• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

A. Corporate Social Responsibility (CSR)

Setiap perusahaan di seluruh dunia akan melakukan berbagai macam

kegiatan yang terencana untuk dapat meningkatkan eksistensi perusahaan

dan menjadi perusahaan yang Good Bussiness. Salah satu kegiatannya adalah

Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR adalah kegiatan-kegiatan sosial

yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosialperusahaan

terhadap masyarakat luas dan lingkungan. Usaha sosial perusahaan telah

dikonsepkan lebih luas sebagai tugas manajerial untuk mengambil tindakan

melindungi dan mengembangkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus

memberikan keuntungan bagi perusahaan. Jadi kegiatan CSR pada dasarnya

merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat sekaligus

sebagai sarana untuk membangun reputasi dan meningkatkan keunggulan

perusahaan dalam bersaing.

Menurut The World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD), dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan

CSR sebagai komitmen dunia untuk terus menerus bertindak secara etis,

beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,

bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya

sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara

Menurut Syam (2007), pandangan lain tentang CSR yang lebih

komprehensif, dikemukakan oleh Prince of Wales International Business

Forum yang di Indonesia dipromosikan oleh Indonesia Business Links, CSR

menyangkut lima pilar yaitu :

1. Building Human, adalah menyangkut kemampuan perusahaan untuk

memiliki dukungan sumber daya manusia yang andal (internal) dan

masyarakat (ekternal). Perusahaan dituntut untuk melakukan

pemberdayaan, biasanya melalui community development.

2. Strengthening Economies, adalah memberdayakan ekonomi komunitas.

3. Assesing Social Cohesion, maksudnya perusahaan menjaga

keharmonisan dengan masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan

konflik.

4. Encouraging Good Governance, artinya perusahaan dijalankan dalam

tata kelola yang baik.

5. Protecting The Environment, artinya perusahaan harus menjaga

kelestarian lingkungan.

A.1 Tahap-Tahap Penerapan CSR

Menurut Wibisono (2007) dalam Akbar (2008) perusahaan yang telah

berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu awareness

Buildingmerupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai

arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan

antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok dan lain-lain.

CSR assessement merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan

dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas

perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur

perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah

selanjutnya adalah membangun CSR Manual. Hasil penilaian merupakan

dasar penyusunan manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang

mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking, menggali dari referensi

atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah praktis, penyusunan

manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli

independen dari luar perusahaan. Manual ini merupakan inti dari

perencanaan karena memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi

komponen perusahaan. Penyusunan manual CSR digunakan sebagai

acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial

kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan

mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak

seluruh elemen perusahaan guna tercapainya program yang terpadu, efektif

dan efesien.

2. Tahap Implementasi

Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan

tujuan CSR secara keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak

merasakan manfaat yang optimal. Padahal, anggaran yang telah

dikeluarkan tidak kecil. Oleh karena itu, perlu disusun strategi untuk

menjalankan rencana yang telah dirancang. Tahap implementasi terdiri

atas tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.

Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan berbagai aspek yang terkait

dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR.

Tujuan utama sosialisasi ini adalah program CSR mendapat dukungan

penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam pelaksanaannya

dapat berjalan lancar. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya

harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasar pada roadmap

yang telah disusun. Sedangkan internalisasi adalah tahap jangka panjang.

Internalisasi mencakup upaya-upaya memperkenalkan CSR di dalam

seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem manajemen

kinerja, prosedur pengadaaan, proses produksi, pemasaran dan proses

bisnis lainnya. Sehingga penerapan CSR menjadi strategi perusahaan

bukan lagi sebagai upaya untuk compliance tapi sudah beyond

compliance.

3. Tahap Evaluasi

Setelah program CSR diimplementasikan, langkah berikutnya

adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang diperlukan

secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana

keputusan. Misalnya keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau

memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program

yang telah diimplementasikan.

Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen

untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah

dilakukan. Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan

dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian risiko

perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessement audit atau scoring juga

dapat dilakukan secara mandatori.

