• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP

Dalam dokumen Laporan Pkl Airindo Sentra Medika (Halaman 11-81)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Profil Perusahaan

Dengan berfokus pada peningkatan kualitas hidup manusia, PT. AIRINDO SENTRA MEDIKA telah menjadi perusahaan pelayanan kesehatan yang tumbuh pesat di Indonesia. Dimulai Sejak tahun 1999, PT. AIRINDO SENTRA MEDIKA telah berkomitmen dalam menyediakan pelanggan dengan produk yang berkualitas terbaik dan tahun kedepannya, PT. AIRINDO SENTRA MEDIKA mencoba untuk meningkatkan layanan untuk mencapai standar tertinggi.

PT. AIRINDO SENTRA MEDIKA didirikan oleh Ir. Hudiono Utomo sebagai direktur utama, Nyonya Wijayanti Kusumawardani sebagai komisaris utama, dan Bapak Marco Dewanto Prasetyo sebagai Komisaris perseroan. Saat ini, perusahaan mempekerjakan 69 karyawan/I yang terdiri dari 17 staff administrasi, 42 sales and marketing dan 10 service engineer.

Perusahaan ini bekerja sama dengan PT. Drager Indonesia dan PT. Siemens dan ditunjuk sebagai distributor eksklusif.

Kantor utama berada di Jakarta, dan memiliki kantor cabang di Bandung. Perusahaan ini masih terus berkembang dan akan terus bertambah hingga menjadi perusahaan yang terbaik.

B. Visi dan Misi

Kepuasan pelanggan adalah prioritas nomor satu, yang membuat PT. AIRINDO SENTRA MEDIKA sebagai "One Stop Service" menyediakan hampir semua peralatan medis yang membantu para pelanggannya untuk mendapatkan yang mereka inginkan dengan mudah.

1. Visi

Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka di industri kesehatan di Indonesia dan dengan menyediakan peralatan kelas dunia dan melalui pelayanan yang efektif, efisien dan baik, yang meningkatkan kualitas kehidupan manusia, PT. AIRINDO SENTRA MEDIKA memberikan kepada para pelanggan, pemasok dan mitra kepuasan yang sangat tinggi. Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka di industri kesehatan di Indonesia dan dengan menyediakan peralatan kelas dunia dan melalui pelayanan yang efektif, efisien dan baik, yang meningkatkan kualitas

kehidupan manusia.

2. Misi

a. Terus meningkatkan kemampuan dan kualitas produk menjadi sangat inovatif. b. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan untuk mencapai kepuasan

maksimal.

c. Sangat berkomitmen dalam membangun kemitraan yang sangat baik dengan mitra bisnis.

C. Peran Teknisi di Perusahaan Alat Kesehatan

Peranan teknisi di PT. AIRINDO SENTRA MEDIKA sangat besar, yaitu bertugas sebagai bagian yang berperan secara langsung dalam tindakan instalasi alat baru, perawatan, dan perbaikan kepada para pelanggan karena merupakan salah satu bentuk layanan dari PT. AIRINDO SENTRA MEDIKA.

Teknisi dibagi sesuai dengan divisi yang ada yaitu divisi Non-Imaging, X-Ray dan CT-Scan, sehingga setiap pelayanan dari teknisi merupakan penanganan yang sesuai dengan job desk masing-masing divisi yang ahli pada bidangnya.

BAB III

PEMBAHASAN ALAT A. MOBILE X-RAY

Pengertian MOBILE X-RAY

Mobile x-ray unit adalah jenis pesawat rontgen yang mampu bergerak dan mudah dipindahkan kemanapun karena memiliki roda dan tiang tabung yang bisa dilipat sehingga sangat mungkin bisa dimasukkan ke dalam lift untuk dipindahkan. Yang harus diutamakan dalam penggunaan pesawat rontgen mobile adalah pelindung radiasi.

A. Bagian MOBILE X-RAY  Tabung Sinar-X

Tabung sinar-X merupakan bagian pesawat yang menghasilkan sinar-X. Di dalam tabung sinar-X terdapat katoda dan anoda. Katoda adalah tempat elektron-elektron dihasilkan. Katoda terbuat dari filamen tungsten. Anoda merupakan sasaran dari elektron-elektron yang dipercepat. Area tempat tumbukan elektron pada anoda disebut bidang fokus (focal spot). Bagian ini adalah tempat terbentuknya sinar-x.

 Kolimator

Kolimator adalah bagian yang membatasi jumlah sinar-x yang keluar sesuai dengan luas dari objek yang dirontgen.

