Bab penutup memaparkan kesimpulan dari pembahasan dan saran untuk penelitian selanjutnya.
9 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Persamaan Fungsional
Definisi 2.1.1. Persamaan fungsional adalah persamaan fungsi yang belum diketahui fungsinya (Sahoo dan Kannappan, 2011:2).
Al-Mosadder (2012:7) menyatakan ada tiga subjek yang dipelajari dalam persamaan fungsional, yaitu:
1. Menemukan solusi khusus (particular), 2. Menemukan solusi umum,
3. Permasalahan kestabilan.
Definisi 2.1.2. Solusi khusus dari persamaan fungsional adalah fungsi yang domainnya memenuhi persamaan fungsional tersebut (Al-Mosadder, 2012: 7).
Definisi 2.1.3. Jika diberikan suatu kelas fungsi ๐น, solusi umum dari suatu persamaan fungsional adalah keseluruhan solusi khusus dari kelas fungsi tersebut (Al-Mosadder, 2012:7).
2.1.1 Persamaan Fungsional Cauchy Additive
Definisi 2.1.1.1. Suatu fungsi ๐: โ โ โ dikatakan suatu fungsi additive jika fungsi tersebut memenuhi persamaan fungsional Cauchy additive
๐(๐ฅ + ๐ฆ) = ๐(๐ฅ) + ๐(๐ฆ) untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ โ (Sahoo dan Kannappan, 2011:4).
Misalkan suatu fungsi ๐: โ โ โ dan misalkan ๐(๐ฅ) = 8๐ฅ, โ๐ฅ โ โ, maka fungsi tersebut merupakan fungsi additive.
Bukti:
๐(๐ฅ + ๐ฆ) = 8(๐ฅ + ๐ฆ) = 8๐ฅ + 8๐ฆ = ๐(๐ฅ) + ๐(๐ฆ), โ๐ฅ, ๐ฆ โ โ.
Definisi 2.1.1.2. Suatu fungsi ๐: โ โ โ dikatakan secara rasional homogen jika dan hanya jika
๐(๐๐ฅ) = ๐๐(๐ฅ) untuk setiap ๐ โ โ dan setiap ๐ bilangan rasional.
Definisi di atas menunjukkan bahwa setiap solusi dari persamaan Cauchy additive secara rasional homogen (Sahoo dan Kannappan, 2011:6).
Ada beberapa variasi dari persamaan fungsional Cauchy additive, misalnya persamaan Cauchy additive yang digeneralisasikan, persamaan Hosszuโs, persamaan homogen, persamaan fungsional linier, dan lain sebagainya.
Bagaimanapun, persamaan fungsional Jensen merupakan variasi persamaan fungsional Cauchy additive yang paling sederhana dan paling penting (Jung, 2011:155).
2.1.2 Persamaan Fungsional Jensen
Definisi 2.1.2.1. Suatu fungsi ๐: โ โ โ dikatakan convex jika dan hanya jika memenuhi pertidaksamaan
๐ (๐ฅ + ๐ฆ
2 ) โค๐(๐ฅ) + ๐(๐ฆ) 2
(2.1)
untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ โ.
Fungsi convex pertama kali dikenalkan oleh J.L.W.V. Jensen tahun 1905, meskipun fungsi-fungsi yang memenuhi persamaan (2.1) telah diperlakukan oleh Hadamard (1983) dan Holder (1889) (Sahoo dan Kannappan, 2011:93).
Berikut ini merupakan contoh dari fungsi convex:
1. ๐(๐ฅ) = ๐๐ฅ + ๐ di โ untuk setiap ๐, ๐ โ โ 2. ๐(๐ฅ) = ๐ฅ2 di โ
3. ๐(๐ฅ) = ๐๐ผ๐ฅ di โ untuk setiap ๐ผ โฅ 1 atau ๐ผ โค 0 4. ๐(๐ฅ) = |๐ฅ|๐ผ di โ untuk setiap ๐ผ โฅ 1
5. ๐(๐ฅ) = ๐ฅ๐๐๐๐ฅ di โ+ 6. ๐(๐ฅ) = tan ๐ฅ di [0,๐
2]
Suatu penjumlahan berhingga dari fungsi-fungsi convex juga merupakan suatu fungsi convex. Akan tetapi, hasil kali dari fungsi-fungsi convex tidak selalu convex.
Contohnya,
๐(๐ฅ) = ๐ฅ2 dan ๐(๐ฅ) = ๐๐ฅ
merupakan fungsi convex di โ akan tetapi hasil perkaliannya โ(๐ฅ) = ๐ฅ2๐๐ฅ
bukan fungsi convex di โ.
Jika ๐ด: โ โ โ merupakan suatu fungsi additive, maka ๐ด juga merupakan fungsi convex. Karena
๐ด (๐ฅ + ๐ฆ 2 ) =1
2๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) =1
2(๐ด(๐ฅ) + ๐ด(๐ฆ)), ๐ด memenuhi
๐ด (๐ฅ + ๐ฆ
2 ) โค๐ด(๐ฅ) + ๐ด(๐ฆ)
2 .
Oleh karena itu ๐ด merupakan suatu fungsi convex.
Jika ๐ด: โ โ โ merupakan suatu fungsi additive dan ๐: โ โ โ merupakan suatu fungsi convex, maka komposisinya ๐(๐ด(๐ฅ)) merupakan suatu fungsi convex (Sahoo dan Kannappan, 2011:94-95).
Berikut adalah contoh dari fungsi convex yang memenuhi bentuk fungsi
Selanjutnya berikut adalah contoh fungsi convex yang memenuhi bentuk fungsi convex
Berdasarkan persamaan (2.4) dan (2.5) dapat diketahui bahwa fungsi ๐ด(๐ฅ) untuk ๐ฅ โ ๐ฆ tersebut memenuhi
๐ด (๐ฅ + ๐ฆ
2 ) โค๐ด(๐ฅ) + ๐ด(๐ฆ)
2 .
Berikut adalah contoh lain dari fungsi convex yang memenuhi bentuk fungsi convex
Selanjutnya berikut adalah contoh lain dari fungsi convex yang memenuhi bentuk fungsi convex
๐ด(๐ฅ) + ๐ด(๐ฆ)
2 = |๐ฅ|3+ |๐ฆ|3
2 =|2๐ฆ|3+ |๐ฆ|3
2 = |8๐ฆ3| + |๐ฆ|3
2 =8|๐ฆ3| + |๐ฆ|3 2
=8|๐ฆ|3+ |๐ฆ|3
2 =9|๐ฆ|3 2 = 41
2|๐ฆ|3 โฆ (2.9) Berdasarkan persamaan (2.8) dan (2.9) dapat diketahui bahwa fungsi ๐ด(๐ฅ) untuk ๐ฅ โ ๐ฆ tersebut memenuhi
๐ด (๐ฅ + ๐ฆ
2 ) โค๐ด(๐ฅ) + ๐ด(๐ฆ)
2 .
Definisi 2.1.2.2. Suatu fungsi ๐: โ โ โ disebut persamaan Jensen, jika persamaan tersebut memenuhi
๐ (๐ฅ + ๐ฆ
2 ) = ๐(๐ฅ) + ๐(๐ฆ) 2
โ๐ฅ, ๐ฆ โ โ (Sahoo dan Kannappan, 2011:95).
