• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian ini akan digambarkan kesimpulan dari seluruh penelitian dan

saran yang diusulkan untuk pengembangan lebih lanjut.

7

mendukung penulisan tugas akhir klasifikasi tanda tangan manusia dengna metode

jaringan syaraf tiruan backpropagation. Teori – teori yang akan dibahas mencakup

pengertian dasar jaringan syaraf tiruan, metode jaringan syaraf tiruan

backpropagation, dan pengertian mengenai metode PCA (Principal Components

Analysis) yang digunakan untuk mereduksi feature.

2.1 Jaringan Syaraf Tiruan.

Jaringan syaraf tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang

dikembangkan dengan model matematika dan memiliki karakteristik mirip dengan

jaringan syaraf biologi dengan asumsi bahwa (Jong JekSiang, 2005) :

1. Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen sederhana (neuron).

2. Sinyal dikirim diantara neuron–neuron melalui penghubung– penghubung.

3. Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau

memperlemah sinyal.

4. Untuk menentukan keluaran, setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi

yang dikenakan pada jumlah masukan yang diterima. Besarnya keluaran

ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas ambang.

Jadi jaringan syaraf tiruan ditentukan oleh 3 hal yaitu :

1. Pola hubungan antar neuron ( arsitektur jaringan ).

2. Metode untuk menentukan bobot penghubung.

8

3. Fungsi aktivasi.

2.1.1 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan.

Arsitektur jaringan syaraf tiruan merupakan pengaturan spesifik dan

hubungan antar neuron pada lapisan dalam jaringan. Neuron-neuron yang terletak

pada lapisan yang sama memiliki sifat dan fungsi aktivasi yang sama.

Neuron-neuron dalam jaringan syaraf tiruan dikelompokkan dalam lapisan

masukan (input layer) merupakan lapisan pertama yang menerima sinyal dari

bagian luar jaringan, lapisan tersembunyi (hidden layer) yaitu lapisan yang

menerima sinyal dari neuron pada lapisan masukan dan lapisan keluaran (output

layer) yaitu lapisan yang mengekstrak ciri dari yang berkaitan atau pola dari

sinyal yang diterima .

Beberapa arsitektur jaringan yang sering dipakai dalam jaringan syaraf

tiruan antara lain :

1. Jaringan Layar Tunggal (single layer network).

Dalam jaringan layar tunggal, sekumpulan masukan dihubungkan

langsung dengan sekumpulan keluaran.

x1 xi xn y1 yj ym w11 wj1 wm1 w1i wji wmi w1n wjn wmn

Gambar 2.1 menunjukkan arsitektur jaringan dengan n unit masukan (x

1

,

x

2

, …, x

n

) dan m buah unit keluaran (y

1

, y

2

, …, y

m

). Disebut jaringan

layar tunggal karena semua unit masukan dihubungkan dengan semua unit

keluaran, meskipun dengan bobot yang berbeda.

w

ji

menyatakan bobot hubungan antara unit ke-i dalam masukan

dengan unit ke-j dalam keluaran. Bobot-bobot ini saling independen.

Selama proses pelatihan, bobot-bobot tersebut akan dimodifikasi untuk

meningkatkan keakuratan hasil.

2. Jaringan Layar Jamak (multi layer network).

Jaringan layar jamak merupakan perluasan dari layar tunggal.

Dalam jaringan ini, selain unit masukan dan keluaran, ada unit – unit lain

(sering disebut layar tersembunyi). Sama seperti pada unit masukan dan

keluaran, unit dalam satu layar tidak saling berhubungan.

x

1

x

i

x

n

z

1

z

p

w

11

w

j1

w

m1

w

1p

w

jp

w

mp

v

pi

v

1n

v

pn

y

1

y

j

y

m

v

11

v

p1

v

1i

Gambar 2.2 Jaringan Layar Jamak.

