• Tidak ada hasil yang ditemukan

A Kesimpulan ... 58 B Implikasi Penelitian ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

Tsa ṡ es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

Ha H ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha Kh ka dan ha

د

Dal D De

ذ

Zal Ż zet (dengan titik di atas)

ر

Ra R Er

ز

Za Z Zet

س

Sin S se

ش

Syin Sy se nad ss

ص

Shad Ṣ es (dengan titik di bawah)

viii

غ

Gain G se

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Qi

ك

kaf K Ka

ل

Lam L Ei

م

Mim M Em

ن

nun N En

و

Wawu W We

ه

ha H Ha

أ

hamzah ‟ Apostrof

ي

ya‟ Y Ye

Hamzah (

ء

)yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda .

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tinggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

ix

َ

َ

Dammah u U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ي َ

fathah dan ya Ai a dan i

و َ

fathah dan wau Au a dan u

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan

Tanda

Nama

ي / ا , َ

fathah dan alif

atau ya

A a dan garis di

atas

ي َ

kasrah dan ya I i dan garis di

atas

و َ

dammah dan

wau U

u dan garis di atas

x

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau

mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah [t]. Sedangkanta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta

marbutah itu transliterasinya dengan (h).

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atautasydidyang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda tasydid (

َ

), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Jika huruf

ي

ber-tasydiddi akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah(

ي

), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (i).

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

لا

(alif

lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti

biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

xi

kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata,istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur‟an), sunnah, khusus dan umum.Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

9.

Lafz al-Jalalah (

الله

)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz a-ljalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka

xiii

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah mengenai Efektivitas Pelayanan Publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gowa (Perspektif Hukum Tata Negara Islam), adapun sub masalah dalam penelitian ini, yaitu 1) Bagaimana kualitas kinerja pelayanan publik di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Gowa ?, 2) Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja pelayanan publik di kantor dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Gowa ?, 3) Bagaimana perspektif hukum tata negara islam terhadap kualitas kinerja pelayanan di kantor Dinas Kepedudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gowa ?.

Jenis Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif lapangan dengan pendekatan penelitian yuridis empiris. Adapun sumber data yang digunakan yaitu hasil wawancara dengan pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Gowa dan masyarakat, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, serta berbagai literatur yang berhubungan dengan pelayanan publik. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah Klasifikasi data/kategori data, Reduksi data dan Editing data.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Kinerja Pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gowa belum memenuhi delapan indikator yang digunakan oleh peneliti. Indikator-indikator tersebut mengacu pada prinsip-prinsip penyelenggaraan pelayanan publik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Gowa antara lain: 1) Faktor jaringan, 2) Faktor Kesadaran Masyarakat, 3) Faktor Sarana dan Prasarana, 4) Faktor Anggaran. Selanjutnya Berdasarkan Perspektif Hukum Tata Negara Islam, Pelayanan yang dilakukan oleh para pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten Gowa sudah mnerapkan sikap dan perilaku Rasulullah yang merupakan suri teladan yang baik. Sikap dan perilaku tersebut diantaranya: 1) Siddiq, 2) Amanah, 3) Tabliqh, dan 4)

Fathonah.

Implikasi dalam penelitian ini adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten Gowa perlu untuk meningkatkan kualitas kinerja pelayanannya dan juga fasilitas-fasilitas yang disediakan agar masyarakat merasa nyaman. Selain itu, Pemerintah juga perlu untuk meningkatkan kualitas jaringan yang digunakan agar pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil Kabupaten Gowa menjadi lebih cepat dan masyarakat tidak perlu lagi mondar-mandir.

1

Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Menurut A.Hamid S. Attamimi, dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa negara hukum (Rechtsstaat) secara sederhana adalah negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah kekuasaan hukum.

Dalam negara hukum, hukum ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan. Sementara tujuan hukum itu sendiri antara lain “opgelegd om de samenlevingvreedzaam,

rechtvaardig, an doelmatig te ordenen” (Diletakkan untuk menata masyarakat

yang damai, adil, dan bermakna). Artinya sasaran dari negara hukum adalah terciptanya kegiatan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan yang bertumpu pada keadilan, kedamaian, dan kemanfaatan atau kebermaknaan. Dalam negara hukum eksistensi hukum dijadikan sebagai instrumen dalam menata kehidupan.1 Maka , negara Indonesia sebagai negara hukum menempatkan hukum sebagai dasar atau landasan yang harus di patuhi dalam penyelenggaraan kenegaraan,dan kemasyarakatan yang bertumpu pada keadilan, kedamaian, dan kemanfaatan atau kebermaknaan.

