• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Kepariwisataan

Istilah pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti berpergian. Secara garis besarnya, maka kita dapat mengartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lain.

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 : dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (Pengantar Ilmu Pariwisata,2009).

Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi :

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni :

a. Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata).

b. Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata, dan sebagainya.

c. Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata.

Sedangkan pengertian Kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1, bahwa Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan (http://andy-saiful.blogspot.com/2009/01/ pengertian pariwisata.html. Diakses 20/03/2011).

Selain batasan tersebut di atas, banyak defiisi lain yang dikemukakan oleh ahli pariwisata menurut :

1. Prof. Hunzieker dan Prof. K .Krapt (Dalam Yoeti, 2002 : 8)

Pariwisata adalah keseluruhan dari gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang – orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiam tersebut tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas sementara tersebut.

2. Prof. Salah Wahab (Dalam Yoeti, 2002 : 8)

Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkanpelayanan secara bergantian diantara orang – orang dalam suatu negara itu sendiri atau luar negeri, meliputi pendiaman orang – orang untuk sementara waktu dalam mencapai kepuasan yang beranekaragam dan berbeda dengan apa yang dialami dimana ia peroleh tanpa bekerja tetap. Dari pendapat diatas dapat diambil beberapa asensi dari pengertian pariwisata yang menjadi ciri – cirinya yaitu :

a. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu

b. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain. c. Perjalanan harus bertamasya dan berekreasi.

d. Tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.

2.2 Industri Pariwisata

Kalau kita ikuti pengertian-pengertian kata industri seperti yang telah kiat uraikan dalan bagian terdahulu, maka kita cendrung untuk memberikan batasan terhadap industri pariwisata sebagai berikut (http://e1tourism.co.cc/6-pengertian-industri-pariwisata.html. Diakses 20/03/2011):

1. Industri pariwisata adalah kumpulan bermacam – macam perusahaan yang secara bersama – sama mengahasilkan bang dan jasa (good and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya.

2. Menurut R.S Darmajadi (2002 : 8)

Industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama sama mengahasilkan produk – produk maupun jasa / pelayanan atau service yang nantinya baik langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan nantinya.

Ruang lingkup industri pariwisata menyangkut berbagai sektor ekonomi. Adapun aspek-aspek yang tercakup dalam industri pariwisata antara lain (Pitana,2009:63):

1. Restoran

Di dalam bidang restoran, perhatian antara lain dapat diarahkan pada kualitas pelayanan, baik dari higenis makanan maupun teknik pelayanannya. Di samping itu, dari segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan restoran serta penemuan makanan-makanan baru dan tradisional baik resep, bahan maupun penyajiannya yang biasa dikembangkan secara nasional, regional bahkan internasional.

2. Penginapan

Penginapan atau home stay, yang terdiri dari hotel, motel, resort, kondominium,

time sharing, wisma-wisma dan bed and breakfast, merupakan aspek-aspek yang

dapat diakses dalam pengembangan bidang kepariwisataan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan penginapan ini dapat berupa; strategi pemasaran, pelayanan saat penginapan, integrasi dan restoran atau biro

perjalanan, dan sebagainya. Penelitian juga dapat diarahkan pada upaya memperkecil limbah dari industri pariwisata tersebut.

3. Pelayanan perjalanan

Meliputi biro perjalanan, paket perjalanan (tour wholesalers), perusahaan

incentive travel dan reception service.

4. Transportasi

Dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisata seperti mobil/bus, pesawat udara, kereta api, kapal pesiar, dan sepeda.

5. Pengembangan Daerah Tujuan Wisata

Dapat berupa penelitian pasar dan pangsa, kelayakan kawasan wisatawan, arsitektur bangunan, dan engineering, serta lembaga keuangan.

6. Fasilitas Rekreasi

Meliputi pengembangan dan pemanfaatan taman-taman Negara, tempat perkemahan (camping ground), ruang konser, teater, dan lain-lain.

7. Atraksi wisata

Meliputi taman-taman bertema, museum-museum, hutan lindung, agrowisata, keajaiban alam, kegiatan seni dan budaya, dan lain sebagainya.

2.3 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

2.3.1 Pengertian Objek dan Daya Tarik Pariwisata

Objek dan Daya Tarik Wisata adalah suatu bentukan dan atau aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung

untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat di sebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas. Oleh karena itu suatu daya tarik dapat diamanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Pengertian objek wisata secara umum menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/1979, tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah dalam bidang kepariwisataan pada Daerah Tingkat I adalah sebagai berikut (http://andy-saiful.blogspot.com/2009/01/ pengertian-pariwisata.html. Diakses 20/03/2011).

