• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab penutup memaparkan kesimpulan dari pembahasan dan saran untuk penelitian selanjutnya.

9 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Persamaan Fungsional

Definisi 2.1.1. Persamaan fungsional adalah persamaan fungsi yang belum diketahui fungsinya (Sahoo dan Kannappan, 2011:2).

Al-Mosadder (2012:7) menyatakan ada tiga subjek yang dipelajari dalam persamaan fungsional, yaitu:

1. Menemukan solusi khusus (particular), 2. Menemukan solusi umum,

3. Permasalahan kestabilan.

Definisi 2.1.2. Solusi khusus dari persamaan fungsional adalah fungsi yang domainnya memenuhi persamaan fungsional tersebut (Al-Mosadder, 2012: 7).

Definisi 2.1.3. Jika diberikan suatu kelas fungsi ๐น, solusi umum dari suatu persamaan fungsional adalah keseluruhan solusi khusus dari kelas fungsi tersebut (Al-Mosadder, 2012:7).

2.1.1 Persamaan Fungsional Cauchy Additive

Definisi 2.1.1.1. Suatu fungsi ๐‘“: โ„ โ†’ โ„ dikatakan suatu fungsi additive jika fungsi tersebut memenuhi persamaan fungsional Cauchy additive

๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘“(๐‘ฆ) untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„ (Sahoo dan Kannappan, 2011:4).

Misalkan suatu fungsi ๐‘“: โ„ โ†’ โ„ dan misalkan ๐‘“(๐‘ฅ) = 8๐‘ฅ, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ โ„, maka fungsi tersebut merupakan fungsi additive.

Bukti:

๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = 8(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = 8๐‘ฅ + 8๐‘ฆ = ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘“(๐‘ฆ), โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„.

Definisi 2.1.1.2. Suatu fungsi ๐‘“: โ„ โ†’ โ„ dikatakan secara rasional homogen jika dan hanya jika

๐‘“(๐‘Ÿ๐‘ฅ) = ๐‘Ÿ๐‘“(๐‘ฅ) untuk setiap ๐‘Ÿ โˆˆ โ„ dan setiap ๐‘Ÿ bilangan rasional.

Definisi di atas menunjukkan bahwa setiap solusi dari persamaan Cauchy additive secara rasional homogen (Sahoo dan Kannappan, 2011:6).

Ada beberapa variasi dari persamaan fungsional Cauchy additive, misalnya persamaan Cauchy additive yang digeneralisasikan, persamaan Hosszuโ€™s, persamaan homogen, persamaan fungsional linier, dan lain sebagainya.

Bagaimanapun, persamaan fungsional Jensen merupakan variasi persamaan fungsional Cauchy additive yang paling sederhana dan paling penting (Jung, 2011:155).

2.1.2 Persamaan Fungsional Jensen

Definisi 2.1.2.1. Suatu fungsi ๐‘“: โ„ โ†’ โ„ dikatakan convex jika dan hanya jika memenuhi pertidaksamaan

๐‘“ (๐‘ฅ + ๐‘ฆ

2 ) โ‰ค๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘“(๐‘ฆ) 2

(2.1)

untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„.

Fungsi convex pertama kali dikenalkan oleh J.L.W.V. Jensen tahun 1905, meskipun fungsi-fungsi yang memenuhi persamaan (2.1) telah diperlakukan oleh Hadamard (1983) dan Holder (1889) (Sahoo dan Kannappan, 2011:93).

Berikut ini merupakan contoh dari fungsi convex:

1. ๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘š๐‘ฅ + ๐‘ di โ„ untuk setiap ๐‘š, ๐‘ โˆˆ โ„ 2. ๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘ฅ2 di โ„

3. ๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘’๐›ผ๐‘ฅ di โ„ untuk setiap ๐›ผ โ‰ฅ 1 atau ๐›ผ โ‰ค 0 4. ๐‘“(๐‘ฅ) = |๐‘ฅ|๐›ผ di โ„ untuk setiap ๐›ผ โ‰ฅ 1

5. ๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘ฅ๐‘™๐‘œ๐‘”๐‘ฅ di โ„+ 6. ๐‘“(๐‘ฅ) = tan ๐‘ฅ di [0,๐œ‹

2]

Suatu penjumlahan berhingga dari fungsi-fungsi convex juga merupakan suatu fungsi convex. Akan tetapi, hasil kali dari fungsi-fungsi convex tidak selalu convex.

Contohnya,

๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘ฅ2 dan ๐‘”(๐‘ฅ) = ๐‘’๐‘ฅ

merupakan fungsi convex di โ„ akan tetapi hasil perkaliannya โ„Ž(๐‘ฅ) = ๐‘ฅ2๐‘’๐‘ฅ

bukan fungsi convex di โ„.

Jika ๐ด: โ„ โ†’ โ„ merupakan suatu fungsi additive, maka ๐ด juga merupakan fungsi convex. Karena

๐ด (๐‘ฅ + ๐‘ฆ 2 ) =1

2๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) =1

2(๐ด(๐‘ฅ) + ๐ด(๐‘ฆ)), ๐ด memenuhi

๐ด (๐‘ฅ + ๐‘ฆ

2 ) โ‰ค๐ด(๐‘ฅ) + ๐ด(๐‘ฆ)

2 .

Oleh karena itu ๐ด merupakan suatu fungsi convex.

Jika ๐ด: โ„ โ†’ โ„ merupakan suatu fungsi additive dan ๐‘“: โ„ โ†’ โ„ merupakan suatu fungsi convex, maka komposisinya ๐‘“(๐ด(๐‘ฅ)) merupakan suatu fungsi convex (Sahoo dan Kannappan, 2011:94-95).

Berikut adalah contoh dari fungsi convex yang memenuhi bentuk fungsi

Selanjutnya berikut adalah contoh fungsi convex yang memenuhi bentuk fungsi convex

Berdasarkan persamaan (2.4) dan (2.5) dapat diketahui bahwa fungsi ๐ด(๐‘ฅ) untuk ๐‘ฅ โ‰  ๐‘ฆ tersebut memenuhi

๐ด (๐‘ฅ + ๐‘ฆ

2 ) โ‰ค๐ด(๐‘ฅ) + ๐ด(๐‘ฆ)

2 .

Berikut adalah contoh lain dari fungsi convex yang memenuhi bentuk fungsi convex

Selanjutnya berikut adalah contoh lain dari fungsi convex yang memenuhi bentuk fungsi convex

๐ด(๐‘ฅ) + ๐ด(๐‘ฆ)

2 = |๐‘ฅ|3+ |๐‘ฆ|3

2 =|2๐‘ฆ|3+ |๐‘ฆ|3

2 = |8๐‘ฆ3| + |๐‘ฆ|3

2 =8|๐‘ฆ3| + |๐‘ฆ|3 2

=8|๐‘ฆ|3+ |๐‘ฆ|3

2 =9|๐‘ฆ|3 2 = 41

2|๐‘ฆ|3 โ€ฆ (2.9) Berdasarkan persamaan (2.8) dan (2.9) dapat diketahui bahwa fungsi ๐ด(๐‘ฅ) untuk ๐‘ฅ โ‰  ๐‘ฆ tersebut memenuhi

๐ด (๐‘ฅ + ๐‘ฆ

2 ) โ‰ค๐ด(๐‘ฅ) + ๐ด(๐‘ฆ)

2 .

Definisi 2.1.2.2. Suatu fungsi ๐‘“: โ„ โ†’ โ„ disebut persamaan Jensen, jika persamaan tersebut memenuhi

๐‘“ (๐‘ฅ + ๐‘ฆ

2 ) = ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘“(๐‘ฆ) 2

โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„ (Sahoo dan Kannappan, 2011:95).

