• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil evaluasi, keterbatasan penelitian, dan saran yang dapat diberikan kepada perusahaan yang berkaitan dengan hasil evaluasi sistem akuntansi persediaan bahan baku.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sistem Akuntansi

1. Pengertian Sistem Akuntansi

“Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi.”

“Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan secara klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi perusahaan yang sering terjadi.”

(Zaki Baridwan, 1991) “Akuntansi pada hakekatnya merupakan suatu sistem yang menerapkan teori umum informasi terhadap masalah operasi yang ekonomik dan efisien. Akuntansi membentuk sebagian besar sistem informasi umum dari suatu perusahaan yang dinyatakan secara kuantitatif.”

(Mulyadi, 1993 : 5) “Sistem akuntansi merupakan formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi.”

(Zaki Baridwan, 1991 : 4) “Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.”

(Mulyadi, 2001:3)

2. Elemen Sistem Akuntansi

Elemen yang terdapat pada sistem akuntansi yaitu (Mulyadi, 2001:3-5): a). Formulir

Formulir merupakan dokumen yang dipakai untuk merekam terjadinya transaksi. Data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam jurnal.

Contoh formulir yaitu faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek. Peranan formulir yaitu:

1). Menentukan hasil kegiatan perusahaan. Peranannya dapat dilihat dari pekerjaan membuat distribusi dan pembuatan laporan-laporan untuk pimpinan.

2). Menjaga aktiva-aktiva perusahaan dan hutang perusahaan.

Pengecekan dapat dilakukan melalui jumlah saldo dengan apa yang tertera pada formulir.

3). Memerintahkan suatu pekerjaan. Peranan ini dapat dilihat misalnya dari penggunaan surat-surat permintaan pembelian.

4). Memudahkan penyusunan rencana-rencana kegiatan, penilaian-penilaian hasil dan penyesuaian rencana.

b). Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan dari data lainnya.

8

c). Buku Besar

Buku Besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. d). Buku Pembantu

Buku Pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang terakhir.

e). Laporan

Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi dan lain-lain. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

3. Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi

Tujuan umum pengembangan sistem akuntansi yaitu (Mulyadi, 2001:19-20):

a). Menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.

b). Memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang ada baik mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya.

c). Memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern. d). Mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan akuntansi.

B. Sistem Pengendalian Intern

1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern yang dirancang dan dijalankan dengan baik dalam suatu perusahaan dapat memberikan manfaat yang cukup besar karena melalui pengendalian intern tersebut dapat mengurangi bahkan mencegah terjadinya kesalahan dan tindakan penyelewengan.

“Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan suatu struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.”

(Mulyadi, 2001: 163)

2. Elemen Sistem Pengendalian Intern

Elemen yang terdapat dalam sistem pengendalian intern yaitu (Mulyadi, 2001:164-172):

a). Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

Struktur organisasi dalam suatu organisasi hendaknya dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional, penyimpanan, otorisasi dan pencatatan agar semua pihak yang merupakan bagian dalam perusahaan mengerti akan wewenang dan tanggungjawabnya sehingga tidak terjadi lempar tanggungjawab maka harus dibuat pedoman organisasi mengenai hal tersebut.

b). Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.

10

Setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi. Setiap transaksi harus dicatat dalam dokumen yang dapat dipakai sebagai alat untuk mengadakan pengawasan terhadap transaksi untuk menjamin tingkat keandalan dan ketelitian.

c). Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Cara-cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk menciptakan praktik yang sehat antara lain:

1). Penggunaan formulir dengan nomor urut tercetak untuk mencegah dokumen yang terlewatkan, tidak terlayani atau tidak terkontrol dan pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh pihak berwenang.

2). Pemeriksaan mendadak (surprised audit)

3). Kegiatan dari awal sampai akhir tidak boleh ditangani hanya oleh satu karyawan.

4). Keharusan mengambil cuti bagi karyawan.

5). Secara periodik diadakan percobaan fisik kekayaan dengan catatannya.

6). Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektifitas unsur-unsur sistem pengendalian intern.

d). Kompetensi karyawan.

Karyawan yang ahli dan jujur di bidangnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif.

Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, dapat dilakukan dengan cara:

1). Menyeleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dibutuhkan sesuai dengan pekerjaannya.

2). Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan perkembangan tuntutan pekerjaannya.

