• Tidak ada hasil yang ditemukan

3

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU A. GAMBARAN UMUM

1. KEADAAN GEOGRAFI

Secara geografis, Kabupaten Jombang terbentang pada 07 0 24’ 01” sampai 070 45’ 01” Lintang Selatan dan 050 45’ 01” sampai 050 30’ 01” Bujur Timur dengan luas wilayah 1.159,50 km2 atau sekitar 2,4 % luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Jombang adalah:

Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk

Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri

Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa dan 4 kelurahan serta meliputi 1.258 dusun. Ditinjau dari komposisi jumlah desa / kelurahan, Kecamatan Sumobito memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 21 desa.

Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi tiga sub area, yaitu :

a. Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda Kendeng yang sebagian besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian besar berbukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan

b. Kawasan Tengah, sebelah selatan sungai Brantas, sebagian besar merupakan tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija karena irigasinya cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandar Kedung Mulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben c. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman

4

2. KEADAAN DEMOGRAFI

Jumlah penduduk Kabupaten Jombang berdasar proyeksi BPS propinsi Jawa Timur adalah 1.242.056 jiwa, dengan 344.104 rumah tangga/KK atau rata-rata 4jiwa per rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 1.163/km2 dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Jombang sebesar 4.125 jiwa/km2 sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Wonosalam sebesar 293 jiwa/km2.

Sex rasio di Kabupaten Jombang pada tahun 2009 adalah 99,2 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki.

3. SARANA KESEHATAN

Jumlah sarana kesehatan tahun 2009 yang ada di Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut :

Tabel. 1.

Sarana kesehatan di Kabupaten Jombang tahun 2009

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 10

2 Puskesmas 34

Terdiri dari

a. Puskesmas perawatan 17

b. Puskesmas non perawatan 17

3 Puskesmas Pembantu 73

4 Posyandu 1515

5 Polindes 188

6 Rumah Bersalin 14

7 Balai Pengobatan Klinik 49

5

4. KEADAAN LINGKUNGAN a. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu bangunan yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.

Gambar 1.

Cakupan Rumah Diperiksa dan Rumah Sehat Menurut Puskesmas

di Kabupaten Jombang tahun 2009

Sumber : Tabel 47 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2009

Dari 286.880 rumah yang ada, telah dilakukan pemeriksaan terhadap 78.633 rumah (27,41%). Dari rumah yang diperiksa, terdapat 57.134 rumah yang sehat (72,7%). Tidak semua rumah dapat diperiksa oleh karena masalah klasik, yaitu keterbatasan tenaga dan biaya.

Puskesmas dengan rumah yang diperiksa terbanyak adalah Puskesmas Jelakombo (100%), Puskesmas Cukir (84,2%) dan Puskesmas Brambang (81,5%). Sedangkan pesentase rumah sehat tertinggi dibandingkan jumlah rumah secara

keseluruhan adalah Puskesmas Jelakombo (87,7%), Puskesmas Cukir (64,6%)

dan Puskesmas Tembelang (56,17%). Dalam hal ini prosentase rumah sehat tidak dibandingkan dengan jumlah rumah yang diperiksa tetapi jumlah rumah yang ada, mengingat jumlah rumah yang diperiksa antar puskesmas tidak sama.

6

b. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih (PAB), jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah (PAL). Dari 344.104 KK yang ada, tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada.

Terkait masalah jamban, salah satu terobosan dalam program Kesehatan Lingkungan adalah adanya program STOPs (Sanitasi Total dan Pemasaran Santasi) yang merupakan aplikasi dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Ada 5 pilar untuk mewujudkan STBM salah satunya adalah tidak buang air besar sembarangan atau lebih dikenal dengan istilah ODF (Open Defecation Free).

Selama tahun 2009 telah dilakukan pemicuan di 14 kecamatan yang meliputi 18 puskesmas, 60 desa dan 104 komunitas. Sedangkan jumlah komunitas yang sudah ODF sampai Pebruari 2010 adalah 33 (31% dari komunitas yang dipicu). Proses pemicuan ini didahului dengan pelatihan fasilitator STBM dari puskesmas, yang kemudian diikuti dengan pelatihan tukang STBM. Melalui pemicuan, masyarakat diharapkan bisa menggali permasalahannya sendiri, terutama berkaitan dengan perilaku buang air besar di tempat terbuka. Sehingga pada akhirnya masyarakat menyadari perlunya jamban sebagai suatu kebutuhan.

