Bab ini berisi kesimpulan dari materi yang dibahas dan saran peneliti untuk pembaca dan peneliti selanjutnya.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Himpunan
Istilah himpuanan seringkali dijumpai ketika mempelajari aljabar abstrak. Hal ini dikarenakan himpunan merupakan dasar dari berbagai pembahasan-pembahasan mengenai struktur aljabar. Definisi himpunan dapat dilihat sebagai berikut:
Definisi 1
Himpunan adalah kumpulan obyekโobyek yang mempunyai sifat yang sama, obyekโobyek tersebut selanjutnya disebut sebagai anggota dari himpunan (Bhattacharya, 1990:3).
Obyek tersebut dapat berupa benda konkrit, seperti meja, kursi, dan lain-lain, atau dapat pula berupa benda abstrak seperti bilangan, fungsi dan yang sejenisnya.
Misal ๐ด adalah himpunan, jika ๐ฅ sebuah obyek pada ๐ด, maka ๐ฅ dikatakananggota dari ๐ด dan ditulis ๐ฅ โ ๐ด. Jika ๐ด tidak mempunyai anggota himpunan kosong dan dinotasikan dengan ๐ด = ๐ . Jika ๐ด mempunyai anggota sekurang-kurangnya satu anggota maka ๐ด disebut himpunan tak kosong. Jika ๐ด adalah himpunan berhingga, banyaknya obyek yang berbeda di ๐ด disebut order dan dinotasikan ๐ด .
10 Contoh:
๐ด adalah himpunan semua bilangan prima yang kurang dari 10, maka ๐ด = {2,3,5,7}
Atau dapat ditulis sebagai ๐ด = {๐ฅ|๐ฅ < 10, ๐ฅ ๐ ๐๐๐๐๐} Order ๐ด adalah ๐ด = 4
Definisi 2
Misal ๐ด dan ๐ต himpunan, himpunan ๐ด dikatakan himpunan bagian dari himpunan ๐ต jika memenuhi โ๐ ๐ ๐ด โ ๐ ๐ ๐ต dan dinotasikan ๐ด โ ๐ต (๐ด termuat dalam atau sama dengan ๐ต) ( Bhattacharya, 1990:40).
Contoh:
Misalkan ๐ด = {5๐|๐ ๐ ๐} ๐ต = {2๐ โ 1|๐ ๐ ๐} ๐ = {1,2,3,4,5,6,7,8, โฆ }
Maka ๐ด โ ๐ dan ๐ต โ ๐ tetapi ๐ด โ ๐ต (๐ด bukan himpunan bagian dari ๐ต). Setiap anggota dari ๐ด adalah juga anggota dari ๐. Setiap anggota dari ๐ต adalah juga anggota dari ๐. Tetapi tidak setiap anggota dari ๐ด merupakan anggota dari ๐ต.
2.2 Relasi
Suatu relasi ๐ dari suatu himpunan A ke himpunan B adalah sub himpunan dari ๐ด ร ๐ต. Himpunan {๐ฅ: (๐ฅ, ๐ฆ) โ ๐} disebut daerah asal (domain) dari ๐ dan himpunan {๐ฆ: (๐ฅ, ๐ฆ) โ ๐} disebut himpunan daerah hasil (range). Invers dari ๐, dinotasikan ๐โ1, adalah relasi dari B ke A didefinisikan sebagai ๐โ1 = { ๐ฆ, ๐ฅ : (๐ฅ, ๐ฆ) โ ๐}. Jika ๐ด = ๐ต, sebarang sub himpunan dari ๐ด ร ๐ด disebut relasi
11 dalam himpunan ๐ด. Jika ๐ suatu relasi dan (๐ฅ, ๐ฆ) โ ๐, dikatakan bahwa ๐ฅ direlasikan oleh ๐ ke ๐ฆ (Raisinghania dan Aggarwal, 1980: 11).
Contoh
Misalkan ๐ = {2,3,4} dan ๐ = {2,4,8,9,15}. Jika didefinisikan relasi R dari P ke Q dengan (๐, ๐) โ ๐ jika ๐ habis membagi ๐ maka diperoleh ๐ = { 2,2 , 2,4 , 4,4 , 2,8 , 4,8 , 3,9 , (3,15)}.
2.3 Fungsi (Pemetaan)
Misalkan ๐ dan ๐ adalah dua himpunan tak-kosong, maka fungsi atau pemetaan dari ๐ ke ๐ adalah suatu korespondensi yang menghubungkan setiap elemen ๐ฅ dari ๐, suatu elemen tunggal dinyatakan oleh ๐(๐ฅ) dari ๐ dan ditulis:
๐: ๐ โ ๐
yang berarti bahwa ๐ adalah pemetaan dari ๐ ke ๐. Elemen ๐(๐ฅ) dari ๐ terhubung dengan elemen ๐ฅ dari ๐ disebut image dari ๐ฅ atau bayangan dari ๐ฅ, sedangkan ๐ฅ disebut pre-image dari ๐(๐ฅ) (Raisinghania dan Aggarwal, 1980: 14).
Fungsi f memetakan ๐ ke ๐ dapat direpresentasikan dengan gambar berikut:
Gambar 2.3: Fungsi ๐ Memetakan ๐ ke ๐
Contoh
Misalkan ๐: โค โ โค didefinisikan oleh ๐ ๐ฅ = ๐ฅ2. Daerah asal dari ๐ adalah himpunan bilangan bulat, dan image dari ๐ adalah himpunan
12 bilangan bulat tidak-negatif (karena kuadrat dari sembarang bilangan bulat tidak mungkin negatif).