2.2 Ruang Metrik

Definisi 2.2.1. Diberikan sebarang himpunan tak kosong ๐‘‹.

1. Fungsi ๐‘‘: ๐‘‹ ร— ๐‘‹ โ†’ โ„ yang memenuhi sifat-sifat a. ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ฅ 0 untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹,

๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = 0 jika dan hanya jika ๐‘ฅ = ๐‘ฆ, b. ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = ๐‘‘(๐‘ฆ, ๐‘ฅ) untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹, dan

c. ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ง) + ๐‘‘(๐‘ง, ๐‘ฆ) untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง โˆˆ ๐‘‹, disebut metrik (metric) atau jarak (distance) pada ๐‘‹.

2. Himpunan ๐‘‹ dilengkapi dengan suatu metrik d, dituliskan dengan (๐‘‹, ๐‘‘), disebut ruang metrik (metric space). Selanjutnya, jika metriknya telah diketahui (tertentu), maka ruang metrik cukup ditulis dengan ๐‘‹ saja.

3. Anggota ruang metrik (๐‘‹, ๐‘‘) disebut titik (point) dan untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹ bilangan nonnegatif ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) disebut jarak (distance) titik ๐‘ฅ dengan titik ๐‘ฆ.

(Darmawijaya, 2007:37).

Di bawah ini diberikan beberapa contoh ruang metrik.

1. Sistem bilangan real โ„ merupakan ruang metrik terhadap metrik ๐‘‘:

๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ|, ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„.

2. Sistem bilangan kompleks ๐ถ merupakan ruang metrik terhadap modulusnya, ๐‘‘(๐‘ง1, ๐‘ง2) = |๐‘ง1โˆ’ ๐‘ง2|, ๐‘ง1, ๐‘ง2 โˆˆ ๐ถ.

3. Diberikan himpunan tak kosong ๐‘‹ dan didefinisikan ๐‘‘: ๐‘‹ ร— ๐‘‹ โ†’ โ„ dengan ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = {1 ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘ฅ โ‰  ๐‘ฆ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹

0 ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘ฅ = ๐‘ฆ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹.

Maka (๐‘‹, ๐‘‘) merupakan ruang metrik (Darmawijaya, 2007:38).

2.3 Ruang Vektor

Definisi 2.3.1. Misalkan ๐‘‰ adalah suatu himpunan tak kosong dari objek-objek sebarang, dimana dua operasinya didefinisikan, yaitu penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan). Operasi penjumlahan (addition) dapat diartikan sebagai suatu aturan yang memasangkan setiap pasangan objek u dan v pada ๐‘‰ dengan suatu objek u + v, yang disebut jumlah (sum) dari u dan v. Operasi perkalian skalar (scalar multiplication), dapat diartikan sebagai suatu aturan yang memasangkan setiap skalar k dan setiap objek u pada ๐‘‰ dengan suatu objek ku, yang disebut kelipatan skalar (scalar multiple) dari u oleh k. Jika aksioma-aksioma berikut dipenuhi oleh semua objek u, v, w pada ๐‘‰ dan semua skalar k dan l, maka ๐‘‰ disebut sebagai ruang vektor (vector space) dan kita menyebut objek-objek pada ๐‘‰ sebagai vektor.

1. Jika u dan v adalah objek-objek pada ๐‘‰, maka u + v berada pada ๐‘‰.

2. u + v = v + u.

3. u + (v + w) = (u + v) + w.

4. Di dalam ๐‘‰ terdapat suatu objek 0, yang disebut vektor nol (zero vector) untuk ๐‘‰, sedemikian hingga 0 + u = u + 0 untuk semua u pada ๐‘‰.

5. Untuk setiap u pada ๐‘‰, terdapat suatu objek โ€“u pada ๐‘‰, yang disebut sebagai negatif dari u, sedemikian rupa sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0.

6. Jika k adalah skalar sebarang dan u adalah objek sebarang pada ๐‘‰, maka ku terdapat pada ๐‘‰.

7. k(u + v) =ku + kv.

8. (k + l)u = ku + lu.

9. k(lu) = (kl)(u).

10. 1u = u.

Skalar dapat berupa bilangan real atau bilangan kompleks, tergantung pada aplikasinya. Ruang vektor dimana skalar-skalarnya adalah bilangan kompleks disebut ruang vektor kompleks (complex vector space), dan ruang vektor dimana skalar-skalarnya merupakan bilangan real disebut ruang vektor real (real vector space) (Anton dan Rorres, 2004:228-229).

2.4 Ruang Bernorma

Definisi 2.4.1. Misalkan ๐ธ suatu ruang vektor. Suatu pemetaan โ€–. โ€–: ๐ธ โ†’ โ„ disebut norm, jika โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ dan ๐œ† โˆˆ โ„ berlaku

1. โ€–๐‘ฅโ€– โ‰ฅ 0;

2. โ€–๐‘ฅโ€– = 0 โ†” ๐‘ฅ = 0;

3. โ€–๐œ†๐‘ฅโ€– = |๐œ†|โ€–๐‘ฅโ€–;

4. โ€–๐‘ฅ + ๐‘ฆโ€– โ‰ค โ€–๐‘ฅโ€– + โ€–๐‘ฆโ€–.

(๐ธ, โ€– . โ€–) disebut ruang vektor bernorma dan โ€–๐‘ฅโ€– disebut norm dari ๐‘ฅ. Sifat yang keempat tersebut sering disebut sebagai ketaksamaan segitiga ruang vektor bernorma (Coleman, 2012:1).

Teorema 2.4.2. Setiap ruang bernorma (๐พ, โ€– . โ€–) merupakan ruang metrik terhadap metrik d:

๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€–

untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐พ.

Bukti:

Ruang bernorma (๐พ, โ€– . โ€–) merupakan ruang metrik terhadap ๐‘‘ tersebut, sebab:

1. Untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐พ benar bahwa

๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– โ‰ฅ 0, menurut definisi 2.4.1 (1).

2. Untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐พ benar bahwa

๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = 0 โ†” ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ = 0 โ†” ๐‘ฅ = ๐‘ฆ, menurut definisi 2.4.1 (2).

3. Untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐พ benar bahwa

๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = โ€–(โˆ’1)(๐‘ฆ โˆ’ ๐‘ฅ)โ€– = |โˆ’1|โ€–๐‘ฆ โˆ’ ๐‘ฅโ€– = โ€–๐‘ฆ โˆ’ ๐‘ฅโ€– = ๐‘‘(๐‘ฆ, ๐‘ฅ), menurut definisi 2.4.1 (3).

4. Untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐พ benar bahwa

๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = โ€–(๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ง) + (๐‘ง โˆ’ ๐‘ฆ)โ€–

โ‰ค โ€–(๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ง)โ€– + โ€–(๐‘ง โˆ’ ๐‘ฆ)โ€– = ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ง) + ๐‘‘(๐‘ฆ, ๐‘ง), menurut definisi 2.4.1 (4).

Berdasarkan teorema 2.4.2 di atas, yaitu setiap ruang bernorma merupakan ruang metrik, maka semua konsep, pengertian, sifat-sifat, serta teorema-teorema yang berlaku pada ruang metrik berlaku pula pada ruang bernorma dengan definisi

๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€–

(Darmawijaya, 2007:94).

Misalkan untuk โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ|, ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„, maka (โ„, โ€– . โ€–) merupakan ruang bernorma.

Bukti:

1. Akan ditunjukkan โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– โ‰ฅ 0, โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„

โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ| โ‰ฅ 0.

2. Akan ditunjukkan โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = 0 โ†” ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ = 0

Syarat perlu: akan ditunjukkan โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = 0 โ†’ ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ = 0.

Diketahui โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ| = 0 dan ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„.

