• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP

Dalam dokumen KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN (Halaman 36-86)

BAB III

AKUNTABILITAS

KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 27

A. Capaian Kinerja Organisasi Realisasi IKU Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting tahun 2018

Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) pada Laporan Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting tahun 2018 secara umum di bagi 3 sasaran, yaitu Terjaganya deviasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu, Terjaganya deviasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah dan Terjaganya fluktuasi harga barang kebutuhan pokok dan barang penting yang masing-masing sasaran memiliki indikator yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Sasaran 1 Terjaganya Deviasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu

INDIKATOR 1 : โ€œPersentase Provinsi Yang Harga Barang Kebutuhan Pokoknya Stabil Antar Waktuโ€

Sasaran kedua dari peningkatan kelancaran distribusi dan jaminan pasokan barang kebutuhan pokok adalah stabilisasi harga barang kebutuhan pokok. Sasaran ini menggambarkan bahwa harga komoditi barang kebutuhan pokok secara nasional dalam satu tahun tidak mengalami fluktuasi harga yang ekstrim.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja stabilisasi harga barang kebutuhan pokok adalah menurunnya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu. Target dari koefisien dimaksud sepanjang tahun 2019 sesuai dengan target dari RPJMN 2015-2019 adalah kurang dari 9%. Adapun komoditi barang kebutuhan pokok dan barang penting yang menjadi target pengukuran indikator sasaran ini adalah 10 (sepuluh) komoditi barang kebutuhan pokok. Semakin kecilnya deviasi harga barang kebutuhan pokok dapat mengindikasikan stabilitas harga barang kebutuhan pokok secara nasional yang terkendali, atau dengan kata lain rata-rata harga barang kebutuhan pokok secara nasional tidak mengalami fluktuasi harga yang ekstrim.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 28

Gambar 1 Mendag Melakukan Pantauan Harga Menjelang Puasa dan Lebaran

Sumber : Foto Aplikasi SIPEG

Capaian Deviasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu Tahun 2018

Capaian deviasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu tahun 2018 adalah sebesar 83,0%, di bawah target >=85%, realisasi pencapaian target Januari s/d Desember 2018 yaitu 83,0%/85,3% = 97,65%. Dasar penentuan angka target minimum 85% atau 29 provinsi adalah untuk mengantisipasi kondisi 5 daerah non sentra produksi pangan yang akses distribusi dan logistiknya masih kurang memadai (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT). Perhitungan deviasi antar waktu hanya dilakukan pada 2 periode, yaitu s/d Juni dan s/d

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 29

Desember, karena toleransi harga yang tidak stabil hanya 2 bulan dalam satu tahun (rata-rata 1 bulan setiap 6 bulan) dengan pertimbangan adanya 2 festive season (HBKN) yaitu pada Puasa-Lebaran dan Natal-Tahun Baru.

Pada Indikator Kinerja Tahun 2015-2017 yaitu koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu merupakan Indikator yang sama dengan masing-masing nilai target pada tahun 2015 sebesar <9% dan realisasi sebesar 3,3% serta capaian sebesar 163%, untuk target pada tahun 2016 masih tetap sama sebesar <9% dan realisasi sebesar 3,6% serta capaian sebesar 250%, lalu target pada tahun 2017 sebesar <9% dan realisasi mencapai 2% serta capaian sebesar 178%. Pada tahun 2018 berdasarkan hasil reviu KemenpanRB Indikator kinerja mengalami perubahan Indikator yaitu persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar waktu, perubahan tersebut dikarenakan adanya perhitungan yang berbeda pada Indikator sebelumnya. Adapun uraian persentase pada target di tahun 2018 sebesar 85% dan realisasi sebesar 83% serta capaian sebesar 97,65%.

Tabel 1. Indikator Kinerja Kegiatan 1

Indikator Kinerja Kegiatan

2015 2016 2017

Target Realisasi Capaian (%)

Target Realisasi Capaian (%)

Target Realisasi Capaian (%) IKK IV: Menurunnya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu <9% 3,3% 163% <9% 3.6% 250% <9% 2% 178%

Sumber: Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

Tabel 1.1 Indikator Kinerja Kegiatan 1

Indikator Kinerja Kegiatan

2018 Target Jangka Menengah

Target Realisasi Capaian

(%) Target di 2019 Realisasi di 2018 Capaian (%)

IKK IV: Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan

pokoknya stabil antar waktu 85% 83% 97,65% 85% 83% 97,65%

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 30

Tabel 2 Perkembangan Deviasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu

2018 Persentase Provinsi yang Harganya Stabil

Januari s/d Juni Januari s/d Desember

BERAS 79,4% 82,4% GULA 97,1% 94,1% JAGUNG 79,4% 67,6% KEDELAI 88,9% 83,3% TEPUNG TERIGU 94,1% 97,1% MINYAK GORENG 100,0% 96,9% SUSU 100,0% 97,1% DAGING AYAM 50,0% 35,3% DAGING SAPI 100,0% 100,0% TELUR 85,3% 76,5% RATA-RATA 85,3% 83,0%

Sumber : Data Dit. Bapokting

Tidak tercapainya target deviasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu antara lain disebabkan fluktuasi harga daging dan telur ayam ras khususnya saat Puasa-Lebaran dan periode akhir tahun 2018 akibat berbagai faktor antara lain kenaikan harga input (pakan) yang berdampak pada naiknya harga di level farmgate.

Tidak tercapainya Capaian Deviasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu ini berpengaruh pada koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu yaitu stabilitas harga barang kebutuhan pokok antar waktu tidak terjaga kestabilan harganya baik berdasarkan harga acuan maupun harga barang kebutuhan pokok lainnya antar waktu sebelumnya.

Catatan komoditas yang mempengaruhi capaian indikator kinerja tahun 2018

BERAS Pada komoditi beras terjadi disparitas harga yang mengalami ketidak stabilan harga antar waktu antara bulan Januari-Juni yaitu pada daerah Padang, Palembang, Jayapura, Bangka Belitung dan Manokwari.

GULA Pada komoditi gula harga stabil.

JAGUNG Pada komoditi jagung terjadi disparitas harga yang mengalami ketidak stabilan harga antar waktu antara bulan Januari-Desember yaitu pada daerah Banda Aceh, Pekanbaru, Bengkulu, Kupang, Gorontalo,

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 31

Banjarmasin, Manado, Palu, Jayapura, Tanjung Pinang dan Tanjung Selor.

KEDELAI Pada komoditi kedelai terjadi disparitas yang mengalami ketidak stabilan harga antar waktu antara bulan Januari-November yaitu pada daerah Banda Aceh, Jambi, Pontianak, Banjarmasin dan Samarinda.

TEPUNG TERIGU Pada komoditi tepung terigu terjadi disparitas harga yang mengalami

ketidak stabilan harga antar waktu antara bulan Januari, Maret, April, Oktober, dan November yaitu pada daerah Pekanbaru.

MINYAK GORENG

Pada komoditi minyak goreng terjadi disparitas harga yang mengalami ketidak stabilan harga antar waktu antara bulan Januari, Februari, Maret, Agustus, September, Oktober, November dan Desember yaitu pada daerah Banten.

SUSU Pada komoditi susu terjadi disparitas harga yang mengalami ketidak stabilan harga antar waktu antara bulan Januari-April yaitu pada daerah Palu.

DAGING AYAM Pada komoditi daging ayam terjadi disparitas harga yang mengalami ketidak stabilan harga antar waktu antara bulan Februari, Maret, April, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober November dan Desember yaitu pada daerah Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Bangkulu, Denpasar, Mataram, Kupang, Gorontalo, Pontianak, Palangkaraya, Samarinda, Manado, Palu, Makassar, Kendari, Ambon, Bangka Belitung, Maluku Utara, Mamuju dan Tanjung Selor.

DAGING SAPI Pada komoditi daging sapi harga stabil.

TELUR AYAM RAS

Pada komoditi telur ayam harga stabil.

Perhitungan tabel 2 untuk masing-masing komoditi tersebut diatas diperoleh berdasarkan rumusan sebagai berikut:

Perhitungan capaian tersebut diperoleh dari membandingkan target dan realisasi dengan rumus sebagai berikut:

% Capaian = {โˆ‘ % ๐’“๐’†๐’‚๐’๐’Š๐’”๐’‚๐’”๐’Š

โˆ‘ % ๐’•๐’‚๐’“๐’ˆ๐’†๐’• } x100%

Cara Perhitungan:

1. Hitung batas atas = rata-rata harga selama 1 tahun dalam satu provinsi dalam 1 komoditi dikalikan 9% nilai koefisien variasi antar waktu. 2. Hitung jumlah bulan yang selisih harganya diatas batas atas, jika kurang

dari 2 bulan yang harganya diatas harga rata-rata tahunan maka stabil. 3. Hitung jumlah provinsi yang stabil tiap komoditi dibagi jumlah provinsi

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 32 4. Hitung rata-rata persentase harga provinsi yang stabil dibagi jumlah

komoditi.