Jika ๐ adalah suatu pemetaan dari ๐ ke ๐, maka tidak mungkin bahwa sebuah elemen dari ๐ boleh mempunyai dua image. Di pihak lain, hal ini sangat memungkinkan bahwa dua atau lebih elemen-elemen ๐ mempunyai image yang sama. Jika setiap elemen dari ๐ yang berbeda tidak ada yang mempunyai image yang sama, yaitu elemen-elemen yang berbeda dari ๐ mempunyai image-image yang berbeda, maka pemetaan tersebut disebut fungsi satu-satu. Jadi, ๐ adalah fungsi satu-satu jika dan hanya jika ๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฆ โ ๐ฅ = ๐ฆ. Dalam pemetaan ini, setiap elemen dari ๐ harus mempunyai image di ๐, tetapi beberapa elemen dari dari ๐ boleh tidak mempunyai pre-image sama sekali. Jika setiap elemen dari ๐ mempunyai sekurang-kurangnya satu pre-image di ๐, maka pemetaan tersebut disebut fungsi onto (fungsi pada). ๐ disebut domain (daerah asal) dari ๐ dan himpunan ๐(๐) terdiri dari semua image dari elemen-elemen ๐ disebut range (daerah hasil) dari ๐. Jadi, ๐ adalah fungsi onto jika dan hanya jika ๐ ๐ = ๐. Pemetaan ๐ผ dari ๐ ke ๐ didefinisikan ๐ผ ๐ฅ = ๐ฅ, โ๐ฅ โ ๐ disebut pemetaan identitas pada ๐. Jika fungsi ๐ adalah fungsi satu-satu sekaligus fungsi onto, maka fungsi ๐ disebut fungsi bijektif (Raisinghania dan Aggarwal, 1980: 14).
Contoh
Relasi ๐ = { 1, ๐ฅ , 2, ๐ข , (3, ๐ฃ)} dari ๐ด = {1,2,3} ke ๐ต = {๐ข, ๐ฃ, ๐ค, ๐ฅ} merupakan fungsi injektif karena tidak ada dua elemen A yang mempunyai bayangan yang sama.
13 Contoh
Relasi ๐ = { 1, ๐ค , 2, ๐ข , (3, ๐ฃ)} dari ๐ด = {1,2,3} ke ๐ต = {๐ข, ๐ฃ, ๐ค} merupakan fungsi pada karena semua elemen B merupakan hasil dari ๐. Contoh
Relasi ๐ = { 1, ๐ข , 2, ๐ค , (3, ๐ฃ)} dari ๐ด = {1,2,3} ke ๐ต = {๐ข, ๐ฃ, ๐ค} adalah fungsi yang berkorespondensi satu-satu, karena ๐ adalah fungsi satu-satu maupun fungsi pada.
2.4 Fungsi Identitas
Misal A adalah sebarang himpunan. Misal f adalah suatu fungsi dari himpunan A ke A atau f : A โ A. jika setiap anggota himpunan A dipasangkan oleh f kepada dirinya sendiri, dengan kata lain f(x) = x, โ x โ A, maka fungsi f disebut fungsi identitas.
Digambarkan pada kartesius berikut.
y
y=x
Gambar 2.4
2.5 Fungsi Surjektif (kepada atau onto)
Misalkan A dan B adalah himpunan, dan f adalah fungsi dari A ke B. Fungsi f disebut fungsi pada jika R( f ) = B. Jadi, f : AโB disebut fungsi pada jika untuk masing-masing y โ B dan xโA sehingga f (x) = y . Fungsi pada sering
14 disebut juga dengan fungsi surjektif atau fungsi onto. Jika f fungsi surjektif, maka
f disebut surjeksi (Bartle danSherbert, 2000:8).
Contoh (2): Selidiki apakah g : ๐ โ Z+ yang didefinisikan oleh g(x) = x2 adalah fungsi onto!
Jawab : ambil 2 โ Z+ Sedemikian hingga x2 = 2
x = ยฑ 2 โ ๐ berarti 2 tidak punya prapeta di Z
Jadi g(x) = x2 bukan fungsi onto.
2.6 Fungsi Injektif
Misal A dan B adalah sebarang himpunan. Misal f adalah suatu fungsi dari himpunan A ke himpunan B, fungsi f dikatakan fungsi injektif (satu-satu) jika โ x1, x2 โ A dengan x1 โ x2 maka f(x1) โ f(x2).
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa โ x1, x2 โ A dengan f x1 = f(x2) maka x1 = x2.
Dari pernyataan diatas maka berakibat bahwa anggota himpunan A yang berbeda (prapeta berbeda) akan mempunyai bayangan yang berbeda pula.
Fungsi 1-1 dapat digambarkan pada diagram panah sebagai berikut.
A B M N
15 Contoh (1): Selidiki apakah f : R โ R yang didefinisikan oleh ๐ ๐ฅ = 2x โ 3
adalah fungsi injektif!
Jawab : ๐๐๐๐๐ ๐ฅ1, ๐ฅ2 โ ๐ ๐ ๐ฅ1 = 2๐ฅ1โ 3 ๐๐๐ ๐ ๐ฅ2 = 2๐ฅ2โ 3 ๐๐๐ ๐๐ ๐ ๐ฅ1 = ๐(๐ฅ2) ๐๐๐๐ 2๐ฅ1โ 3 = 2๐ฅ2โ 3
2๐ฅ1= 2๐ฅ2 ๐ฅ1 = ๐ฅ2
Karena ๐ฅ1, ๐ฅ2 โ ๐ dengan ๐ ๐ฅ1 = ๐(๐ฅ2) berlaku ๐ฅ1 = ๐ฅ2 maka fungsi ๐ ๐ฅ = 2๐ฅ โ 3 adalah fungsi 1-1.
Contoh (2): Selidiki apakah g : R โ R yang didefinisikan oleh g x = x2 โ 1 adalah fungsi 1-1!
Jawab : ambil sebarang a, b โ R maka f a = a2โ 1 dan f b = b2โ 1 misal f a = f b maka a2โ 1 = b2โ 1
sehingga a2 = b2
a2โ b2 = 0 (a + b)(a โ b) = 0 a = โb atau a = b Jadi g x = x2 โ 1 bukan fungsi 1-1
2.7 Fungsi Bijektif (1-1 dan onto)
Misal A dan B adalah sebarang himpunan. Misal f adalah suatu fungsi dari himpunan A ke himpunan B, fungsi f dikatakan fungsi bijektif jika f adalah fungsi onto (surjektif) dan 1-1 (injektif).
16 Selanjutnya untuk menyelididki suatu fungsi adalah bijektif maka harus ditunjukkan bahwa fungsi tersebut adalah onto dan menunjukkan pula bahwa fungsi tersebut 1-1.