2.2 Ruang Metrik
Definisi 2.2.1. Diberikan sebarang himpunan tak kosong ๐.
1. Fungsi ๐: ๐ ร ๐ โ โ yang memenuhi sifat-sifat a. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) โฅ 0 untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐,
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0 jika dan hanya jika ๐ฅ = ๐ฆ, b. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = ๐(๐ฆ, ๐ฅ) untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐, dan
c. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) โค ๐(๐ฅ, ๐ง) + ๐(๐ง, ๐ฆ) untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง โ ๐, disebut metrik (metric) atau jarak (distance) pada ๐.
2. Himpunan ๐ dilengkapi dengan suatu metrik d, dituliskan dengan (๐, ๐), disebut ruang metrik (metric space). Selanjutnya, jika metriknya telah diketahui (tertentu), maka ruang metrik cukup ditulis dengan ๐ saja.
3. Anggota ruang metrik (๐, ๐) disebut titik (point) dan untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ bilangan nonnegatif ๐(๐ฅ, ๐ฆ) disebut jarak (distance) titik ๐ฅ dengan titik ๐ฆ.
(Darmawijaya, 2007:37).
Di bawah ini diberikan beberapa contoh ruang metrik.
1. Sistem bilangan real โ merupakan ruang metrik terhadap metrik ๐:
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|, ๐ฅ, ๐ฆ โ โ.
2. Sistem bilangan kompleks ๐ถ merupakan ruang metrik terhadap modulusnya, ๐(๐ง1, ๐ง2) = |๐ง1โ ๐ง2|, ๐ง1, ๐ง2 โ ๐ถ.
3. Diberikan himpunan tak kosong ๐ dan didefinisikan ๐: ๐ ร ๐ โ โ dengan ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = {1 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ โ ๐ฆ ๐๐๐ ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐
0 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ = ๐ฆ ๐๐๐ ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐.
Maka (๐, ๐) merupakan ruang metrik (Darmawijaya, 2007:38).
2.3 Ruang Vektor
Definisi 2.3.1. Misalkan ๐ adalah suatu himpunan tak kosong dari objek-objek sebarang, dimana dua operasinya didefinisikan, yaitu penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan). Operasi penjumlahan (addition) dapat diartikan sebagai suatu aturan yang memasangkan setiap pasangan objek u dan v pada ๐ dengan suatu objek u + v, yang disebut jumlah (sum) dari u dan v. Operasi perkalian skalar (scalar multiplication), dapat diartikan sebagai suatu aturan yang memasangkan setiap skalar k dan setiap objek u pada ๐ dengan suatu objek ku, yang disebut kelipatan skalar (scalar multiple) dari u oleh k. Jika aksioma-aksioma berikut dipenuhi oleh semua objek u, v, w pada ๐ dan semua skalar k dan l, maka ๐ disebut sebagai ruang vektor (vector space) dan kita menyebut objek-objek pada ๐ sebagai vektor.
1. Jika u dan v adalah objek-objek pada ๐, maka u + v berada pada ๐.
2. u + v = v + u.
3. u + (v + w) = (u + v) + w.
4. Di dalam ๐ terdapat suatu objek 0, yang disebut vektor nol (zero vector) untuk ๐, sedemikian hingga 0 + u = u + 0 untuk semua u pada ๐.
5. Untuk setiap u pada ๐, terdapat suatu objek โu pada ๐, yang disebut sebagai negatif dari u, sedemikian rupa sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0.
6. Jika k adalah skalar sebarang dan u adalah objek sebarang pada ๐, maka ku terdapat pada ๐.
7. k(u + v) =ku + kv.
8. (k + l)u = ku + lu.
9. k(lu) = (kl)(u).
10. 1u = u.
Skalar dapat berupa bilangan real atau bilangan kompleks, tergantung pada aplikasinya. Ruang vektor dimana skalar-skalarnya adalah bilangan kompleks disebut ruang vektor kompleks (complex vector space), dan ruang vektor dimana skalar-skalarnya merupakan bilangan real disebut ruang vektor real (real vector space) (Anton dan Rorres, 2004:228-229).
2.4 Ruang Bernorma
Definisi 2.4.1. Misalkan ๐ธ suatu ruang vektor. Suatu pemetaan โ. โ: ๐ธ โ โ disebut norm, jika โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ธ dan ๐ โ โ berlaku
1. โ๐ฅโ โฅ 0;
2. โ๐ฅโ = 0 โ ๐ฅ = 0;
3. โ๐๐ฅโ = |๐|โ๐ฅโ;
4. โ๐ฅ + ๐ฆโ โค โ๐ฅโ + โ๐ฆโ.
(๐ธ, โ . โ) disebut ruang vektor bernorma dan โ๐ฅโ disebut norm dari ๐ฅ. Sifat yang keempat tersebut sering disebut sebagai ketaksamaan segitiga ruang vektor bernorma (Coleman, 2012:1).
Teorema 2.4.2. Setiap ruang bernorma (๐พ, โ . โ) merupakan ruang metrik terhadap metrik d:
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = โ๐ฅ โ ๐ฆโ
untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐พ.
Bukti:
Ruang bernorma (๐พ, โ . โ) merupakan ruang metrik terhadap ๐ tersebut, sebab:
1. Untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐พ benar bahwa
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = โ๐ฅ โ ๐ฆโ โฅ 0, menurut definisi 2.4.1 (1).
2. Untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐พ benar bahwa
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = โ๐ฅ โ ๐ฆโ = 0 โ ๐ฅ โ ๐ฆ = 0 โ ๐ฅ = ๐ฆ, menurut definisi 2.4.1 (2).
3. Untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐พ benar bahwa
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = โ๐ฅ โ ๐ฆโ = โ(โ1)(๐ฆ โ ๐ฅ)โ = |โ1|โ๐ฆ โ ๐ฅโ = โ๐ฆ โ ๐ฅโ = ๐(๐ฆ, ๐ฅ), menurut definisi 2.4.1 (3).
4. Untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐พ benar bahwa
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = โ๐ฅ โ ๐ฆโ = โ(๐ฅ โ ๐ง) + (๐ง โ ๐ฆ)โ
โค โ(๐ฅ โ ๐ง)โ + โ(๐ง โ ๐ฆ)โ = ๐(๐ฅ, ๐ง) + ๐(๐ฆ, ๐ง), menurut definisi 2.4.1 (4).
Berdasarkan teorema 2.4.2 di atas, yaitu setiap ruang bernorma merupakan ruang metrik, maka semua konsep, pengertian, sifat-sifat, serta teorema-teorema yang berlaku pada ruang metrik berlaku pula pada ruang bernorma dengan definisi
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = โ๐ฅ โ ๐ฆโ
(Darmawijaya, 2007:94).
Misalkan untuk โ๐ฅ โ ๐ฆโ = |๐ฅ โ ๐ฆ|, ๐ฅ, ๐ฆ โ โ, maka (โ, โ . โ) merupakan ruang bernorma.
Bukti:
1. Akan ditunjukkan โ๐ฅ โ ๐ฆโ โฅ 0, โ๐ฅ, ๐ฆ โ โ
โ๐ฅ โ ๐ฆโ = |๐ฅ โ ๐ฆ| โฅ 0.