4. Tahap Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik

untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan

keterbukaan informasi material yang relevan mengenai perusahaan. Jadi

selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder

lainnya yang memerlukan.

B. Konsep Triple Bottom Line

Istilah Triple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun

1997 melalui bukunya “ Cannibals with Forks, the Triple Bottom line of Twentieth Century Business”. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin

juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan

masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian

lingkungan (planet) dapat terlihat pada gambar 1.

Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi berpijak pada single

bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi

finansialnya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan

lingkungannya.

1.Keuntungan (Profit)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari

setiap kegiatan usaha. Tidak heran apabila fokus utama dari seluruh

kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga

saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap

pemegang saham. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan

pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup

perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh antara lain dengan

meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga

perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan

nilai tambah semaksimal mungkin. Peningkatan produktivitas bisa

diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja melalui penyederhanaan

proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses

dan pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat mungkin

Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga sebagai

berikut:

2. Masyarakat Pemangku Kepentingan (People)

Masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena

dukungan mereka sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup

dan perkembangan perusahaan. Sehingga menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dengan perusahaan. Untuk itu jika ingin tetap bertahan dan

diterima, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan

manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat sekitar. Selain itu juga perlu

disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada

masyarakat.

Sosial (Social)

Lingkungan (Planet) Keuntungan (Profit)

3. Lingkungan (Planet)

Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah lingkungan.

Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan

manusia. Semua kegiatan yang manusia lakukan berhubungan dengan

lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh manusia

tergantung bagaimana memperlakukannya. Hubungan manusia dengan

lingkungan adalah hubungan sebab akibat, dimana jika manusia merawat

lingkungan, maka lingkungan pun akan memberikan manfaat kepada

manusia. Sebaliknya, jika lingkungan dirusak, maka akan mendapat

akibatnya. Namun sebagian besar dari manusia masih kurang peduli

dengan lingkungan sekitar. Hal ini antara lain disebabkan karena tidak ada

keuntungan langsung di dalamnya. Keuntungan merupakan inti dari dunia

bisnis, namun banyak pelaku industri yang hanya mementingkan

bagaimana menghasilkan laba sebesar-besarnya tanpa melakukan upaya

pelestarian lingkungan. Kurangnya kepedulian terhadap lingkungan

berakibat dengan timbulnya bermacam penyakit, bencana lingkungan atau

kerusakan alam lainnya. Mendongkrak laba dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi memang penting namun tidak kalah pentingnya

juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu perlu penerapan

C. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development) 1.Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Hasil Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de

Janeiro, Brazil, 1992 telah menyepakati perubahan sebuah paradigma

pembangunan yang selama ini dilaksanakan. Dari sebuah paradigma yang

bertumpu pada pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi

pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Menurut

Budimanta, dalam Akbar (2008)Pembangunan berkelanjutan adalah suatu

gagasan paradigma yang berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan masa

kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi

kebutuhannya.

Salah satu sasaran utama dari pembangunan berkelanjutan adalah

upayanya dalam meningkatkan taraf hidup manusia sehingga kemiskinan

dapat ditekan sedemikian rupa. Kemiskinan memang merupakan masalah

utama yang dihadapi oleh dunia. Kemiskinan tidak hanya akan

mengurangi akses masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber

penghidupannya namun juga akan meningkatkan kerawanan sosial karena

akan selalu memunculkan rasa ketidakpuasan dan kecurigaan antar pihak.

Kemiskinan disini tidak hanya berbicara pada dimensi kesempatan

ekonomi semata tetapi juga kemampuan untuk mengelola diri sendiri dan

pemberdayaannya. Salah satu usulan utama yang berkembang adalah

untuk dapat mempunyai kemampuan berkembang, dengan meningkatkan

keterbatasan kesempatan ekonomi dan juga tidak melupakan asas-asas

keberlanjutan lainnya seperti sosial dan lingkungan.