Berdasarkan sifat harga mutlak bahwa |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ| = (๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ) untuk setiap (๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ) โ‰ฅ 0 dan |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ| = โˆ’(๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ) untuk setiap (๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ) < 0. Karena

|๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ| = 0, maka (๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ) = 0.

Syarat cukup: akan ditunjukkan ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ = 0 โ†’ โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ| = 0.

Diketahui ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ = 0.

โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ| = |0| = 0.

3. Akan ditunjukkan โ€–๐œ†(๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ)โ€– = |๐œ†|โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€–

Misalkan ๐œ† โˆˆ โ„,

โ€–๐œ†(๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ)โ€– = |๐œ†(๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ)| = |๐œ†||๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ| = |๐œ†|โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€–.

4. Akan ditunjukkan โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– โ‰ค โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘งโ€– + โ€–๐‘ง โˆ’ ๐‘ฆโ€–

โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ง + ๐‘ง โˆ’ ๐‘ฆโ€–

= |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ง + ๐‘ง โˆ’ ๐‘ฆ|

โ‰ค |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ง| + |๐‘ง โˆ’ ๐‘ฆ|

= โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘งโ€– + โ€–๐‘ง โˆ’ ๐‘ฆโ€–

sehingga, didapatkan

โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– โ‰ค โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘งโ€– + โ€–๐‘ง โˆ’ ๐‘ฆโ€–.

2.5 Barisan Konvergen

Definisi 2.5.1. Suatu barisan ๐‘‹ = {๐‘ฅ๐‘›} โˆˆ โ„ dikatakan konvergen ke ๐‘ฅ โˆˆ โ„, atau ๐‘ฅ dikatakan suatu limit dari {๐‘ฅ๐‘›}, jika untuk setiap ๐œ€ > 0 terdapat suatu bilangan asli ๐พ(๐œ€) sedemikian hingga untuk setiap ๐‘› โ‰ฅ ๐พ(๐œ€), ๐‘ฅ๐‘› memenuhi |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘›| < ๐œ€ (Bartle dan Sherbert, 2000:54).

Contoh:

1. {๐‘ฅ๐‘›} = { โˆš๐‘›

๐‘›2+1|๐‘› โˆˆ โ„•} โˆˆ โ„ merupakan suatu barisan konvergen ke 0 โˆˆ โ„.

Bukti:

Untuk setiap ๐œ€ > 0, pilih ๐พ > 1

๐œ€, maka untuk setiap ๐‘› โ‰ฅ ๐พ(๐œ€) mengakibatkan bahwa 1

๐‘› < 1

๐พ < ๐œ€ dan

| โˆš๐‘›

๐‘›2 + 1โˆ’ 0| = | โˆš๐‘›

๐‘›2 + 1| = โˆš๐‘›

๐‘›2+ 1 <โˆš๐‘› ๐‘›2 = 1

๐‘›โˆš๐‘›< 1 ๐‘›< 1

๐พ< ๐œ€.

Karena | โˆš๐‘›

๐‘›2+1โˆ’ 0| < ๐œ€, maka dapat dikatakan bahwa {๐‘ฅ๐‘›} = { โˆš๐‘›

๐‘›2+1|๐‘› โˆˆ โ„•} โˆˆ โ„ konvergen ke 0 โˆˆ โ„.

2. {๐‘ฅ๐‘›} = {(โˆ’1)๐‘›๐‘›

๐‘›2+1 |๐‘› โˆˆ โ„•} โˆˆ โ„ merupakan suatu barisan konvergen ke 0 โˆˆ โ„.

Bukti:

Untuk setiap ๐œ€ > 0, pilih ๐พ >1

๐œ€, maka untuk setiap ๐‘› โ‰ฅ ๐พ(๐œ€) mengakibatkan bahwa 1

๐‘› < 1

๐พ < ๐œ€ dan

|(โˆ’1)๐‘›๐‘›

๐‘›2+ 1 โˆ’ 0| = |(โˆ’1)๐‘›๐‘›

๐‘›2+ 1| =(โˆ’1)๐‘›๐‘›

๐‘›2+ 1 โ‰ค ๐‘›

๐‘›2+ 1< ๐‘› ๐‘›2 = 1

๐‘›< 1 ๐พ< ๐œ€.

Karena |(โˆ’1)๐‘›๐‘›

๐‘›2+1 โˆ’ 0| < ๐œ€, maka dapat dikatakan bahwa {๐‘ฅ๐‘›} = {(โˆ’1)๐‘›๐‘›

๐‘›2+1 |๐‘› โˆˆ โ„•} โˆˆ โ„ konvergen ke 0 โˆˆ โ„.

2.6 Barisan Cauchy

Definisi 2.6.1. Suatu barisan ๐‘‹ = {๐‘ฅ๐‘›} โˆˆ โ„ dikatakan suatu barisan Cauchy jika untuk setiap ๐œ€ > 0 terdapat suatu bilangan asli ๐ป(๐œ€) sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐‘›, ๐‘š โ‰ฅ ๐ป(๐œ€), ๐‘ฅ๐‘› dan ๐‘ฅ๐‘š memenuhi |๐‘ฅ๐‘›โˆ’ ๐‘ฅ๐‘š| < ๐œ€ (Bartle dan Sherbert, 2000:81).

Teorema 2.6.2. Di dalam sembarang ruang metrik (๐‘‹, ๐‘‘), setiap barisan konvergen merupakan barisan Cauchy.

Bukti:

Ambil sebarang barisan {๐‘ฅ๐‘›} konvergen ke ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹. Jika diberikan sebarang ๐œ€ > 0, maka terdapat ๐‘ โˆˆ โ„• sehingga untuk setiap ๐‘› โ‰ฅ ๐‘ berlaku

๐‘‘(๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ) <๐œ€ 2. Demikian juga untuk setiap ๐‘š โ‰ฅ ๐‘ berlaku

๐‘‘(๐‘ฅ๐‘š, ๐‘ฅ) < ๐œ€ 2.

Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga, untuk setiap ๐‘›, ๐‘š โ‰ฅ ๐‘ diperoleh ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘š, ๐‘ฅ) โ‰ค ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘š, ๐‘ฅ) + ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ) <๐œ€

2+๐œ€

2= ๐œ€ (Muslikh, 2012:81-82).

Dalam beberapa ruang metrik terdapat barisan Cauchy yang tidak konvergen. Salah satu contohnya adalah ruang dari bilangan rasional dengan

๐œŒ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ|.

Barisan {๐‘ฅ๐‘›} = {0,1., 0,101., 0,101001., 0,1010010001. , โ€ฆ } dengan mudah dapat dilihat bahwa barisan tersebut merupakan barisan Cauchy yang tidak konvergen (Goffman dan Pedrick, 1965:11). Untuk membuktikan bahwa barisan {๐‘ฅ๐‘›} = {0,1., 0,101., 0,101001., 0,1010010001. , โ€ฆ } tidak konvergen, maka akan ditunjukkan bahwa ada ๐œ€ > 0 sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐พ, terdapat suatu bilangan asli ๐‘› โ‰ฅ ๐พ, dan berlaku |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘›| โ‰ฅ ๐œ€.

Pilih ๐œ€ = 0,001 sedemikian hingga jika diambil sebarang bilangan asli ๐พ โ‰ฅ 1, terdapat suatu bilangan asli ๐‘› โ‰ฅ ๐พ, dan berlaku

|๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ1| = |0 โˆ’ 0,1| = |โˆ’0,1| = 0,1 > 0,001 = ๐œ€,

|๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ2| = |0 โˆ’ 0,101| = |โˆ’0,101| = 0,101 > 0,001 = ๐œ€,

|๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ3| = |0 โˆ’ 0,101001| = |โˆ’0,101001| = 0,101001 > 0,001 = ๐œ€,

โ‹ฎ

Karena ada ๐œ€ = 0,001 > 0 sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐พ, terdapat suatu bilangan asli ๐‘› โ‰ฅ ๐พ, dan berlaku |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘›| โ‰ฅ ๐œ€. Oleh karena itu,

dapat dikatakan bahwa barisan {๐‘ฅ๐‘›} = {0,1., 0,101., 0,101001., 0,1010010001. , โ€ฆ } tidak konvergen.