Puskesmas terbaik dalam pencapaian program STBM 2009 adalah Puskesmas Perak, dimana dari 32 komunitas yang dipicu, terdapat 17 komunitas yang ODF. Sedangkan Puskesmas Mojoagung dan Peterongan menjadi Puskesmas Unggulan dalam STBM.

B. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, digunakan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terdiri dari 10 indikator.

1. Rumah Tangga Sehat

Dari Tabel 43 lampiran profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2009 menunjukkan bahwa dari hasil survey cepat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terhadap 22.326 rumah tangga di 21 kecamatan menunjukkan bahwa 7.450 rumah tangga (33,37%) yang telah berperilaku hidup bersih dan sehat. Pencapaian 2009

7 meningkat dibandingkan dengan tahun 2008 (30,43%) dan jumlah rumah tangga yang disurvei tahun 2009 lebih besar daripada tahun 2008 (6.810 rumah tangga). Tetapi dibandingkan dengan target SPM tahun 2009 yang sebesar 60%, maka pencapaian rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat masih dibawah target.

Gambar 2.

Capaian Rumah Tangga Sehat Menurut Puskesmas Kabupaten Jombang 2009

Sumber : Tabel 43 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2009

Pencapaian rumah tangga ber PHBS tertinggi adalah di wilayah kerja Puskesmas Perak (68,8%), Puskesmas Kabuh (61,2%) dan Puskesmas Keboan (58,4%). Sedangkan pencapaian indikator PHBS rumah tangga yang paling rendah adalah indikator tidak merokok dalam rumah dan terendah kedua adalah indikator ASI Eksklusif bagi bayi. Sehingga dua hal ini perlu mendapat prioritas dalam pemberian intervensi di Kabupaten Jombang.

Perubahan perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat memerlukan tahapan-tahapan sebagaimana penahapan pemberdayaan masyarakat yaitu tahu, mau dan mampu. Dalam survei cepat ini belum sampai pada penggalian penyebab permasalahan, sehingga belum diketahui kondisi masyarakat telah sampai pada tahapan mana untuk menentukan intervensi.

Namun demikian, dari hasil Riskesdas 2007 dapat dijadikan wacana bahwa untuk perilaku merokok, tidak ada perbedaan antara sosial ekonomi rendah dan tinggi. Ditemukan peningkatan proporsi usia mulai merokok pada umur < 20 tahun , dari 10,3% (SKRT, 2001) menjadi 11,9% (Riskesdas 2007).

2. Posyandu

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di

8 masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal masyarakat untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui wadah keterpaduan lintas sektor dan masyarakat.

Di Kabupaten Jombang pada tahun 2009 terdapat 1.515 posyandu. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri dengan 182 (12%) posyandu berstrata pratama, 720 (47,5%) posyandu madya, 579 (38,2%) posyandu purnama dan 34 (2,2%) posyandu mandiri. Sesuai dengan target SPM tahun 2009 untuk kategori Posyandu PURI (Purnama dan Mandiri) sebesar 40% maka di Kabupaten Jombang posyandu PURI mencapai 40,4% .

Gambar 3

Proporsi Strata Posyandu di Kabupaten Jombang Tahun 2009

Sumber : Tabel 44 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2009

3. Polindes dan Poskesdes

Pondok bersalin desa (Polindes) didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, merupakan upaya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya di wilayah pedesaan yang masih sangat jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Selama 2009 terdapat 188 polindes yang tersebar di 20 kecamatan. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2008 yang sebanyak 184 polindes. Adapun berdasarkan stratanya, terdapat polindes Pratama 80 ( 42,6%), Madya 59 (31,4%), Purnama 41 (21,8%) dan Mandiri 8 (4,3%).

Selain Polindes, dalam upaya mendukung pelaksanaan Desa Siaga, terdapat Pos Kesehatan Desa sebagai bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang juga merupakan wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan yang dikelola oleh kader / forum masyarakat desa dengan bimbingan oleh

9 tenaga kesehatan. Secara kelembagaan disemua desa dan kelurahan (306 desa / kelurahan) telah terdapat Poskesdes.

4. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin

Masyarakat miskin termasuk dalam golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan. Dalam upaya meningkatkan akses masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan, pemerintah telah memiliki program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi warga miskin yang dikenal dengan Jamkesmas. Warga miskin yang tidak tercakup dalam Jamkesmas, difasilitasi oleh pemerintah daerah melalui program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah).