2. Akan ditunjukkan โ๐ฅ โ ๐ฆโ = 0 โ ๐ฅ โ ๐ฆ = 0
Syarat perlu: akan ditunjukkan โ๐ฅ โ ๐ฆโ = 0 โ ๐ฅ โ ๐ฆ = 0.
Diketahui โ๐ฅ โ ๐ฆโ = |๐ฅ โ ๐ฆ| = 0 dan ๐ฅ, ๐ฆ โ โ.
Berdasarkan sifat harga mutlak bahwa |๐ฅ โ ๐ฆ| = (๐ฅ โ ๐ฆ) untuk setiap (๐ฅ โ ๐ฆ) โฅ 0 dan |๐ฅ โ ๐ฆ| = โ(๐ฅ โ ๐ฆ) untuk setiap (๐ฅ โ ๐ฆ) < 0. Karena
|๐ฅ โ ๐ฆ| = 0, maka (๐ฅ โ ๐ฆ) = 0.
Syarat cukup: akan ditunjukkan ๐ฅ โ ๐ฆ = 0 โ โ๐ฅ โ ๐ฆโ = |๐ฅ โ ๐ฆ| = 0.
Diketahui ๐ฅ โ ๐ฆ = 0.
โ๐ฅ โ ๐ฆโ = |๐ฅ โ ๐ฆ| = |0| = 0.
3. Akan ditunjukkan โ๐(๐ฅ โ ๐ฆ)โ = |๐|โ๐ฅ โ ๐ฆโ
Misalkan ๐ โ โ,
โ๐(๐ฅ โ ๐ฆ)โ = |๐(๐ฅ โ ๐ฆ)| = |๐||๐ฅ โ ๐ฆ| = |๐|โ๐ฅ โ ๐ฆโ.
4. Akan ditunjukkan โ๐ฅ โ ๐ฆโ โค โ๐ฅ โ ๐งโ + โ๐ง โ ๐ฆโ
โ๐ฅ โ ๐ฆโ = โ๐ฅ โ ๐ง + ๐ง โ ๐ฆโ
= |๐ฅ โ ๐ง + ๐ง โ ๐ฆ|
โค |๐ฅ โ ๐ง| + |๐ง โ ๐ฆ|
= โ๐ฅ โ ๐งโ + โ๐ง โ ๐ฆโ
sehingga, didapatkan
โ๐ฅ โ ๐ฆโ โค โ๐ฅ โ ๐งโ + โ๐ง โ ๐ฆโ.
2.5 Barisan Konvergen
Definisi 2.5.1. Suatu barisan ๐ = {๐ฅ๐} โ โ dikatakan konvergen ke ๐ฅ โ โ, atau ๐ฅ dikatakan suatu limit dari {๐ฅ๐}, jika untuk setiap ๐ > 0 terdapat suatu bilangan asli ๐พ(๐) sedemikian hingga untuk setiap ๐ โฅ ๐พ(๐), ๐ฅ๐ memenuhi |๐ฅ โ ๐ฅ๐| < ๐ (Bartle dan Sherbert, 2000:54).
Contoh:
1. {๐ฅ๐} = { โ๐
๐2+1|๐ โ โ} โ โ merupakan suatu barisan konvergen ke 0 โ โ.
Bukti:
Untuk setiap ๐ > 0, pilih ๐พ > 1
๐, maka untuk setiap ๐ โฅ ๐พ(๐) mengakibatkan bahwa 1
๐ < 1
๐พ < ๐ dan
| โ๐
๐2 + 1โ 0| = | โ๐
๐2 + 1| = โ๐
๐2+ 1 <โ๐ ๐2 = 1
๐โ๐< 1 ๐< 1
๐พ< ๐.
Karena | โ๐
๐2+1โ 0| < ๐, maka dapat dikatakan bahwa {๐ฅ๐} = { โ๐
๐2+1|๐ โ โ} โ โ konvergen ke 0 โ โ.
2. {๐ฅ๐} = {(โ1)๐๐
๐2+1 |๐ โ โ} โ โ merupakan suatu barisan konvergen ke 0 โ โ.
Bukti:
Untuk setiap ๐ > 0, pilih ๐พ >1
๐, maka untuk setiap ๐ โฅ ๐พ(๐) mengakibatkan bahwa 1
๐ < 1
๐พ < ๐ dan
|(โ1)๐๐
๐2+ 1 โ 0| = |(โ1)๐๐
๐2+ 1| =(โ1)๐๐
๐2+ 1 โค ๐
๐2+ 1< ๐ ๐2 = 1
๐< 1 ๐พ< ๐.
Karena |(โ1)๐๐
๐2+1 โ 0| < ๐, maka dapat dikatakan bahwa {๐ฅ๐} = {(โ1)๐๐
๐2+1 |๐ โ โ} โ โ konvergen ke 0 โ โ.
2.6 Barisan Cauchy
Definisi 2.6.1. Suatu barisan ๐ = {๐ฅ๐} โ โ dikatakan suatu barisan Cauchy jika untuk setiap ๐ > 0 terdapat suatu bilangan asli ๐ป(๐) sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐, ๐ โฅ ๐ป(๐), ๐ฅ๐ dan ๐ฅ๐ memenuhi |๐ฅ๐โ ๐ฅ๐| < ๐ (Bartle dan Sherbert, 2000:81).
Teorema 2.6.2. Di dalam sembarang ruang metrik (๐, ๐), setiap barisan konvergen merupakan barisan Cauchy.
Bukti:
Ambil sebarang barisan {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ โ ๐. Jika diberikan sebarang ๐ > 0, maka terdapat ๐ โ โ sehingga untuk setiap ๐ โฅ ๐ berlaku
๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) <๐ 2. Demikian juga untuk setiap ๐ โฅ ๐ berlaku
๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) < ๐ 2.
Dengan menggunakan ketaksamaan segitiga, untuk setiap ๐, ๐ โฅ ๐ diperoleh ๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) โค ๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) + ๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) <๐
2+๐
2= ๐ (Muslikh, 2012:81-82).
Dalam beberapa ruang metrik terdapat barisan Cauchy yang tidak konvergen. Salah satu contohnya adalah ruang dari bilangan rasional dengan
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|.
Barisan {๐ฅ๐} = {0,1., 0,101., 0,101001., 0,1010010001. , โฆ } dengan mudah dapat dilihat bahwa barisan tersebut merupakan barisan Cauchy yang tidak konvergen (Goffman dan Pedrick, 1965:11). Untuk membuktikan bahwa barisan {๐ฅ๐} = {0,1., 0,101., 0,101001., 0,1010010001. , โฆ } tidak konvergen, maka akan ditunjukkan bahwa ada ๐ > 0 sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐พ, terdapat suatu bilangan asli ๐ โฅ ๐พ, dan berlaku |๐ฅ โ ๐ฅ๐| โฅ ๐.
Pilih ๐ = 0,001 sedemikian hingga jika diambil sebarang bilangan asli ๐พ โฅ 1, terdapat suatu bilangan asli ๐ โฅ ๐พ, dan berlaku
|๐ฅ โ ๐ฅ1| = |0 โ 0,1| = |โ0,1| = 0,1 > 0,001 = ๐,
|๐ฅ โ ๐ฅ2| = |0 โ 0,101| = |โ0,101| = 0,101 > 0,001 = ๐,
|๐ฅ โ ๐ฅ3| = |0 โ 0,101001| = |โ0,101001| = 0,101001 > 0,001 = ๐,
โฎ
Karena ada ๐ = 0,001 > 0 sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐พ, terdapat suatu bilangan asli ๐ โฅ ๐พ, dan berlaku |๐ฅ โ ๐ฅ๐| โฅ ๐. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa barisan {๐ฅ๐} = {0,1., 0,101., 0,101001., 0,1010010001. , โฆ } tidak konvergen.