Contoh: dikatakan bahwa bahwa 1

๐‘› < 1

๐ป< ๐œ€

2 dan dengan cara yang serupa diperoleh 1

๐‘š< โ„•} โˆˆ โ„ merupakan barisan Cauchy.

2. {๐‘ฅ๐‘›} = {(โˆ’1)๐‘›2+1๐‘›๐‘›|๐‘› โˆˆ โ„•} โˆˆ โ„ merupakan barisan Cauchy.

Bukti:

Untuk setiap ๐œ€ > 0, pilih ๐ป >2

Definisi 2.7.1. Ruang Banach merupakan ruang bernorma yang lengkap (Al-Mosadder, 2012:4).

Coleman (2012) menyatakan bahwa suatu ruang bernorma dikatakan lengkap jika setiap barisan Cauchy-nya konvergen.

Diberikan ruang bernorma (โ„, โ€– . โ€–). Misalkan {๐‘ฅ๐‘›} โˆˆ โ„ adalah barisan Cauchy, akan dibuktikan bahwa (โ„, โ€– . โ€–) merupakan ruang Banach.

Bukti:

Untuk membuktikan bahwa (โ„, โ€– . โ€–) merupakan ruang Banach, akan ditunjukkan bahwa jika {๐‘ฅ๐‘›} โˆˆ โ„ adalah barisan Cauchy maka {๐‘ฅ๐‘›} konvergen ke ๐‘ฅ โˆˆ โ„.

Karena {๐‘ฅ๐‘›} merupakan barisan Cauchy, maka untuk setiap ๐œ€ > 0 terdapat suatu bilangan asli ๐ป(๐œ€) sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐‘›, ๐‘š โ‰ฅ ๐ป(๐œ€), ๐‘ฅ๐‘› dan ๐‘ฅ๐‘š memenuhi |๐‘ฅ๐‘›โˆ’ ๐‘ฅ๐‘š| < ๐œ€. Untuk membuktikan bahwa {๐‘ฅ๐‘›} barisan konvergen akan ditunjukkan bahwa untuk setiap ๐œ€ > 0 terdapat suatu bilangan asli ๐พ(๐œ€), sedemikian hingga untuk setiap ๐‘› โ‰ฅ ๐พ(๐œ€), ๐‘ฅ๐‘› memenuhi |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘›| < ๐œ€.

Selanjutnya untuk membuktikan bahwa {๐‘ฅ๐‘›} barisan konvergen, maka ambil sebarang ๐œ€ > 0 dan dipilih suatu bilangan asli ๐พ(๐œ€) = ๐ป(๐œ€), sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐‘› berlaku ๐‘› โ‰ฅ ๐พ(๐œ€). Selanjutnya dipilih ๐‘ฅ = ๐‘ฅ๐‘š, sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐‘› โ‰ฅ ๐พ(๐œ€), ๐‘ฅ๐‘› memenuhi |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘›| <

๐œ€.

Jadi terbukti bahwa {๐‘ฅ๐‘›} barisan konvergen, sehingga dapat dikatakan bahwa (โ„, โ€– . โ€–) merupakan ruang Banach.

2.8 Kestabilan Hyers-Ulam-Rassias

Formula atau persamaan tertentu dapat diaplikasikan sebagai model dari suatu proses fisik apabila terjadi perubahan kecil pada persamaan tersebut hanya akan menimbulkan perubahan yang kecil pula pada hasilnya. Jika kondisi tersebut terpenuhi, dapat dikatakan bahwa persamaan tersebut adalah persamaan yang stabil.

Dalam aplikasinya, misalkan suatu persamaan fungsional Cauchy additive yang dinotasikan sebagai ๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ) = 0 tidak selalu benar untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„, namun dapat menjadi benar jika menggunakan aproksimasi

๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ) โ‰ˆ 0

untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„. Secara matematis dapat dinotasikan sebagai

|๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)| โ‰ค ๐œ€

untuk sebarang bilangan ๐œ€ yang positif dan untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ โ„. Dapat diketahui bahwa saat terjadi perubahan kecil pada suatu persamaan seperti Cauchy additive hanya akan menimbulkan perubahan yang kecil pula pada hasilnya. Hal inilah yang menjadi inti dari teori kestabilan.

Pada tahun 1940, S.M. Ulam menemukan persoalan, jika diberikan suatu Grup G, grup metric H dengan metric (๐‘œ, ๐‘œ), dan sebarang bilangan positif ๐œ€, apakah ada ๐›ฟ positif sedemikian hingga jika ada fungsi ๐‘“: ๐บ โ†’ ๐ป yang memenuhi

๐‘‘(๐‘“(๐‘ฅ๐‘ฆ), ๐‘“(๐‘ฅ)๐‘“(๐‘ฆ)) โ‰ค ๐›ฟ

untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐บ, maka ada fungsi homomorfisme ๐œ‘: ๐บ โ†’ ๐ป dengan ๐‘‘(๐‘“(๐‘ฅ), ๐œ‘(๐‘ฅ)) โ‰ค ๐œ€

untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐บ? Permasalahan tersebutlah yang dapat membentuk inti dari teori kestabilan. Pada ruang Banach, permasalahan di atas telah dipecahkan oleh D.H.

Hyres pada tahun 1941 dengan ๐œ€ = ๐›ฟ dan ๐œ‘(๐‘ฅ) = lim

๐‘›โ†’โˆž

๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)

2๐‘› (Sahoo dan Kannappan, 2011:293).

Pada tahun 1978, Rassias menegur teorema kestabilan Hyers dan mencoba melemahkan kondisi batas dari norm Cauchy difference

๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)

dan membuktikan suatu hasil dari Hyers yang diperluas dengan menggunakan suatu metode langsung (Jung, 2011:2).

Pembuktian Hyers terhadap permasalahan yang telah diberikan Ulam tersebut dikenal dengan teorema Hyers. Sedangkan pembuktian Rassias terhadap pembuktian teorema Hyers yang lebih diperluas tersebut dikenal dengan teorema Rassias. Teorema Rassias yang merupakan penyempurnaan terhadap teorema Hyers inilah yang disebut sebagai teorema Hyers-Ulam-Rassias.

Berikut adalah teorema Hyers dan teorema Rassias:

Teorema Hyers

Misalkan ๐‘“: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan suatu fungsi di antara ruang Banach sedemikian hingga

โ€–๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ (2.10)

untuk ๐›ฟ > 0 dan โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ1. Maka ada limit ๐ด(๐‘ฅ) = ๐‘™๐‘–๐‘š

๐‘›โ†’โˆž2โˆ’๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1 dan ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga

โ€–๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ (2.11)

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1 (Jung, 2011:21-22).