3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Tujuan sistem pengendalian intern yaitu (Mulyadi, 2001:163): a). Menjaga kekayaan organisasi

b). Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi c). Mendorong efisiensi, dan

d). Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

C. Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku

1. Pengertian

Persediaan bagi perusahaan manufaktur terdiri dari: persediaan produk jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, dan persediaan suku cadang (Handoko, 1999:334).

Persediaan bagi perusahaan dagang hanya terdiri dari persediaan barang dagangan, yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual kembali.

12

Persediaan merupakan aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau dalam bentuk bahan atau pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

“Persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan pembantu atau pelengkap dan komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.”

(Handoko, 1999:333) Dari beberapa jenis persediaan diatas, maka yang akan dibahas lebih lanjut yaitu mengenai persediaan bahan baku saja. Beberapa pengertian persediaan bahan baku, yaitu:

“Persediaan bahan baku adalah item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan baku ini akan ditransformasikan atau dikonversi menjadi barang akhir.”

(Yamit, 1999:13) “Persediaan bahan baku merupakan persediaan bahan baku berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku dapat diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.”

(Handoko, 1999:334) Pengertian sistem akuntansi persediaan bahan baku sebagai berikut:

“Sistem akuntansi persediaan bertujuan untuk mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang.”

(Mulyadi, 2001: 553) Jadi, sistem akuntansi persediaan bahan baku merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mencatat mutasi persediaan bahan baku dari gudang yang akan digunakan dalam proses produksi untuk diolah menjadi barang jadi.

2. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi persediaan bahan baku yaitu (Mulyadi, 2001: 569-580):

a). Fungsi Gudang

Fungsi gudang bertanggungjawab untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan dan menyiapkan barang yang dipesan serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman. Selain itu juga bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai posisi persediaan di gudang. Fungsi gudang berada di tangan bagian pembelian.

b). Fungsi Produksi

Fungsi Produksi bertanggungjawab atas pembuatan perintah produksi bagi fungsi-fungsi yang ada dibawahnya yang akan terkait dalam pelaksanaan proses produksi.

Bertanggungjawab melaksanakan produksi sesuai surat order produksi dan daftar kebutuhan bahan serta daftar kegiatan produksi yang melampiri surat order produksi tersebut. Fungsi produksi berada di tangan bagian produksi.

c). Fungsi Penerimaan

Fungsi Penerimaan bertanggungjawab untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan. Selain itu juga bertanggungjawab atas

14

penerimaan barang dari fungsi pembelian. Fungsi penerimaan berada di tangan bagian penerimaan.

d). Fungsi Pengiriman

Fungsi pengiriman bertanggungjawab untuk mengirimkan kembali barang kepada pemasok.

Fungsi ini juga menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang berwenang. Fungsi pengiriman berada di tangan bagian pengiriman.

e). Fungsi Pembelian

Fungsi Pembelian bertanggungjawab memperoleh informasi harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih. Fungsi Pembelian berada di tangan bagian Pembelian.

f). Fungsi Akuntansi

Fungsi Akuntansi bertanggungjawab untuk membuat catatan utang dan catatan setiap jenis bahan baku yang disimpan di gudang. Selain itu juga bertanggungjawab untuk mencatat harga pokok persediaan yang dijual dan dibeli kedalam kartu persediaan. Fungsi Akuntansi berada di tangan bagian Akuntansi.

g). Panitia Penghitungan Fisik Persediaan

Panitia Penghitungan Fisik Persediaan bertanggungjawab melaksanakan penghitungan fisik persediaan dan menyerahkan hasilnya kepada Bagian Kartu Persediaan untuk digunakan sebagai

dasar adjustment terhadap catatan persediaan dalam kartu persediaan. Panitia Penghitungan Fisik Persediaan dilakukan oleh karyawan selain dari bagian gudang.

3. Jaringan prosedur

Jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi persediaan bahan baku antara lain (Mulyadi, 2001:569-575):

a). Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.

Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem pembelian, dan dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan yang dibeli.

b). Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok.

Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan kepada pemasok, maka transaksi retur pembelian ini akan mempengaruhi persediaan yang bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas persediaan dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan mengurangi kuantitas dan harga pokok persediaan yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan dalam kartu persediaan yang bersangkutan. Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem retur pembelian.

c). Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem akuntansi biaya produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok

16

persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai pabrik, dan suku cadang yang dipakai dalam kegiatan produksi dan kegiatan non produksi.

d). Sistem penghitungan fisik persediaan.