Contoh (1): Selidiki apakah f : Z โ 2Z yang didefinisikan oleh f(x) = 4x adalah fungsi bijektif!
Jawab : Z = {โฆ,-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,โฆ} 2Z = {โฆ,-6, -4, -2, 0, 2, 4, 6,โฆ}
(i) Pertama, akan diselidiki bahwa fungsi tersebut apakah 1-1. Ambil sebarang a, b, โ Z maka f(a) = 4a dan f(b) = 4b Misal f(a) = f(b) maka berlaku 4a = 4b sehingga a = b.
Karena untuk sebarang a, b, โ Z dengan f(a) = 4a berlaku a = b Maka f(x) = 4a adalah fungsi 1-1.
(ii) Kedua, akan diselidiki apakah fungsi tersebut adalah onto. Ambil 2 โ 2Z yang berarti f(a) = 2
Sehingga 4a = 2 a = 1
2 โ ๐
karena 2 tidak punya prapeta di Z maka fungsi f(x) = 4x bukan fungsi onto. Jadi f : Z โ 2Z yang didefinisikan dengan f(x) = 4x bukan fungsi bijektif, melainkan fungsi 1-1 dan into.
2.8 Fungsi Invers
Misalkan ๐ adalah fungsi satu-satu dari himpunan ๐ ke himpunan ๐ dan misalkan ๐ฆ adalah sebarang elemen dari ๐, maka ๐ merupakan fungsi onto, elemen ๐ฆ di ๐ akan mempunyai pre-image ๐ฅ di ๐ sehingga ๐(๐ฅ) = ๐ฆ dan ๐
17 merupakan fungsi satu-satu, ๐ฅ harus tunggal. Jadi, jika ๐ adalah fungsi satu-satu onto maka memetakan elemen ๐ฆ di ๐ terdapat elemen tunggal ๐ฅ di ๐ sedemikian sehingga ๐(๐ฅ) = ๐ฆ. Jadi, suatu fungsi yang dinyatakan ๐โ1 didefinsikan sebagai:
๐โ1: ๐ โ ๐ โถ ๐โ1 ๐ฆ = ๐ฅ, โ๐ฆ โ ๐ โ ๐ ๐ฅ = ๐ฆ.
Fungsi ๐โ1 disebut invers dari ๐ dan merupakan fungsi satu-satu dan onto dari Y ke ๐. Fungsi ๐ dikatakan mempunyai invers (inversible) jika dan hanya jika satu-satu dan onto (Raisinghania dan Aggarwal, 1980: 16).
Contoh
๐: ๐ + โ ๐ +: ๐ ๐ฅ = ๐๐ฅ, โ๐ฅ โ ๐ +
dimana ๐ + menyatakan himpunan semua bilangan real positif. Maka ๐ adalah fungsi satu-satu dan onto karena ๐ ๐ฅ1 = ๐ ๐ฅ2 โ ๐๐ฅ1 = ๐๐ฅ2 โ ๐ฅ1 = ๐ฅ2. Dan untuk setiap ๐ฅ โ ๐ + terdapat (๐๐๐ ๐ฅ) โ ๐ + sedemikian sehingga ๐(๐๐๐ ๐ฅ) = ๐๐๐๐ ๐ฅ = ๐ฅ. Oleh sebab itu, fungsi invers didefinisikan
๐โ1: ๐ + โ ๐ +: ๐โ1 ๐ฆ = ๐๐๐ ๐ฆ , โ๐ฆ โ ๐ +.
Raisinghania dan Aggarwal (1980: 17) menyatakan dalam sebuah teorema bahwa misalkan ๐, ๐, dan ๐ adalah sembarang tiga himpunan tak-kosong dan misalkan ๐ dan ๐ adalah fungsi satu-satu ๐ pada ๐ dan ๐ pada ๐ berturut-turut sehingga ๐ dan ๐ merupakan dua fungsi yang inversible maka (๐ โ ๐) juga
inversible dan
๐ โ ๐ โ1 = ๐โ1โ ๐โ1
18 Untuk menunjukkan bahwa (๐ โ ๐) inversible, maka harus ditunjukkan bahwa (๐ โ ๐) adalah fungsi satu-satu dan onto. Misalkan ๐ฅ dan ๐ฆ adalah dua elemen sebarang dari ๐, maka
๐ โ ๐ ๐ฅ = ๐ โ ๐ ๐ฆ ๐(๐ ๐ฅ ) = ๐(๐ ๐ฆ )
๐ ๐ฅ = ๐ ๐ฆ [๐ adalah fungsi satu-satu] ๐ฅ = ๐ฆ [๐ adalah fungsi satu-satu] Jadi, (๐ โ ๐) adalah fungsi satu-satu.
Untuk menunjukkan bahwa (๐ โ ๐) adalah fungsi onto, misalkan ๐ง adalah sebarang elemen dari ๐, maka ๐ fungsi onto jika terdapat ๐ฆ โ ๐ sedemikian sehingga ๐ ๐ฆ = ๐ง. Begitu juga ๐ adalah onto jika terdapat ๐ฅ โ ๐ sedemikian sehingga ๐ ๐ฅ = ๐ฆ. Akibatnya,
๐ โ ๐ ๐ฅ = ๐ ๐ ๐ฅ
= ๐ ๐ฆ [๐ ๐ฅ = ๐ฆ] = ๐ง [๐ ๐ฆ = ๐ง]
Sehingga untuk sebarang ๐ง โ ๐, terdapat ๐ฅ โ ๐ sedemikian sehingga ๐ โ ๐ ๐ฅ = ๐ง. Jadi, ๐ โ ๐ adalah fungsi onto. Karena ๐ โ ๐ adalah fungsi satu-satu dan onto, maka ๐ โ ๐ inversible. Selanjutnya
๐ โ ๐ ๐ฅ = ๐ง โ ๐ โ ๐ โ1 ๐ง = ๐ฅ โฆ (i) ๐โ1 โ ๐โ1 ๐ง = ๐โ1 ๐โ1 ๐ง
= ๐โ1(๐ฆ) [๐ ๐ฆ = ๐ง โ ๐ฆ = ๐โ1(๐ง)] = ๐ฅ [๐ ๐ฅ = ๐ฆ โ ๐ฅ = ๐โ1(๐ฆ)] ๐โ1โ ๐โ1 ๐ง = ๐ฅ โฆ (ii)