Pada gambar 2.2 ditunjukkan jaringan dengan n buah unit masukan

(x

1

, x

2

, …, x

n

), sebuah layar tersembunyi yang terdiri dari p buah unit

(z

1

, …, z

p

) dan m buah unit keluaran(y

1

, y

2

, …, y

m

).

10

2.1.2 Fungsi Aktivasi.

Dalam jaringan syaraf tiruan, fungsi aktivasi digunakan untuk menentukan

keluaran suatu neuron. Argumen fungsi aktivasi adalah net masukan (kombinasi

linier masukan dan bobotnya). Jika net ∑ , maka fungsi aktivasinya adalah

f (net) = f(∑ ) (Jong Jek Siang, 2005).

Fungsi aktivasi dalam jaringan syaraf tiruan :

1. Fungsi threshold (batas ambang).

( ) { (2.1)

Jika fungsi threshold berharga -1 atau 1 disebut threshold bipolar.

2. Fungsi sigmoid.

( )

(2.2)

Nilai fungsi dari fungsi sigmoid terletak antara 0 dan 1 dan dapat

diturunkan menjadi :

( ) ( )( ( )) (2.3)

3. Fungsi Identitas.

( ) (2.4)

Fungsi identitas sering digunakan jika diinginkan keluaran jaringan

berupa bilangan riil (bukan hanya pada range (0,1) atau (-1,1)).

2.2 Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

Backpropagation merupakan salah satu contoh dari jaringan layar jamak.

Seperti halnya model jaringan syaraf tiruan lain, backpropagation melatih

jaringan untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan untuk

mengenali pola yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk

memberikan respon yang benar terhadap pola masukkan yang serupa (tapi tidak

sama) dengan pola yang dipakai selama pelatihan.

2.2.1 Arsitektur Backpropagation.

Backpropagation memiliki beberapa unit neuron yang ada dalam satu atau

lebih layar tersembunyi. Gambar 2.3 adalah arsitektur backpropagation dengan

n buah masukan (ditambah sebuah bias), serta m buah unit keluaran.

v

ji

merupakan bobot garis dari unit masukan x

i

ke unit layar tersembunyi

z

j

(v

j0

merupakan bobot garis yang menghubungkan bias di unit masukan ke

unit layar tersembunyi z

j

). w

kj

merupakan bobot dari unit layar tersembunyi z

j

ke unit keluaran y

k

(w

k0

merupakan bobot dari bias di layar tersembunyi ke unit

keluaran z

k

).

12

1 x1 xi xn 1 z1 zj zp y1 yk ym v10 vj0 vp0 v11 vj1 vp1 v1i vji vpi v1n vjn vpn w10 wk0 wm0 w11 wk1 wm1 w1jwkj wmj w1p wkp wmp

Gambar 2.3 Arsitektur Backpropagation.

2.2.2 Fungsi Aktivasi Backpropagation.

Fungsi aktivasi pada metode backpropagation tidak hanya menggunakan

sebuah fungsi aktivasi, akan tetapi turunan dari fungsi tersebut juga ikut

digunakan. Backpropagation dapat menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner

(yang memiliki range (0,1)) maupun sigmoid bipolar (yang memiliki range (-1,1))

beserta turunan fungsinya. Pemilihan fungsi aktivasi tergantung kepada kebutuhan

nilai keluaran jaringan yang diharapkan. Bila keluaran jaringan yang diharapkan

ada yang bernilai negatif, maka digunakan fungsi sigmoid bipolar, sebaliknya bila

nilai keluaran jaringan yang diharapkan bernilai positif atau sama dengan nol ,

maka digunakan fungsi sigmoid biner. Selain fungsi sigmoid fungsi yang bias

digunakan dalam metode backpropagation adalah fungsi linier.

