BAB I PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM
H. Istinbat Hukum
I. Penutup
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Alquran adalah barometer
34 Al-Khazin, Luba>b al-Ta’wi>l , Juz II, h. 195
35 Al-Zuh}aili, Tafsi>r al-Muni>r, Juz VI, h. 219
bagi kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Karena dalam perjalanan waktu, kitab-kitab sebelumnya telah mengalami banyak perubahan yang dilakukan oleh umatnya sendiri.
Kedua, setiap umat memiliki shariat dan manhaj sendiri-sendiri, ada yang masih sesuai dan diberlakukan bagi umat Muhammad, dan ada yang dihapus. Meskipun shariat dan manhajnya berbeda, namun ada beberapa titik temu dalam prinsip-prinsip akidah (keyakinan agama), prinsip-prinsip shariat, dan prinsip-prinsip akhlak.
Ketiga, kewajiban menegakkan hukum sesuai dengan ketentuan yang diturunkan oleh Allah swt. Ketika ada kasus ahli kitab diajukan pada kita sekarang, maka kita harus menegakkan hukum yang berlaku sekarang (shariat Islam), bukan dengan shariat masa lalu.
Keempat, tantangan atau godaan dalam penegakan hukum sering muncul. Allah swt. mengingatkan jangan sampai tertipu oleh hawa nafsu, bujukan atau tipu daya orang Yahudi (orang yang
sedang berperkara). Kelima, Allah akan menimpakan musibah
kepada orang yang tidak taat pada hukum, di dunia maupun di akhirat, sebagai balasan atas ketidak patuhan atau dosa-dosa yang mereka perbuat.
RAGAM ALAT BUKTI BERACARA DI PENGADILAN
A. Pendahuluan
Untuk memperkuat tuntutan, diperlukan beberapa alat bukti, tanpa alat bukti yang kuat , tuntutan akan tertolak. Alat bukti beracara di pengadilan cukup banyak dan terus berkembang. Pada awalnya pembuktian masih relatif sederhana, yaitu cukup
pengakuan dan persaksian. Kemudian seiring dengan
berkembangnya kuantitas dan kualitas perkara, kebutuhan terhadap alat bukti untuk beracara di pengadilan juga ikut berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat memperkaya ragam alat bukti. seperti adanya camera
CCTV( Closed Circuit Television) , Alat pelacak sidik jari,
INAFIS (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System), saksi ahli dan lain-lainnya, dapat menganalisis perkara secara akurat, sehingga hakim dapat menjatuhkan hukuman dengan tepat, dan terhindar dari kemungkinan salah.
Terdapat beberapa ayat yag membicarakan alat bukti antara lain sebagai berikut: Alat bukti beracara di Pengadilan, QS. Baqarah [2]: 224-225, 282-283, QS. Nisa>’ [4]: 6,135, QS. al-Ma>’idah [5]: 8, 89, QS. al-Nah}l [16]: 91-94, QS.Yu>suf [12]: 26-28 dan QS. al-H}ujura>t [49]: 6.
Pemilihan QS.Yu>suf [12]: 26-28, untuk dibahas, karena memuat paling banyak alat bukti dalam berperkara (ikrar, saksi dan dokumen). Ada ayat lain yang memuat dua macam alat bukti (saksi dan dokumen/catatan), yaitu QS. al-Baqarah [2]:282-283, hanya tidak dalam konteks berperkara di pengadilan, konteknya dalam perdagangan.
B. Teks Ayat dan Terjemahnya
Adapun redaksi teks QS.Yu>suf [12]: 26-28 adalah sebagi berikut:
ُهَو ۡتَقَد َصَف ّٖلُبُق نِم َدُق ۥُه ُصيِمَق َن َكَ نإ ٓاَهِلۡهَأ ۡنِ م ٞدِها َش َدِه َشَو ِّۚ ِسِۡفَن نَع ِنِۡتَد َو ََٰر َ ِهِ َلاَقِ
َنِم َو
َيِۡبِذَٰ َكۡل أ
٢٦
َيِۡقِدَٰ َصل أ َنِم َوُهَو ۡتَبَذَكَف ّٖرُبُد نِم َدُق ۥُه ُصيِمَق َنَكَ ن
ِ
إَو
٢٧
ۥُه َصيِمَق إَءَر اَمَلَف
َدُق
ٞيم ِظَع َنُك َدۡيَك َنإ َِۖنُكِدۡيَك نِم ۥُهَنِ إ َلاَق ّٖرُبُد نِمِ
٢٨
Artinya:“Yusuf berkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)", dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: "Jika baju gamisnya koyak di muka, Maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, Maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar." Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar." (QS.Yu>suf [12]: 26-28).