Bukti:

Jika diambil ๐‘ฆ = ๐‘ฅ, maka persamaan (2.10) dapat diperoleh

โ€–๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ

โ€–๐‘“(2๐‘ฅ) โˆ’ 2๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ dengan mengganti ๐‘ฅ =๐‘ฅ

2 dan kedua sisi dibagi 2, maka

โ€–1

2๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“ (๐‘ฅ

2)โ€– โ‰ค๐›ฟ

2 (2.12)

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Selanjutnya, dibuat asumsi induksi

โ€–1

2๐‘›๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“ (๐‘ฅ

2๐‘›)โ€– โ‰ค (1 โˆ’ 1

2๐‘›) ๐›ฟ. (2.13)

Berdasarkan pertidaksamaan (2.12), maka dapat diketahui pertidaksamaan (2.13) benar untuk ๐‘› = 1. Pada pertidaksamaan (2.13) dianggap benar untuk ๐‘› = ๐‘˜, sehingga diperoleh pertidaksamaan berikut

โ€–1

2๐‘˜๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“ (๐‘ฅ

2๐‘˜)โ€– โ‰ค (1 โˆ’ 1

2๐‘˜) ๐›ฟ. (2.14)

Selanjutnya akan dibuktikan pertidaksamaan (2.13) benar untuk ๐‘› = ๐‘˜ + 1.

โ€– 1

Karena persamaan fungsional Cauchy additive bersifat homogen, maka diperoleh pertidaksamaan berikut pertidaksamaan terakhir di atas, akan didapatkan

โ€–๐‘ž๐‘š(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘ž๐‘›(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค ( 1 2๐‘šโˆ’ 1

2๐‘›) ๐›ฟ untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

Berdasarkan definisi 2.6.1. barisan {๐‘ฅ๐‘›} dikatakan barisan Cauchy jika barisan {๐‘ฅ๐‘›} memenuhi |๐‘ฅ๐‘šโˆ’ ๐‘ฅ๐‘›| < ๐œ€ untuk setiap ๐œ€ > 0. Jika ๐‘› โ†’ โˆž, maka (21๐‘šโˆ’ 1

2๐‘›) ๐›ฟ โ†’ 0, sehingga dapat dikatakan bahwa {1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)}๐‘›=1โˆž merupakan barisan Cauchy untuk

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Pandang bahwa

Berdasarkan sifat kedua pada ruang bernorma, maka didapatkan ๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ) = 0

๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐ด(๐‘ฅ) + ๐ด(๐‘ฆ).

Dari definisi 2.1.1.1, maka dapat ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Misalkan ๐‘›, ๐‘š bilangan bulat nonnegatif dengan ๐‘› < ๐‘š, maka

โ€–1

Dengan menggunakan sifat keempat pada ruang Banach (ketaksamaan segitiga), maka diperoleh

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด memenuhi ||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)|| โ‰ค ๐›ฟ, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Jika kedua sisi dikalikan 1

2, maka didapatkan 1

โˆ‘ 1

||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)|| โ‰ค๐›ฟ 2 lim

๐‘›โ†’โˆžโˆ‘ 1 2๐‘˜

๐‘›โˆ’1

๐‘˜=0

=๐›ฟ 2 lim

๐‘›โ†’โˆž(2 โˆ’ 1 2๐‘›โˆ’1)

=๐›ฟ 2 lim

๐‘›โ†’โˆž2 โˆ’ lim

๐‘›โ†’โˆž

1 2๐‘›โˆ’1

= (๐›ฟ

2) 2 โˆ’ lim

๐‘›โ†’โˆž

1 2๐‘›โˆ’1

= ๐›ฟ โˆ’ 0

= ๐›ฟ.

Jadi, ||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)|| โ‰ค ฮด.

Andaikan ๐ด tidak tunggal, maka akan ada fungsi additive yang lain ๐ต: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 sedemikian hingga

||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|| โ‰ค ฮด

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

||๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|| = ||๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)||

โ‰ค ||๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)|| + ||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)||

= ||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)|| + ||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)||

โ‰ค ฮด + ฮด.

Jadi,

||๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|| โ‰ค 2ฮด.

||๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|| = lim

๐‘›โ†’โˆžโ€–1

2๐‘›๐ด(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘›๐ต(2๐‘›๐‘ฅ)โ€–

= lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›โ€–๐ด(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(2๐‘›๐‘ฅ)โ€–

โ‰ค lim

๐‘›โ†’โˆž

1 2๐‘›2ฮด

= 2ฮด lim

๐‘›โ†’โˆž

1 2๐‘›

= 0 dimana ๐‘› โˆˆ โ„.

Karena ||๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|| โ‰ค 0 dan berdasarkan sifat pertama pada ruang bernorma, maka

๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ) = 0 ๐ด(๐‘ฅ) = ๐ต(๐‘ฅ), โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

Oleh karena itu, ๐ด merupakan fungsi additive yang tunggal dan memenuhi pertidaksamaan (2.11). Jadi teorema Hyers tersebut terbukti.

Contoh Teorema Hyers:

Misalkan ๐‘“: โ„ โ†’ โ„ dan misalkan ๐‘“(๐‘ฅ) = 8๐‘ฅ dimana ๐‘ฅ โˆˆ โ„, sehingga untuk setiap ๐›ฟ > 0 dapat diperoleh

|๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)|

= |8(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ 8(๐‘ฅ) โˆ’ 8(๐‘ฆ)| = |8๐‘ฅ + 8๐‘ฆ โˆ’ 8๐‘ฅ โˆ’ 8๐‘ฆ| = |0| = 0 < ๐›ฟ.

Jadi fungsi tersebut memenuhi |๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)| < ๐›ฟ.

Misalkan {๐‘ฅ๐‘›} = {1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)|๐‘› โˆˆ โ„•} suatu barisan di โ„, akan ditunjukkan bahwa {๐‘ฅ๐‘›} merupakan barisan Cauchy.

Untuk setiap ๐œ€ > 0, pilih ๐ป >1

๐œ€, maka untuk setiap ๐‘›, ๐‘š โ‰ฅ ๐ป(๐œ€) dapat dikatakan bahwa 1

๐‘› < 1

๐ปโ‰ค ๐œ€ dan dengan cara yang serupa diperoleh 1

๐‘š< ๐œ€. Oleh karena itu, terdapat suatu fungsi ๐ด: โ„ โ†’ โ„ dan ๐ด didefinisikan dengan ๐ด(๐‘ฅ) = lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ) dimana ๐‘ฅ โˆˆ โ„.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Perhatikan bahwa

= lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›|{8(2๐‘›(๐‘ฅ + ๐‘ฆ)) โˆ’ 8(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 8(2๐‘›๐‘ฆ)}|

= lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›|{8(2๐‘›๐‘ฅ) + 8(2๐‘›๐‘ฆ) โˆ’ 8(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 8(2๐‘›๐‘ฆ)}|

= lim

๐‘›โ†’โˆž

1 2๐‘›|0|

= 0.

Jadi

|๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ)| = 0.

Berdasarkan sifat ruang metrik, maka didapatkan ๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ) = 0, sehingga ๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ). Dari definisi 2.1.1.1, maka dapat ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa A memenuhi |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)| โ‰ค ๐›ฟ, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)| = |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)|

= |8๐‘ฅ โˆ’ lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›2๐‘›๐‘“(๐‘ฅ)|

= |8๐‘ฅ โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)|

= |8๐‘ฅ โˆ’ 8๐‘ฅ|

= |0|

= 0.

Karena โˆ€ฮด > 0, maka |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)| โ‰ค ฮด.

Andaikan ๐ด tidak tunggal, maka akan ada fungsi additive yang lain ๐ต: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 sedemikian hingga

|๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| โ‰ค ฮด

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

|๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| = |๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|

โ‰ค |๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)|| + ||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|

= |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)|| + ||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|

โ‰ค ฮด + ฮด.

Jadi,

|๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| โ‰ค 2ฮด.

|๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| = lim

๐‘›โ†’โˆž|1

2๐‘›๐ด(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘›๐ต(2๐‘›๐‘ฅ)|

= lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›|๐ด(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(2๐‘›๐‘ฅ)|

= lim

๐‘›โ†’โˆž

1 2๐‘›2ฮด

= 2ฮด lim

๐‘›โ†’โˆž

1 2๐‘›

= 0 dimana ๐‘› โˆˆ โ„.