Fungsi sigmoid biner :

dengan turunan

( ) ( )( ( )) (2.6)

Fungsi sigmoid bipolar :

( )

(2.7)

dengan turunan

( ) ( ( ))( ( )) (2.8)

Fungsi sigmoid memiliki nilai maksismum = 1. Maka untuk pola yang

targetnya >1, pola masukan dan keluaran harus terlebih dahulu ditransformasikan

sehingga semua polanya memiliki range yang sama seperti fungsi sigmoid yang

dipakai. Alternatif lain adalah menggunakan fungsi aktivasi sigmoid hanya pada

layar yang bukan layar keluaran. Pada layar keluaran, fungsi aktivasi yang dipakai

adalah fungsi identitas : f(x) = x.

2.2.3 Pelatihan Standar Backpropagation.

Pelatihan backpropagation meliputi 3 fase. Fase pertama adalah fase maju.

Pola masukan dihitung maju mulai dari layar masukan hingga layar keluaran

menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Fase kedua adalah fase mundur.

Selisih antara keluaran jaringan dengan target yang diinginkan merupakan

kesalahan yang terjadi. Kesalahan tersebut dipropagasikan mundur, dimulai dari

garis yang berhubungan langsung dengan unit – unit di layar keluaran. Fase ketiga

adalah modifikasi bobot untuk menurunkan kesalahan yang terjadi.

14

Algoritma pelatihan jaringan syaraf tiruan backpropagation adalah sebagai

berikut :

Langkah 0 : Inisialisasi semua bobot dengan bilangan acak kecil.

Langkah 1 : Jika kondisi penghentian belum terpenuhi, lakukan langkah 2-9.

Langkah 2 : Untuk setiap pasang data pelatihan, lakukan langkah 3-8.

Fase I : Propagasi maju.

Langkah 3 : Tiap unit masukan menerima sinyal dan meneruskannya ke unit

tersembunyi di atasnya.

Langkah 4 : Hitung semua keluaran di unit tersembunyi z

j

(j = 1, 2, …, p).

(2.9)

(2.10)

Langkah 5 : Hitung semua keluaran jaringan di unit y

k

(k = 1, 2, …, m).

(2.11)

(2.12)

Fase II : Propagasi mundur.

Langkah 6 :Hitung faktor δ unit keluaran berdasarkan kesalahan di setiap unit

keluaran y

k

(k = 1, 2, …, m).

δ

k

merupakan unit kesalahan yang akan dipakai dalam perubahan bobot

layar dibawahnya (langkah 7).

Hitung suku perubahan bobot w

kj

(yang akan dipakai nanti untuk merubah

bobot w

kj

) dengan laju percepatan α.

; k = 1, 2, …, m ; j = 0, 1, …, p (2.14)

Langkah 7 : Hitung faktor δ unit tersembunyi berdasarkan kesalahan di setiap

unit tersembunyi z

j

(j = 1, 2, …, p).

(2.15)

Faktor δ unit tersembunyi :

(2.16)

Hitung suku perubahan bobot v

ji

(yang akan dipakai nanti untuk merubah

bobot v

ji

)

(2.17)

j = 1, 2, …, p ; i = 0, 1, …, n

Fase III : Perubahan bobot.

Langkah 8 : Hitung semua perubahan bobot.

Perubahan bobot garis yang menuju ke unit keluaran :

16

Perubahan bobot garis yang menuju ke unit tersembunyi :

( ) ( ) (2.19)

Langkah 9 : Kondisi perulangan.

Setelah pelatihan selesai dilakukan, jaringan dapat dipakai untuk

pengenalan pola. Dalam hal ini hanya propagasi maju (langkah 4 dan 5) saja

yang dipakai untuk menentukan keluaran jaringan.

2.3 PCA (Principal Components Analysis).

PCA digunakan untuk mereduksi dimensi image menjadi feature yang

memiliki dimensi lebih sedikit. PCA akan menangkap variasi total di dalam

kumpulan karakter yang dilatihkan, dan untuk mempresentasikan variasi ini

dengan variable yang lebih sedikit. Suatu image yang dipresentasikan dengan

variable yang sedikit akan lebih mudah untuk ditangani dan dimengerti daripada

jika dipresentasikan dengan variable yang banyak dari image tersebut (Wikaria

Gazali dan Lily, 2003).