Hasil rekapitulasi data dari puskesmas, jumlah penduduk miskin yang dicakup Askeskin sebesar312.220 jiwa atau 25,1% dari seluruh jumlah penduduk di Kabupaten Jombang sebesar 1.242.056. Sebanyak 234.718 (75,18%) masyarakat miskin memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di puskesmas pada tahun 2009 dan 9.049 (2.9%) jiwa memanfaatkan pelayanan rawat inap di puskesmas. Sedangkan jumlah maskin yang dirawat distrata pelayanan kesehatan 2 yaitu Rumah Sakit (BLU RSU Jombang dan RSK Mojowarno) adalah 13.235 kunjungan rawat jalan dan 9.049 kunjungan rawat inap.

10

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. MORTALITAS

Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana pelayanan kesehatan namun juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini mempengaruhi kejadian mortalitas, morbiditas dan status gizi di masyarakat. Angka morbiditas, mortalitas dan status gizi dapat menggambarkan situasi derajat kesehatan masyarakat

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Sedangkan kematian bayi eksogen terjadi setelah bayi berusia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Gambar 4

Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2005 - 2009

Sumber : Profil Kesehatan 2005 – 2009 Kabupaten Jombang

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Estimasi Angka kematian bayi yang tercatat di Kabupaten Jombang pada tahun 2009 ini mengalami penurunan dibandingkan angka

11 kematian bayi yang tercatat pada tahun 2008. Sebagaimana dalam gambar 4, AKB pada tahun 2009 adalah sebesar 10,3 per 1000 kelahiran hidup. Artinya di Kabupaten Jombang pada tahun 2009, diantara 1000 kelahiran hidup ada 10 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir ini memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Gambar 5

Estimasi Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Menurut Kecamatan di Kabupaten Jombang 2009

Sumber : Tabel 4 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2009

Berdasarkan gambar 4 diatas dapat diketahui Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi terdapat di Kecamatan Kabuh (24,3 per 1000 KH), Kecamatan Kudu (22,4 per 1000 KH) dan Kecamatan Ngusikan (22,3 per 1000 KH). Sedangkan sebaran jumlah kematian bayi selama tiga tahun terakhir disajikan dalam gambar berikut.

Gambar 6

Jumlah Kematian Bayi Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2007 - 2009

Sumber : Profil Kesehatan 2007 – 2009 Kab. Jombang

Bila diperhatikan, terdapat 16 puskesmas yang di wilayah kerjanya ditemukan peningkatan jumlah kematian bayi dalam setahun terakhir (warna hijau lebih tinggi dari pada merah), dengan peningkatan yang bervariasi mulai dari 1 kasus sampai 8 kasus per puskesmas,

12 sebagaimana ditampilkan dalam gambar diatas. Puskesmas yang terdapat kasus kematian bayi terbanyak ditemukan dalam tiga tahun terakhir adalah Mojowarno, Kabuh dan Peterongan (tahun 2007), Kabuh, Bandar Kedungmulyo dan Tembelang (tahun 2008), Mojowarno, Kabuh dan Jatiwates (tahun 2009). Dalam rentang waktu tersebut di wilayah kerja Puskesmas Kabuh dan Mojowarno setiap tahun terdapat kasus kematian bayi yang cukup besar.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat AKB.

2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Gambar 7

Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2005 - 2009

Sumber : Profil Kesehatan 2005 – 2009 Kabupaten Jombang

Pada tahun 2009, angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Jombang adalah sebesar 68,7 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan jumlah kematian ibu pada tahun 2009 tercatat 14 kasus yang tersebar di 13 wilayah kerja puskesmas (Bareng,Ploso, Mojoagung,

13 Cukir, Brambang, Pulo Lor, Tambakrejo, Japanan, Megaluh, Jogoloyo, Plandaan, Perak dan Peterongan).

Didapatkan penyebab kematian ibu terbanyak pada tahun 2009 adalah faktor PEB / Eklamsi sejumlah 7 orang, penyebab bergeser dari tahun sebelumnya dimana penyebab tertinggi adalah perdarahan. Hal ini menunjukkan bahwa penolong persalinan telah banyak mengalami perubahan yaitu telah menerapkan protap yang ada. Adapun penyebab tertinggi Pre Eklamsi adalah dipicu sosial ekonomi masyarakat yang cenderung menurun sehingga menu makanan ibu hamil kurang memenuhi syarat gizi yang diperlukan. Sedangkan penyebab dari penyakit penyerta adalah karena penyakit jantung.

Informasi mengenai AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

Salah satu upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jombang adalah dengan membentuk kelas ibu hamil. Semua permasalahan terkait ibu hamil dan persalinan dikupas tuntas dalam kelas dengan peserta ibu hamil ini. Diharapkan langkah tersebut dapat meningkatkan K4 ibu hamil dan agar semua persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih.