Contoh: dikatakan bahwa bahwa 1
๐ < 1
๐ป< ๐
2 dan dengan cara yang serupa diperoleh 1
๐< โ} โ โ merupakan barisan Cauchy.
2. {๐ฅ๐} = {(โ1)๐2+1๐๐|๐ โ โ} โ โ merupakan barisan Cauchy.
Bukti:
Untuk setiap ๐ > 0, pilih ๐ป >2
Definisi 2.7.1. Ruang Banach merupakan ruang bernorma yang lengkap (Al-Mosadder, 2012:4).
Coleman (2012) menyatakan bahwa suatu ruang bernorma dikatakan lengkap jika setiap barisan Cauchy-nya konvergen.
Diberikan ruang bernorma (โ, โ . โ). Misalkan {๐ฅ๐} โ โ adalah barisan Cauchy, akan dibuktikan bahwa (โ, โ . โ) merupakan ruang Banach.
Bukti:
Untuk membuktikan bahwa (โ, โ . โ) merupakan ruang Banach, akan ditunjukkan bahwa jika {๐ฅ๐} โ โ adalah barisan Cauchy maka {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ โ โ.
Karena {๐ฅ๐} merupakan barisan Cauchy, maka untuk setiap ๐ > 0 terdapat suatu bilangan asli ๐ป(๐) sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐, ๐ โฅ ๐ป(๐), ๐ฅ๐ dan ๐ฅ๐ memenuhi |๐ฅ๐โ ๐ฅ๐| < ๐. Untuk membuktikan bahwa {๐ฅ๐} barisan konvergen akan ditunjukkan bahwa untuk setiap ๐ > 0 terdapat suatu bilangan asli ๐พ(๐), sedemikian hingga untuk setiap ๐ โฅ ๐พ(๐), ๐ฅ๐ memenuhi |๐ฅ โ ๐ฅ๐| < ๐.
Selanjutnya untuk membuktikan bahwa {๐ฅ๐} barisan konvergen, maka ambil sebarang ๐ > 0 dan dipilih suatu bilangan asli ๐พ(๐) = ๐ป(๐), sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐ berlaku ๐ โฅ ๐พ(๐). Selanjutnya dipilih ๐ฅ = ๐ฅ๐, sedemikian hingga untuk setiap bilangan asli ๐ โฅ ๐พ(๐), ๐ฅ๐ memenuhi |๐ฅ โ ๐ฅ๐| <
๐.
Jadi terbukti bahwa {๐ฅ๐} barisan konvergen, sehingga dapat dikatakan bahwa (โ, โ . โ) merupakan ruang Banach.
2.8 Kestabilan Hyers-Ulam-Rassias
Formula atau persamaan tertentu dapat diaplikasikan sebagai model dari suatu proses fisik apabila terjadi perubahan kecil pada persamaan tersebut hanya akan menimbulkan perubahan yang kecil pula pada hasilnya. Jika kondisi tersebut terpenuhi, dapat dikatakan bahwa persamaan tersebut adalah persamaan yang stabil.
Dalam aplikasinya, misalkan suatu persamaan fungsional Cauchy additive yang dinotasikan sebagai ๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ) = 0 tidak selalu benar untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ โ, namun dapat menjadi benar jika menggunakan aproksimasi
๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ) โ 0
untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ โ. Secara matematis dapat dinotasikan sebagai
|๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)| โค ๐
untuk sebarang bilangan ๐ yang positif dan untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ โ. Dapat diketahui bahwa saat terjadi perubahan kecil pada suatu persamaan seperti Cauchy additive hanya akan menimbulkan perubahan yang kecil pula pada hasilnya. Hal inilah yang menjadi inti dari teori kestabilan.
Pada tahun 1940, S.M. Ulam menemukan persoalan, jika diberikan suatu Grup G, grup metric H dengan metric (๐, ๐), dan sebarang bilangan positif ๐, apakah ada ๐ฟ positif sedemikian hingga jika ada fungsi ๐: ๐บ โ ๐ป yang memenuhi
๐(๐(๐ฅ๐ฆ), ๐(๐ฅ)๐(๐ฆ)) โค ๐ฟ
untuk setiap ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐บ, maka ada fungsi homomorfisme ๐: ๐บ โ ๐ป dengan ๐(๐(๐ฅ), ๐(๐ฅ)) โค ๐
untuk setiap ๐ฅ โ ๐บ? Permasalahan tersebutlah yang dapat membentuk inti dari teori kestabilan. Pada ruang Banach, permasalahan di atas telah dipecahkan oleh D.H.
Hyres pada tahun 1941 dengan ๐ = ๐ฟ dan ๐(๐ฅ) = lim
๐โโ
๐(2๐๐ฅ)
2๐ (Sahoo dan Kannappan, 2011:293).
Pada tahun 1978, Rassias menegur teorema kestabilan Hyers dan mencoba melemahkan kondisi batas dari norm Cauchy difference
๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)
dan membuktikan suatu hasil dari Hyers yang diperluas dengan menggunakan suatu metode langsung (Jung, 2011:2).
Pembuktian Hyers terhadap permasalahan yang telah diberikan Ulam tersebut dikenal dengan teorema Hyers. Sedangkan pembuktian Rassias terhadap pembuktian teorema Hyers yang lebih diperluas tersebut dikenal dengan teorema Rassias. Teorema Rassias yang merupakan penyempurnaan terhadap teorema Hyers inilah yang disebut sebagai teorema Hyers-Ulam-Rassias.
Berikut adalah teorema Hyers dan teorema Rassias:
Teorema Hyers
Misalkan ๐: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan suatu fungsi di antara ruang Banach sedemikian hingga
โ๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)โ โค ๐ฟ (2.10)
untuk ๐ฟ > 0 dan โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ธ1. Maka ada limit ๐ด(๐ฅ) = ๐๐๐
๐โโ2โ๐๐(2๐๐ฅ)
โ๐ฅ โ ๐ธ1 dan ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga
โ๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)โ โค ๐ฟ (2.11)
โ๐ฅ โ ๐ธ1 (Jung, 2011:21-22).
Bukti:
Jika diambil ๐ฆ = ๐ฅ, maka persamaan (2.10) dapat diperoleh
โ๐(๐ฅ + ๐ฅ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ)โ โค ๐ฟ
โ๐(2๐ฅ) โ 2๐(๐ฅ)โ โค ๐ฟ dengan mengganti ๐ฅ =๐ฅ
2 dan kedua sisi dibagi 2, maka
โ1
2๐(๐ฅ) โ ๐ (๐ฅ
2)โ โค๐ฟ
2 (2.12)
โ๐ฅ โ ๐ธ1. Selanjutnya, dibuat asumsi induksi
โ1
2๐๐(๐ฅ) โ ๐ (๐ฅ
2๐)โ โค (1 โ 1
2๐) ๐ฟ. (2.13)
Berdasarkan pertidaksamaan (2.12), maka dapat diketahui pertidaksamaan (2.13) benar untuk ๐ = 1. Pada pertidaksamaan (2.13) dianggap benar untuk ๐ = ๐, sehingga diperoleh pertidaksamaan berikut
โ1
2๐๐(๐ฅ) โ ๐ (๐ฅ
2๐)โ โค (1 โ 1
2๐) ๐ฟ. (2.14)
Selanjutnya akan dibuktikan pertidaksamaan (2.13) benar untuk ๐ = ๐ + 1.