C. Analisis Beberapa Kata
Pada awal ayat, Allah berfirman:
ٓاَهِلۡهَأ ۡنِ م ٞدِها َش َدِه َشَو ِّۚ ِسِۡفَن نَع ِنِۡتَد َو ََٰر َ ِهِ َلاَق
Frasa يِنۡتَدَو ََٰر َيِه yang berarti Ia (Zulaikha, kata Yusuf) memintaku untuk menundukkan diri kepadanya. Perkataan ini sebagai pertahanan diri setelah ia (Zulaikha) memperlihatkan (mengancam) kepadanya penjara dan azab, andaikata ia tidak
berbohong, maka ia (Yusuf) tidak berkata demikian.37 Kata ini
diambil dari al-mura>wadah yang berarti ajakan dan permintaan
dengan lembut dan penuh bujukan (al-ira>dah wa al-t}alab bi rifqin
wa layyin wa mukha>da’ah) dengan kata lain merayu dan
membujuknya.38
Selanjutnya, frasa ٞدِهاَش َدِهَشَو yang berarti “dan bersaksilah seorang saksi dari keluarganya.” Dikatakan ia anak lelaki dari pamannya (Zulaikha) atau anak lelaki dari bibinya, yang masih
bayi di atas buaian yang dijadikan oleh Allah dapat berbicara.39
Dalam hal ini terdapat beberapa pendapat. Ibn al-Arabi
mempunyai pendapat berbeda tentang makna “sha>hidun”.
Menurutnya, bahwa yang dimaksud bukanlah saksi yang memberikan informasi berkenaan dengan hukum, yang dengannya hakim bisa mengambil ketetapan hukum. Akan tetapi, yang dimaksud ayat tersebut adalah seseorang yang menginformasikan tentang pengetahuan yang telah dilupakan oleh suatu komunitas (kaum), yaitu hukum kebiasaan yang apabila baju ditarik dari belakang, maka ia akan robek di arah belakang itu, dan apabila
ditarik dari arah depan, baju itu akan robek di bagian depannya.40
37Al-Zuh}aili, Tafsi>r al-Muni>r, Juz XII, h. 246-247.
38Al-Shawkani, Fath al-Qadi>r, Juz IV, h. 18
39Ibid.
40Abu Bakar Muhammad ibn Abdillah ibn ‘Arabi (selanjutnya disebut Ibn al-‘Arabi), Ahka>m Alquran, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1988), Juz III, h. 48
Kata ahl dalam ayat di atas dipakai untuk orang yang terhubung dengan lainnya dalam agama, keturunan, nasab,
pekerjaan, negeri, dan lainnya. Kata ahliha> pada ayat ini diartikan
dengan istri Al-‘Aziz. Ahl al-bait ialah orang yang mendiami
rumah. Ahl al-Bait sering dinisbatkan kepada keluarga Nabi
Muhammad. Hewan yang sudah terbiasa dengan suatu tempat juga
dinamakan ahli. Semua orang Islam dinamakan ahl al-Isla>m,
karena mereka terikat dengan satu keyakinan. Anaknya Nabi Nuh as. yang tidak taat kepadanya dikatakan: “dia bukan ahlimu…” (QS. 11 [ Hud]: 46), walaupun dia anaknya sendiri, karena Islam telah menghilangkan batas-batas nasab dan keturunan, diganti dengan ikatan agama.
َن َكَ ن
ِ
إ
ُه ُصيِمَق
ُق ۥ
َد
َنِم َوُهَو ۡتَق َد َصَف ّٖلُبُق نِم
َيِۡبِذَٰ َكۡل أ
Kata “qami>s}uhu” dalam potongan ayat tersebut berarti
baju orang Arab sering membacanya huruf ‘qaf ‘ dengan G, yaitu
gamis. Sementara kata “qudda” berarti koyak atau robek, yakni
robeknya baju Yusuf tidak menyamping, tetapi memanjang, dari
atas ke bawah. Kata kaz}ibi>n adalah bentuk jamak dari kata ka>z}ib
yang berarti pembohong atau pendusta, bukan mukadhdhibi>n.
ُهَو ۡتَبَذَكَف ّٖرُبُد نِم َدُق ۥُه ُصيِمَق َن َكَ ن
ِ
إَو
َيِۡقِدَٰ َصل أ َنِم َو
Kata “al-s}a>diqin” berarti termasuk golongan orang yang benar. Orang yang dinyatakan orang yang benar adalah s}adiq. Itu sebabnya, gelar al-s}iddiq yang disematkan kepada khalifah Abu Bakar ra. merupakan pengakuan terhadap dirinya sebagai orang yang banyak membenarkan Nabi Muhammad saw. Sementara kata “Inna kaidakunna” adalah bentuk tipu daya yang sesungguhnya.