19 Jadi, dari (i) dan (ii) diperoleh ๐ โ ๐ โ1 = ๐โ1โ ๐โ1.
2.9 Operasi Biner
Kita mengenal dua macam operasi yaitu operasi uner dan operasi biner. Pertama, operasi uner adalah operasi yang dikenakan kepada satu unsur, contoh operasi uner adalah pangkat dan akar pangkat. Misal pangkat 2 cukup dikenakan kepada unsur tunggal, misalnya 3, jadi 3 pangkat 2 adalah 9, ditulis 32 = 9. Kedua, operasi biner adalah operasi yang dikenakan kepada dua unsur. Yang termasuk operasi biner ini kita kenal dengan operasi dasar aritmetika seperti penjumlahan (+), pengurangan (โ), pembagian (รท), dan perkalian (ร). Misal suatu operasi biner dilambangkan dengan โ โ โ yang dikenakan kepada suatu himpunan R, maka operasi biner โ dapat kita definisikan sebagai
โ โถ ๐ ร ๐ โ ๐
โ ๐, ๐ = ๐ โฆ ๐๐๐๐๐๐ ๐, ๐, ๐ โ ๐ artinya ๐ โ ๐ = ๐
Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa operasi biner ๏ช adalah bersifat tertutup di ๐ . Jadi operasi biner bersifat tertutup tetapi tidak berlaku sebaliknya yaitu bahwa operasi yang tertutup belum tentu operasi biner. Contohnya adalah operasi pangkat diatas. Operasi pangkat dua atau kuadrat yang dikenakan kepada himpunan bilangan bulat bersifat tetutup artinya hasilnya tetap bilangan bulat tetapi operasi pangkat dua adalah uner.
Dummit dan Foote (1980: 17) menyebutkan definisi dari operasi biner sebagai berikut:
1. Operasi biner " โ " pada suatu himpunan ๐บ adalah suatu fungsi โ: ๐บ ร ๐บ โ ๐บ. Untuk setiap ๐, ๐ โ ๐บ dapat dituliskan ๐ โ ๐ untuk โ (๐, ๐).
2. Suatu operasi biner " โ " pada suatu himpunan ๐บ adalah assosiatif jika untuk setiap ๐, ๐, ๐ โ ๐บ, ๐ โ ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ โ ๐.
20 3. Jika " โ " operasi biner pada suatu himpunan ๐บ, elemen-elemen ๐, ๐ โ ๐บ dikatakan komutatif jika ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐. Dikatakan " โ " (atau ๐บ) komutatif jika untuk setiap ๐, ๐ โ ๐บ, ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐.
4. Setiap unsur di ๐บ punya invers) atau balikan terhadap operasi โ
Misal ๐โ1 adalah invers dari unsur ๐ di ๐บ โ ๐ โ ๐บ โ ๐โ1 โ ๐บ sehingga ๐โ1โ ๐ = ๐ โ ๐โ1 = ๐ผ
Jika ๐โ1โ ๐ = ๐ผ maka ๐โ1 disebut invers kiri dari unsur ๐ Jika ๐ โ ๐โ1 = ๐ผ maka ๐โ1 disebut invers kanan dari unsur ๐ Jika invers kanan = invers kiri maka dikatakan ada invers unsur ๐ Contoh
Misalkan ๐ต = himpunan bilangan bulat. Operasi + (penjumlahan) pada ๐ต merupakan operasi biner, sebab operasi + merupakan pemetaan dari ๐ต ร ๐ต โ ๐ต, yaitu โ(๐, ๐) โ ๐ต ร ๐ต maka (๐ + ๐) โ ๐ต. Jumlah dua bilangan bulat adalah suatu bilangan bulat pula. Operasi รท (pembagian) pada ๐ต bukan merupakan operasi biner pada ๐ต sebab terdapat (๐, ๐) โ ๐ต ร ๐ต sedemikian sehingga (๐ รท ๐) โ ๐ต, misalnya (3,4) โ ๐ต ร ๐ต dan (3: 4) โ ๐ต (Sukirman, 2005: 35).
2.10 Grup
Himpunan tak-kosong ๐บ dikatakan grup jika dalam ๐บ terdapat operasi biner yang dinyatakan dengan " โ ", sedemikian sehingga menurut Herstein (1975: 28) :
21 1. Untuk setiap ๐, ๐, ๐ โ ๐บ mengakibatkan ๐ โ ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ โ ๐ (sifat
assosiatif)
2. Terdapat suatu elemen ๐ โ ๐บ sedemikian sehingga ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ = ๐ untuk setiap ๐ โ ๐บ (๐ adalah elemen identitas di ๐บ)
3. Untuk setiap ๐ โ ๐บ, terdapat suatu elemen ๐โ1 โ ๐บ sedemikian sehingga ๐ โ ๐โ1 = ๐โ1 โ ๐ = ๐ (๐โ1 adalah invers dari ๐ di ๐บ).
Contoh
โค adalah himpunan bilangan bulat, (โค, +) adalah grup karena berlaku: 1. Untuk setiap ๐, ๐ โ โค maka (๐ + ๐) โ โค. Jadi, operasi + adalah operasi
biner pada โค atau dengan kata lain, operasi + tertutup di โค.
2. Untuk setiap ๐, ๐, ๐ โ โค maka ๐ + ๐ + ๐ = ๐ + ๐ + ๐. Jadi, โค dengan operasi + (penjumlahan) memenuhi sifat assosiatif.
3. Terdapat elemen identitas yaitu 0 โ โค sedemikian sehingga ๐ + 0 = 0 + ๐ = ๐, untuk setiap ๐ โ โค.
4. Untuk setiap ๐ โ โค terdapat ๐โ1 yaitu (โ๐) โ โค sedemikian sehingga ๐ + โ๐ = โ๐ + ๐ = 0
Elemen (โ๐) adalah invers dari ๐.