โ 1
Karena persamaan fungsional Cauchy additive bersifat homogen, maka diperoleh pertidaksamaan berikut pertidaksamaan terakhir di atas, akan didapatkan
โ๐๐(๐ฅ) โ ๐๐(๐ฅ)โ โค ( 1 2๐โ 1
2๐) ๐ฟ untuk setiap ๐ฅ โ ๐ธ1.
Berdasarkan definisi 2.6.1. barisan {๐ฅ๐} dikatakan barisan Cauchy jika barisan {๐ฅ๐} memenuhi |๐ฅ๐โ ๐ฅ๐| < ๐ untuk setiap ๐ > 0. Jika ๐ โ โ, maka (21๐โ 1
2๐) ๐ฟ โ 0, sehingga dapat dikatakan bahwa {1
2๐๐(2๐๐ฅ)}๐=1โ merupakan barisan Cauchy untuk
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Pandang bahwa
Berdasarkan sifat kedua pada ruang bernorma, maka didapatkan ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ) = 0
๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) = ๐ด(๐ฅ) + ๐ด(๐ฆ).
Dari definisi 2.1.1.1, maka dapat ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Misalkan ๐, ๐ bilangan bulat nonnegatif dengan ๐ < ๐, maka
โ1
Dengan menggunakan sifat keempat pada ruang Banach (ketaksamaan segitiga), maka diperoleh
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด memenuhi ||๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)|| โค ๐ฟ, โ๐ฅ โ ๐ธ1. Jika kedua sisi dikalikan 1
2, maka didapatkan 1
โ 1
||๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)|| โค๐ฟ 2 lim
๐โโโ 1 2๐
๐โ1
๐=0
=๐ฟ 2 lim
๐โโ(2 โ 1 2๐โ1)
=๐ฟ 2 lim
๐โโ2 โ lim
๐โโ
1 2๐โ1
= (๐ฟ
2) 2 โ lim
๐โโ
1 2๐โ1
= ๐ฟ โ 0
= ๐ฟ.
Jadi, ||๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)|| โค ฮด.
Andaikan ๐ด tidak tunggal, maka akan ada fungsi additive yang lain ๐ต: ๐ธ1 โ ๐ธ2 sedemikian hingga
||๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|| โค ฮด
โ๐ฅ โ ๐ธ1.
||๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|| = ||๐ด(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ) + ๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)||
โค ||๐ด(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ)|| + ||๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)||
= ||๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)|| + ||๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)||
โค ฮด + ฮด.
Jadi,
||๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|| โค 2ฮด.
||๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|| = lim
๐โโโ1
2๐๐ด(2๐๐ฅ) โ 1
2๐๐ต(2๐๐ฅ)โ
= lim
๐โโ
1
2๐โ๐ด(2๐๐ฅ) โ ๐ต(2๐๐ฅ)โ
โค lim
๐โโ
1 2๐2ฮด
= 2ฮด lim
๐โโ
1 2๐
= 0 dimana ๐ โ โ.
Karena ||๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|| โค 0 dan berdasarkan sifat pertama pada ruang bernorma, maka
๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ) = 0 ๐ด(๐ฅ) = ๐ต(๐ฅ), โ๐ฅ โ ๐ธ1.
Oleh karena itu, ๐ด merupakan fungsi additive yang tunggal dan memenuhi pertidaksamaan (2.11). Jadi teorema Hyers tersebut terbukti.
Contoh Teorema Hyers:
Misalkan ๐: โ โ โ dan misalkan ๐(๐ฅ) = 8๐ฅ dimana ๐ฅ โ โ, sehingga untuk setiap ๐ฟ > 0 dapat diperoleh
|๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)|
= |8(๐ฅ + ๐ฆ) โ 8(๐ฅ) โ 8(๐ฆ)| = |8๐ฅ + 8๐ฆ โ 8๐ฅ โ 8๐ฆ| = |0| = 0 < ๐ฟ.
Jadi fungsi tersebut memenuhi |๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)| < ๐ฟ.
Misalkan {๐ฅ๐} = {1
2๐๐(2๐๐ฅ)|๐ โ โ} suatu barisan di โ, akan ditunjukkan bahwa {๐ฅ๐} merupakan barisan Cauchy.
Untuk setiap ๐ > 0, pilih ๐ป >1
๐, maka untuk setiap ๐, ๐ โฅ ๐ป(๐) dapat dikatakan bahwa 1
๐ < 1
๐ปโค ๐ dan dengan cara yang serupa diperoleh 1
๐< ๐. Oleh karena itu, terdapat suatu fungsi ๐ด: โ โ โ dan ๐ด didefinisikan dengan ๐ด(๐ฅ) = lim
๐โโ
1
2๐๐(2๐๐ฅ) dimana ๐ฅ โ โ.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Perhatikan bahwa
= lim
๐โโ
1
2๐|{8(2๐(๐ฅ + ๐ฆ)) โ 8(2๐๐ฅ) โ 8(2๐๐ฆ)}|
= lim
๐โโ
1
2๐|{8(2๐๐ฅ) + 8(2๐๐ฆ) โ 8(2๐๐ฅ) โ 8(2๐๐ฆ)}|
= lim
๐โโ
1 2๐|0|
= 0.
Jadi
|๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ)| = 0.
Berdasarkan sifat ruang metrik, maka didapatkan ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ) = 0, sehingga ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) = ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ). Dari definisi 2.1.1.1, maka dapat ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa A memenuhi |๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)| โค ๐ฟ, โ๐ฅ โ ๐ธ1. |๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)| = |๐(๐ฅ) โ lim
๐โโ
1
2๐๐(2๐๐ฅ)|
= |8๐ฅ โ lim
๐โโ
1
2๐2๐๐(๐ฅ)|
= |8๐ฅ โ ๐(๐ฅ)|
= |8๐ฅ โ 8๐ฅ|
= |0|
= 0.
Karena โฮด > 0, maka |๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)| โค ฮด.
Andaikan ๐ด tidak tunggal, maka akan ada fungsi additive yang lain ๐ต: ๐ธ1 โ ๐ธ2 sedemikian hingga
|๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| โค ฮด
โ๐ฅ โ ๐ธ1.
|๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| = |๐ด(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ) + ๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|
โค |๐ด(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ)|| + ||๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|
= |๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)|| + ||๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|
โค ฮด + ฮด.
Jadi,
|๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| โค 2ฮด.
|๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| = lim
๐โโ|1
2๐๐ด(2๐๐ฅ) โ 1
2๐๐ต(2๐๐ฅ)|
= lim
๐โโ
1
2๐|๐ด(2๐๐ฅ) โ ๐ต(2๐๐ฅ)|
= lim
๐โโ
1 2๐2ฮด
= 2ฮด lim
๐โโ
1 2๐
= 0 dimana ๐ โ โ.