1. Objek Wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan temoat atu keadaan alam yang mempunyai daya tarik wisata bagi wisatawan untuk dikunjungi.

2. Atraksi Wisata adalah semua yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat, upacara adat, dan lain-lain.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi wisatawan agar mau berkunjung ke daerah tersebut. Untuk mengembangkan objek wisata yang telah ada, pemerintah telah melakukan usaha pembenahan, misalnya di bidang prasarana yaitu dengan membangun dan merehabiliasi jalan-jalan menuju objek wisata.

Ada beberapa syarat teknis dalam menentukan suatu tujuan wisata atau objek wisata yang dapat dikembangkan, yaitu (Pitana,2009):

1. Adanya objek wisata dan daya tarik wisata yang beraneka ragam (site and event

attractions)

Site attraction, adalah hal-hal yang dimiliki suatu objek wisata sejak objek

tersebut sudah ada, atau daya tarik objek wisata bersamaan dengan adanya obje wisata tersebut.

Event attartions, adalah daya tarik yang dibuat oleh manusia.

2. Assesibilitas, yakni kemudahan untuk mencapai objek wisata. 3. Amenitas, yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas di objek wisata.

4. Organisasi (Tourist Organizationi), yaitu adanya lembaga atu badan yang mengelola objek wisata sehingga tetap terpelihara.

Objek dan Daya Tarik Wisata sangat erat hubungannya dengan travel

motivaton dan travel fashion, karena wisatawan ingin mengunjungi serta

mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam kunjungannya. Objek dan Daya Tarik Wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik suatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan, jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis Objek dan Daya Tarik Wisata.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang berpotensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu kawasan tertentu. Hal ini

penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

2.3.2 Jenis-jenis Objek dan Daya Tarik Wisata

Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam sistem klasifikasi. Secara garis besar daya tarik wisata dibagi ke dalam tiga jenis (Pitana, 2009):

a. Daya tarik alam b. Daya tarik budaya

c. Daya tarik buatan manusia

Objek dan Daya Tarik Wisata berupa alam, budaya, tata hidup, dan lainnya yang memiliki nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan, sekaligus juga merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau Negara. Dalam pengertian luas bahwa apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik minat bagi wisatawan dapat disebut sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata.

Pada literatur-literatur luar negeri tidak pernah ditemukan objek wisata dan daya tarik wisata seperti yang kita kenal di Indonesia, namun mereka hanya menggunakan istilah Tourist Attraction saja, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik untuk mengunjungi daerah tertentu, dimana Tourist Attraction itu juga merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan kepariwisataan yang keberadaannya akan mendorong wisatawan untuk mengunjunginya.

Objek dan Daya Tarik Wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran bagi wisatawan. Hal ini juga diungkapkan oleh Drs. Oka A. Yoeti, dimana ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah:

1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta, yang dalam istilah pariwisata disebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Iklim

b. Bentuk tanah dan pemandangan

c. Hutan belukar

d. Flora dan fauna

e. Pusat kesehatan

f. Hasil ciptaan manusia dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan.

2. Tata hidup masyarakat (way of life)

Membicarakan objek dan atraksi wisata baiknya dikaitkan dalam pengertian produksi dan industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampai sekarang ini masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk industri pariwisata dari satu pihak dan atraksi wisata pihak lain.

Produk industri pariwisata, meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah dimana biasanya ia tinggal, sampai kedaerah tujuan wisata yang dipilihnya dan kembali kerumah dimana ia berangkat semula, jadi objek dan atraksi wisata itu sebenarnya

sudah termasuk dalam produk industri wisata karena kalau tidak, motivasi untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata tidak ada, padahal kita yakin pada suatu daerah tujuan wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata. Dan ada pula alasan wisatawan akan berkunjung ke daerah tersebut bila mereka merasakan manfaat kepuasan atau pelayanan yang diberikan.

Jadi kita dapat mengatakan suatu objek wisata, bila untuk melihat objek tersebut tidak ada persiapan terlebih dahulu dimana seorang saja dapat menikmatinya tanpa bantuan orang lain, karena memang sifat objek wisata tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan atau bersifat monumental, contohnya pemandangan alam dan bangunan bersejarah. Lain halnya dengan atraksi wisata yang apabila sesuatu itu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati.Atraksi wisata ini sifatnya adalah entertainment atau hiburan yang digerakkan oleh manusia seperti tari-tarian, upacara adat daan lainnya. Oleh sebab itu, perlu persiapan khusus untuk dapat menikmatinya.

