Berisi kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah dimasa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
13 BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
Secara normatif, rencana kinerja yang disusun oleh Direktorat Kesehatan Keluarga mengacu pada Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 52 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 (terjadi revisi Renstra pada bulan agustus 2017- Kepmenkes HK.01.07/Menkes/422/2017) yang merupakan penjabaran dari RPJMN 2015-2019. Dokumen Renstra kemudian dijabarkan kedalam Rencana Aksi Kegiatan Kesehatan Keluarga 2016-2019.
Perencanaan pertahun yang dikenal dengan RKP (Rencana Kerja Pemerintah) merupakan pentahapan didalam pencapaian di akhir RPJMN. RKP ini juga diturunkan dalam dokumen di tingkat kementerian kesehatan yang dikenal dengan Renja K/L. dan direktorat kesehatan keluarga kemudian membuat turunannya dalam dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) sebagai dokumen perencanaan kegiatan pada tahun berjalan dalam rangka menjamin keselarasan kebijakan presiden sebagai pemegang mandat rakyat.
Kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran diatas, di disepakati dalam dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga kepada Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.
14 Melihat alur perencanaan diatas, maka setiap terjadi perubahan kebijakan presiden maka harus di implementasikan sampai tingkat terbawah didalam struktur organisasi pemerintah.
Pada tahun 2017 terjadi perubahan konsep kebijakan perencanaan. Perubahan berupa penajaman kebijakan didalam penyusunan RKP. Penyusunan RKP dilaksanakan dengan pendekatan Holistik-tematik, integrative dan spasial, serta kebijakan anggaran “money follow program”. Implementasi kebijakan ini berupa, alokasi anggaran tidak didasarkan pada tugas dan fungsi organisasi, tetapi mengacu kepada kontribusi atas program prioritas nasional yang berlaku pada tahun 2017. Terkait penentuan program dan kegiatan juga berlaku batasan bahwa di tahun 2017 kegiatan diarahkan untuk langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Indikator Kinerja
Ukuran keberhasilan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan keluarga akan dievaluasi melalui indikator yang mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 dan penjabaran RPJMN pertahun (RKP) yang diturunkan dalam Renja K/L.
Dengan adanya kebijakan baru pada tahun 2017, sebagaimana telah disampaikan diatas, memiliki imbas munculnya variabel-variabel penilaian kinerja selain dari variabel-variabel-variabel-variabel yang sudah ada (RPJMN, Renstra, dll). Variabel-variabel ini muncul karena dipandang sangat strategis didalam mendukung tema prioritas nasional tahun 2017. Variabel-variabel tersebut antara lain :
15
1. Buku Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin yang di
ukur keberhasilannya dengan indikator,“Jumlah buku saku
tentang kesehatan reproduksi yang dicetak dan
didistribusikan ke KUA”, kegiatan ini muncul untuk mendukung kegiatan prioritas yang diadakan Kementerian Agama yaitu kursus calon pengantin sebagai bentuk upaya penurunan kematian ibu dan bayi yang terfokus pada periode masa sebelum hamil.
2. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang di ukur
keberhasilannya melalui indikator,“Jumlah Buku KIA yang dicetak dan distribusikan”. Kegiatan ini dimunculkan karena dipandang memiliki daya ungkit yang tinggi dalam menjaga kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan balita.
3. Terkait penjaringan kesehatan dimintakan untuk pelaksanaan penjaringan bagi peserta didik kelas 1, 7 & 10. Munculnya kegiatan ini adalah sebagai bentuk upaya menjangkau seluruh sasaran pada periode anak usia sekolah
4. Pelaksanaan persalinan di faskes yang kemudian di ukur dalam indikator, “Persentase ibu bersalin di fasilitas
pelayanan kesehatan”. Dalam rangka percepatan
penurunan AKI, maka diharapkan seluruh ibu hamil terakses pada pelayanan persalinan yang sesuai standar (Total coverage atau cakupan 100%).