Sistem penghitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang hasilnya digunakan untuk meminta pertanggungjawaban Bagian Kartu Persediaan mengenai keandalan catatan persediaan yang diselenggarakan, dan untuk melakukan penyesuaian terhadap catatan persediaan di Bagian kartu Persediaan.

4. Dokumen-dokumen yang digunakan

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi persediaan bahan baku yaitu (Mulyadi, 2001:569-576):

Prosedur pencatatan harga pokok yang dibeli menggunakan dokumen sumber berupa laporan penerimaan barang (gambar II.1) dan bukti kas keluar (gambar II.2)

Laporan penerimaan barang digunakan oleh Bagian Gudang sebagai dasar pencatatan tambahan kuantitas barang dari pembelian ke dalam kartu gudang.

Bukti kas keluar yang dilampiri dengan laporan penerimaan barang, surat order pembelian, dan faktur dari pemasok dipakai sebagai dokumen sumber dalam pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli dalam register bukti kas keluar atau voucher register. Selain itu, bukti kas keluar

juga dipakai sebagai dasar pencatatan tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan ke dalam kartu persediaan.

Gambar 1. Laporan Penerimaan Barang Sumber: Mulyadi, 2001:234

18

Gambar 2. Bukti Kas Keluar

Sumber: Mulyadi, 2001:309

Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok menggunakan dokumen berupa laporan pengiriman barang (gambar II.3) dan memo debit (gambar II.4).

Laporan pengiriman barang digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat kuantitas persediaan yang dikirimkan kembali kepada pemasok ke dalam kartu gudang. Memo debit yang diterima dari bagian pembelian digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk mencatat kuantitas dan

harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok ke dalam kartu persediaan.

Gambar 3. Laporan Pengiriman Barang Sumber: Mulyadi, 2001:338

20

Gambar 4. Memo Debit

Sumber: Mulyadi, 2001:337

Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang menggunakan dokumen sumber berupa bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang (gambar II.5). Bukti ini dipakai oleh Bagian Gudang untuk mencatat pengurangan persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk mencatat berkurangnya kuantitas dan harga pokok persediaan karena pemakaian intern. Selain itu, bukti ini juga digunakan sebagai dokumen sumber dalam pencatatan pemakaian persediaan ke dalam jurnal pemakaian bahan baku atau jurnal umum.

Gambar 5. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Sumber: Mulyadi, 2001:417

Sistem penghitungan fisik persediaan menggunakan dokumen-dokumen berupa:

a). Kartu penghitungan fisik (inventory tag), digunakan untuk merekam hasil penghitungan fisik persediaan (gambar II.6).

b). Daftar hasil penghitungan fisik (inventory summary sheet), digunakan untuk meringkas data yang telah direkam dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik (gambar II.7). .

22

Gambar 6. Kartu Penghitungan Fisik Sumber:Mulyadi, 2001:577

Gambar 7. Daftar Hasil Penghitungan Fisik Sumber: Mulyadi, 2001:578

5. Catatan akuntasi yang digunakan:

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi persediaan bahan baku (Mulyadi, 2001:569-579) yaitu:

a). Kartu gudang (gambar II.8)

Kartu gudang berfungsi mencatat mutasi kuantitas persediaan produk karena transaksi penjualan.

b). Jurnal umum (gambar II.9)

Jurnal umum berfungsi mencatat jurnal harga pokok produk yang dijual untuk diposting kedalam rekening kontrol persediaan produk.

24

Gambar 8. Kartu Gudang

Sumber:Mulyadi, 2001:209

Gambar 9. Jurnal Umum

6. Unsur-unsur sistem pengendalian intern

Unsur-unsur sistem pengendalian intern dalam sistem akuntansi persediaan bahan baku dan penghitungan fisik persediaan digolongkan sebagai berikut:

a. Struktur organisasi yang memisahkan tugas dan tanggung jawab

fungsional secara tegas:

1). Fungsi pembelian terpisah dari fungsi penerimaan. 2). Fungsi pembelian terpisah dari fungsi akuntansi. 3). Fungsi penerimaan terpisah dari fungsi gudang. 4). Fungsi gudang terpisah dari fungsi produksi. 5). Fungsi gudang terpisah dari fungsi akuntansi.

6). Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang terdiri dari fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitungan dan fungsi pengecek.

7). Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selain karyawan fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan, karena karyawan di kedua fungsi inilah yang justru dievaluasi tanggungjawabnya atas persediaan.

b). Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

1). Surat permintaan pembelian diotorisasi oleh fungsi gudang. 2). Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian.

3). Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang.

26

4). Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi.