Adapun langkah – langkah dalam menghitung PCA adalah sebagai berikut :

1. Menyimpan nilai – nilai piksel dari citra tanda tangan ke sebuah vektor

yang dinamakan tou.

[

]

T = Matriks tou / Matriks awal = N x P,

N = jumlah vekor = jumlah citra,

P = ukuran citra.

2. Menghitung noise yang merupakan rata – rata dari semua vektor tou.

(2.20)

= vektor rata – rata = noise,

= vektor tou ke-i.

Sehingga diperoleh vektor [ ]

3. Menghitung vektor fi yang merupakan vektor tou yang bebas noise.

(2.21)

= vektor fi.

Vektor – vektor yang diperoleh digabung menjadi matriks A.

[

]

4. Menghitung matriks covariance.

(2.22)

C = vektor covariance,

A

T

= transpose dari matriks A.

Vektor – vektor yang diperoleh digabung menjadi matriks covariance.

[

]

18

5. Menghitung nilai eigen.

( ) (2.23)

= nilai eigen,

I = matriks identitas.

6. Menghitung vektor eigen.

( ) (2.24)

= vektor eigen.

Sehingga dihasilkan vektor V dengan elemen :

[

]

Vektor V diurutkan berdasarkan nilai eigen terbesar dan disimpan dalam

matriks GoodV.

7. Dibangun matriks yang mewakili citra awal.

(2.25)

Diperoleh matriks construct yang bila dikonversi menjadi citra

menghasilkan principal component.

[

]

Ct = elemen dari matriks construct.

8. Membentuk matriks Extract.

[

]

e = elemen dari matriks extract.

9. Normalisasi.

(

20

Bab III. Desain Sistem

Pada bab ini diuraikan desain sistem yang akan dibuat untuk klasifikasi

tanda tangan manusia menggunakan metode jaringan syaraf tiruan

backpropagation sehingga menghasilkan akurasi yang optimal.

3.1 Data

Dalam klasifikasi tanda tangan dengan metode jaringan syaraf tiruan

backpropagation ini digunakan 5 tipe tanda tangan berbeda yang dimiliki oleh 5

orang yang berbeda. Setiap tipe tanda tangan terdiri dari 80 gambar yang akan

dijadikan sebagai data. Tipe tanda tangan yang akan digunakan dalam klasifikasi

tanda tangan ditunjukkan pada tabel 3.1 (gambar seluruh tanda tangan terdapat

pada halaman L-82 sampai dengan L-86).

Tabel 3.1 Tipe Tanda Tangan.

Nomor Nama Tipe Tanda Tangan

Nomor Nama Tipe Tanda Tangan

2. KURNIANINGTYAS

3. TIMOTIUS ARI

4. NUGRAHAYUNINGSIH

5. JB. MAHENDRA

Pada sistem klasifikasi tanda tangan ini, digunakan metode five fold untuk

membagi data menjadi 5 bagian. Dimana 4 bagian digunakan untuk data training

22

Terdapat 80 sample untuk setiap tipe tanda tangan yang diambil dari 5

orang.

Dari hasil perhitungan diperoleh 16 feature tanda tangan untuk setiap

bagian.

Tabel 3.2 Pembagian Feature.

Bagian Orang 1

1 16 feature

2 16 feature

3 16 feature

4 16 feature

5 16 feature

Bagian Orang 3

1 16 feature

2 16 feature

3 16 feature

4 16 feature

5 16 feature

Bagian Orang 5

1 16 feature

2 16 feature

3 16 feature

4 16 feature

5 16 feature

Bagian Orang 2

1 16 feature

2 16 feature

3 16 feature

4 16 feature

5 16 feature

Bagian Orang 4

1 16 feature

2 16 feature

3 16 feature

4 16 feature

5 16 feature

Karena menggunakan metode five fold, maka dilakukan percobaan untuk

training dan testing sebanyak 5 kali untuk setiap tipe tanda tangan. 4 bagian ( 320

feature) digunakan untuk data training dan 1 bagian ( 80 feature) digunakan untuk

data testing.