Menurut Undang-undang No.9 tahun 1990 bab III pasal 4 tentang kepariwisataan, Objek dan Daya Tarik Wisata dibagi menjadi dua jenis. Adapun bunyi pasal tersebut adalah (http://andy-saiful.blogspot.com/2009/01/pengertian-pariwisata.html. Diakses 20/03/2011).

1. Objek dan Daya Tarik Wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

2. Objek dan Daya Tarik Wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggal purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

2.4 Motif Perjalanan Wisata

Setiap orang yang melakukan suatu perjalanan, biasanya mempunyai alasan tertentu, demikian pula halnya dengan wisatawan dan secara garis besar alasan dan keperluannya juga dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu (http://wisatakan di.blogspot.com/2010/12/klasifikasi-motif-dan-tipe-wisata.html.Diakses 20/03/2011): Berdasarkan alasan dan tujuan perjalanan

a. Business Tourism, yaitu jenis kepariwisataan dimana pengunjung datang untuk

dinas, usaha dagang, atau yang berhubungan dengan pekerjaannya, kongres, seminar, konvension, symposium, musyawarah kerja.

b. Education Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dimana orang-orang melakukan

perjalanan untuk tujuan studi atau memelajari suatu bidang ilmu pengetahuan. Biasa dikenal juga dengan istilah eduvacation.

c. Vocational Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dilakukan hanya untuk sekedar

berlibur saja.

1. Menurut saat waktu berkunjung

a. Seasonal Tourism, kegiatan pariwisata yang berlangsung pada musim-musim

tertentu misalnya summer tourism atau winter tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga ini.

b. Occational Tourism, yaitu kegiatan pariwisata ini dihubungkan dengan

kegiatan atau occation maupun suatu event, seperti galungan, atau kuningan di Bali.

2. Menurut objeknya

a. Cultural Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk

melakukan perjalanan disebabkan Karen adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah.

b. Recurrentional Tourism, biasanya disebut juga pariwisata kesehatan. Adapun

tujuan prang-orang melakukan perjalanan ini adalah untuk menyembuhkan penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lumpur seperti banyak dijumpai di negara-negara Eropa atau mandi susu, mandi kopi di Jepang yang kabarnya bias membuat awet muda.

c. Sport Tourism, kegiatan pariwisata ini bertujuan untuk atau menyaksikan

suatu pesta olah raga di suatu tempat atau Negara tertentu seperti Olympiade,

All England, Europe cup.

d. Commercial Tourism, disebut juga dengana pariwisata perdagangan karena

perjalanan wisata ini dikaitkan dengan perdagangan internasional dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair Exibition.

e. Religion Tourism, kegiatan pariwisata ini dilakukan untuk menyaksikan

upacara-upacara keagamaan seperti kunjungan Lourder bagi yang beragama Katolik atau muntilan pusat agama Kristen di Jawa Tengah, ibadah Haji dan Umroh bagi umat Islam dan upacara Hindu di

2.5 Peran Kebudayaan dalam Kepariwisataan

Hubungan antara kebudayaan dan pariwisata terlihat jelas dalam Undang- Undang No. 9 tahun 1990, pasal 4 yang menjelaskan:

1. Objek dan Daya Tarik Wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berwujud keindahan alam serta flora dan fauna.

2. Objek dan Daya Tarik Wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, peninggalan purbakala, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata petualangan alam, tempat rekreasi dan tempat hiburan.

Dalam pasal 6 dinyatakan bahwa pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata dilakukan dengan memperhatikan:

a. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya.

b. Nilai – nilai agama, adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

c. Kelestarian budaya dengan mutu lingkungan hidup. d. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

Dengan demikian pengembangan kepariwisataan berhubungan erat dengan kebudayaan. Adapun pengembangan kepariwisataan ditunjang oleh pemeliharaan nilai- nilai seni dan budaya serta bangunan peninggalan sejarah. Demikian pula sebaliknya, pelestarian nilai-nilai budaya juga dipengaruhi oleh arus mobilitas wisatawan. Sejalan dengan ini, di dalam GBHN sektor pariwisata diberi misi untuk mengembangkan kebudayaan nasional.

Yang dimaksud dengan kebudayaan di sini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti: kesenian atau perikehidupan, istana, kraton, dan sebagainya. Akan tetapi yang meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah masyarakat, pakaiannya, cara berbicara, dan lain-lain. Semua act dan artifact (tingkah laku dan hasil karya) suatu masyarakat tidak hanya kebudayaan yang masih hidup, akan tetapi kebudayaan yang berupa peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah berupa monumen seperti Mesjid Raya, Gedung Lonsum, Balai Kota, Istana Maimun, Kuil Shri Mariamman, dan lain-lain.