Karena himpunan โค dengan operasi + (penjumlahan) memenuhi aksioma-aksioma grup, maka (โค, +) adalah grup.
Grup (๐บ,โ) dikatakan abelian (komutatif) jika untuk setiap ๐, ๐ โ ๐บ berlaku ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ (Arifin, 2000: 36).
22 Misalkan ๐ sembarang bilangan bulat tertentu dan misalkan ๐บ = {๐ โ ๐ โถ ๐ โ โค } adalah himpunan semua perkalian bilangan bulat dengan bilangan bulat tertentu ๐. Maka ๐บ adalah grup abelian dengan operasi + (penjumlahan). Himpunan ๐บ dengan operasi + (penjumlahan) menurut Raisinghania dan Aggarwal (1980: 34-35) memenuhi :
1. Jika ๐ โ ๐ dan ๐ โ ๐ adalah dua elemen sembarang dari ๐บ maka ๐ โ ๐ + ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ + ๐
Karena ๐, ๐ โ โค maka (๐ + ๐) โ โค
Akibatnya ๐ โ (๐ + ๐) = ๐ โ ๐ + ๐ โ ๐ adalah perkalian bilangan bulat (๐ + ๐) dengan ๐, sehingga ๐ โ ๐ + ๐ โ ๐ โ ๐บ.
Jadi, ๐บ tertutup terhadap operasi + (penjumlahan). 2. Jika ๐ โ ๐, ๐ โ ๐, ๐ โ ๐ โ ๐บ maka:
๐ โ ๐ + ๐ โ ๐ + ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ + ๐ + ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ + ๐ + ๐
= ๐ โ ๐ + ๐ + ๐ [keassosiatifan penjumlahan bilangan bulat] = ๐ โ ๐ + ๐ โ ๐ + ๐ [hukum distributif perkalian terhadap penjumlahan]
= ๐ โ ๐ + {๐ โ ๐ + ๐ โ ๐} Jadi, penjumlahan assosiatif di ๐บ.
3. Terdapat 0 โ โค sedemikian sehingga ๐ โ 0 = 0 โ ๐บ, untuk sembarang elemen ๐ โ ๐ dari ๐บ,
23 = ๐ โ ๐ [jadi, 0 + ๐ = ๐]
๐ โ ๐ + ๐ โ 0 = ๐ โ ๐ + 0 [hukum distributif] = ๐ โ ๐ [jadi, 0 + ๐ = ๐]
Jadi, ๐ โ 0 + ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ + ๐ โ 0 = ๐ โ ๐, โ๐ โ ๐ โ ๐บ
4. Jika ๐ โ ๐ adalah sembarang elemen di ๐บ, maka ๐ adalah bilangan bulat dan begitu juga โ๐ dan oleh sebab itu ๐ โ โ๐ adalah elemen ๐บ
๐ โ โ๐ + ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ + ๐ โ โ๐ = ๐ โ 0 = 0
Jadi, setiap elemen ๐ โ ๐ di ๐บ mempunyai invers penjumlahan yaitu ๐ โ โ๐ di ๐บ.
5. Jika ๐ โ ๐ dan ๐ โ ๐ adalah dua elemen sembarang dari ๐บ maka
๐ โ ๐ + ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ + ๐ [distributif perkalian terhadap penjumlahan]
= ๐ โ ๐ + ๐ [kekomutatifan penjumlahan bilangan bulat] = ๐ โ ๐ + ๐ โ ๐
Jadi, penjumlahan komutatif di ๐บ. Jadi, (๐บ, +) adalah grup abelian.
2.11 Sifat-Sifat Grup
Jika ๐บ grup dengan operasi โ, maka menurut Dummit dan Foote (1991: 19) berlaku:
1. Identitas di ๐บ adalah tunggal
2. Untuk setiap ๐ โ ๐บ, ๐โ1 adalah tunggal 3. ๐โ1 โ1 = ๐, untuk setiap ๐ โ ๐บ 4. ๐ โ ๐ โ1 = ๐โ1 โ (๐โ1)
24 Sukirman (2005: 47) menambahkan:
5. (Sifat penghapusan atau kanselasi)
Jika (๐บ,โ) suatu grup, maka โ๐, ๐, ๐ โ ๐บ berlaku:
i) Jika ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐, maka ๐ = ๐ (sifat kanselasi kiri) ii) Jika ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐, maka ๐ = ๐ (sifat kanselasi kanan) Bukti :
Bukti dari sifat-sifat grup (1) dan (2) menurut Dummit dan Foote (1991: 19) : (1) Jika ๐ dan ๐ keduanya identitas, ๐, ๐ โ ๐บ, maka dengan aksioma
dari definisi grup ๐ โ ๐ = ๐ (ambil ๐ = ๐ dan ๐ = ๐). Dengan aksioma yang sama ๐ โ ๐ = ๐ (ambil ๐ = ๐ dan ๐ = ๐). Jadi, ๐ = ๐. Jadi, identitas dari ๐บ adalah tunggal.