Tabel 3.3 Percobaan.

Percobaan Training Testing

1 Bagian 1, 2, 3, 4 Bagian 5

2 Bagian 1, 2, 3, 5 Bagian 4

3 Bagian 1, 2, 4, 5 Bagian 3

4 Bagian 1, 3, 4, 5 Bagian 2

5 Bagian 2, 3, 4, 5 Bagian 1

Pada tabel 3.3 ditunjukkan banyaknya percobaan yang akan dilakukan dan

kelompok data yang digunakan sebagai data training dan data testing. Jika

feature bagian 1, 2, 3, dan 4 digunakan untuk data training, maka feature bagian 5

digunakan untuk data testing begitu seterusnya sesuai table 3.3.

24

3.2 Desain Sistem

Feature Hasil Ekstraksi Jaringan Optimal Ekstraksi Feature Dengan PCA Training dan Testing JST Backpropagation Pengenalan Feature Asli Tanda Tangan .JPG Tanda Tangan Dikenali

Gambar 3.1 Garis Besar Sistem Pengenalan.

Pada gambar 3.1 dijelaskan mengenai tahapan – tahapan yang dilakukan

dalam sistem pengenalan tanda tangan. Dimulai dari feature asli tanda tangan

sebagai data mentah untuk proses ekstraksi feature dengan metode PCA. Dari

proses ekstraksi feature dihasilkan feature yang dimensinya lebih kecil dibanding

data mentah. Feature yang telah direduksi dijadikan data masukan dalam tahap

training dan testing dengan metode jaringan syaraf tiruan backpropagation,

tahapan terakhir dalam sistem yang dibuat adalah tahap pengenalan. Hasil

pengenalan barupa identitas pemilik tanda tangan.

3.2.1 Ekstraksi Feature.

Dalam tahap ekstraksi feature klasifikasi tanda tangan manusia digunakan

metode Principal Component Analysis (PCA). PCA digunakan karena mampu

mereduksi ukuran suatu obyek sehingga ukuran menjadi lebih ringkas dan mampu

mengambil karakteristik yang penting dari obyek yang diolah. Jika dimensi dari

obyek lebih kecil dan informasi yang terkandung lebih padat, maka obyek tersebut

akan lebih spesifik dibandingkan dengan obyek yang belum diolah sebelumnya.

Hal ini akan mempermudah proses pengenalan obyek lebih lanjut. Komponen

yang diperlukan dalam proses ekstraksi feature adalah 400 citra tanda tangan yang

berekstensi .jpg dengan ukuran 100x100.

Mulai Citra Tanda Tangan Binerisasi Perhitungan Principal Component (PCA) Normalisasi Feature Hasil Ekstraksi Perhitungan Rata-rata Vektor Baris

Selesai

26

Gambar 3.2 menunjukkan tahapan yang dilalui dalam tahap ekstraksi

feature. Tahapan yang ada dalam ekstraksi feature yaitu :

1. Citra Tanda Tangan.

Data masukan yang digunakan adalah citra tanda tangan dengan

tingkat keabuan (gray-scale image) yang berekstensi *.jpg dan berukuran

100x100. Citra tanda tangan yang digunakan diubah ke bentuk vektor

baris. Sehingga untuk 1 citra tanda tangan terbentuk vektor baris dengan

ukuran 1x10000.

2. Tahap Binerisasi.

Nilai piksel yang semula terdiri dari tingkat keabu – abuan,

dikonversi menjadi 0 sampai 1. Konversi dari tingkat keabu-abuan menjadi

nilai 0-1 ini disebuat binerisasi. Hasil binerisasi adalah berupa vektor baris

yang bernilai 0-1 untuk setiap elemennya. Vektor baris hasil binerisasi

kemudian disusun menjadi matriks yang diberi nama tou ( T ). Karena

setiap vektor baris berukuran 1x10000, maka ukuran matriks tou

400x10000.