5). Memo debit untuk retur pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian.

6). Pencatatan ke dalam jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi. 7). Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang gudang diotorisasi oleh

kepala fungsi produksi yang bersangkutan.

8). Daftar hasil penghitungan fisik persediaan ditandatangani oleh Ketua Panitia Penghitungan Fisik Persediaan.

9). Pencatatan hasil penghitungan fisik persediaan didasarkan atas kartu penghitungan fisik yang telah diikuti kebenarannya oleh pemegang kartu penghitungan fisik.

c). Praktik yang sehat

1). Surat order pembelian bernomor urut tercetak.

2). Pemakaian surat order pembelian dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian.

3). Laporan penerimaan barang bernomor urut tercetak.

4). Pemakaian laporan penerimaan barang dipertanggungjawabkan oleh fungsi penerimaan.

5). Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari berbagai pemasok.

6). Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan jika fungsi ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.

7). Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari pemasok dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut dan membandingkannya dengan tembusan surat order pembelian.

8). Terdapat pengecekan terhadap harga, syarat pembelian, dan ketelitian perkalian dalam faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut diproses untuk dibayar.

9). Bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya dicap “lunas” oleh fungsi pengeluaran kas setelah cek dikirimkan kepada pemasok.

10). Memo debit untuk retur pembelian bernomor urut tercetak.

11). Pemakaian memo debit dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian.

12). Laporan pengiriman barang bernomor urut tercetak.

13). Pemakaian laporan pengiriman barang dipertanggungjawabkan oleh fungsi pengiriman.

14). Bukti permintaan dan pengeluaran barang bernomor urut tercetak. 15). Pemakaian Bukti permintaan dan pengeluaran barang

dipertanggungjawabkan oleh fungsi gudang.

16). Secara periodik dilakukan penghitungan persediaan yang ada di gudang untuk dicocokkan dengan kartu persediaan.

d). Karyawan yang kompeten

28

2). Ada persyaratan tertentu bagi calon karyawan. 3). Terdapat pelatihan bagi karyawan baru.

4). Adanya kesempatan bagi karyawan yang sudah ada untuk mendapatkan tambahan keterampilan sesuai dengan perkembangan pekerjaannya.

7. Bagan alir sistem akuntansi persediaan bahan baku dan sistem

penghitungan fisik persediaan. (Mulyadi, 2001:570-585)

Bagian Penerimaan

Gambar 10. Bagan alir prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli

Sumber: Mulyadi, 2001:570 SOP 3 Dari pemasok Dari Bagian Pembelian Menerima barang dari pemasok yang disertai dengan surat pengantar

Mulai

Dari Bagian

Pembelian 1 Dari pemasok Bagian Pembelian via

Surat SOP 4 LPB 1 Faktur Pengantar Membandingkan faktur dari pemasok dg SOP & LPB Memeriksa barang yang diterima Membuat laporan penerimaan barang Membuat bukti kas keluar SP SOP 3 3 2 Laporan 1 Penerimaan Barang N 1 Dikirim ke Bagian Gudang bersamaan

Dengan barang Register Bukti Kas Keluar T Faktur LPB 1 SOP 4 3 2 Bukti Kas Keluar

Arsip bukti kas keluar yang belum dibayar Bagian Utang 3 2 Keterangan :

SOP = Surat Order Pembelian LPB = Laporan Penerimaan Barang SP = Surat Pengantar

N = nomor T =Tanggal

30

Bagian Kartu Persediaan

Kartu Persediaan 2 3 Kartu Gudang Laporan 2 Penerimaan Barang N Selesai N Bukti Kas 2 Keluar Bagian Gudang

Gambar 10. Lanjutan bagan alir dokumen hal 29 Sumber: Mulyadi, 2001:570

Mulai Bagian Gudang Diterima dari Bagian Pembelian 4 Memo 3 Debit Menyerahkan barang kpd Bagian Pengiriman 4 Memo 3 Debit Kartu Gudang 1 4 Memo 3 Debit 1 Mengirimkan barang kpd pemasok Membuat laporan pengiriman barang 4 Memo Debit 3 2 Laporan 1 Pengiriman Barang Dikirim ke pemasok sebagai packing slip 2 N Bagian Pengiriman

Gambar 11. Bagan alir prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok Sumber: Mulyadi, 2001:572