Karena |๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| โ‰ค 0 dan berdasarkan sifat pertama pada ruang metrik, maka ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ) = 0

๐ด(๐‘ฅ) = ๐ต(๐‘ฅ), โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

Jadi terbukti bahwa ๐ด tunggal dan pembuktian teorema Hyers di atas telah lengkap, sehingga terbukti bahwa contoh dari persamaan Cauchy additive tersebut stabil.

Teorema Rassias

Misalkan ๐ธ1 dan ๐ธ2 merupakan ruang Banach, dan misalkan ๐‘“: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 suatu fungsi yang memenuhi pertidaksamaan

โ€–๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)โ€– โ‰ค ๐œƒ(โ€–๐‘ฅโ€–๐‘+ โ€–๐‘ฆโ€–๐‘) (2.15)

untuk ๐œƒ > 0, ๐‘ โˆˆ [0,1), dan โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ1. Maka ada ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 suatu fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga

โ€–๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘โ€–๐‘ฅโ€–๐‘ (2.16)

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1 (Jung, 2011:24).

Bukti:

Jika diberikan fungsi ๐‘“: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 yang memenuhi

โ€–๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)โ€– โ‰ค ๐œƒ(โ€–๐‘ฅโ€–๐‘+ โ€–๐‘ฆโ€–๐‘)

untuk ๐œƒ > 0, ๐‘ โˆˆ [0,1) dan โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ1. Dengan mengganti ๐‘ฆ = ๐‘ฅ pada persamaan (2.15) maka

โ€–๐‘“(2๐‘ฅ) โˆ’ 2๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 2๐œƒโ€–๐‘ฅโ€–๐‘

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Jika ๐‘ฅ diganti dengan 2๐‘˜โˆ’1๐‘ฅ (โˆ€๐‘˜ โˆˆ ๐‘, ๐‘˜ โ‰ฅ 1), maka akan didapatkan

โ€–๐‘“(2๐‘˜๐‘ฅ) โˆ’ 2๐‘“(2๐‘˜โˆ’1๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 2๐‘˜๐‘โˆ’๐‘+1๐œƒโ€–๐‘ฅโ€–๐‘ (2.17) dengan mengalikan kedua ruas pada pertidaksamaan di atas dengan 1

2๐‘˜ dan menambahkan sebanyak ๐‘› pertidaksamaan yang dihasilkan, maka

โˆ‘ 1

2๐‘˜โ€–๐‘“(2๐‘˜๐‘ฅ) โˆ’ 2๐‘“(2๐‘˜โˆ’1๐‘ฅ)โ€–

๐‘›

๐‘˜=1

โ‰ค ๐œƒโ€–๐‘ฅโ€–๐‘โˆ‘2๐‘˜๐‘โˆ’๐‘+1 2๐‘˜

๐‘›

๐‘˜=1

.

(2.18)

Karena

1

2๐‘›โ€–๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 2๐‘“(2๐‘›โˆ’1๐‘ฅ)โ€– โ‰ค โˆ‘ 1

2๐‘˜โ€–๐‘“(2๐‘˜๐‘ฅ) โˆ’ 2๐‘“(2๐‘˜โˆ’1๐‘ฅ)โ€–

๐‘›๐‘˜=1 (2.19)

dari pertidaksamaan (2.21) dan (2.22) didapatkan pertidaksamaan berikut maka, berdasarkan (2.18) dan (2.19) diperoleh

1

Karena persamaan fungsional Cauchy additive bersifat homogen, maka

โ€–1

= 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘โ€–๐‘ฅโ€–๐‘. Oleh karena itu, dari pertidaksamaan (2.23) didapatkan

โ€–1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘โ€–๐‘ฅโ€–๐‘ (2.24)

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

Dengan menggunakan induksi dapat ditunjukkan bahwa (2.24) terdefinisi untuk setiap bilangan asli. Jika ๐‘š > ๐‘› > 0, maka ๐‘š โˆ’ ๐‘› juga bilangan asli. Selanjutnya, pada persamaan (2.24), ๐‘› diganti dengan ๐‘š โˆ’ ๐‘›, sehingga didapatkan

โ€– 1

2๐‘šโˆ’๐‘›๐‘“(2๐‘šโˆ’๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘โ€–๐‘ฅโ€–๐‘ (2.25)

yang berarti

โ€– 1

2๐‘š๐‘“(2๐‘šโˆ’๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘›๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 1

2๐‘›( 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘) โ€–๐‘ฅโ€–๐‘ (2.26)

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Selanjutnya, pada persamaan (2.26), ๐‘ฅ diganti dengan 2๐‘›๐‘ฅ, sehingga didapatkan pertidaksamaan berikut

โ€– 1

2๐‘š๐‘“(2๐‘š๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)โ€– โ‰ค2๐‘›๐‘ 2๐‘› ( 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘) โ€–๐‘ฅโ€–๐‘. (2.27) Karena 0 โ‰ค ๐‘ < 1, maka

๐‘›โ†’โˆžlim 2๐‘›(๐‘โˆ’1) = 0, sehingga berdasarkan (2.27) akan didapatkan

๐‘›โ†’โˆžlim โ€– 1

2๐‘š๐‘“(2๐‘š๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)โ€– = 0.

Berdasarkan definisi 2.6.1. barisan {๐‘ฅ๐‘›} dikatakan barisan Cauchy jika barisan {๐‘ฅ๐‘›} memenuhi |๐‘ฅ๐‘šโˆ’ ๐‘ฅ๐‘›| < ๐œ€ untuk setiap ๐œ€ > 0. Jika ๐‘› โ†’ โˆž maka (21๐‘šโˆ’ 1

2๐‘›) ๐›ฟ โ†’ 0, sehingga dapat dikatakan bahwa {1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)}๐‘›=1โˆž merupakan barisan Cauchy untuk

setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Oleh karena itu, terdapat fungsi ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 yang didefinisikan

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Pandang bahwa

Berdasarkan sifat kedua pada ruang bernorma, maka ๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ) = 0 Oleh karena itu akan didapatkan

โ€–๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘โ€–๐‘ฅโ€–๐‘

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด adalah fungsi yang tunggal. Jika ๐ด tidak tunggal, maka akan ada fungsi additive lain yang memenuhi

โ€–๐ต(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 2๐œƒ Lebih lanjut, karena ๐ด dan ๐ต adalah fungsi additive, maka

โ€–๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)โ€– = โ€– lim

dan berdasarkan sifat pertama pada ruang bernorma, sehingga didapatkan

||๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|| = 0.

Berdasarkan sifat kedua pada ruang bernorma, maka didapatkan ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ) = 0

sehingga

๐ด(๐‘ฅ) = ๐ต(๐‘ฅ), โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Contoh Teorema Rassias:

Misalkan ๐‘“: โ„ โ†’ โ„ dan misalkan ๐‘“(๐‘ฅ) = 8๐‘ฅ dimana ๐‘ฅ โˆˆ โ„, sehingga untuk setiap ๐›ฟ > 0 dapat diperoleh

|๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)|

= |8(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ 8(๐‘ฅ) โˆ’ 8(๐‘ฆ)| = |8๐‘ฅ + 8๐‘ฆ โˆ’ 8๐‘ฅ โˆ’ 8๐‘ฆ| = |0|

= 0.

Untuk ๐œƒ > 0 dan ๐‘ โˆˆ [0,1), maka ๐œƒ(|๐‘ฅ|๐‘+ |๐‘ฆ|๐‘) > 0. Jadi fungsi tersebut memenuhi |๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)| < ๐œƒ(|๐‘ฅ|๐‘+ |๐‘ฆ|๐‘).