B. MORBIDITAS

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (Community Based

Data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan dalam hal ini

bersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Berdasarkan data kesakitan baik di puskesmas maupun rumah sakit pada tahun 2009 di Kabupaten Jombang, diketahui bahwa jenis penyakit yang termasuk dalam sepuluh besar adalah meliputi penyakit infeksi dan penyakit tidak menular (PTM) atau degeneratif. Tercatat penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus, Jantung, dan Penyakit Sendi banyak terjadi di masyarakat. Dilihat dari penyebabnya penyakit-penyakit tersebut lebih dikarenakan perilaku hidup yang tidak sehat, terutama dari sisi gaya hidup meliputi diet makan, aktifitas fisik serta kebiasaan merokok.

14 Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional maupun local.

Dalam skala yang lebih besar, hasil utama Riskesdas 2007 menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, stroke, hipertensi, obese dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dll). Penyakit hipertensi misalnya, tidak berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi dan mulai banyak dijumpai pada kelompok usia muda 15-17 tahun (8,3%).

Tabel 2

10 Jenis Penyakit dengan Angka Kesakitan Terbesar di Puskesmas Kabupaten Jombang 2009

No Nama Jenis Penyakit Jml Kasus Persentase

1 Infeksi akut pernafasan atas lainnya (ISPA) 96,797 17.74%

2 Nasofaringitis akut (common cold) 76,981 14.11%

3 Hipertensi 34,707 6.36%

4 Penyakit oesophagus, lambung dan usus duabelas jari 33,268 6.10%

5 Gangguan jaringan ikat, otot, sinovium, tendon dan jaringan 25,368 4.65%

6 Penyakit sendi 23,462 4.30%

7 Diare dan Gastroenteritis lainnya yang diduga karena infeksi 19,244 3.53%

8 Diabetes Mellitus 14,799 2.71%

9 Dermatitis dan eksem 14,550 2.67%

10 Asma dan penyakit kronis pernafasan bawah 14,241 2.61%

  Sumber data : Laporan LB 1 Puskesmas Tahun 2009    

Tabel diatas menunjukkan bahwa kasus paling banyak yang ditemukan di Puskesmas adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas lainnya (ISPA) dengan jumlah 96.797 kasus. Dari 10 penyakit tersebut, terdapat penyakit tidak menular antara lain Hipertensi, Penyakit Sendi dan Diabetes Mellitus.

Sedangkan penyakit terbanyak yang ditangani di 9 rumah sakit yang ada di Jombang adalah sebagaimana dalam tabel berikut .

15

Tabel 3

10 Jenis Penyakit dengan Angka Kesakitan Terbesar di 9 Rumah Sakit Kabupaten Jombang 2009

No Jenis Penyakit Jml Kasus

1 Hipertensi 20,203 2 ISPA 13,997 3 Diabetes Mellitus 13,649 4 GE Infeksi 7,657 5 Gastritis 6,403 6 Hemiparese, Hemiplegia 4,577 7 Thypoid fever 4,434

8 Low Back Pain 4,291

9 TB Paru 4,288

10 Decomp Cordis 3,472

Sumber : Laporan Rumah Sakit Tahun 2009

Berdasarkan tabel diatas, jenis penyakit terbanyak di rumah sakit juga meliputi penyakit infeksi dan tidak menular. Diketahui penyakit dengan jumlah tertinggi adalah Hipertensi, baru disusul dengan ISPA yang merupakan penyakit infeksi. Penyakit tidak menular lainnya adalah Diabetes Mellitus, Low Back Pain dan Decomp Cordis.

Sedangkan penyakit dengan angka kematian terbesar di BLU RSU Jombang tahun 2009 dapat diketahui dari tabel berikut.

Tabel 4

10 Jenis Penyakit dengan Angka Kematian Terbesar di BLU RSU Kabupaten Jombang Tahun 2009

No Nama Jenis Penyakit Jumlah Kasus Jumlah Kematian

1 Gagal Nafas 358 6 2 Septioremia/Sepsis/Septic Shock 360 20 3 Respiratory Arrest 224 10 4 Herinasi Otak 57 8 5 Cardiac Arrest 53 8 6 Shock Hypovolemic 24 6 7 RDS 23 6 8 Gagal Jantung 18 8 9 COB 17 6 10 Herniasi 17 12

  Sumber data : Laporan Rumah Sakit Tahun 2009    

Jumlah kematian terbanyak di pelayanan kesehatan RSU Jombang adalah dengan penyebab Septioremia (20 kasus), Herniasi (12 kasus) dan Respiratory Arrest (10 kasus).