32 Bagian Utang Diterima dari Bagian Pembelian 2 Memo 1 Debit Laporan Pengiriman Barang LPB 1 Memo 2 Debit Membandingkan jenis & kuantitas

barang Arsip bukti kas keluar yang belum dibayar LPB 1 2 Memo 1 Debit Dikirim ke pemasok T Selesai 5 2 3 Keterangan :

LPB = Laporan Pengiriman Barang T =Tanggal

Gambar 11. Lanjutan bagan alir dokumen hal 31

Bagian Kartu Persediaan

LPB 1 Memo 2 Debit

Mengisi harga pokok satuan & harga poko total pada memo debit LPB 1 Memo 1 Debit 4 Kartu Persediaan LPB 1 Memo 2 Debit 4 5 Jurnal Retur Pembelian 3 Bagian Jurnal Keterangan :

LPB = Laporan Pengiriman Barang

Gambar 11. Lanjutan bagan alir dokumen hal 31 Sumber: Mulyadi, 2001:573

34 Mulai 3 Membuat BPPBG Bagian Produksi 3 2 BPPBG 1 1 BPPBG 2 N 1 3 2 BPPBG 1 Menyerahkan barang Mengisi kuantitas barang yang diserahkan kepada BPPBG 3 2 BPPBG 1 3 Kartu Gudang N Keterangan :

BPPBG = Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang N = Nomor

2 Bagian Gudang

Gambar 12. Bagan alir prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang Sumber: Mulyadi, 2001:437

Bagian Kartu Persediaan Bagian Kartu Biaya Bagian Jurnal 2 BPPBG 1 Mengisi harga pokok pada BPPBG BPPBG 1 4 BPPBG 1 5 Kartu Harga Pokok Produk 4 Kartu Persediaan BPPBG 1 N Jurnal Pemakaian Bahan Baku 5 Selesai Keterangan :

BPPBG = Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang N = Nomor

Gambar 12. Lanjutan bagan alir dokumen hal 35 Sumber: Mulyadi, 2001:437

36

Mulai

Membagikan KPF kepada

penghitung

Pemegang Kartu Penghitungan Fisik

4 Membandingkan KPF bagian 2 KPF bagian 3 2 Prosedur kompilasi KPF bagian 2 Cocok Ya 2 5 DHPF 1 Mencatat KPF bagian 2 ke dalam DHPF Menghitung kembali KPF Tidak KPF bagian3 1 KPF Keterangan :

KPF = Kartu Penghitungan Fisik DHPF = Daftar Hasil Penghitungan Fisik

Gambar 13. Bagan alir sistem penghitungan fisik persediaan Sumber: Mulyadi, 2001:584

Penghitung (Counter) KPF Melakukan penghitungan fisik persediaan Mengisi KPF bagian 3 dan menyobek KPF bagian 3 tersebut KPF bagian 3 KPF bagian 2 KPF bagian 1 N N

Digantungkan pada tempat penyimpanan barang sebagai tanda bahwa persediaan yang bersangkutan telah dihitung

Digantungkan pada tempat penyimpanan barang bersama dengan KPF bagian 3

2

3

1

Keterangan :

KPF = Kartu Penghitungan Fisik N = Nomor

Gambar 13. Lanjutan bagan alir dokumen hal 37 Sumber: Mulyadi, 2001:584

38

Gambar 13. Lanjutan bagan alir dokumen hal 37 Sumber: Mulyadi, 2001:585

Melakukan penghitungan

fisik kedua

Pengecek (Checker) Bagian Kartu Persediaan

KPF bagian 1 5 3 Membuat bukti memorial Menerima otorisasi atas DHPF KPF bagian 2 Mengisi data hasil penghitungan pada kartu penghitungan fisik bag ke-2

KPF bagian 1 KPF bagian 2 4 Diterima dari bagian produksi

Digantungkan pada tempat penyimpanan barang gudang sebagai tanda barang telah dihitung KPF bagian 1 KPF bagian 2 Prosedur penentuan harga pokok (Pricing Procedure) Mengisi hargga pokok

per unit & menghitung harga pokok total Prosedur adjustment T Kartu Persediaan 2 DHPF 1 7 Bukti Memorial 6 Keterangan :

KPF = Kartu Penghitungan Fisik DHPF = Daftar Hasil Penghitungan Fisik T = Tanggal

Bagian Jurnal Bagian Gudang Daftar Hasil 2 Penghit. Fisik T 7 6 N Jurnal Umum Bukti Memorial Kartu Gudang Selesai

Gambar 13. Lanjutan bagan alir dokumen hal 37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dan deskriptif analitis.

Dokumen terkait