Kemudian hasil ini dimatangkan dalam pertemuan Yohanesburg tahun

2002 dengan mengacu pada keberlanjutan dalam sektor manusia, sosial,

lingkungan dan ekonomi. Menurut Lonergan dalam Yakin (1997) untuk

menjamin terlaksananya pembangunan yang berwawasan lingkungan/

berkelanjutan, ada 3 dimensi penting yang harus dipertimbangkan yaitu:

1. Dimensi ekonomi, yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh

unsur makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan

bagaimana sumberdaya alam diperlakukan dalam analisa ekonomi.

2. Dimensi politik, yang mencakup proses politik yang menentukan

penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhan pendidikan dan

degradasi lingkungan pada semua negara. Dimensi ini juga termasuk

peranannya sebagai agen masyarakat dan struktur sosial dan

pengaruhnya terhadap lingkungan.

3. Dimensi sosial dan budaya, yang mengkaitkan antara tradisi atau

sejarah,dominasi ilmu pengetahuan barat serta pola pemikiran dan

tradisi agama. Ketiga dimensi ini berinteraksi satu sama lain untuk

mendorong terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainability

Menurut Sutamihardja (2004), sasaran pembangunan berkelanjutan

mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:

a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi

(intergenaration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya

alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas

yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta

diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan

serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.

b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam

dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan

ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik

bagi generasi yang akan datang.

c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk

kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan

pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar

generasi.

d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan

baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).

e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat

jangka panjang ataupun lestari antar generasi.

f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai

2. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Menurut Haris (2000) melihat bahwa konsep keberlajutan dapat

diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, (1) keberlajutan ekonomi yang

diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan

jasa secara kontinu untuk memelihara keberlajutan pemerintahan dan

menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak

produksi pertanian dan industri. (2) Keberlajutan lingkungan: Sistem

keberlanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumber daya

yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi

penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan

keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya

yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi. (3). Keberlajutan

sosial, keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu

mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan,

pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

3. Strategi Pembangunan Berkelanjutan

3.1.Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial

Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial

harus dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan

faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan,

meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi

dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara

langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan

adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan

miskin semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara

sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian

pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang

yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini.

Ini berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan

generasi masa datang dalam memenuhi kebutuhannya.

3.2.Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman

Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk

memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara

berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman

hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem..

Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan

yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan

terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.

3.3.Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara

manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang

bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian

tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial.

yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan

yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam

kelembagaan.

3.4.Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang

Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa

depan,.implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan

yang melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan

mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi

normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah

perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka

jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan

ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.

4. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan

Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan

pendekatan pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan

berbagai aspek kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis,

ekonomi, sosial budaya, politik, serta keberlanjutan pertahanan dan

keamanan.

4.1.Keberlanjutan Ekologis

Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan

keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin keberlanjutan

ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:

a.Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang

kehidupan dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas,

adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara dan seluruh

kehidupan berkelanjutan.

b.Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas

tatanan lingkungan yaitu ; daya dukung, daya asimilatif dan

keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan. ketiga untuk

melaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan

lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan modifikasi

ekosistem, kurangi konversi lahan subur dan kelola dengan buku

mutu ekologis yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak

melampaui daya asimilatifnya lingkungan.

c.Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang menentukan keberlanjutan proses ekologis. Proses

yang menjadikan rangkaian jasa pada manusia masa kini dan masa

mendatang. Terdapat tiga aspek keanekaragaman hayati yaitu

keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan lingkungan. Untuk

mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut perlu hal-hal

berikut yaitu “menjaga ekosistem alam dan area yang representatif

tentang kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan,

untuk keanekaragaman dan keberlanjutan keanekaragaman spesies,

konservatif terhadap konversi lahan pertanian”.

Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan

merupakan hal penting untuk keberlanjutan ekosistem. Hal ini

dapat dilaksanakan melalui : pencegahan pencemaran lingkungan;

rehabilitasi dan pemulihan ekosistem dan sumberdaya alam yang

rusak; meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan

binaan manusia.

4.2.Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi dari perspektif pembangunan memiliki

dua hal utama keduanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan

tujuan aspek keberlanjutan lainya. Keberlanjutan ekonomi makro

menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong

efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional.

Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi

ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan

meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut

diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi mencakup

reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi

tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan,

kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan

4.3.Keberlanjutan Ekonomi Sektoral

Penyesuaian kebijakan yang meningkatkan keberlanjutan ekonomi

makro secara jangka pendek akan mengakibatkan distorsi sektoral

yang selanjutnya mengabaikan keberlanjutan ekologis. Hal ini harus

diperbaiki melalui kebijaksanaan sektoral yang spesifik dan terarah.

Oleh karena itu penting mengindahkan keberlanjutan aktivitas dan

ekonomi sektoral.

Untuk mencapai keberlanjutan ekonomi sektoral, berbagai kasus

dilakukan terhadap kegiatan ekonomi. Pertama, sumberdaya alam

yang nilai ekonominya dapat dihitung harus diperlakukan sebagai

kapital yang tangibble dalam kerangka akunting ekonomi, kedua,

secara prinsip harga sumberdaya alam harus merefleksi biaya ekstaksi,

ditambah biaya lingkungan dan biaya pemanfaatannya.

Pakar ekonomi harus mengidentifikasi dan memperlakukan sumber

daya sebagai sumber yang terpulih, tidak terpulihkan, dan lingkungan

hidup. Sumber yang terpulihkan seperti hutan dapat memberikan

manfaat secara berkelanjutan bila tidak memperlakukan produktivitas

ekonomi sebagai fungsi yang pasif atau jasa yang mengalir;

menggunakan prinsip pengelolaan yang berkelanjutan, sedangkan

sumber yang tidak terpulihkan mempunyai jumlah absulut dan

berkurang bila dimanfaatkan. Oleh karena itu pada kondisi seperti ini

Pembangunan berkelanjutan dalam konteks sumberdaya yang tidak

dapat dipulihkan berarti: pemanfaatan secara efisien sehingga dapat

dimanfaatkan oleh generasi masa mendatang dan diupayakan agar

dapat dikembangkan substitusi dengan sumberdaya terpulihkan;

membatasi dampak lingkungan pemanfaatannya sekecil mungkin,

karena sumberdaya lingkungan adalah biosfer, secara menyeluruh

sumberdaya ini tidak menciut akan tetapi berpariasi sesuai dengan

kualitasnya.

4.4.Keberlanjutan Sosial Budaya

Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya dinyatakan

dalam keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas

hidup seluruh manusia. Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai

empat sasaran yaitu:

a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen

politik yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat,

memperkuat peranan dan status wanita, meningkatkan kualitas,

efektivitas dan lingkungan keluarga.

b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi

kemiskinan dan mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanjutan

pembangunan tidak mungkin tercapai bila terjadi kesenjangan pada

distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan terhadap

keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan

dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata,

pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.

c. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan

menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan

dengan memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional demi

manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi.

d. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan

keputusan. Beberapa persyaratan dibawah ini penting untuk

keberlanjutan sosial yaitu : prioritas harus diberikan pada

pengeluaran sosial dan program diarahkan untuk manfaat bersama,

investasi pada perkembangan sumberdaya misalnya meningkatkan

status wanita, akses pendidikan dan kesehatan, kemajuan ekonomi

harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan

harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif,

kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus yaitu dengan menggunakan

pendekatan penelitian deskriptif kualitatif yang mana data digambarkan secara

objektif berdasarkan fakta yang diperoleh di lokasi penelitian yang berkaitan

dengan tanggung jawab sosial perusahaan dalam hubungannya dengan

implementasi konsep sustainable development di program CSR PT. Sritex,

pengentasan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat, persepsi

masyarakat penerima program CSR, termasuk kendala-kendala yang dihadapi

PT. Sritex dalam mengimplementasikan program CSR.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Jetis Sukoharjo dan

karyawan PT. Sri Rejeki Isman (Sritex)

2. Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dipilih

berdasarkan penilaian atau pandangan dari peneliti berdasarkan maksud

Adapun kriteria yang ditetapkan untuk sampel adalah :

1. Masyarakat yang telah tinggal di lokasi penelitian dan karyawan yang

Dokumen terkait