3. Tahap Perhitungan PCA.

Pada tahap ini dihitung noise pada matriks tou, dibuat matriks baru

(fi) yang merupakan matriks tou yang bebas noise, dihitung nilai pembeda

(eigen value), dibuat vektor eigen (Veigen) yang diurutkan (GoodV)

berdasarkan nilai eigen terbesar dan membentuk principal component

Noise adalah rata – rata dari semua matriks tou yang dihitung

menggunakan rumus (2.20). Setelah diperoleh nilai noise untuk matriks

tou, disusun matriks baru fi dimana setiap vektor baris dari matriks fi bebas

noise dengan menggunakan rumus (2.21). Proses berikutnya dihitung

matriks covariance dengan rumus (2.22) yang digunakan untuk

menghitung nilai eigen dengan rumus (2.23). Dari nilai eigen, dihitung

vektor eigen dengan rumus (2.24). Vektor eigen yang diperoleh diurutkan

berdasar nilai eigen terbesar kemudian disimpan dalam matriks GoodV.

Dibangun matriks yang mewakili citra awal dengan rumus (2.25). Proses

construct menghasilkan suatu matriks principal component. Principal

component yang diperoleh diambil inti sarinya melalui proses ekstraksi

dengan rumus (2.26) yang menghasilkan matriks extract.

4. Tahap Normalisasi.

Nilai dari matriks principal component (extract) dikonversi

menjadi nilai bipolar antar -1 sampai dengan 1 dengan menggunakan

rumus (2.27).

5. Rata – rata Vektor Baris.

Setiap vektor baris dari matriks principal component yang telah

dinormalisasi, dibagi menjadi 20 bagian. Setiap bagian dari vektor baris

dijumlah kemudian dihitung rata-ratanya.

6. Feature Hasil Ekstraksi.

Data yang dihasilkan dari ekstraksi feature adalah berupa matriks

yang ukurannya lebih kecil dibanding dengan matriks tou, yang kemudian

28

dijadikan sebagai input JST backpropagation.

Contoh perhitungan PCA terdapat pada halaman 74 hingga halaman

L-81.

3.2.2 Perancangan JST Backpropagation.

Setelah dilakukan tahap ekstraksi feature, tahap selanjutnya dilakukan

pengenalan dengan metode JST backpropagation. Komponen yang diperlukan

dalam JST backpropagation antara lain :

1. Lapisan Tersembunyi (Hidden Layer)

Dalam penelitian ini dilakukan percobaan JST Backpropagation

dengan 1 hidden layer dan 2 hidden layer.

2. Unit Tersembunyi (node)

Unit tersembunyi yang akan dipakai dalam penelitian adalah 150,

175, 200, 225, dan 250 pada JST Backpropagation dengan 1 hidden layer.

Sedang pada JST Backpropagation dengan 2 hidden layer, unit

tersembunyi yang digunakan untuk layer pertama adalah jumlah unit

tersembunyi pada percobaan 1 hidden layer dan untuk layer kedua

digunakan unit dengan jumlah 25, 50, 75, 100, 125.

3. Fungsi Aktivasi

Fungsi aktivasi yang digunakan dalam penelitian adalah logsig.

4. Target

Target keluaran yang dipakai untuk setiap tipe tanda tangan adalah

1, 0, 0, 0, 0 untuk tipe tanda tangan orang ke-1; 0, 1, 0, 0, 0 untuk tipe

tanda tangan orang ke-2; 0, 0, 1, 0, 0 untuk tipe tanda tangan orang ke-3; 0,

0, 0, 1, 0 untuk tipe tanda tangan orang ke-4 dan 0, 0, 0, 0, 1 untuk tipe

tanda tangan orang ke-5.