Salah satu tujuan didirikannya negara hukum Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang- Undang 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Hal ini mengandung makna bahwa negara dalam hal ini pemerintah memiliki kewajiban untuk memajukan kesejahteraan umum.

Bagir manan menyebutkan bahwa dimensi sosial ekonomi dari negara berdasar atas hukum adalah berupa kewajiban negara atau pemerintah untuk mewujudkan dan menjamin kesejahteraan sosial (kesejahteraan umum) dalam

1Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi(Jakarta:Rajawali Pers, 2014), h.21-22.

suasana sebesar-besarnya kemakmuran menurut asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat.2

Artinya tugas pemerintah tidaklah semata-mata hanya dibidang pemerintahan saja, melainkan harus juga melaksanakan kesejahteraan sosial menurut asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat dalam rangka mencapai tujuan negara.

Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan tujuan negara tersebut adalah dengan memenuhi kebutuhan setiap warga negara dalam hal kebutuhan dasar dan hak sipil melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima.

Pelayanan publik itu sendiri merupakan pelayanan dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan dikatakan baik jika pelayanan publik yang dilakukan berorientasi pada kepentingan masyarakat. Pelayanan yang baik dan berkualitas memberikan implikasi kepuasan kepada masyarakat, karena masyarakat secara langsung menilai terhadap kinerja pelayanan yang diberikan. Indikator kepuasan masyarakat itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah.3

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik adalah dengan membuat suatu produk hukum yang mendukung yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Undang-Undang ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pihak penyelenggara pelayanan publik maupun masyarakat. Adapun tujuan lengkap dari di buatnya undang-undang ini dijelaskan secara lengkap dalam pasal 3 undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik adalah :

a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;

b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;

2Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, h.18-19.

c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.” 4

Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik ini juga memberikan pengertian dari pelayanan publik yang dijelaskan dalam pasal 1 ayat (1), bahwa :

“pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.5

Pelayanan publik dapat dikategorikan efektif apabila masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang singkat, cepat, tepat dan memuaskan. Keberhasilan meningkatkan efektifitas pelayanan publik ditentukan oleh faktor standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara pelayanan publik, dimana standar pelayanan sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 1 ayat 7 UU No 25/2009 tentang pelayanan publik merupakan tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.6 Jadi, pelayanan terhadap masyarakat seharusnya cepat, mudah, terjangkau dan Terukur dengan ditunjang oleh tata cara pelayanan yang baik dan sumber daya aparatur yang kompeten dan berkualitas.

Kompetensi dan kualitas pelayanan seperti diamanatkan dalam UU ASN diharapkan dapat memberikan implikasi yang lebih baik terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.. Disamping itu, kompetensi dan kualitas ASN

4Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,” dalam Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (t.t.:permata press,t.th.), h.96.

5Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,” dalam Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (t.t.:permata press,t.th.), h.94.

6

Felix Avian Reandrianta , Jurnal Efektivitas Pelayanan Publik Bidang Kependudukan

Dan Catatan Sipil Pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik (22 Januari 2015) , h.2.

mempunyai dampak perubahan yang signifikan terhadap sistem birokrasi pemerintahan serta menghasilkan output yang diharapkan, yaitu tata pemerintahan yang baik dan penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas, sehingga aspek internal dalam pemerintahan juga mengalami perubahan yang lebih baik, yaitu pola pikir atau mindset, karakter, manajemen dan sistem yang ada dalam birokrasi serta dalam aspek eksternalnya yaitu kepuasan masyarakat terhadap penerimaan pelayanan.7

Akan tetapi kenyataannya, kondisi penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sendi pelayanan, antara lain yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar penduduk belum seperti harapan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengaduan, keluhan masyarakat, baik disampaikan secara langsung kepada pimpinan unit pelayanan maupun surat pembaca pada berbagai media massa.8

Semenjak berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik hingga sekarang masih menimbulkan permasalahan. Karena Undang-Undang tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah. Secara empiris pelayanan publik masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani, bukan yang dilayani. Hal yang sama juga terungkap dalam pemberitaan Harian Kompas dengan tajuk “Melayani atau Dilayani” disebutkan bahwa birokrat cenderung memposisikan diri sebagai “priyayi” jika berhadapan dengan warga masyarakat. Kalau masyarakat perlu berbagai surat izin dan surat keterangan lainnya, atau meminta pelayanan lainnya, atau meminta pelayanan kesehatan dan kebersihan, maka masyarakat cenderung memposisikan dirinya sebagai “abdi dalem” yang membutuhkan pelayanan dari priyayi. Karena masyarakat sering kali bersikap menyenangkan hati para sang priyayi yang nota bene adalah birokrat pelayan publik. Apapun caranya, dari

7Hayat, Manajemen pelayanan publik, h. 2-4.