Misalkan {๐‘ฅ๐‘›} = {1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)|๐‘› โˆˆ โ„•} suatu barisan di โ„, akan ditunjukkan bahwa {๐‘ฅ๐‘›} merupakan barisan Cauchy.

Untuk setiap ๐œ€ > 0, pilih ๐ป >1

๐œ€, maka untuk setiap ๐‘›, ๐‘š โ‰ฅ ๐ป(๐œ€) dapat dikatakan bahwa 1

๐‘›< 1

๐ปโ‰ค ๐œ€ dan dengan cara yang serupa diperoleh 1

๐‘š< ๐œ€. Oleh karena itu, jika ๐‘›, ๐‘š โ‰ฅ ๐ป maka diperoleh

|1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘š๐‘“(2๐‘š๐‘ฅ)|

= |1

2๐‘›8(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘š8(2๐‘š๐‘ฅ)| = |8๐‘ฅ โˆ’ 8๐‘ฅ| = |0| = 0 < ๐œ€.

Jadi dapat dikatakan bahwa {๐‘ฅ๐‘›} = {1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)|๐‘› โˆˆ โ„•} โˆˆ โ„ merupakan barisan Cauchy. Karena โ„ termasuk ruang Banach, maka barisan Cauchy tersebut konvergen, sehingga ada limit dari barisan Cauchy tersebut. Oleh karena itu,

terdapat suatu fungsi ๐ด: โ„ โ†’ โ„ dan ๐ด didefinisikan dengan ๐ด(๐‘ฅ) =

๐‘›โ†’โˆžlim

1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ) dimana ๐‘ฅ โˆˆ โ„.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Perhatikan bahwa

Berdasarkan sifat pada ruang metrik, maka didapatkan ๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ) = 0, sehingga ๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ). Dari definisi 2.1.1.1, maka dapat ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa A memenuhi |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)| โ‰ค

2๐œƒ

2โˆ’2๐‘|๐‘ฅ|๐‘, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

|๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)| = |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)|

= |8๐‘ฅ โˆ’ lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›2๐‘›๐‘“(๐‘ฅ)|

= |8๐‘ฅ โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)|

= |8๐‘ฅ โˆ’ 8๐‘ฅ|

= |0|

= 0.

Karena ๐œƒ > 0 dan ๐‘ โˆˆ [0,1), 2๐œƒ

2โˆ’2๐‘|๐‘ฅ|๐‘ > 0, maka |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)| โ‰ค 2๐œƒ

2โˆ’2๐‘|๐‘ฅ|๐‘. Andaikan ๐ด tidak tunggal, maka akan ada fungsi additive yang lain ๐ต: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 sedemikian hingga

|๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| โ‰ค 2๐œƒ 2 โˆ’ 2๐‘|๐‘ฅ|๐‘

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

|๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| = |๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|

โ‰ค |๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)| + |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|

= |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)| + |๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)|

โ‰ค 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘|๐‘ฅ|๐‘+ 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘|๐‘ฅ|๐‘. Jadi,

|๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| โ‰ค 2 ( 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘|๐‘ฅ|๐‘).

|๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| = lim

๐‘›โ†’โˆž|1

2๐‘›๐ด(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘›๐ต(2๐‘›๐‘ฅ)|

= lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›|๐ด(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(2๐‘›๐‘ฅ)|

= lim

๐‘›โ†’โˆž

1

2๐‘›2 ( 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘|๐‘ฅ|๐‘)

= 2 ( 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘|๐‘ฅ|๐‘) lim

๐‘›โ†’โˆž

1 2๐‘›

= 0 dimana ๐‘› โˆˆ โ„.

Karena |๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ)| โ‰ค 0 dan berdasarkan sifat pertama pada ruang metrik, maka ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ต(๐‘ฅ) = 0

๐ด(๐‘ฅ) = ๐ต(๐‘ฅ), โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

Jadi terbukti bahwa ๐ด tunggal dan pembuktian teorema Rassias di atas telah lengkap, sehingga terbukti bahwa contoh dari persamaan Cauchy additive tersebut stabil.

2.9 Kestabilan Persamaan Fungsional Jensen

Kestabilan persamaan fungsional Jensen dengan menggunakan konsep kestabilan Hyers-Ulam-Rassias merupakan suatu cara untuk membuktikan kestabilan persamaan fungsional Jensen dengan menggunakan teorema Rassias yang merupakan perluasan dari teorema Hyers seperti yang telah dipaparkan di atas.

Pada konsep kestabilan Hyers-Ulam-Rassias yang menjadi acuan adalah persamaan fungsional Cauchy additive. Oleh karena itu, untuk membuktikan kestabilan persamaan fungsional Jensen, persamaan fungsional Cauchy additive dalam

teorema tersebut diganti dengan persamaan fungsional Jensen. Jadi, untuk membuktikan kestabilan persamaan fungsional Jensen adalah dengan membuktikan teorema berikut:

Teorema Hyers

Misalkan ๐‘“: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan suatu fungsi di antara ruang Banach sedemikian hingga

โ€–2๐‘“ (๐‘ฅ + ๐‘ฆ

2 ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ untuk ๐›ฟ > 0 dan โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ1. Maka ada limit

๐ด(๐‘ฅ) = ๐‘™๐‘–๐‘š

๐‘›โ†’โˆž2โˆ’๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1 dan ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga

โ€–๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Teorema Rassias

Misalkan ๐ธ1 dan ๐ธ2 merupakan ruang Banach, dan misalkan ๐‘“: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 suatu fungsi yang memenuhi pertidaksamaan

โ€–2๐‘“ (๐‘ฅ + ๐‘ฆ

2 ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)โ€– โ‰ค ๐œƒ(โ€–๐‘ฅโ€–๐‘+ โ€–๐‘ฆโ€–๐‘)

untuk ๐œƒ > 0, ๐‘ โˆˆ [0,1), dan โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ1. Maka ada ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 suatu fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga

โ€–๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค 2๐œƒ

2 โˆ’ 2๐‘โ€–๐‘ฅโ€–๐‘, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

2.10 Inspirasi Kestabilan Persamaan Fungsional dalam Kajian Islam

Persamaan fungsional dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti digunakan untuk menggambarkan suatu proses fisik, jika persamaan

fungsional tersebut stabil. Oleh karena itu, untuk mengaplikasikan suatu persamaan fungsional harus diketahui terlebih dulu kestabilannya. Jika persamaan fungsional tersebut stabil, maka dapat dipastikan persamaan fungsional tersebut dapat diaplikasikan. Akan tetapi, jika persamaan fungsional tersebut tidak stabil, maka ada kemungkinan persamaan fungsional tersebut tidak dapat diaplikasikan. Begitu juga dengan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia dan makhluk hidup yang lainnya ini. Bumi akan dapat digunakan sebagai tempat tinggal yang aman jika bumi ini stabil. Dapat dibayangkan jika keadaan bumi tidak stabil dan selalu mengalami guncangan-guncangan, maka bumi tidak lagi menjadi tempat yang aman untuk dihuni. Di antara yang menstabilkan bumi adalah gunung, sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Quran surat Luqman ayat 10 sebagai berikut:

ูŽ ูŽู‘ูŽู‡ู… ูŽู’ูŽู‘ูŽุฑูŽ ูŽููŽูŽู…ูŽุนููŠู’ ูุจูŽูุชู‘ูŽู‘ูŽู‘ูŽุณู„ุง ูŽู‚ูŽู„ูŽุฎ

โ€œDia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baikโ€ (QS. Luqman:10).

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa bumi diciptakan tanpa tiang dan gununglah yang mengokohkannya, sehingga bumi tidak menggoyangkan manusia (berguncang).