Pada kenyataannya, Target “total coverage” atau cakupan 100% dirasakan merupakan hal yang sulit untuk dicapai pada tahun 2017, oleh karena itu sesuai hasil pembahasan pada trilateral meeting ditentukan target variabel pada
16 dokumen RKP 2017 ditingkatkan sebesar 2 poin menjadi 81% dari target RPJMN untuk tahun 2017 sebesar 79%. Peningkatan 2 poin ini didasarkan perhitungan logis pada rata-rata peningkatan indikator sebesar 2 poin pada tahun-tahun sebelumnya dan konsekwensi logis penajaman arah kegiatan yang berimplikasi pada pem-fokusan sumber daya. Dengan telah ditetapkannya target 81% pada dokumen RKP maka indikator kinerja Direktorat Juga ditingkatkan menjadi 81% sebagai bentuk dukungan dan penyelarasan kebijakan presiden pada tahun 2017.
5. Pelayanan lanjut usia yang kemudian di ukur dalam
indikator,“Persentase usia lanjut (Usila) yang dilayani”. Lansia sampai saat ini masih belum menjadi prioritas nasional walaupun ditingkat global sudah menjadi isu strategis. Dengan kondisi ini, maka kegiatan masuk kedalam prioritas bidang, dimana walaupun tidak masuk kedalam prioritas nasional tetapi tetap harus di laksanakan kegiatannya sebagai kesatuan siklus hidup dan bentuk komitmen Indonesia di tingkat global
Kelima indikator di atas kemudian dimasukan kedalam butir perjanjian kinerja, bersama dengan indikator yang sudah tercantum di Renstra yaitu Kunjungan Neonatal Pertama dan Kunjungan Antenatal sebanyak 4 kali
17 Tabel 1. Indikator Kesehatan Keluarga pada Renstra Kementerian Kesehatan RI 2015– 2019 dan Revisi 1 Renstra Kementerian Kesehatan.
Renstra 2015 - 2019
Kegiatan Sasaran Indikator Target / tahun
2015 2016 2017 2018 2019 Pembinaan Kesehatan Bayi, Anak dan Remaja Meningkat-nya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bayi, anak dan remaja Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) 75% 78% 81% 85% 90% Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas I
50% 55% 60% 65% 70% Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X 30% 40% 50% 55% 60% Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja 25% 30% 35% 40% 45% Pembinaan Kesehatan Ibu dan Reproduksi Meningkat-nya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil 78% 81% 84% 87% 90% Persentase Puskesmas yang melakukan orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 77% 83% 88% 95% 100%
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4)
18 Renstra 2015 – 2019 Revisi 1
Kegiatan Sasaran Indikator Target / tahun
2015 2016 2017 2018 2019 Pembinaan Kesehatan Keluarga meningkat nya akses dan kualitas pelayanan kesehatan Keluarga Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) 75% 78% 81% 85% 90% Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas I
50% 55% 60% 65% 70%
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X
30% 40% 50% 55% 60% Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja 25% 30% 35% 40% 45% Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
78% 81% 84% 87% 90% Persentase Puskesmas yang melakukan orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 77% 83% 88% 95% 100%
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4)
72% 74% 76% 78% 80%
B. Perjanjian Kinerja
Merujuk pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) No. 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, telah ditetapkan target kinerja berupa kesepakatan dalam pencapaian target tahun 2017.