8Zaenal Mukarom, Muhibudin wijaya laksana, membangun kinerja pelayanan publik

mulai bersikap ramah hingga pemberian uang sebagai upeti.9 Ini artinya bahwa pemerintah atau aparatur sipil negara dalam berbagai sendi pelayanan belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan amanah karena sesungguhnya sudah menjadi tugas dan kewajiban mereka untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya tanpa harus masyarakat “melayani” mereka.

Berbicara tentang amanah, dalam hukum tata negara islam juga mewajibkan kepada seseorang ataupun pemimpin untuk menjalankan amanah yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Nisā/4:58 yang berbunyi :

َّ نِإ

َّ

ههي ُل ِسَّا ههُيُْ ُي َُّني َِّا هه كلاَّيُنههيهسََُُّاههُيْي ي َّايتِإيََّ ههيذِلُوي َّهيلِإَّ ِ ههيإ يكيُناَّاَألْي ههُهََُّني ََُُّ ُمُكُرههيأَّي هه للا

َّ ِلُد

ۚ

َّ

َّ نِإ

َّ

َّي هه للا

َّ

يِْ ِإ

َّ

ََُُّ ُظِ يأ

َّ

َِّ ِس

َّ

ۚ

َّ

َّ نِإ

َّ

َّي للا

َّ

َّين ي

َّ

ً يِيسَ

َّ

اًيرِصيس

Terjemahannya :

Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.10

Menurut Quraish Shihab, ayat ini mengandung perintah kepada kaum muslimin untuk menunaikan amanah-amanah, baik amanah Allah maupun amanah manusia secara sempurna dan tepat waktu kepada pemiliknya. Amanah adalah asas keimanan dan merupakan sendi utama interaksi. Meninggalkan amanah adalah khianat. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya tidak ada iman bagi yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi yang tidak menepati janji. Demikian pula, Allah memerintahkan untuk menetapkan hukum diantara manusia dengan adil sesuai dengan apa yang diajarkan Allah SWT., tidak memihak kecuali kepada kebenaran dan tidak pula menjatuhkan sanksi kecuali kepada yang melanggar, tidak menganiaya sekalipun musuh dan tidak pula

9Restu Dedis Ahdhan, Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Paser, vol 2 no.2,

h. 2187, http://perpustakaan.unmul.ac.id/ejournal/index.php/um/article/download/166/138/ (diakses tanggal 27 Maret 2018).

10Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Jakarta: PT.Dharma Karsa Utama, 2015), h.87.

memihak meskipun teman. Menunaikan amanah dan berlaku adil dalam menetapkan hukum harus dilaksanakan tanpa membedakan agama, keturunan atau ras.11

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gowa ( Perspektif Hukum Tata Negara Islam )”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada penelitian ini adalah Efektifitas Pelayanan Publik dan Hukum Tata Negara islam

2. Deskripsi Fokus

a. Efektifitas Pelayanan Publik.

Efektifitas adalah suatu konsep yang dapat dipakai sebagai sarana untuk mengukur keberhasilan suatu organisasi. Sedangkan pelayanan publik adalah Suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memenuhi kebutuhan orang banyak. Efektifitas Pelayanan Publik yang akan dibahas oleh peneliti adalah dari segi kinerja pelayanannya apakah sudah sesuai atau belum dan juga faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja pelayanan tersebut.

b. Hukum tata negara islam

Hukum tata negara islam yang dimaksud peneliti yaitu apakah penyelenggaraan pelayanan publik di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan sipil sudah sesuai dengan konsep ketatanegaran Islam atau tidak. Seperti yang kita ketahui bahwa berkenaan dengan kehidupan bernegara, Al- Qur’an dalam batas-batas tertentu tidak memberikan pemerian. Al- Qur’an hanya memaktubkan tata nilai. Demikian pula As-Sunnah. Jadi, penulis hanya melihat apakah nilai-nilai

11Abd.Halim Talli, Asas-asas peradilan dalam risalah Al-Qada kritik terhadap beberapa

yang ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah sudah diterapkan dalam pelayanan publik atau belum.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dikemukakan pokok masalah yaitu “Bagaimana Efektivitas Pelayanan Publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gowa Perspektif Hukum Tata Negara Islam ?”

