. Menghitung nilai pengeluaran riil (=B) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang bersangkutan.

c. Agar indikator yang diperoleh nantinya dapat menjamin keterbandingan

antar daerah, diperlukan indeks ”Kemahalan“ wilayah yang biasa disebut

dengan daya beli per unit (PPP/ Unit). Metode penghitungannya disesuaikan dengan metode yang dipakai International Comparsion Project (ICP) dalam menstandarkan GNP per kapita suatu negara. Data yang digunakan adalah data kuantum per kapita per tahun dari suatu basket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul sesuai ketetapan UNDP. Penghitungan PPP/unit dilaksanakan dengan rumus :

PPP

ni = Ri = =7

=7 … … … . . .

Di mana:

P ( i,j) = Harga komoditi j di Provinsi i

Q (i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provinsi i 2.2 Penelitian Terdahulu

Studi mengenai pembangunan manusia telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti. Secara ringkas disajikan ringkasan penetian-penelitian sejenis yang menjadi referensi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ranis & Stewart (2002) tentang pengaruh timbal-balik antara pertumbuhan ekonomi (economic growth) dan pembangunan manusia (human development) di negara-negara Amerika Latin. Mereka menggunakan model persamaan simultan, masing-masing untuk persamaan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia. Pembangunan manusia dengan proksi tingkat kematian bayi (HD) dipengaruhi oleh variabel-variabel tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (GDP growth rate = GDP), persentase belanja pemerintah untuk pendidikan terhadap PDB (public expenditure on education as a percentage of GDP = PEE) dan tingkat partisipasi kasar sekolah tingkat dasar perempuan (gross female primary school enrollment rate = FPS). Dari hasil regresi diperoleh bahwa pembangunan manusia tidak signifikan dipengaruhi pertumbuhan ekonomi, sehingga penelitian ini memiliki kelemahan dalam menjelaskan pengaruh timbal-balik antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Hanya variabel FPS di luar dummy yang signifikan menjelaskan pembangunan manusia di negara-negara Amerika Latin. Penggunaan tingkat kematian bayi sebagai proksi pembangunan manusia diperkirakan sebagai penyebab tidak baiknya hasil estimasi. Terutama dikaitkan

dengan PEE yang relatif tidak berhubungan dengan tingkat kematian bayi. Akan lebih baik jika menggunakan variabel pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan.

β. Penelitian yang ditulis oleh Brata (β00β) yang berjudul “Pembangunan Manusia

Dan Kinerja Ekonomi Regional Di Indonesia”. Penelitian ini dilakukan untuk

melihat hubungan dua arah antara pembangunan manusia dan kemiskinan. Estimasi model menggunakan metode two-stage least square (TSLS) dengan maksud untuk meminimalkan bias simultan yang ada dalam model simultan. Hasil estimasi memberikan bukti adanya hubungan dua arah antara pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi regional di Indonesia, termasuk di masa krisis. Pembangunan manusia yang berkualitas mendukung pembangunan ekonomi dan sebaliknya kinerja ekonomi yang baik mendukung pembangunan manusia. Namun dalam masing-masing hubungan ini juga disertai dengan berperannya variabel lainnya seperti peran perempuan dan tingkat ketersediaan sumber daya alam.

3. Napitulu (2007) dalam penelitian “Pengaruh Indikator Komposit Indeks

Pembanguna Manusia Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin Di

Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), data yang digunakan berupa data time series dari tahun 1990 sampai 2004. Model yang digunakan:

Y =

α

0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + u...(2.5) dimana:

X1 = angka harapan hidup (tahun) X2 = angka melek huruf (persen) X3 = konsumsi perkapita

Hasil dari penelitian ini adalah variabel angka harapan hidup, angka melek huruf dan konsumsi perkapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin.

4. Penelitian yang dilakukan oleh εulyaningsih (β008) yang berjudul “Pengaruh

Pengeluaran Pemerintah di Sektor Publik Terhadap Peningkatan Pembangunan

εanusia dan Pengurangan Kemiskinan”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan manusia dan pengaruhnya terhadap kemiskinan di Indonesia serta melihat hubungan pembangunan manusia terhadap pengurangan kemiskinan 33 provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel. Mengingat data panel merupakan gabungan dari time-series dan crosssection, maka model dapat ditulis dengan :

Yit = 0 + 1 Xit + it...(2.6) i = 1, 2, ..., N ; t = 1, 2, ..., T

dimana :

N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu

Untuk mengestimasi parameter model penelitian ini menggunakan data panel maka digunakan beberapa pendekatan yaitu diantaranya: Ordinary LeastSqua re / Pooled Least Square, Model Efek Tetap (fixed Effect) dan Model Efek Random (Random Effect). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan terhadap pembangunan manusia. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran pemerintah disektor publik juga tidak terbukti mempengaruhi kemiskinan, selain itu dalam model ke tiga pembangunan manusia berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia

(IPε) di Indonesia” bahwa variabel yang terikat dalam penelitian ini adalah

IPM, sedangkan variabel bebasnya terdiri dari pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDB, anggaran pengeluaran pemerintah, penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Hasil dari penelitian ini adalah tiga dari empat variabel memberikan pengaruh positif terhadap IPM di Indonesia, yaitu PDB, anggaran pengeluaran pemerintah, penanaman modal asing, dan variabel lainnya yaitu penanaman modal dalam negeri tidak signifikan tetapi memberikan pengaruh yang positif terhadap IPM di Indonesia.

Dokumen terkait