19 Tabel 2. Perjanjian Kinerja yang ditandatangi Direktur Kesehatan Keluarga TA 2017
No. Sasaran Program/
Kegiatan Indikator Kinerja Target
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Penyusunan Regulasi dan Kebijakan Pembinaan Kesehatan Keluarga Sosialisasi/ Orientasi / Pelatihan Pembinaan Kesehatan Keluarga Koordinasi Peningkatan Kesehatan Keluarga Monev/ Bimtek/ Fasilitasi Pembinaan Kesehatan Keluarga Surveilan Kesehatan Keluarga Dukungan Administrasi Pembinaan Kesehatan Keluarga Pengadaan Sarana Prasarana Pembinaan Kesehatan Keluarga
1. Jumlah buku saku tentang kesehatan reproduksi yang dicetak dan didistribusikan ke KUA 2. Persentase sekolah yang
mendapatkan pelayanan penjaringan kesehatan bagi peserta didik kelas 1, 7 & 10 3. Persentase ibu bersalin di fasilitas
pelayanan kesehatan
4. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal empat kali (K4)
5. Persentase bayi baru lahir yang mendapatkan pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1) 6. Persentase usia lanjut (Usila) yang
dilayani
7. Jumlah Buku KIA yang dicetak dan distribusikan 23.000 50% 81% 85% 81% 15% 5.000.000
20 BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A.
Pengukuran Kinerja Dan Analisis Pencapaian Kinerja
Evaluasi pencapaian kinerja bertujuan untuk mengetahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/ kegiatan. Indikator kinerja diukur melalui indikator kesehatan keluarga, realisasi kegiatan dan anggaran.Pengukuran kinerja program kesehatan keluarga yang mengarah pada ”dampak” (AKI dan AKB) tidak dapat dilakukan pertahun karena diperlukan suatu metode khusus seperti survei atau penelitian yang membutuhkan sumber daya dan pembiayaan yang besar, hal ini dimana secara kebijakan anggaran tantangan ini tidak bisa dijawab hanya oleh Direktorat Kesehatan keluarga.
Secara umum, indikator kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga merupakan kinerja bersama antara pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota hingga fasilitas kesehatan. Hal ini merupakan amanah Presiden melalui Bappenas bahwa indikator yang diminta adalah indikator yang bersifat ouput, end user, langsung kepada masyarakat. Sampai sejauh ini pengukuran kinerja sebagai dasar penilaian keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program/kegiatan di level pusat/ Kementerian Kesehatan RI merupakan data pencapaian kinerja propinsi, kabupaten/kota bahkan hingga fasilitas kesehatan di tingkat dasar. Untuk itu, diperlukan mekanisme evaluasi dan pelaporan yang terintegrasi antara pusat dan daerah, lintas program, atau
21 penetapan ulang terhadap indikator kinerja Kementerian Kesehatan – Direktorat Kesehatan Keluarga sesuai tugas pokok dan fungsi pemerintah di tingkat pusat.
Didalam capaian kinerja tahun 2017, Direktorat Kesehatan Keluarga telah berhasil mencapai target yang disepakati dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat, (tertuang
dalam dokumen perjanjian kinerja). Terkait dukungan dalam pencapaian Renstra Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 di tahun 2017, Direktorat Kesehatan Keluarga juga berhasil mencapai target yang telah ditentukan sebagaimana digambarkan pada grafik dibawah.
Grafik 1. Capaian Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Berdasarkan Perjanjian Kinerja
Sumber : Data Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017
Pada tahun sebelumnya (Tahun 2016), permasalahan yang terjadi adalah disparitas cakupan yang terjadi karena daerah terekam belum melaporkan cakupannya. Beberapa permasalahan lainnya antara lain :
23 rb 50 81 85 81 15 5 jt 23 rb 69,8 82,8 86,4 89,8 30 2,5 Jt 100 139,6 102,2 101,6 110,9 200,0 50 Buku Kespro Catin Penjarkes Peserta didik
Pf K4 KN1 Lansia dilayani Buku KIA Capaian Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga
Tahun 2017 berdasarkan perjanjian kinerja
target Cakupan Cap. Kinerja
Capaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan yang berhasil didapatkan dengan target yang ditentukan dan ditampilkan dalam
22 1. Kebijakan data 1 (satu) pintu yang belum terealisasi pada
tahun 2016.