Contoh: Komoditi Beras

Beras untuk wilayah Banda Aceh (tabel terlampir) :

1. Batas atas = jumlah rata-rata dikali 9%, maka nilai rata-rata sebesar 9,394 dikali 9% maka batas atasnya menjadi 845.44.

2. Dari Januari-Desember 2018 selisih harga bulanan dibandingkan batas atas tidak ada lebih besar dari batas atas maka nilai masing-masing bulan yang selisih harganya dibawah batas atas seluruhnya bernilai nol dan jika dijumlahkan selama satu tahun menghasilkan nilai nol atau dibawah dua, maka wilayah Banda Aceh untuk komoditi beras dinyatakan stabil.

3. Lakukan nomor 1-2 untuk seluruh provinsi, lalu hitung berapa provinsi yang stabil berbanding dengan jumlah provinsi dikalikan 100% = capaian komoditi.

Lakukan proses 1-3 untuk seluruh komoditi, lalu hitung jumlah

capaian komoditi tersebut dibagi jumlah komoditi. (Rincian tabel

terlampir di lampiran halaman 72).

Upaya Ditjen PDN dalam Mencapai Target

Berbagai upaya dilakukan oleh Kemendag dalam melakukan stabilisasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu sehingga mampu mencapai target yang telah ditetapkan antara lain melalui:

1) Hal utama yang berperan penting dalam pencapaian target deviasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu ini adalah dilakukannya kegiatan Penetrasi Pasar menjelang puasa/lebaran dan Natal/Tahun Baru sehingga menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok pada kedua waktu tersebut yang mana biasanya berpotensi timbul gejolak harga berdasarkan data-data historikal yang ada.

2) Kegiatan Penetrasi Pasar ini dilakukan dalam bentuk pemantauan langsung di pasar-pasar rakyat di berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan bekerjasama dengan Perum Bulog dan pelaku usaha bapok yang ada di daerah tersebut (distributor) untuk memasok barang kebutuhan pokok yang tampak naik harganya di pasar tersebut pada waktu itu.

3) Penetapan kebijakan harga acuan barang kebutuhan pokok. Sebagaimana surat No. 58 tahun 2018 telah diterbitkan Permendag tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 33

Penjualan di Konsumen. Terdapat 10 komoditi yang ditetapkan harganya yaitu beras, gula, jagung, kedelai, tepung terigu, minyak goreng, susu, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras. Perhitungan harga acuan melibatkan Kementerian/ Lembaga terkait serta para pelaku usaha di masing-masing komoditi. Penetapan harga acuan dilakukan dengan mempertimbangkan struktur biaya yang wajar, mencakup antara lain biaya produksi, biaya distribusi, keuntungan pelaku usaha, dan biaya-biaya lainnya.

Harga acuan dipakai oleh Perum BULOG dan/atau BUMN lainnya yang mendapat penugasan pemerintah dalam melakukan pembelian barang kebutuhan pokok di petani dan penjualan di konsumen. Dalam melaksanakan pembelian dan penjualan tersebut, Perum BULOG dan/atau BUMN lain dapat bekerjasama dengan BUMN, BUMD, koperasi, dan/atau swasta.

Harga acuan merupakan kebijakan harga yang dilakukan dalam kondisi normal, sementara sesuai Perpres 71/2015, dalam โ€œkondisi tertentuโ€, yaitu apabila terjadi gangguan kegiatan perdagangan nasional, gangguan pasokan, dan kondisi harga berada di atas/di bawah harga acuan, Kemendag dapat menetapkan kebijakan lain sebagai berikut: 1) Kebijakan Harga khusus (saat festive season atau saat terjadi

gejolak harga); Harga eceran tertinggi dalam rangka Operasi Pasar; dan Harga subsidi.

2) Pengelolaan stok dan logistik melalui optimalisasi perdagangan antar pulau/daerah; pengawasan stok di gudang/pelabuhan; dan koordinasi penyediaan stok pemerintah.

3) Pengelolaan ekspor impor.

Penugasan Operasi Pasar kepada Perum BULOG dan kerjasama dengan pelaku usaha dalam upaya stabilisasi pasokan dan harga beras.