Karena |๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| โค 0 dan berdasarkan sifat pertama pada ruang metrik, maka ๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ) = 0
๐ด(๐ฅ) = ๐ต(๐ฅ), โ๐ฅ โ ๐ธ1.
Jadi terbukti bahwa ๐ด tunggal dan pembuktian teorema Hyers di atas telah lengkap, sehingga terbukti bahwa contoh dari persamaan Cauchy additive tersebut stabil.
Teorema Rassias
Misalkan ๐ธ1 dan ๐ธ2 merupakan ruang Banach, dan misalkan ๐: ๐ธ1 โ ๐ธ2 suatu fungsi yang memenuhi pertidaksamaan
โ๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)โ โค ๐(โ๐ฅโ๐+ โ๐ฆโ๐) (2.15)
untuk ๐ > 0, ๐ โ [0,1), dan โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ธ1. Maka ada ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 suatu fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga
โ๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)โ โค 2๐
2 โ 2๐โ๐ฅโ๐ (2.16)
โ๐ฅ โ ๐ธ1 (Jung, 2011:24).
Bukti:
Jika diberikan fungsi ๐: ๐ธ1 โ ๐ธ2 yang memenuhi
โ๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)โ โค ๐(โ๐ฅโ๐+ โ๐ฆโ๐)
untuk ๐ > 0, ๐ โ [0,1) dan โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ธ1. Dengan mengganti ๐ฆ = ๐ฅ pada persamaan (2.15) maka
โ๐(2๐ฅ) โ 2๐(๐ฅ)โ โค 2๐โ๐ฅโ๐
โ๐ฅ โ ๐ธ1. Jika ๐ฅ diganti dengan 2๐โ1๐ฅ (โ๐ โ ๐, ๐ โฅ 1), maka akan didapatkan
โ๐(2๐๐ฅ) โ 2๐(2๐โ1๐ฅ)โ โค 2๐๐โ๐+1๐โ๐ฅโ๐ (2.17) dengan mengalikan kedua ruas pada pertidaksamaan di atas dengan 1
2๐ dan menambahkan sebanyak ๐ pertidaksamaan yang dihasilkan, maka
โ 1
2๐โ๐(2๐๐ฅ) โ 2๐(2๐โ1๐ฅ)โ
๐
๐=1
โค ๐โ๐ฅโ๐โ2๐๐โ๐+1 2๐
๐
๐=1
.
(2.18)
Karena
1
2๐โ๐(2๐๐ฅ) โ 2๐(2๐โ1๐ฅ)โ โค โ 1
2๐โ๐(2๐๐ฅ) โ 2๐(2๐โ1๐ฅ)โ
๐๐=1 (2.19)
dari pertidaksamaan (2.21) dan (2.22) didapatkan pertidaksamaan berikut maka, berdasarkan (2.18) dan (2.19) diperoleh
1
Karena persamaan fungsional Cauchy additive bersifat homogen, maka
โ1
= 2๐
2 โ 2๐โ๐ฅโ๐. Oleh karena itu, dari pertidaksamaan (2.23) didapatkan
โ1
2๐๐(2๐๐ฅ) โ ๐(๐ฅ)โ โค 2๐
2 โ 2๐โ๐ฅโ๐ (2.24)
โ๐ฅ โ ๐ธ1.
Dengan menggunakan induksi dapat ditunjukkan bahwa (2.24) terdefinisi untuk setiap bilangan asli. Jika ๐ > ๐ > 0, maka ๐ โ ๐ juga bilangan asli. Selanjutnya, pada persamaan (2.24), ๐ diganti dengan ๐ โ ๐, sehingga didapatkan
โ 1
2๐โ๐๐(2๐โ๐๐ฅ) โ ๐(๐ฅ)โ โค 2๐
2 โ 2๐โ๐ฅโ๐ (2.25)
yang berarti
โ 1
2๐๐(2๐โ๐๐ฅ) โ 1
2๐๐(๐ฅ)โ โค 1
2๐( 2๐
2 โ 2๐) โ๐ฅโ๐ (2.26)
โ๐ฅ โ ๐ธ1. Selanjutnya, pada persamaan (2.26), ๐ฅ diganti dengan 2๐๐ฅ, sehingga didapatkan pertidaksamaan berikut
โ 1
2๐๐(2๐๐ฅ) โ 1
2๐๐(2๐๐ฅ)โ โค2๐๐ 2๐ ( 2๐
2 โ 2๐) โ๐ฅโ๐. (2.27) Karena 0 โค ๐ < 1, maka
๐โโlim 2๐(๐โ1) = 0, sehingga berdasarkan (2.27) akan didapatkan
๐โโlim โ 1
2๐๐(2๐๐ฅ) โ 1
2๐๐(2๐๐ฅ)โ = 0.
Berdasarkan definisi 2.6.1. barisan {๐ฅ๐} dikatakan barisan Cauchy jika barisan {๐ฅ๐} memenuhi |๐ฅ๐โ ๐ฅ๐| < ๐ untuk setiap ๐ > 0. Jika ๐ โ โ maka (21๐โ 1
2๐) ๐ฟ โ 0, sehingga dapat dikatakan bahwa {1
2๐๐(2๐๐ฅ)}๐=1โ merupakan barisan Cauchy untuk
setiap ๐ฅ โ ๐ธ1. Oleh karena itu, terdapat fungsi ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 yang didefinisikan
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Pandang bahwa
Berdasarkan sifat kedua pada ruang bernorma, maka ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ) = 0 Oleh karena itu akan didapatkan
โ๐ด(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ)โ โค 2๐
2 โ 2๐โ๐ฅโ๐
โ๐ฅ โ ๐ธ1.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด adalah fungsi yang tunggal. Jika ๐ด tidak tunggal, maka akan ada fungsi additive lain yang memenuhi
โ๐ต(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ)โ โค 2๐ Lebih lanjut, karena ๐ด dan ๐ต adalah fungsi additive, maka
โ๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)โ = โ lim
dan berdasarkan sifat pertama pada ruang bernorma, sehingga didapatkan
||๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|| = 0.
Berdasarkan sifat kedua pada ruang bernorma, maka didapatkan ๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ) = 0
sehingga
๐ด(๐ฅ) = ๐ต(๐ฅ), โ๐ฅ โ ๐ธ1. Contoh Teorema Rassias:
Misalkan ๐: โ โ โ dan misalkan ๐(๐ฅ) = 8๐ฅ dimana ๐ฅ โ โ, sehingga untuk setiap ๐ฟ > 0 dapat diperoleh
|๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)|
= |8(๐ฅ + ๐ฆ) โ 8(๐ฅ) โ 8(๐ฆ)| = |8๐ฅ + 8๐ฆ โ 8๐ฅ โ 8๐ฆ| = |0|
= 0.
Untuk ๐ > 0 dan ๐ โ [0,1), maka ๐(|๐ฅ|๐+ |๐ฆ|๐) > 0. Jadi fungsi tersebut memenuhi |๐(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)| < ๐(|๐ฅ|๐+ |๐ฆ|๐).
Misalkan {๐ฅ๐} = {1
2๐๐(2๐๐ฅ)|๐ โ โ} suatu barisan di โ, akan ditunjukkan bahwa {๐ฅ๐} merupakan barisan Cauchy.