2. Indikator Kesehatan Keluarga masih belum tersosialisasikan secara menyeluruh di 514 kab./kota dan puskesmas
Secara umum, tindak lanjut telah dilakukan pada tahun 2017 berupa sosialisasi definisi operasional secara massif dengan cara menyisipkan pada setiap kegiatan. Adapun terkait kebijakan 1 pintu yang ternyata belum juga terealisasi pada tahun 2017 maka Direktorat Kesehatan Keluarga mengembangkan sistem informasi untuk menjamin ketersediaan data secara akuntabel.
Grafik 2 : Capaian Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan
2015 – 2019
Sumber: Data Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Upaya diatas, memiliki dampak yang signifikan pada pencapaian kinerja. Dapat dilihat pada grafik 2, tergambar capaian kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga sebesar 100 %
81 60 50 35 84 88 76 89,8 78,6 72,2 49,3 93 91,6 86,4 110,9 131,0 144,4 140,9 110,7 104,1 113,7 KN1 Penjarkes Kelas 1 Penjarkes Kelas 7 & 10 Puskesmas Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan remaja
Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil Puskesmas melaksanakan
orientasi P4K K4
Capaian Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Berdasarkan Renstra Kemenkes
Tahun 2015 - 2019
23 untuk semua indikator yang di limpahkan kepada Direktorat Kesehatan Keluarga.
Terkait revisi 1 Renstra, terdapat perubahan cara penghitungan pada indikator Pf, K4, dan KN1 dari yang semula sasaran ibu bersalin, ibu hamil, dan bayi baru lahir, menjadi Kab./kota melaporkan. Perlu kami sampaikan juga gambaran pencapaian Capaian Kinerja Pada indikator yang mengalami revisi sebagai berikut.
Grafik 3. Capaian Kinerja pada Indikator yang direvisi pada Renstra 2015-2019 Revisi 1
Sumber : data evaluasi kesehatan keluarga tahun 2017
Evaluasi Dan Analisa Capaian Kinerja
Berikut adalah gambaran pencapaian per indikator program kesehatan keluarga dengan informasi pembandingan data capaian, keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta upaya yang akan dilakukan sebagai pemecahan masalah.
99,4 99,4 99,6
79 76 81
125,8 130,8 123,0
Pf K4 KN1
Capaian Kinerja Pada Indikator yang di Revisi Pada Renstra 2015-2019
24
1.Jumlah buku saku tentang kesehatan reproduksi yang
dicetak dan didistribusikan ke KUA
Calon pengantin (Catin), merupakan fase yang strategis didalam penurunan AKI dan AKB. Catin dengan status kesehatan yang baik akan mendukung kesehatan bagi ibu hamil dan anak yang didalam kandungan.
Sebagaimana telah disampaikan pada BAB sebelumnya bahwa kegiatan ini sebagai bentuk dukungan atas kegiatan prioritas Kemenag, didalam mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak, yang menjadikan kursus calon pengantin sebagai kegiatan prioritas di tahun 2017.
Dari sisi kesehatan, Direktorat Kesehatan Keluarga ikut berpartisipasi dengan mendukung dari sisi konten kesehatan didalam kursus bagi catin yang di wujudkan dengan membuat, mencetak dan mendistribusikan Buku Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin (Kespro Catin) ke kantor KUA.
Analisa Capaian Kinerja
Variabel ini baru muncul pada tahun 2017. Target sebesar 23000 didapatkan dari besaran jumlah kebutuhan buku ini untuk 34 provinsi. Dimana secara umum, setiap kab./kota mendapatkan sebanyak 3 buku.
Dari target 23.000 buku kespro catin, yang harus dicetak dan di distribusikan, Direktorat Kesehatan keluarga berhasil mencapai target tersebut. Capaian kinerja yang berhasil diraih
23000 23000 100% 0 5000 10000 15000 20000 25000
Target Cakupan Cap. Kinerja
25 adalah sebesar 100 %.
Sebagai kegiatan yang hanya dilakukan pada tahun 2017, maka tidak kami laporkan terkait tren dari indikator kegiatan ini.