Karena luasnya kebudayaan ini ada baiknya membuat klasifikasi dari apa saja yang termasuk kebudayaan itu. Salah satunya adalah kebudayaan hidup dan dibagi menjadi dua bagian (Soekadijo,2000:5) :

Kebudayaan hidup:

1. Kebudayaan tradisional, seperti: adat perkawinan, pakaian tradisional, dan kebiasaan-kebiasaan lain yang masih di pegang teguh. Adapun kebudayaan tradisional ini sebagian terdapat di museum berupa artifact dan dalam kehidupan bermasyarakat berupa kesenian dan kerajinan tradisional masyarakat.

2. Kehidupan temporer, sebagian berupa artifact yang terdapat di museum modern ataupun di tengah-tengah masyarakat dan sebagian berupa act, yaitu: tata cara kehidupan modern dan kesenian kontemporer.

Dalam wisata budaya (cultural tourism) orang yang tidak mengunjungi suatu tempat untuk menyaksikan dan menikmati atraksi wisata, akan tetapi lebih dari itu, ia mungkin datang untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan setempat. Seniman-seniman sering mengadakan perjalanan wisata untuk memperkaya diri, menambah pengalaman dan mempertajam kemampuan penghayatannya. Pelukis- pelukis sering menjelajahi daerah-daerah tertentu untuk mencari dan mengumpulkan objek lukisan. Mereka itu semua mengadakan perjalanan berdasarkan motif kebudayaan. Termasuk juga kunjungan wisatawan ke berbagai peristiwa khusus (special event), seperti upacara keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh terkenal, dan lain-lain.

Modal kebudayan itu penting untuk kegiatan wisata. Wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat karena motif budaya akan menghabiskan waktu senggangnya di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaan yang dianggapnya tertarik. Ia seolah-olah menenggelamkan diri ke dalam kebudayaan setempat, seperti: melihat hiburan rakyat, makan di warung setempat, berbelanja di pasar, mengunjungi rumah penduduk. Namun, tidak semua wujud kebudayaan sama menariknya untuk semua tipe wisatawan. Di situs pra sejarah ridak banyak yang dapat dilhat oleh wisatawan tamasya, akan tetapi sebaliknya menarik sekali untuk wisatawan studi.

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

3.1 Sejarah Kota Medan

Kota Medan berawal dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri yang didirikan Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan.Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus atau balut.

Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang Tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan. Disebabkan letaknya yang berada di Tanah Deli, Kampung Medan juga sering dikenal sebagai Medan Deli. Lokasi asli Kampung Medan adalah sebuah tempat di mana Sungai Deli bertemu dengan Sungai Babura. Terdapat berbagai kerancuan dari berbagai sumber literatur mengenai asal-usul kata "Medan" itu sendiri.

Dari catatan penulis-penulis Portugis yang berasal dari awal abad ke-16, disebutkan Kota Medan berasal dari nama "Medina", sedangkan sumber lainnya  

menyatakan Medan berasal dari bahasa India "Meiden". Yang lebih kacau lagi ada sebagian masyarakat menyatakan Medan merupakan tempat atau area bertemunya 

berbagai suku sehingga disebut sebagai medan pertemuan. Adapula yang mengatakan ketika para saudagar Arab yang kebetulan melihat tanah Medan sekarang, mengatakan Median yang berarti datar atau rata dan memang pada kenyataannya Medan memiliki kontur tanah yang rata mulai dari pantai Belawan hingga daerah Pancur Batu. 

Dalam salah satu Kamus Karo-Indonesia yang ditulis Darwin Prinst SH: 2002, Kata "Medan" berarti "menjadi sehat" ataupun "lebih baik". Hal ini memang berdasarkan pada kenyataan Guru Patimpus benar adanya adalah seorang tabib yang dalam hal ini memiliki keahlian dalam pengobatan tradisional Karo pada masanya.Medan pertama kali ditempati suku Karo. Hanya setelah penguasa Aceh, Sultan Iskandar Muda, mengirimkan panglimanya, Gocah Pahlawan Bergelar Laksamana Khoja Bintan untuk menjadi wakil Kerajaan Aceh di Tanah Deli, barulah Kerajaan Deli mulai berkembang.Perkembangan ini ikut mendorong pertumbuhan dari segi penduduk maupun kebudayaan Medan. Di masa pemerintahan Sultan Deli kedua, Tuanku Panglima Parunggit (1669-1698), terjadi perang kavaleri dan sejak itu Medan menjadi pembayar upeti kepada Sultan Deli. (http://id.wikipedia.org/wiki/ Kota_Medan. Diakses 20/03/2011).

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa

sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan,

Dokumen terkait