Kemendag akan terus mengoptimalkan peran BULOG sebagai penyangga dan stabilisator harga beras melalui penugasan untuk melakukan Operasi Pasar di daerah-daerah yang mengalami gejolak harga. Melalui Permendag No. 57/M-DAG/PER/8/2017 tanggal 24 Agustus 2017, Kemendag menugaskan Perum BULOG untuk melaksanakan Operasi Pasar di titik-titik yang mengalami kenaikan harga, dengan harga penjualan di gudang BULOG Rp. 8.100/kg dan harga penjualan di tingkat eceran maksimal Rp. 10.250/kg.

Terkait operasi pasar ini, maka kebijakan yang terakhir dikeluarkan adalah surat mendag nomor 569/M-DAG/SD/5/2018 tanggal 08 Mei 2018 tentang ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga beras medium dengan menggunakan CBP untuk menambah pasokan beras medium di

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 34

seluruh Indonesia bersama Perum BULOG. Dengan harapan Mendag agar tahun ini OP beras berlangsung lebih baik.

Kemendag juga mengaktifkan peran asosiasi dan BUMD seperti PERPADI, Pasar Induk Beras Cipinang, PD Pasar Jaya, dan para pedagang beras untuk menjaga harga pada tingkat harga acuan dan tidak melakukan penimbunan.

1) Penyediaan alternatif pasokan daging yang lebih murah ke pasar Daging yang beredar di pasar sebagian besar merupakan daging segar yang harganya relatif mahal. Karena itu, Kemendag membuka distribusi daging beku yang harganya relatif lebih murah ke pasar rakyat yang memliki fasilitas rantai dingin agar masyarakat dapat memperoleh alternatif pasokan daging yang lebih murah. Selain itu, Kemendag juga membuka impor daging kerbau dari India yang disalurkan ke wilayah Jabodetabek oleh Perum BULOG bekerjasama dengan distributor daging. Daging beku dijual dengan harga maksimal Rp.80 ribu/kg, lebih murah dibanding rata-rata harga daging segar di kisaran Rp.98-105 ribu/kg.

2) Kegiatan Bazar Ramadhan atau Pasar Murah telah dilaksanakan selama total 10 (sepuluh) hari kerja di 4 (empat) lokasi yaitu: a) Kantor Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian

(PPSDK) Cihanjuang Bandung pada 28-29 Mei 2018, dengan

jumlah pengunjung lebih dari 2.000 orang yang sebagian besar merupakan masyarakat di sekitar wilayah kantor PPSDK, meliputi 7 kelurahan di Kecamatan Cihanjuang.

Bazar diikuti oleh sekitar 32 peserta yang menempati 30 stand tersedia, dimana 70% merupakan pelaku usaha pangan pokok dan 30% pelaku UKM binaan Kemendag. Jumlah omzet penjualan selama 2 (dua) hari mencapai lebih dari Rp300 juta. b) Kantor Direktorat Metrologi Bandung pada 30 โ€“ 31 Mei 2018

dengan jumlah pengunjung sekitar 500 orang yang sebagian besar merupakan masyarakat dan pegawai kantor sekitar. Bazar diikuti oleh sekitar 33 peserta yang menempati 30 stand tersedia, dengan omzet penjualan selama 2 (dua) hari mencapai lebih dari Rp260 juta.

c) Kantor Pusat Kementerian Perdagangan pada 4-7 Juni 2018 dihadiri oleh lebih dari 2.000 orang yang merupakan masyarakat sekitar dan pegawai internal serta pegawai kantor sekitar Kemendag. Bazar diikuti oleh 51 peserta yang menempati 47 stand tersedia, dengan total omzet penjualan sekitar Rp1,5 miliar.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 35

d) Kantor Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu pada 6โ€“7 Juni 2018 dihadiri oleh sekitar 700 pengunjung dan total nilai penjualan sekitar Rp280 juta rupiah.

e) Barang kebutuhan pokok pada Bazar Ramadan dijual dibawah harga acuan/HET yang ditetapkan untuk beberapa komoditi, antara lain beras dijual Rp8.500-8.950/kg untuk beras medium, dan Rp11.000-12.000/kg untuk beras premium; daging sapi beku dijual Rp77.000-80.000/kg dan daging kerbau Rp70.000-75.000/kg; minyak goreng kemasan sederhana Rp10.000-11.000/lt; daging ayam beku Rp32.000/kg; telur ayam Rp20.000/kg; gula pasir Rp10.000/kg; bawang putih Rp12.000-15.000/kg. Di samping itu peserta dari ritel nasional juga menjual paket sembako dengan potongan harga mencapai 50 % dari harga normal.