Faktor Pendukung
Keberhasilan pencapaian indikator ini didukung oleh beberapa faktor yaitu :
1. Komitmen kebijakan anggaran. Kegiatan ini masuk didalam prioritas nasional dan setiap kegiatan prioritas nasioal anggarannya dikunci sehingga tidak dapat di efisiensi. Kegiatan ini adalah contoh baik bahwa
ke-”ajeg”-an perencanaan yang didukung komitmen
anggaran adalah salah satu faktor kunci keberhasilan 2. Kesiapan dokumen perencanaan. Walaupun buku
kespro catin merupakan kegiatan baru didalam prioritas nasional namun konten dari buku ini sudah siap sehingga membantu proses yang ada
Faktor Penghambat
Kegiatan ini telah berhasil dilaksanakan dan mencapai target. Pembelajaran atas faktor penghambat yang mungkin dapat terjadi dan perlu dipertimbangkan adalah didalam penentuan harga barang yang dirasakan sesuai dan memastikan bahwa buku telah sampai kepada sasaran. Upaya Pencapaian Indikator
Beberapa upaya yang dilakukan untuk menjamin keberhasilan pencapaian target antara lain :
26 1. Membangun komunikasi dan konsultasi dengan
pihak-pihak terkait (terutama adalah Inspektorat Jenderal, yang memiliki peran didalam pembinaan pelaksanaan kegiatan, didalam pelaksanaan perencanaan kegiatan) 2. Pelaksanaan monev, monev ini dilakukan untuk
menjamin dan memastikan proses pengadaan agar sampai kepada sasaran
2.Persalinan di Fasilitas Kesehatan
Persalinan di fasilitas kesehatan merupakan indikator baru di Renstra 2015 – 2019. Pada Renstra sebelumnya lebih dikenal dengan
”persalinan oleh nakes” (Pn). Perubahan indikator ini dilakukan untuk menjawab kajian terkait upaya penurunan AKI dan AKB yang ternyata dirasakan masih kurang optimal (Kondisi di Indonesia dimana masih terdapat kepercayaan terhadap
”dukun beranak”, dan pola bersalin di rumah, menyebabkan
bahwa persalinan oleh nakes yang diasumsikan akan memenuhi standar, baik secara kelayakan tempat, sarana prasarana, dll, ternyata menghasilkan dampak yang kurang cukup mendongkrak penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi).
Melihat kondisi diatas, maka persalinan oleh nakes di tingkatkan menjadi persalinan di fasilitas kesehatan yang merupakan upaya mendorong ibu bersalin untuk bersalin di fasilitas kesehatan. Dengan komitmen ini maka akses ibu hamil dan bersalin terhadap pelayanan kesehatan menjadi sasaran penting bagi Direktorat Kesehatan Keluarga dalam
27 mencapai sasaran Renstra
”meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
reproduksi”. Dan harapannya
adalah setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan sesuai standar yang sehingga kematian ibu dan bayi dapat diturunkan.
Pertolongan persalinan merupakan proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Indikator PF diukur dari jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan sesuai standar oleh tenaga Kesehatan di fasilitas kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahun dikali 100%. Analisa Capaian Kinerja
Tren realisasi cakupan persalinan di fasilitas pelayanan Kesehatan berdasarkan Riskesdas menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Riskesdas tahun 2007 persalinan di faskes menunjukan angka sebesar 41,6%, tahun 2010 sebesar 56,8%, dan pada tahun 2013 sebesar 70,4%. Berdasarkan Data Rutin Direktorat Bina Kesehatan Ibu tahun 2014, realisasi cakupan PF sebesar 73,29% dengan rata-rata peningkatan sebesar 2 poin. Data tersebut, sebagaimana digambarkan pada grafik dibawah dijadikan dasar dalam penentuan target awal di tahun 2015.