(2) Diasumsikan ๐ dan ๐ keduanya invers dari ๐, misal ๐ identitas dari ๐บ. Dengan ๐ โ ๐ = ๐ dan ๐ โ ๐ = ๐, sehingga
๐ = ๐ โ ๐ [definisi ๐] = ๐ โ (๐ โ ๐) [๐ = ๐ โ ๐]
= ๐ โ ๐ โ ๐ [sifat assosiatif]
= ๐ โ ๐ [๐ = ๐ โ ๐]
= ๐ [definisi ๐]
Jadi, ๐ = ๐. Jadi, invers dari ๐ adalah tunggal. (3) Untuk setiap ๐ โ ๐บ maka ๐โ1 โ ๐บ sehingga
๐ โ ๐โ1 = ๐โ1 โ ๐ = ๐ (๐ adalah elemen identitas). (i) ๐ โ ๐โ1 = ๐
25 ๐ โ ๐โ1 โ ๐โ1 โ1 = ๐โ1 โ1 [assosiatif] ๐ โ ๐ = ๐โ1 โ1 ๐ = ๐โ1 โ1 (ii) ๐โ1โ ๐ = ๐ ๐โ1 โ1โ ๐โ1 โ ๐ = ๐โ1 โ1 โ ๐ ( ๐โ1 โ1โ ๐โ1) โ ๐ = ๐โ1 โ1 [assosiatif] ๐ โ ๐ = ๐โ1 โ1 ๐ = ๐โ1 โ1
Dari (i) dan (ii), maka ๐ = ๐โ1 โ1. Sehingga ๐โ1 โ1 = ๐
Bukti sifat-sifat grup (4) menurut Arifin (2000: 37) : (4) Misal ๐ = ๐ โ ๐ โ1, sehingga dengan definisi
๐, ๐ โ ๐ โ ๐ = ๐. Dengan sifat assosiatif diperoleh ๐ โ ๐ โ ๐ = ๐. Kedua ruas dioperasikan dengan ๐โ1 dari kiri untuk memperoleh bentuk:
๐โ1 โ ๐ โ ๐ โ ๐ = ๐โ1 โ ๐
Pada ruas kiri dikenakan sifat assosiatif operasi dan pada ruas kanan dikenakan definisi identitas ๐, diperoleh:
๐โ1โ ๐ โ ๐ โ ๐ = ๐โ1
๐ โ ๐ โ ๐ = ๐โ1 [definisi identitas] ๐ โ ๐ = ๐โ1 [definisi identitas]
Kedua ruas dioperasikan dengan ๐โ1 di sebelah kiri dan dengan cara yang sama:
26 ๐โ1 โ ๐ โ ๐ = ๐โ1โ ๐โ1 ๐โ1โ ๐ โ ๐ = ๐โ1โ ๐โ1 [sifat assosiatif] ๐ โ ๐ = ๐โ1 โ ๐โ1 [definisi identitas] ๐ = ๐โ1โ ๐โ1 [definisi identitas] ๐ โ ๐ โ1 = ๐โ1 โ ๐โ1 [definisi ๐]
Jadi terbukti bahwa ๐ โ ๐ โ1 = ๐โ1 โ ๐โ1 .
Bukti sifat-sifat grup (5) menurut Sukirman (2005: 47) : (5) i) ambil sembarang ๐, ๐, ๐ โ ๐บ dan diketahui bahwa
๐ โ ๐ = ๐ โ ๐, maka
๐โ1 โ ๐ โ ๐ = ๐โ1โ (๐ โ ๐) [๐บ grup dan ๐ โ ๐บ, maka ๐โ1 โ ๐บ] ๐โ1โ ๐ โ ๐ = ๐โ1 โ ๐ โ ๐ [sifat assosiatif]
๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ [definisi identitas] ๐ = ๐
ii) ambil sembarang ๐, ๐, ๐ โ ๐บ dan diketahui bahwa ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐, maka
๐ โ ๐ โ ๐โ1 = ๐ โ ๐ โ ๐โ1 [๐บ grup dan ๐ โ ๐บ, maka ๐โ1 โ ๐บ] ๐ โ (๐ โ ๐โ1) = ๐ โ (๐ โ ๐โ1) [sifat assosiatif]
๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ [definisi identitas] ๐ = ๐
2.12 Tabel Cayley
Dalam sebuah grup senantiasa melibatkan hanya satu operasi tertentu. Pendefinisian dari operasi pada suatu himpunan tak kosong merupakan salah satu
27 syarat cukup untuk dapat mengkontruksi suatu struktur grup. Pendefinisan operasi pada himpunan berhingga (finite) dapat dilakukan dengan cara yang mudah yaitu dengan membuat tabel yang berisi hasil operasi dari masing-masing dua elemen di himpunan tersebut. Tabel ini disebut tabel Cayley (Sulandra, 1996: 55).
Contoh:
Misalkan A grup dengan operasi pada himpunan tersebut adalah operasi biner " โ ". Himpunan ๐ด = ๐, ๐ , ๐ elemen identitas. Maka tabel Cayley dari himpunan tersebut adalah:
Tabel 2.12: Tabel Cayley Grup A
โ ๐ ๐
๐ ๐ ๐
๐ ๐ ๐
Dari tabel tersebut, ๐ adalah elemen identitas, sehingga ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ = ๐ dan agar himpunan A merupakan suatu grup dengan operasi " โ ", maka elemen a harus mempunyai invers (balikan) ๐โ1 sedemikian sehingga ๐ โ ๐โ1 = ๐โ1โ ๐ = ๐. Sehingga diperoleh ๐โ1 = ๐.
2.13 Subgrup
Sub himpunan tak-kosong ๐ป dari suatu grup ๐บ dikatakan subgrup dari ๐บ jika ๐ป membentuk grup terhadap operasi yang sama pada grup ๐บ (Herstein, 1975: 37).
Herstein (1975: 37) menyatakan dalam sebuah teorema bahwa suatu sub himpunan tak-kosong ๐ป dari grup ๐บ adalah subgrup dari grup ๐บ jika dan hanya jika menurut Herstein (1975: 38) berlaku:
28 1. ๐, ๐ โ ๐ป maka ๐ โ ๐ โ ๐ป
2. ๐ โ ๐ป maka ๐โ1 โ ๐ป Bukti:
Untuk membuktikan teorema tersebut, perlu dibuktikan kondisi perlu dan cukup bagi subgrup. Kondisi perlu bagi subgrup adalah jika ๐ป,โ โค (๐บ,โ) maka โ๐, ๐ โ ๐ป berlaku ๐ โ ๐ โ ๐ป dan ๐โ1 โ ๐ป. Sedangkan kondisi cukup bagi subgrup adalah jika ๐ป โ ๐บ, ๐ป โ โ dan ๐ โ ๐โ1 โ ๐ป maka ๐ป,โ โค (๐บ,โ).