5. Epochs

Dalam penelitian ini digunakan batas epoch 50000 untuk JSTBP

dengan 1 hidden layer dan 20000 untuk JSTBP dengan 2 hidden layer.

6. Kecepatan Pembelajaran

Dalam penelitian ini kecepatan pembelajaran yang dipakai sebesar

0,1, baik untuk 1 hidden layer atau 2 hidden layer.

Pembentukan JSTBP Model JST

Klasifikasi JST Hasil Klasifikasi Feature Hasil Ekstraksi TRAINING TESTING Pengenalan Tanda Tangan Dikenali

Gambar 3.3 Proses Pengenalan dengan Metode JST Backpropagation.

Di dalam tahap pengenalan dengan menggunakan metode

backpropagation terdapat 3 sub tahap yang harus dilalui yaitu tahap pelatihan

(training), tahap pengujian (testing) dan tahap pengenalan.

30

3.2.2.1Tahap Pelatihan (Training).

Pembentukan JSTBP Model JST

320 Feature Hasil Ekstraksi

TRAINING

Bobot dan Bias

Gambar 3.4 Skema Tahap Pelatihan.

Data training diperoleh dari perhitungan menurut metode five fold.

Feature tanda tangan dari setiap orang diambil 4 bagian feature yang masing –

masing bagian terdiri dari 16 feature.

Sebanyak 320 data hasil ekstraksi feature digunakan untuk membentuk

jaringan backpropagation. Jaringan yang telah dibentuk kemudian dilakukan

proses training dan menghasilkan model jaringan syaraf tiruan yang berupa bobot

dan bias.

3.2.2.2Tahap Pengujian (Testing)

Klasifikasi JST Hasil Klasifikasi 80 Feature Hasil Ekstraksi TESTING Data Benar Orang ke-1 Data Benar Orang ke-2 Data Benar Orang ke-4 Data Benar Orang ke-3 Data Benar Orang ke-5 Bobot dan Bias

Gambar 3.5 Skema Tahap Pengujian.

Data testing diperoleh dari perhitungan menurut metode five fold. Feature

tanda tangan dari setiap orang diambil 1 bagian feature yang masing – masing

bagian terdiri dari 16 feature.

Dengan menggunakan 80 data hasil ekstraksi feature dilakukan

klasisifikasi. Klasifikasi dilakukan dengan cara membandingkan model jaringan

syaraf tiruan yang telah terbentuk pada tahap training dengan data testing. Dari

tahap klasifikasi, dihasilkan hasil klasifikasi tanda tangan yang berupa jumlah data

yang dapat dikenali dengan benar dari setiap kelompok tanda tangan.

3.2.2.3Penghitungan Akurasi.

Karena menggunakan metode five fold dalam pembagian data, maka

dilakukan 5 kali percobaan training dan testing. Hasil dari percobaan berupa

32

dengan kelompok data.

Dari hasil klasifikasi dilakukan penghitungan berapa tanda tangan orang

ke-1 yang dikenali sebagai tanda tangan orang ke-1, orang ke-2, orang ke-3, orang

ke-4, dan orang ke-5; tanda tangan orang ke-2 yang dikenali sebagai tanda tangan

orang ke-1, orang ke-2, orang ke-3, orang ke-4, dan orang ke-5; tanda tangan

orang ke-3 yang dikenali sebagai tanda tangan orang ke-1, orang ke-2, orang ke-3,

orang ke-4, dan orang ke-5; tanda tangan orang ke-4 yang dikenali sebagai tanda

tangan orang ke-1, orang ke-2, orang ke-3, orang ke-4, dan orang ke-5; tanda

tangan orang ke-5 yang dikenali sebagai tanda tangan orang ke-1, orang ke-2,

orang ke-3, orang ke-4, dan orang ke-5.

Confusion matrix yang dihasilkan dari percobaan di sajikan dengan tabel

sebagai berikut :

Tabel 3.4 Confusion matrix.