Di samping itu Achmad Sunarto (2007) dalam buku elektriknya yang berjudul Himpunan Hadits Qudsi memaparkan sebuah hadits berikut:

ูุชู„ู„ู‘ูŽุง ูŽู‚ูŽู„ูŽุฎ ุชููŽู„ :ูŽู„ ูŽู‚ ูŽู…ุชู„ูŽุณูŽ ูู‡ู…ูŠูŽู„ูŽูŽ ูุชู„ู„ู‘ูŽุง ู‰ุชู„ูŽุต ููุจุชู†ู„ุง ู…ู†ูŽูŽ ูู‡ู…ู†ูŽูŽ ูุชู„ู„ู‘ูŽุง ูŽู‰ูุถูŽุฑ ูŽูƒูู„ ูŽู… ูู†ู…ูŠู’ ูุณูŽู‡ูŽุฃ ู…ู†ูŽูŽ

Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi Saw. beliau bersabda: โ€œKetika Allah menciptakan bumi, bumi itu goyang, maka Dia menciptakan gunung-gunung, lalu bumi itu menjadi tetap (tidak goyang). Maka malaikat heran terhadap kehebatan gunung, mereka bertanya: โ€˜Wahai Tuhanku, adakah di antara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada gunung?โ€™ Dia berfirman: โ€˜Ya, besi.โ€™ Mereka bertanya:

โ€˜Wahai Tuhanku, adakah makhluk-Mu yang lebih hebat daripada besi?โ€™ Dia berfirman: โ€˜Ya, api.โ€™ Mereka bertanya: โ€˜Wahai Tuhanku, adakah makhluk-Mu yang lebih hebat daripada api?โ€™ Dia berfirman: โ€˜Ya, air.โ€™ Mereka bertanya:

โ€˜Wahai Tuhanku, adakah makhluk-Mu yang lebih hebat daripada air?โ€™ Dia berfirman: โ€˜Ya, angin.โ€™ Mereka berkata:โ€™Wahai Tuhanku, adakah makhluk-Mu yang lebih hebat daripada angin?โ€™ Dia berfirman: โ€˜Ya, anak Adam yang tangan kanannya menyedekahkan sesuatu dengan tersembunyi dari tangan kirinya.โ€

(Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa sifat bumi pada awal diciptakannya adalah tidak stabil (selalu berguncang-guncang). Setelah itu Allah Swt. menciptakan gunung di atas bumi sehingga bumi menjadi tenang (stabil).

49

PEMBAHASAN

3.1 Kestabilan Persamaan Fungsional Jensen

Untuk mengetahui kestabilan dari persamaan fungsional Jensen adalah dengan membuktikan teorema Rassias yang dikenal sebagai konsep kestabilan Hyers-Ulam-Rassias. Teorema Rassias merupakan bentuk generalisasi dari teorema Hyers atau yang dikenal sebagai konsep kestabilan Hyers-Ulam. Berikut adalah pembuktian kestabilan persamaan fungsional Jensen dengan menggunakan konsep kestabilan Hyers-Ulam dan Hyers-Ulam-Rassias:

3.1.1 Teorema Hyers

Misalkan ๐‘“: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan suatu fungsi di antara ruang Banach sedemikian hingga

โ€–2๐‘“ (๐‘ฅ + ๐‘ฆ

2 ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ (3.1)

Untuk ๐›ฟ > 0 dan โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ1. Maka ada limit ๐ด(๐‘ฅ) = ๐‘™๐‘–๐‘š

๐‘›โ†’โˆž2โˆ’๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)

โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1 dan ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga

โ€–๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Bukti:

Karena ๐‘“: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan suatu fungsi di antara ruang Banach dan โˆ€๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐ธ1, dan karena ruang Banach merupakan ruang bernorma yang lengkap, maka berdasarkan definisi 2.4.1 akan berlaku sifat dari ruang bernorma sebagi berikut:

1. โ€–๐‘ฅโ€– โ‰ฅ 0;

2. โ€–๐‘ฅโ€– = 0 โ†” ๐‘ฅ = 0;

3. โ€–๐œ†๐‘ฅโ€– = |๐œ†|โ€–๐‘ฅโ€–;

4. โ€–๐‘ฅ + ๐‘ฆโ€– โ‰ค โ€–๐‘ฅโ€– + โ€–๐‘ฆโ€–.

Untuk membuktikan teorema Hyers, maka harus ditunjukkan bahwa:

1. {๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)

2๐‘› }

๐‘›=1

โˆž merupakan suatu barisan Cauchy untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

2. Jika ๐ด(๐‘ฅ) = lim

๐‘›โ†’โˆž

๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)

2๐‘› , maka ๐ด merupakan fungsi additive.

3. ๐ด memenuhi โ€–๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. 4. ๐ด merupakan fungsi yang tunggal.

Jika diambil ๐‘ฆ = 0, dan asumsikan ๐‘“(0) = 0 maka

โ€–2๐‘“ (๐‘ฅ

2) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(0)โ€– โ‰ค ๐›ฟ.

Karena ๐‘“(0) = 0, maka

โ€–2๐‘“ (๐‘ฅ

2) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ)โ€– โ‰ค ๐›ฟ.

Dengan mengganti ๐‘ฅ = 2๐‘ฅ dan kedua sisi dibagi dengan 2, maka

โ€–๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’1

2๐‘“(2๐‘ฅ)โ€– โ‰ค๐›ฟ

2 , โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Misalkan ๐‘›, ๐‘š bilangan bulat nonnegatif dengan ๐‘› < ๐‘š, maka

โ€–1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘š๐‘“(2๐‘š๐‘ฅ)โ€–

โ‰ค โ€–1

2๐‘›๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘›+1๐‘“(2๐‘›+1๐‘ฅ) + 1

2๐‘›+1๐‘“(2๐‘›+1๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘›+2๐‘“(2๐‘›+2๐‘ฅ) + โ‹ฏ

+ 1

2๐‘šโˆ’1๐‘“(2๐‘šโˆ’1๐‘ฅ) โˆ’ 1

2๐‘š๐‘“(2๐‘š๐‘ฅ)โ€–.

Berdasarkan definisi 2.6.1. barisan {๐‘ฅ๐‘›} dikatakan barisan Cauchy jika barisan {๐‘ฅ๐‘›} Dengan menggunakan sifat keempat pada ruang Banach (ketaksamaan segitiga), maka diperoleh

bahwa {๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)

2๐‘› }

๐‘›=1

โˆž

merupakan barisan Cauchy untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Karena ๐ธ1 merupakan ruang Banach, dimana setiap barisan Cauchy-nya konvergen, maka terdapat fungsi ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 yang didefinisikan dengan ๐ด(๐‘ฅ) = lim

๐‘›โ†’โˆž

๐‘“(2๐‘›๐‘ฅ)

2๐‘› untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Pandang bahwa

Dengan menggunakan pertidaksamaan (3.1), maka didapatkan

โ€–๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ)โ€– โ‰ค lim

Berdasarkan sifat pertama pada ruang bernorma dan

โ€–๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ)โ€– โ‰ค 0, maka didapatkan

โ€–๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ)โ€– = 0.

Berdasarkan sifat kedua pada ruang bernorma, maka didapatkan ๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ) = 0, sehingga ๐ด(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐ด(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฆ). Dari definisi 2.1.1.1, maka dapat ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ†’ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa A memenuhi ||๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐ด(๐‘ฅ)|| โ‰ค ๐›ฟ, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐ธ1. Jika kedua sisi dikalikan 1

2, maka didapatkan 1

=

= ๐›ฟ 2 lim

๐‘›โ†’โˆž(2 โˆ’ 1 2๐‘›โˆ’1)

= ๐›ฟ 2 lim

๐‘›โ†’โˆž2 โˆ’ lim

๐‘›โ†’โˆž2 โˆ’ lim

Dokumen terkait