Adapun sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas kinerja pelayanan publik di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Gowa ?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja pelayanan publik di kantor dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Gowa ? 3. Bagaimana perspektif hukum tata negara islam terhadap kualitas kinerja

pelayanan di kantor Dinas Kepedudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gowa ?

D. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Hayat dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Publik, buku ini mengandung prinsip-prinsip untuk menciptakan kualitas pelayanan publik yang prima, berkualitas dan profesional. Dalam buku ini membahas tentang bagaimana merencanakan dan melakukan evaluasi terhadap aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelayan bagi masyarakat. Fokus dalam buku ini mengarah kepada bagaimana peningkatan pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur sipil negara sebagai bentuk tugas dan tanggung jawab yang melekat dalam dirinya. Sedangkan peneliti lebih berfokus pada bagaimana efektivitas penyelenggaraan pelayanan publik dalam suatu instansi pemerintahan yang terkait pelayanan publik dalam hal ini kantor dinas kependudukan dan catatan sipil kabupaten Gowa.

2. Dr. H. Zaenal Mukarom, M.Si. dan Muhibudin Wijaya Laksana, S.Sos., M.Si dalam bukunya Membangun Kinerja Pelayanan Publik Menuju

Clean Government And Governance, dalam buku ini membahas tentang

hakikat kinerja serta konsep dalam membangun kinerja pelayanan publik, secara lengkap penyajian buku ini diawali dari landasan filosofis, konsep dan aplikasi pelayanan, berturut-turut membahas konsep pelayanan publik, konsep kinerja pelayanan publik, konsep membangun kinerja pelayanan publik, konsep manajemen kinerja pelayanan publik, perencanaan, tata laksana, monitoring evaluasi, pelaporan kinerja pelayanan publik dan pada bagian akhir diberikan gambaran model pelayanan prima dalam pelayanan publik, dan sebagai penutup diberikan gambaran model peningkatan kualitas kinerja pelayanan publik.

Perbedaan antara buku ini dengan apa yang dibahas peneliti adalah buku ini membahas pelayanan publik secara umum sedangkan peneliti membahas pelayanan publik bukan hanya secara umum tetapi juga dalam perspektif hukum tata negara Islam.

3. Abd. Rais Asmar dalam jurnalnya Pelayanan Publik di bidang

Administrasi kependudukan (studi kasus di kota Makassar), Jurnal ini

membahas tentang faktor-faktor yang menyebabkan masalah dalam pengurusan identitas warga dalam hal administratif, langkah strategis pemerintah dalam memperbaiki sistem pelayanan publik di kantor dinas kependudukan dan catatan sipil kota Makassar dan efektivitas pelaksanaan Perda kota Makassar Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil.

Perbedaan mendasar antara jurnal ini dengan apa yang dibahas peneliti adalah jurnal ini menggunakan locus di kantor dinas kependudukan dan catatan sipil kota Makassar sedangkan peneliti menggunakan locus di kantor dinas kependudukan dan catatan sipil kabupaten Gowa. Dan juga rumusan masalah antara jurnal ini dengan rumusan masalah yang dibahas peneliti juga berbeda.

4. Restu Dedis Ahdhan, dalam jurnalnya Implementasi undang-undang

nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik pada dinas kependudukan dan pencatatan Sipil kabupaten Paser, jurnal ini membahas tentang

pelayanan publik pada dinas kependudukan dan pencatatan Sipil kabupaten Paser termasuk didalamnya kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasinya.

Perbedaan yang paling mendasar antara jurnal ini dengan apa yang dibahas peneliti adalah dari segi locusnya. Jurnal ini menggunakan locus di Kabupaten Paser sedangkan peneliti menggunakan locus di kabupaten Gowa.

5. Hasniati, dalam jurnalnya Sikap dan Perilaku Birokrat Garis-Depan

dalam Pelayanan Publik Ditinjau Dari Perspektif Syariat Islam, jurnal ini

membahas tentang bagaimana cara untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik dan berkualitas dengan memperhatikan salah satu variabel yang sangat penting yaitu aspek sikap dan perilaku para birokrat garis-depan. Dalam jurnal ini, penulis merujuk kepada sifat Nabi Muhammad saw untuk dijadikan sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik) dalam bersikap dan berperilaku ketika memberikan pelayanan kepada publik. Perbedaan antara jurnal ini dengan apa yang dibahas peneliti adalah jurnal ini hanya membahas pelayanan publik menurut islam sedangkan peneliti tidak

Dokumen terkait