28
Grafik 4. Gambaran Cakupan Pf Riskesdas 2007 – 2013
dan Pembanding Data Rutin 2014
Sumber : Data Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016 Pada tahun 2017, indikator Persalinan di Fasilitas Kesehatan berhasil mencapai target kinerja TA 2017 sebesar 81% ibu bersalin. Dengan cakupan sebesar 82.8 % tercatat sebanyak 4.204.473 ibu bersalin telah bersalin di fasilitas Kesehatan. Dengan cakupan tersebut, maka terhitung capaian kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga terkait indikator Pf adalah sebesar 102,2%.
Capaian kinerja provinsi dengan kab./kota yang melaporkan adalah sebesar 130,8% (511 Kab./kota telah melaporkan dari target 406 kab./kota yang diharapkan mampu melaporkan (cakupan kab./kota melaporkan 125,8% dari target 79%)).
41,6
56,8
70,4 73,29
2007 2010 2013 2014
Gambaran Cakupan Pf Riskesdas 2007 - 2013 dan Pembanding Data Rutin 2014
Data Rutin Riskesdas
81 82,8
102,2
Target CakupanCapaian Kinerja
29 Grafik 5. Tren Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan, Target Renstra 2015-2019, dan Perjanjian Kinerja 2017
Sumber : Data Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Bila di lihat tren cakupan Pf sebagaimana ditampilkan grafik diatas, pada tahun 2015 cakupan Pf sebesar 78,4% dan pada tahun 2016 sebesar 77,3%. Angka ini menunjukan kesan tren penurunan cakupan walaupun dari sisi target masih dalam kategori baik (tercapai).
Kesan penurunan ini di sebabkan belum masuknya seluruh data daerah saat LAKIP disusun. Terdapat provinsi (kurang lebih 40%) yang mengirimkan data hanya sampai bulan november 2016, dan berdasarkan pemantauan kami di bulan maret 2016 Cakupan Pf mencapai 80.6%.
Tahun 2017, cakupan Pf meningkat menjadi 82.8%, dengan cakupan ini maka kecendrungan tren indikator pf sampai tahun 2017 adalah meningkat. Besarnya peningkatan pf dibandingkan pada tahun 2016 disebabkan telah terbentuknya sistem informasi yang dikembangkan oleh Direktorat Kesehatan Keluarga pada tahun 2017.
75 77 79 82 85 78,4 77,3 82,8 81 2015 2016 2017 2018 2019
Tren Cakupan Persalinan di fasilitas Kesehatan, Target Renstra 2015-2019 dan PK 2017
30 Bila dibandingkan dengan target Renstra untuk tahun 2017 sebesar 79%, maka Direktorat Kesehatan Keluarga juga telah berhasil mencapai target. Dan harus mengupayakan peningkatan sebesar 2,2 poin dari cakupan 2017 untuk mencapai target Renstra 2019 sebesar 85%. Adapun dari sisi keterkumpulan data maka terdapat 1 provinsi yang perlu dipantau untuk melaporkan cakupannya (Provinsi Papua Barat)
Dengan pengalaman tren yang terus meningkat (berdasarkan hasil Riskesdas, dan cakupan diatas), maka dapat dikatakan
cakupan Pf, “on the track”, dan diperkirakan mampu
mencapai target di akhir Renstra 2015-2019 sebesar 85%. Grafik 6. Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan (Pf) di 34 Provinsi Tahun 2017
Sumber : Data Evaluasi Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2017 Dari grafik diatas tergambar bahwa cakupan Pf masih terjadi disparitas di 34 provinsi di Indonesia. Bila dibandingkan
82,8 81 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 D K I JA K A R T A B al i JA T E N G JA T IM N T B JA BA R K A LT A RA S U M S E L LA M P U N G N A S IO N A L B an te n K A LT IM K e p . RI A U B E N G K U LU S U LS E L S U M B A R G O R O N T A LO A C E H JA M B I K e p . B A B E L S U M U T S U LT E N G K A LS E L D IY S U LB A R K A LB A R RI A U S U LT R A N T T S U LU T K A LT E N G P A P BA R P A P U A M A LU T M A LU K U
Cakupan Pf di 34 Provinsi Tahun 2017
31 dengan target nasional sebesar 81%, maka 14 provinsi telah mencapai target dan 20 Provinsi belum mencapai target nasional. Dari 20 provinsi yang belum mencapai target bila disandingkan dengan target nasional, maka terdapat 7 provinsi yang memiliki capaian kinerja diatas 90%, 3 provinsi dengan capaian kinerja 80% – 90%, 3 provinsi dengan capaian kinerja 70%-80%, dan 7 provinsi dengan capaian kinerja dibawah 70 %.