Gambar 2 Pelaksanaan Pasar Murah Kemendag Dalam Rangka Hari Besar Keagamaan Nasional 2018 yang dilaksanakan di Parkiran Kemendag

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 36

Sumber : Foto dari Aplikasi SIPEG

3) Melakukan Pemantauan Harga dan Stok

a) Melakukan pemantauan harga di 108 pasar 34 Ibu Kota Propinsi yang bekerjasama dengan Dinas Perdagangan Propinsi dan Perum Bulog.

b) Melakukan pemantauan harga di 90 pasar 57 Kabupaten Kota. c) Melakukan serangkaian kegiatan pemantauan harga dan stok/pasokan bawang merah di 20 Pasar Induk Perdagangan Utama bawang merah asal Brebes.

d) Pemantauan stok/pasokan beras di Pasar Induk beras Cipinang. e) Pemantauan harga dan stok/pasokan produk Altikultura di

Pasar Induk Keramat Jati. 4) Penetrasi Pasar Tahun 2018

a) Memastikan terlaksananya HET barang kebutuhan pokok terutama: beras medium, gula pasir, minyak goreng kemasan sederhana, bawang putih, dan daging beku (Permendag Nomor 96/M-DAG/PER/9/2018).

b) Memastikan kecukupan stok di gudang Bulog, gudang Distributor pada daerah lokasi penetrasi pasar.

c) Memastikan pasokan barang kebutuhan pokok oleh Divre Bulog, Produsen/Importir/Distributor ke para Pedagang di Pasar pantauan BPS cukup dan lancar tanpa kendala.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 37

Gambar 3 Pelaksanaan Pemantauan Harga dan Stock di Pasar Rakyat

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 38 Sasaran 2 Terjaganya Deviasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah

INDIKATOR 2 : โ€œPersentase Provinsi Yang Harga Barang Kebutuhan Pokoknya Stabil Antar Wilayahโ€

Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja memperkecil kesenjangan harga barang kebutuhan pokok antar provinsi adalah Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar wilayah. Pada tahun 2018, target dari deviasi dimaksud sesuai dengan Renstra PDN adalah 75%. Hal ini dapat diartikan bahwa pada tahun 2018 perbedaan harga suatu komoditi di suatu daerah terhadap harga rata-rata nasional adalah 75%.

Indikator ini menggambarkan kondisi perbedaan/deviasi harga barang kebutuhan pokok antar daerah. Adapun barang kebutuhan pokok yang akan menjadi target untuk pengukuran sasaran memperkecil kesenjangan harga barang kebutuhan pokok antar daerah dan stabilisasi harga barang kebutuhan pokok terdiri dari 10 (sepuluh) komoditi barang kebutuhan pokok yaitu: (1) beras; (2) gula; (3) jagung (4) kedelai; (5) terigu; (6) minyak goreng; (7) susu; (8) daging ayam; (9) daging sapi; (10) telur ayam. Dengan menurunnya disparitas harga antar daerah untuk barang kebutuhan pokok menunjukkan distribusi barang kebutuhan pokok semakin baik dan diharapkan kesenjangan daya beli masyarakat di satu daerah dengan daerah lain semakin kecil. Dengan kata lain, pasar kebutuhan pokok diharapkan semakin efisien.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 39

Gambar 4 Pelaksanaan Pasar Murah Kemendag Dalam Rangka Pelepasan Operasi Pasar Beras Medium

Sumber : Foto Aplikasi SIPEG

Dengan kata lain, pasar kebutuhan pokok diharapkan semakin efisien. Pada Indikator Kinerja Tahun 2015-2017 yaitu koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah merupakan Indikator yang sama dengan masing-masing nilai target pada tahun 2015 sebesar <14,2% dan realisasi sebesar 14% serta capaian sebesar 101%, sedangkan target pada tahun 2016 mengalamai kenaikan pada capaian yaitu sebesar 112% dan target sebesar <14,2% serta realisasi sebesar 12,6%, lalu target pada tahun 2017 mengalami penurunan capaian dikarenakan perubahan target pada Indikator yaitu sebesar <13,8% dan realisasi mencapai 14,8% serta capaian sebesar 92,8%. Pada tahun 2018 mengalami perubahan Indikator yaitu persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar wilayah, perubahan tersebut dikarenakan adanya perhitungan yang berbeda pada Indikator sebelumnya. Adapun uraian persentase pada target di tahun 2018 sebesar 75% dan realisasi sebesar 70,4% serta capaian sebesar 93,86%.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 40