Untuk setiap ๐ > 0, pilih ๐ป >1
๐, maka untuk setiap ๐, ๐ โฅ ๐ป(๐) dapat dikatakan bahwa 1
๐< 1
๐ปโค ๐ dan dengan cara yang serupa diperoleh 1
๐< ๐. Oleh karena itu, jika ๐, ๐ โฅ ๐ป maka diperoleh
|1
2๐๐(2๐๐ฅ) โ 1
2๐๐(2๐๐ฅ)|
= |1
2๐8(2๐๐ฅ) โ 1
2๐8(2๐๐ฅ)| = |8๐ฅ โ 8๐ฅ| = |0| = 0 < ๐.
Jadi dapat dikatakan bahwa {๐ฅ๐} = {1
2๐๐(2๐๐ฅ)|๐ โ โ} โ โ merupakan barisan Cauchy. Karena โ termasuk ruang Banach, maka barisan Cauchy tersebut konvergen, sehingga ada limit dari barisan Cauchy tersebut. Oleh karena itu,
terdapat suatu fungsi ๐ด: โ โ โ dan ๐ด didefinisikan dengan ๐ด(๐ฅ) =
๐โโlim
1
2๐๐(2๐๐ฅ) dimana ๐ฅ โ โ.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Perhatikan bahwa
Berdasarkan sifat pada ruang metrik, maka didapatkan ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ) = 0, sehingga ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) = ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ). Dari definisi 2.1.1.1, maka dapat ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa A memenuhi |๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)| โค
2๐
2โ2๐|๐ฅ|๐, โ๐ฅ โ ๐ธ1.
|๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)| = |๐(๐ฅ) โ lim
๐โโ
1
2๐๐(2๐๐ฅ)|
= |8๐ฅ โ lim
๐โโ
1
2๐2๐๐(๐ฅ)|
= |8๐ฅ โ ๐(๐ฅ)|
= |8๐ฅ โ 8๐ฅ|
= |0|
= 0.
Karena ๐ > 0 dan ๐ โ [0,1), 2๐
2โ2๐|๐ฅ|๐ > 0, maka |๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)| โค 2๐
2โ2๐|๐ฅ|๐. Andaikan ๐ด tidak tunggal, maka akan ada fungsi additive yang lain ๐ต: ๐ธ1 โ ๐ธ2 sedemikian hingga
|๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| โค 2๐ 2 โ 2๐|๐ฅ|๐
โ๐ฅ โ ๐ธ1.
|๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| = |๐ด(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ) + ๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|
โค |๐ด(๐ฅ) โ ๐(๐ฅ)| + |๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|
= |๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)| + |๐(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)|
โค 2๐
2 โ 2๐|๐ฅ|๐+ 2๐
2 โ 2๐|๐ฅ|๐. Jadi,
|๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| โค 2 ( 2๐
2 โ 2๐|๐ฅ|๐).
|๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| = lim
๐โโ|1
2๐๐ด(2๐๐ฅ) โ 1
2๐๐ต(2๐๐ฅ)|
= lim
๐โโ
1
2๐|๐ด(2๐๐ฅ) โ ๐ต(2๐๐ฅ)|
= lim
๐โโ
1
2๐2 ( 2๐
2 โ 2๐|๐ฅ|๐)
= 2 ( 2๐
2 โ 2๐|๐ฅ|๐) lim
๐โโ
1 2๐
= 0 dimana ๐ โ โ.
Karena |๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ)| โค 0 dan berdasarkan sifat pertama pada ruang metrik, maka ๐ด(๐ฅ) โ ๐ต(๐ฅ) = 0
๐ด(๐ฅ) = ๐ต(๐ฅ), โ๐ฅ โ ๐ธ1.
Jadi terbukti bahwa ๐ด tunggal dan pembuktian teorema Rassias di atas telah lengkap, sehingga terbukti bahwa contoh dari persamaan Cauchy additive tersebut stabil.
2.9 Kestabilan Persamaan Fungsional Jensen
Kestabilan persamaan fungsional Jensen dengan menggunakan konsep kestabilan Hyers-Ulam-Rassias merupakan suatu cara untuk membuktikan kestabilan persamaan fungsional Jensen dengan menggunakan teorema Rassias yang merupakan perluasan dari teorema Hyers seperti yang telah dipaparkan di atas.
Pada konsep kestabilan Hyers-Ulam-Rassias yang menjadi acuan adalah persamaan fungsional Cauchy additive. Oleh karena itu, untuk membuktikan kestabilan persamaan fungsional Jensen, persamaan fungsional Cauchy additive dalam
teorema tersebut diganti dengan persamaan fungsional Jensen. Jadi, untuk membuktikan kestabilan persamaan fungsional Jensen adalah dengan membuktikan teorema berikut:
Teorema Hyers
Misalkan ๐: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan suatu fungsi di antara ruang Banach sedemikian hingga
โ2๐ (๐ฅ + ๐ฆ
2 ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)โ โค ๐ฟ untuk ๐ฟ > 0 dan โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ธ1. Maka ada limit
๐ด(๐ฅ) = ๐๐๐
๐โโ2โ๐๐(2๐๐ฅ)
โ๐ฅ โ ๐ธ1 dan ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga
โ๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)โ โค ๐ฟ, โ๐ฅ โ ๐ธ1. Teorema Rassias
Misalkan ๐ธ1 dan ๐ธ2 merupakan ruang Banach, dan misalkan ๐: ๐ธ1 โ ๐ธ2 suatu fungsi yang memenuhi pertidaksamaan
โ2๐ (๐ฅ + ๐ฆ
2 ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)โ โค ๐(โ๐ฅโ๐+ โ๐ฆโ๐)
untuk ๐ > 0, ๐ โ [0,1), dan โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ธ1. Maka ada ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 suatu fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga
โ๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)โ โค 2๐
2 โ 2๐โ๐ฅโ๐, โ๐ฅ โ ๐ธ1.
2.10 Inspirasi Kestabilan Persamaan Fungsional dalam Kajian Islam
Persamaan fungsional dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti digunakan untuk menggambarkan suatu proses fisik, jika persamaan
fungsional tersebut stabil. Oleh karena itu, untuk mengaplikasikan suatu persamaan fungsional harus diketahui terlebih dulu kestabilannya. Jika persamaan fungsional tersebut stabil, maka dapat dipastikan persamaan fungsional tersebut dapat diaplikasikan. Akan tetapi, jika persamaan fungsional tersebut tidak stabil, maka ada kemungkinan persamaan fungsional tersebut tidak dapat diaplikasikan. Begitu juga dengan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia dan makhluk hidup yang lainnya ini. Bumi akan dapat digunakan sebagai tempat tinggal yang aman jika bumi ini stabil. Dapat dibayangkan jika keadaan bumi tidak stabil dan selalu mengalami guncangan-guncangan, maka bumi tidak lagi menjadi tempat yang aman untuk dihuni. Di antara yang menstabilkan bumi adalah gunung, sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Quran surat Luqman ayat 10 sebagai berikut:
ู ููููู ูููููุฑู ููููู ูุนููู ูุจููุชููููููุณูุง ูููููุฎ
โDia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baikโ (QS. Luqman:10).
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa bumi diciptakan tanpa tiang dan gununglah yang mengokohkannya, sehingga bumi tidak menggoyangkan manusia (berguncang).