M1 M2 M3 M 4 M 5

M1 X

M2 X

M3 X

M4 X

M5 X

Dari confusion matrix dihitung besar akurasi. Penghitungan akurasi

dilakukan untuk melihat seberapa optimal jaringan syaraf tiruan backpropagation

∑ = jumlah angka pada diagonal matriks,

∑ = keseluruhan data yang digunakan untuk

pengujian / testing.

3.2.2.4Tahap Pengenalan.

Dari perhitungan akurasi dapat disimpulkan jaringan mana yang paling

optimal yang digunakan untuk tahap pengenalan. Akurasi yang menghasilkan

nilai paling maksimum didapat dari jaringan yang paling optimal pula.

Pengenalan dilakukan dengan membandingkan model jaringan yang diperoleh

dari tahap training dan data pengenalan. Hasil dari tahap pengenalan berupa

identitas individu pemilik tanda tangan.

Tanda Tangan dikenali (Jaringan Optimal)

Pengenalan

Data yang akan dikenali PENGENALAN

34

3.3. Desain User Interface

Berikut ini adalah contoh user interface dari sistem yang akan dibangun.

User interface dibuat sedemikian sederhana guna untuk memudahkan user dalam

pemakaiannya.

1. Tampilan Awal.

Gambar 3.7 Tampilan Awal.

Gambar 3.7 menunjukkan tampilan awal dari aplikasi yang akan

dibuat. Terdapat 2 menu utama. Yang pertama adalah menu yang terdiri

dari sub menu pengujian 1,pengujian 2, dan pengenalan. Sedang menu

yang kedua adalah bantuan.

2. Halaman Pengujian dengan 1 Hidden Layer.

Gambar 3.8 Halaman Pengujian 1.

Gambar 3.8 menunjukkan halaman pengujian dengan

menggunakan 1 layer tersembunyi. Kotak data ditampilkan banyak ‘data’

yang digunakan untuk data training dan data testing. Jumlah node dapat

dipilih pada pop upmenu ‘node’. Dengan menekan tombol ‘proses’ maka

pengujian dengan 1 hidden layer dapat dijalankan. Kotak proses

menampilkan tahapan yang dilalui dalam pengujian. Kotak hasil

menampilkan confusion matrix dari proses pengujian. Untuk keluar

36

3. Halaman Pengujian dengan 2 Hidden Layer.

Gambar 3.9 Halaman Pengujian 2.

Gambar 3.9 menunjukkan halaman pengujian dengan

menggunakan 1 layer tersembunyi. Kotak data ditampilkan banyak ‘data’

yang digunakan untuk data training dan data testing. Jumlah node pada

hidden layer pertama dapat dipilih pada pop up menu ‘node 1’ sedang

untuk jumlah node pada hidden layer kedua dapat dipilih pada pop up

menu ‘node 2’. Dengan menekan tombol ‘proses’ maka pengujian dengan

2 hidden layer dapat dijalankan. Kotak proses menampilkan tahapan yang

dilalui dalam pengujian. Kotak hasil menampilkan confusion matrix dari

4. Halaman Pengenalan.

Gambar 3.10 Halaman Pengenalan.

Gambar 3.10 menunjukkan halaman pengenalan. Dengan

menekan tomol ‘buka’ dapat ditampilkan gambar tanda tangan yang akan

dikenali sesuai dengan nama file yang dipilih. Untuk mengetahui identitas

pemilik tanda tangan, tekan tombol ‘proses’ maka pada kotak ‘dikenali

akan muncul identitas’ yang berupa nama. Untuk keluar dari halaman

pengenalan, tekan tombol ‘selesai’.

38

5. Halaman Bantuan.

Gambar 3.11 Halaman Bantuan.

Pada gambar 3.11 menampilkan bantuan berupa

langkah-langkah penggunaan system. Untuk keluar dari halaman bantuan, tekan

39

dari implementasi sistem yang telah dibuat. Hasil penelitian berupa perbandingan

Dokumen terkait