Tabel 3. Indikator Kinerja Kegiatan 2

Indikator Kinerja Kegiatan

2015 2016 2017

Target Realisasi Capaian (%)

Target Realisasi Capaian (%)

Target Realisasi Capaian (%) IKK ii: Menurunnya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah <14.2% 14% 101% <14,2% 12,6% 112% <13,8% 14,8% 92,8%

Sumber: Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

Tabel 3.1 Indikator Kinerja Kegiatan 2

Indikator Kinerja Kegiatan

2018 Target Jangka Menengah

Target Realisasi Capaian (%) Target di 2019 Realisasi di 2018 Capaian (%) IKK ii: Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar wilayah 75% 70,4% 93,86% 75% 70.4% 93,86%

Sumber: Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

Tabel 4 Persentase Provinsi Yang Harga Barang Kebutuhan Pokoknya Stabil Antar Wilayah Periode Januari-Desember 2018

2018 Persentase Provinsi yang

Harganya Stabil TW-1 TW-2 TW-3 TW-4 JANUARI 70,2% 69.4% 70.7% 70.3% 70,4% FEBRUARI 69,8% MARET 68,1% APRIL 69,5% MEI 72,6% JUNI 73,8% JULI 73,4%

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 41 AGUSTUS 72,2% SEPTEMBER 63,0% OKTOBER 69,9% NOVEMBER 71,4% DESEMBER 71,0%

Sumber : Data Dari Dit. Bapokting (2018)

Dari tabel diatas bahwa Indikator Kinerja IK 2 tidak tercapainya target deviasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah tahun 2018 antara lain disebabkan tingginya disparitas harga daging ayam antar wilayah khususnya antara sentra produksi dengan sentra konsumsi. Capaian deviasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah tahun 2018 adalah sebesar 70,4%, di bawah target 75% Realisasi pencapaian target Januari s/d Desember: 70,4%/75% = 93,86%. Dasar penentuan angka target minimum 75% adalah melihat dari past performance rata-rata pencapaian deviasi harga bapok antar wilayah per TW tahun 2016-2017 adalah sekitar 73% serta realisasi pencapaian target kovar harga bapok antar wilayah tahun 2017 sekitar 92%.

Tidak tercapainya IKK 2 ini dipengaruhi oleh fluktuasi harga antar wilayah

sebagai berikut:

BERAS Pada komoditi beras terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Pekanbaru, Palembang, Manokwari dan Tanjung selor pada bulan Desember.

KEDELAI Pada komoditi kedelai terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Jambi, Bangkulu, Jakarta, Semarang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Manado, Makassar, Ambon, Jayapura, Banten, Maluku Utara, Mamuju dan Manokwari pada bulan Desember.

JAGUNG Pada komoditi jagung terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Mataram, Kupang, Gorontalo, Pontianak, Makassar, Kendari, Jayapura, Banten, Mamuju, Manokwari dan Tanjung Pinang pada bulan Desember.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 42

GULA Pada komoditi gula terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di daerah Manokwari pada bulan Desember.

MINYAK GORENG

Pada komoditi minyak goreng terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Semarang, Surabaya, Gorontalo, Samarinda, Ambon, Jayapura, Banten, Maluku Utara dan Manokwari pada bulan Desember.

TERIGU Pada komoditi terigu terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Jambi, Bengkulu, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Kupang, Pontianak, Palangkaraya, Mamuju, Tanjung Pinang dan Tanjung Selor pada bulan Desember.

DAGING SAPI Pada komoditi daging sapi terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Kupang, Makassar, Ambon, Tanjung Pinang dan Tanjung Selor pada bulan Desember.

DAGING AYAM Pada komoditi daging ayam terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Banda Aceh, Pekanbaru, Kupang, Pontianak, Palangkaraya, Samarinda, Bangka Belitung, Maluku Utara, Mamuju, Manokwari dan Tanjung Selor pada bulan Desember.

TELUR AYAM Pada komoditi telur ayam terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Banda Aceh, Medan, Padang, Bengkulu, Kupang, Palangkaraya, Jayapura, Maluku

Dalam dokumen KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN (Halaman 36-86)

Dokumen terkait