16

1. Penyakit Menular

Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2009 antara lain adalah penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

a. Penyakit TB Paru

Fakta menunjukkan bahwa Indonesia merupakan penyumbang kasus TBC ke-3 di Dunia, setelah RRC dan India. Sekitar ¾ pasien TBC di Indonesia tergolong dalam usia produktif. Tahun 1995, pemerintah Indonesia mulai mengadopsi starategi DOTS (Directly Observed Tratment Short-Course) untuk menanggulangi TBC. Tahun 1996, obat TBC di Puskesmas diberikan dalam bentuk Kombipak. Tahun 1999 merupakan dimulainya era penting dalam penanggulangan TBC di Indonesia, karena dibentuknya GERDUNAS-TBC (Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TBC) yang merupakan wujud nyata kemitraan dengan berbagai sektor yang terkait dalam penanggulangan TBC di Indoensia.

Berdasarkan data Rumah Sakit "Prof DR Sulianti Saroso" (http:www.infeksi.com), di Indonesia tiap tahun terdapat 583 ribu kasus dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung, setiap hari 425 orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kalau 1 orang pasien bisa menularkan ke 10 orang, pada tahun berikutnya jumlah yang tertular adalah 5,8 juta orang. Karena itu, jelaslah bahwa TBC adalah pembunuh massal yang harus diberantas.

Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri, pengontrolan efektif TBC akan mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi.

Dari data yang berhasil dikumpulkan di Kabupaten Jombang menunjukkan kasus BTA(+) pada kohort 2008 sebanyak yang diobati 560 penderita dan yang telah sembuh 560 penderita (100%). Sedangkan jumlah penderita BTA (+) baru yang ditemukan pada tahun 2009 sebanyak 531 orang dan sembuh 356 penderita (67,04%) per Desember 2009. Waktu penemuan penderita TB Paru baru selama 2009 juga mempengaruhi angka kesembuhan, terutama penderita yang ditemukan dalam semester II (bulan Juli – Desember 2009). Karena pengobatan TB Paru memerlukan waktu 6 – 8 bulan, sehingga penderita TB Paru yang ditemukan pada semester II masih dalam masa pengobatan sampai akhir 2009.

17

Gambar 8

Jumlah Penderita TB Paru BTA (+) Baru Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2008 - 2009

Sumber : Tabel 7 Profil Kesehatan 2009 Kabupaten Jombang

Berdasarkan gambar 8 dapat diketahui jumlah penemuan penderita BTA (+) baru di setiap wilayah kerja puskesmas. Terdapat 14 puskesmas yang mengalami peningkatan jumlah penderita BTA (+) baru dibandingkan tahun 2008. Dalam penanganan kasus TB Paru BTA (+) selain mempertimbangkan indicator angka kesembuhan penderita setelah mendapat pengobatan, tak kalah pentingnya adalah upaya penemuan penderita BTA (+) baru secara aktif. Karena itu setiap puskesmas mendapatkan angka perkiraan penemuan penderita BTA (+) baru di wilayah kerjanya selama setahun. Diharapkan dengan penemuan dini kasus yang dicurigai BTA (+), dapat menekan angka kesakitan dan penularan TB Paru.

Bila diperhatikan dalam tabel sepuluh besar penyakit di 9 rumah sakit di Kabupaten Jombang, penyakit TB Paru menduduki urutan ke sembilan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita TB Paru di Kabupaten Jombang cukup banyak dan sebagian penderita memilih RS sebagai tempat untuk menangani penyakit mereka. Karena itu kerjasama yang baik dari semua fasilitas kesehatan diharapkan dapat menurunkan jumlah penderita TB Paru di Kabupaten Jombang dimasa mendatang.

b. Penyakit HIV AIDS

Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan

18 NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS.

Penemuan kasus dengan HIV positif di Kabupaten Jombang mulai tahun 2008 s/d 2009 sejumlah 90 orang dengan rincian ODHA hidup sampai dengan tahun 2009 sebanyak 44 orang (2 orang dari luar Kabupaten), ODHA meninggal sebanyak 37 orang, hilang jejak 8 orang dan rujuk keluar sebanyak 1 orang. Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut diperlukan penyuluhan tentang HIV/AIDS lebih sering dilakukan agar masyarakat paham dan dapat melindungi dari penyakit tersebut.

Gambar 9

Sebaran Kasus HIV AIDs menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Jombang 2009

Dalam dokumen KATA PENGANTAR dr. SUPARYANTO, M.Kes (Halaman 10-57)

Dokumen terkait