Kondisi perlu:
๐ป,โ โค (๐บ,โ) maka โ๐, ๐ โ ๐ป berlaku ๐ โ ๐ โ ๐ป dan ๐โ1 โ ๐ป
Diketahui ๐ป,โ โค (๐บ,โ) maka ๐ป adalah sebuah grup, sehingga memenuhi aksioma-aksioma grup yaitu untuk setiap ๐, ๐, ๐ โ ๐ป, maka berlaku sifat assosiatif, ๐ป memuat elemen identitas, dan ๐ป memuat invers dari setiap elemennya. Akan ditunjukkan bahwa untuk setiap ๐, ๐, ๐ โ ๐ป berlaku ๐ โ ๐ โ ๐ป dan ๐โ1 โ ๐ป. Karena ๐ป adalah grup. Karena ๐ป grup maka berlaku sifat ketertutupan yaitu untuk setiap ๐, ๐ โ ๐ป maka ๐ โ ๐ โ ๐ป dan ๐ป juga memuat invers dari setiap elemennya yaitu ๐โ1, ๐โ1 โ ๐ป. Karena ๐โ1, ๐โ1 โ ๐ป maka berlaku ๐ โ ๐โ1 โ ๐ป atau ๐โ1 โ ๐ โ ๐ป (sifat tertutup terhadap operasi " โ "). Jadi kondisi perlu bagi subgrup telah terpenuhi.
Kondisi cukup:
Diketahui ๐ป โ ๐บ, ๐ป โ โ dan ๐ โ ๐โ1 โ ๐ป Akan ditunjukkan bahwa ๐ป,โ โค (๐บ,โ).
29 ๐ป adalah sub himpunan dari ๐บ yang memenuhi (1) dan (2). Untuk menunjukkan bahwa ๐ป subgrup perlu ditunjukkan bahwa ๐ โ ๐ป dan bahwa berlaku sifat assosiatif untuk semua elemen dari ๐ป. Karena sifat assosiatif berlaku di ๐บ, maka hal ini juga terpenuhi untuk sub himpunan dari ๐บ yaitu ๐ป. Jika ๐ โ ๐ป, menurut (2), ๐โ1 โ ๐ป dan dengan (1), ๐ = ๐ โ ๐โ1 โ ๐ป. Sehingga kondisi cukup bagi subgrup terpenuhi. Sehingga teorema terbukti.
Contoh 2.11
Misal ๐บ grup bilangan bulat terhadap operasi + (penjumlahan), ๐ป sub himpunan yang terdiri dari kelipatan 5. Maka ๐ป adalah subgrup dari grup ๐บ.
Subgrup yang terdiri dari identitas saja atau semua elemen suatu grup disebut subgrup trivial. Sedangkan subgrup selain identitas dan semua elemen suatu grup disebut subgrup sejati.
2.14 Kajian Agama
Secara umum beberapa konsep dari disiplin ilmu telah dijelaskan dalam Al-Qurโan, salah satunya adalah matematika. Konsep dari disiplin ilmu matematika yang ada dalam Al-Qurโan diantaranya adalah masalah statistik, logika, pemodelan, dan aljabar. Teori tentang grup, dimana definisi dari grup sendiri adalah suatu struktur aljabar yang dinyatakan sebagai (๐บ,โ) dengan ๐บ tak-kosong dan " โ "adalah operasi biner pada ๐บ yang memenuhi sifat-sifat assosiatif, memuat identitas, dan memuat invers dari setiap elemen dalam grup tersebut. Himpunan-himpunan dalam grup mempunyai anggota yang juga merupakan
30 makhluk dari ciptaan-Nya. Sedangkan operasi biner merupakan interaksi antara makhluk-makhluk-Nya, dan sifat-sifat yang harus dipenuhi merupakan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, artinya sekalipun makhluk-Nya berinteraksi dengan sesama makhluk ia harus tetap berada dalam koridor yang telah ditetapkan oleh Allah.
Kajian mengenai himpunan sudah ada dalam Al-Qurโan. Misalnya kehidupan manusia yang terdiri dari berbagai macam golongan. Dimana golongan juga merupakan himpunan karena himpunan sendiri merupakan kumpulan objek-objek yang terdefinisi.
Dalam Al-Qurโan surat Al-fatihah ayat 7 menyebutkan:
๏ธ๏๏บ๏ต๏๏ ๏ ๏ด๏ป๏ฏ๏๏ฅ๏ฉ๏ก๏ค๏ฃ ๏ผ๏๏ด๏๏น๏จ๏ท๏๏ฒ๏ฆ ๏ถ๏๏๏ง๏ธ๏๏ฎ๏ฝ๏ด๏ฃ ๏๏๏ถ๏๏ธ๏ฎ ๏ ๏๏ฑ๏ ๏๏ธ๏ณ๏น๏๏ธ๏น๏ค๏ฃ ๏ณ๏๏๏ง๏ธ๏๏ฎ๏ฝ๏ด๏ฆ ๏๏ท๏ต๏ฒ ๏ด๏ป๏ผ๏๏ช๏น๏ก๏ค๏๏๏น๏ค๏ฃ ๏๏๏
Artinya: (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Q. S. Al-Fatihah: 7).
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) kelompok yang mendapat nikmat dari Allah, (2) kelompok yang dimurkai, dan (3) kelompok yang sesat (Abdussakir, 2007: 79).
Ayat ini melukiskan permohonan manusia kepada Allah untuk membimbingnya ke jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh-Nya, seperti nikmat berupa petunjuk, kesuksesan, kepemimpinan orang-orang yang benar, pengetahuan, amal yang baik, yaitu jalan lurus para nabi, orang-orang sholeh, dan semua orang yang mendapat nikmat, rahmat, dan kemurahan-Nya. Jalan yang lurus adalah ajaran tauhid, agama kebenaran, dan keimanan kepada perintah Allah. Ayat ini juga memperingatkan kepada manusia tentang adanya dua jalan
31 yang menyimpang di hadapan manusia yaitu jalan orang-orang yang mendapatkan murka-Nya dan orang yang tersesat. Adapun yang dimaksud dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah seperti yang ditunjukkan pada Al Quran surat An-Nisaโ [4] ayat 69 :
Artinya: โDan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati
dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.โ
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang mendapat nikmat dan rahmat Allah ada empat kelompok: para nabi, orang-orang yang ikhlas, para saksi, dan orang-orang yang beramal shaleh. Sedangkan pemisahan dua kelompok terakhir dalam Al Quran surat Al Fatihah ayat 7 ini dari kelompok lainnya mengisyaratkan bahwa masing-masing kelompok memiliki karakteristik khusus. Dalam hal ini, Imani (2006: 60-61) membagi karakteristik khusus dua kelompok yang terakhir menjadi tiga tafsir :
1. Orang-orang yang tersesat adalah awam yang tidak terbimbing, sedangkan
magdhubi โalaihim adalah orang yang tidak terbimbing yang keras kepala
atau munafik. Orang-orang yang mendapatkan murka-Nya adalah orang-orang yang disamping kekufuran mereka, mengambil jalan kedegilan dan permusuhan kepada Allah, dan kapan saja mereka dapat, mereka bahkan
32 melukai para pemimpin Ilahiah dan para nabi sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 112.