tabel 1 Capaian Kinerja Provinsi Indikator Persalinan di Fasilitas Kesehatan terhadap target nasional Tahun 2017
Provinsi Cakupan Kinerja
Sumbar 80.4 99.2 Gorontalo 80.3 99.2 Aceh 78.1 96.4 Jambi 76.4 94.3 Kep. BABEL 74.9 92.4 Sumut 74.3 91.7 Sulteng 73.6 90.8 Kalsel 72.7 89.7 DIY 72.4 89.4 Sulbar 69.2 85.4 Kalbar 63.0 77.8 Riau 61.0 75.3 Sultra 60.4 74.5 NTT 52.0 64.1 Sulut 49.9 61.6 Kalteng 47.4 58.5 Papbar 46.5 57.4 Papua 44.7 55.1 Malut 32.9 40.7 Maluku 30.7 37.8
32 Faktor Pendukung
Faktor pendukung pencapaian indikator ditingkat nasional antara lain :
1. Dukungan regulasi pelayanan KIA oleh Pemda
2. Dukungan LP/LS dan orgaisasi profesi didalam pelayanan KIA
3. Variable penilaian Persalinan di fasilitas kesehatan telah dilaksanakan dilapagan walaupun dari sisi indikator Renstra, maka Pf masih tergolong baru. Hal ini merupakan pembelajaran yang baik, bahwa penetapan suatu kebijakan telah di uji coba akan sangat membantu didalam pelaksanaan kebijakan ketika telah ditetapkan 4. Sistem informasi pelaporan yang baik
Faktor Penghambat
Melihat disparitas yang ada, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, beberapa faktor yang menghambat pencapaian nasional indikator persalinan di fasilitas kesehatan yang antara lain :
1. Faktor geografis yang akan sangat mempengaruhi dari sisi pelayanan dan system pelaporan
2. Tingkat pendidikan ibu yang masih rendah 3. Dukungan Keluarga yang masih rendah Upaya Pencapaian Indikator
1. Untuk daerah-daerah dengan kondisi geografis sulit dimana akses ke fasilitas pelayanan kesehatan menjadi
33 kendala. Direktorat Kesehatan Keluarga menerapkan kebijakan melanjutkan pengembangan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para Dukun diupayakan bermitra dengan Bidan dalam hal pengaturan hak dan kewajiban sehingga terdapat kejelasan peran dan tugas masing-masing pihak. Mendorong Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh Dukun, namun wajib dirujuk ke Bidan
2. Ketika ibu hamil yang di daerahnya tidak terdapat Bidan atau memang memiliki kondisi penyulit, maka pada saat menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu dapat tinggal di Rumah Tunggu Kelahiran. Untuk itu pada tahun 2016 telah di gelontorkan dana dari pusat melalui mekanisme DAK yaitu jampersal dimana jampersal ini adalah upaya mendekatkan akses ibu hamil ke faskes melalui pembiayan transportasi dan sewa RTK. Dan pada tahun 2017 ruang lingkup jampersal ini diperluas dengan penambahan menu pembiayaan persalinan bagi bumil miskin dan tidak mampu yang belum memiliki jaminan kesehatan apapun.
3. Meningkatkan pengetahuan dan dukungan keluarga melalui kegiatan kelas
ibu hamil, dan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan
34 Sebagai sumber informasi KIA maka telah dilakukan pengadaan Buku KIA sejumlah sasaran Ibu Hamil.
4. Penguatan system informasi dengan pembuatan komdat data kesehatan keluarga. Pembuatan system informasi ini