Di samping itu Achmad Sunarto (2007) dalam buku elektriknya yang berjudul Himpunan Hadits Qudsi memaparkan sebuah hadits berikut:
ูุชููููุง ูููููุฎ ุชููู :ูู ูู ูู ุชููุณู ููู ููููู ูุชููููุง ูุชููุต ููุจุชููุง ู ููู ููู ููู ูุชููููุง ูููุถูุฑ ูููู ูู ููู ูู ูุณูููุฃ ู ููู
Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi Saw. beliau bersabda: โKetika Allah menciptakan bumi, bumi itu goyang, maka Dia menciptakan gunung-gunung, lalu bumi itu menjadi tetap (tidak goyang). Maka malaikat heran terhadap kehebatan gunung, mereka bertanya: โWahai Tuhanku, adakah di antara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada gunung?โ Dia berfirman: โYa, besi.โ Mereka bertanya:
โWahai Tuhanku, adakah makhluk-Mu yang lebih hebat daripada besi?โ Dia berfirman: โYa, api.โ Mereka bertanya: โWahai Tuhanku, adakah makhluk-Mu yang lebih hebat daripada api?โ Dia berfirman: โYa, air.โ Mereka bertanya:
โWahai Tuhanku, adakah makhluk-Mu yang lebih hebat daripada air?โ Dia berfirman: โYa, angin.โ Mereka berkata:โWahai Tuhanku, adakah makhluk-Mu yang lebih hebat daripada angin?โ Dia berfirman: โYa, anak Adam yang tangan kanannya menyedekahkan sesuatu dengan tersembunyi dari tangan kirinya.โ
(Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa sifat bumi pada awal diciptakannya adalah tidak stabil (selalu berguncang-guncang). Setelah itu Allah Swt. menciptakan gunung di atas bumi sehingga bumi menjadi tenang (stabil).
49
PEMBAHASAN
3.1 Kestabilan Persamaan Fungsional Jensen
Untuk mengetahui kestabilan dari persamaan fungsional Jensen adalah dengan membuktikan teorema Rassias yang dikenal sebagai konsep kestabilan Hyers-Ulam-Rassias. Teorema Rassias merupakan bentuk generalisasi dari teorema Hyers atau yang dikenal sebagai konsep kestabilan Hyers-Ulam. Berikut adalah pembuktian kestabilan persamaan fungsional Jensen dengan menggunakan konsep kestabilan Hyers-Ulam dan Hyers-Ulam-Rassias:
3.1.1 Teorema Hyers
Misalkan ๐: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan suatu fungsi di antara ruang Banach sedemikian hingga
โ2๐ (๐ฅ + ๐ฆ
2 ) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(๐ฆ)โ โค ๐ฟ (3.1)
Untuk ๐ฟ > 0 dan โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ธ1. Maka ada limit ๐ด(๐ฅ) = ๐๐๐
๐โโ2โ๐๐(2๐๐ฅ)
โ๐ฅ โ ๐ธ1 dan ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive yang tunggal, sedemikian hingga
โ๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)โ โค ๐ฟ, โ๐ฅ โ ๐ธ1. Bukti:
Karena ๐: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan suatu fungsi di antara ruang Banach dan โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ธ1, dan karena ruang Banach merupakan ruang bernorma yang lengkap, maka berdasarkan definisi 2.4.1 akan berlaku sifat dari ruang bernorma sebagi berikut:
1. โ๐ฅโ โฅ 0;
2. โ๐ฅโ = 0 โ ๐ฅ = 0;
3. โ๐๐ฅโ = |๐|โ๐ฅโ;
4. โ๐ฅ + ๐ฆโ โค โ๐ฅโ + โ๐ฆโ.
Untuk membuktikan teorema Hyers, maka harus ditunjukkan bahwa:
1. {๐(2๐๐ฅ)
2๐ }
๐=1
โ merupakan suatu barisan Cauchy untuk setiap ๐ฅ โ ๐ธ1.
2. Jika ๐ด(๐ฅ) = lim
๐โโ
๐(2๐๐ฅ)
2๐ , maka ๐ด merupakan fungsi additive.
3. ๐ด memenuhi โ๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)โ โค ๐ฟ, โ๐ฅ โ ๐ธ1. 4. ๐ด merupakan fungsi yang tunggal.
Jika diambil ๐ฆ = 0, dan asumsikan ๐(0) = 0 maka
โ2๐ (๐ฅ
2) โ ๐(๐ฅ) โ ๐(0)โ โค ๐ฟ.
Karena ๐(0) = 0, maka
โ2๐ (๐ฅ
2) โ ๐(๐ฅ)โ โค ๐ฟ.
Dengan mengganti ๐ฅ = 2๐ฅ dan kedua sisi dibagi dengan 2, maka
โ๐(๐ฅ) โ1
2๐(2๐ฅ)โ โค๐ฟ
2 , โ๐ฅ โ ๐ธ1. Misalkan ๐, ๐ bilangan bulat nonnegatif dengan ๐ < ๐, maka
โ1
2๐๐(2๐๐ฅ) โ 1
2๐๐(2๐๐ฅ)โ
โค โ1
2๐๐(2๐๐ฅ) โ 1
2๐+1๐(2๐+1๐ฅ) + 1
2๐+1๐(2๐+1๐ฅ) โ 1
2๐+2๐(2๐+2๐ฅ) + โฏ
+ 1
2๐โ1๐(2๐โ1๐ฅ) โ 1
2๐๐(2๐๐ฅ)โ.
Berdasarkan definisi 2.6.1. barisan {๐ฅ๐} dikatakan barisan Cauchy jika barisan {๐ฅ๐} Dengan menggunakan sifat keempat pada ruang Banach (ketaksamaan segitiga), maka diperoleh
bahwa {๐(2๐๐ฅ)
2๐ }
๐=1
โ
merupakan barisan Cauchy untuk setiap ๐ฅ โ ๐ธ1. Karena ๐ธ1 merupakan ruang Banach, dimana setiap barisan Cauchy-nya konvergen, maka terdapat fungsi ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 yang didefinisikan dengan ๐ด(๐ฅ) = lim
๐โโ
๐(2๐๐ฅ)
2๐ untuk setiap ๐ฅ โ ๐ธ1.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Pandang bahwa
Dengan menggunakan pertidaksamaan (3.1), maka didapatkan
โ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ)โ โค lim
Berdasarkan sifat pertama pada ruang bernorma dan
โ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ)โ โค 0, maka didapatkan
โ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ)โ = 0.
Berdasarkan sifat kedua pada ruang bernorma, maka didapatkan ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) โ ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ) = 0, sehingga ๐ด(๐ฅ + ๐ฆ) = ๐ด(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฆ). Dari definisi 2.1.1.1, maka dapat ditunjukkan bahwa ๐ด: ๐ธ1 โ ๐ธ2 merupakan fungsi additive.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa A memenuhi ||๐(๐ฅ) โ ๐ด(๐ฅ)|| โค ๐ฟ, โ๐ฅ โ ๐ธ1. Jika kedua sisi dikalikan 1
2, maka didapatkan 1
=
= ๐ฟ 2 lim
๐โโ(2 โ 1 2๐โ1)
= ๐ฟ 2 lim
๐โโ2 โ lim
๐โโ2 โ lim