2. Sebagian ahli tafsir percaya bahwa adh-dhallin (orang-orang yang tersesat) merujuk pada orang-orang Nasrani; sedangkan magdhubi โalaihim (orang-orang yang mendapatkan murka-Nya) mengacu pada (orang-orang-(orang-orang yahudi. Kesimpulan ini diambil karena respon-respon khas mereka.
3. Bacaan adh-dhallin dimaksudkan kepada orang-orang yang tersesat tapi tidak menekan orang-orang selain mereka untuk tersesat juga, sedangkan magdhubi
โalaihim mengacu pada orang-orang yang tersesat dan membuat orang lain
tersesat juga. Mereka mencoba mempengaruhi orang lain agar seperti mereka. Acuan makna ini adalah Al Quran surat Asy-Syura ayat 16.
Kembali pada definisi grup yang merupakan suatu himpunan yang tak-kosong dan operasi " โ " pada ๐บ adalah suatu operasi biner yang memenuhi sifat-sifat assosiatif, memuat identitas, dan memuat invers dari setiap elemen dalam grup tersebut. Misal " โ " adalah operasi pada elemen-elemen ๐, maka ia disebut biner apabila setiap dua elemen ๐, ๐๏๐, maka (๐ โ ๐)๏๐. Jadi, jika anggota dari himpunan S dioperasikan hasilnya juga merupakan anggota ๐. Begitu juga dengan operasi biner dalam dunia nyata. Operasi biner dan sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh grup merupakan interaksi-interaksi dengan berbagai macam pola, ia akan tetap berada dalam himpunan tersebut, yaitu himpunan makhluk ciptaan-Nya.
Aljabar abstrak adalah bidang matematika yang mengkaji struktur aljabar seperti grup, ring, field, modul, dan ruang vektor. Pada dasarnya aljabar abstrak juga membahas tentang himpunan dan operasinya. Sehingga dalam mempelajari
33 materi ini selalu identik dengan sebuah himpunan tidak kosong yang mempunyai elemen-elemen yang dapat dikombinasikan dengan penjumlahan, perkalian, ataupun keduanya atau dapat dioperasikan dengan satu atau lebih operasi biner. Hal tersebut berarti pembahasan-pembahasannya melibatkan objek-objek abstrak yang dinyatakan dalam simbol-simbol (Anonim, 2011:5).
Bidang kajian ini disebut dengan aljabar (saja) sebagai kependekan aljabar abstrak, disebut juga dengan struktur aljabar. Tetapi kebanyakan lebih senang menyebutnya dengan aljabar abstrak untuk membedakannya dengan aljabar elementer. Aljabar abstrak ini banyak digunakan dalam kajian lanjut bidang matematika (teori bilangan aljabar, topologi aljabar, geometri aljabar) (Anonim, 2011:5).
Sistem aljabar merupakan salah satu materi pada bagian aljabar abstrak yang mengandung operasi biner. Himpunan dengan satu atau lebih operasi biner disebut sistem aljabar. Sedangkan sistem aljabar dengan satu operasi biner disebut grup. Kajian himpunan dengan satu operasi biner dalam konsep islam yaitu, bahwa manusia adalah ciptaan Allah secara berpasang-pasangan. Perhatikan firman Allah SWT dalam surat Al-Fathir ayat 11:
๏ค๏ช
๏ก๏ค๏ฃ๏ต๏ฒ
๏ฏ๏ค๏ณ๏ณ๏ฉ๏ฎ๏ฝ๏ณ๏ป
๏ ๏๏ฉ๏
๏ต๏พ๏ฃ๏ด๏๏จ๏ฟ
๏ง๏๏จ๏
๏ ๏๏
๏ท๏ฐ๏ธ๏ฟ๏ต๏๏๏
๏ข๏๏จ๏
๏ถ๏ฏ๏ค๏ณ๏ฎ๏ฝ๏น๏จ๏น๏
๏ฅ๏๏ ๏บ๏ต๏ฒ๏ธ๏๏ฒ๏ฆ
๏ด
๏ค๏ด๏๏ต๏ฒ
๏ฃ๏๏๏๏ธ๏ด๏ฒ๏
๏ด๏ ๏๏
๏ด๏๏ณ๏๏๏ฉ๏ฆ
๏๏ท๏ต๏ฒ
๏๏ฌ๏๏๏ณ๏ฟ
๏๏ท๏๏ฉ
๏พ๏๏ญ๏๏๏น๏ฝ๏๏จ๏๏ฏ
๏ด
๏ค๏ด๏๏ต๏ฒ
๏ฃ๏๏ฃ๏๏น๏จ๏ฃ๏
๏ ๏๏
๏น๏๏ฃ๏๏น๏จ๏๏
๏๏ท๏ต๏ฒ
๏๏๏ณ๏ฉ๏๏ฃ๏
๏ด๏ ๏๏
๏ฟ๏พ๏๏ฎ๏๏๏๏๏ฃ๏ฃ
๏๏ท๏๏ฉ
๏๏๏ป
๏๏ฝ๏ป๏ด๏๏๏ฎ
๏ด
๏จ๏ข๏๏ฉ
๏น๏ท๏๏น๏บ๏ณ๏
๏๏ฎ๏ฟ๏ด๏ฃ
๏ซ๏ก๏ค๏ฃ
๏๏๏๏ ๏ก๏ฏ๏
๏๏๏๏
Artinya: โDan Allah menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari air mani,
Kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. dan
34
sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. โ
Dari firman di atas bahwa manusia adalah berpasang-pasangan yaitu