Lengan penopang adalah bagian yang dapat diputar sehingga dapat disesuikan dengan posisi dan jarak objek yang akan dirontgen. Lengan penopang memiliki berbagai gerakan.

 Panel Operasi

Panel operasi adalah bagian untuk pengaturan tegangan tabung dan arus filamen. Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut : Indikator standby, display kV, indikator ready, tombol setting mAs, indikator x-ray, display mAs, indikator call service, tombol lampu, tombol power, kunci kontak, tombol setting kV dan generator tegangan tinggi.

 Generator Tegangan Tinggi

Generator tegangan tinggi adalah bagian yang mensuplai tegangan tinggi ke tabung sinar-x.

 Handswitch

Handswitch adalah saklar tangan yang digunakan untuk proses pembangkitan sinar-x.

 Pegangan Kemudi

 Box Kaset

Box kaset adalah tempat untuk meletakkan kaset saat pesawat dipindahkan.

B. Efek  Penetrating Effect

Bila sinar-x mengenai suatu bahan, maka sinar tersebut akan diserap oleh bahan yang dikenainya.

 Biological Effect:

Bila sinar-x mengenai tubuh, maka akan merusak / mematikan sel-sel lain yang hidup. Hal ini bisa menyebabkan kemandulan / metabolisme tidak lancar.  Ionisation Effect :

Bila sinar-x dikenakan pada bahan, maka pada bahan tersebut terjadi ionisasi, yaitu peristiwa dimsana ion-ion negative akan terlepas dari ikatan atomnya.

 Flourecent Effect:

Bila sinar-x mengenai layar yang dilapisi dengan bahan Flourecent, pada layar tersebut akan terjadi kilatan cahaya yang berpendar / cahaya tampak yang berpendar.  Fotography Effect

C. Syarat terjadinya sinar-x

 Adanya sumber electron yang diperoleh dari transformator filament sehingga terjadi thermionic emission.

 Adanya tegangan tinggi (Kv) yang diperoleh dari HTT, sehingga diperoleh beda potensial antara katoda dan anoda.

 Adanya alat yang berfungsi menghentikan jalanya electron dari katoda ke anoda.  Adanya tabung vacuum yang memberikan keleluasaan electron dari anoda ke katoda

sehinngga tidak ada hambatan.

 Adanya focusing cup yang berfungsi untuk memfokuskan electron agar tertuju ke anoda.

D. SOP penggunaan mobile x – ray

 Hubungkan Kabel Power ke tegangan PLN 220VAC  Posisikan saklar dibelakang mesin pada posisi ON

 Tekan tombol Power pada control panel hingga Mobile X-ray ON

 Dalam beberapa saat Mobile Unit akan self test yang bertujuan mengecek seluruh system internal yang ada, apakah terjadi Error atau tidak. Bila tidak ada Error maka Indikator lamp READY berwarna hijau pada control panel akan menyala.

 Posisikan Mobile X-ray dekat dengan Pasien, kemudian atur posisi lengan berikut Collimator pada posisi yang tepat sesuai dengan posisi Objek yang akan di Expose.  Letakkan Cassete Film tepat dibawah Objek yang akan di expose

 Untuk menentukan luas Exposure, terlebih dahulu nyalakan lampu Collimator

ataupun tombol pada control panel. Kemudian atur luas expose dengan cara memutar kedua knob collimator.

 Pilih Dosis (KV (Image contrass) & mAs( besar kecilnya radiasi dan lamanya) dari Control Panel dengan menekan tombol - / + yang sesuai dengan kebutuhan

 Setelah semua pengaturan sesuai dengan kebutuhan, ambil posisi untuk melakukan expose

 Untuk melakukan expose menggunakan Hand Switch, ada 2 langkah yang harus dilakukan.

 Tekan dan tahan tombol Hand Switch setengahnya hingga terdengar bunyi click dari Hand switch, yang artinya melakukan preparasi hingga Mobile Unit Ready untuk

expose . Tekan secara keseluruhan yang artinya Mobile X-ray proses expose, kemudian lepaskan. Proses expose telah selesai dilakukan

 Setelah proses pemakaian Mobile X-ray selesai, matikan dengan mengikuti prosedure

 Tekan Tombol Off pada Control Panel  Posisikan saklar di belakang mesin OFF

E. Blok diagram

Penjelasan :

Rangkaian power supply memberikan tegangan ke rangkaian timer dan rangkaian pemanas filament. Pada rangkain timer tegangan akan di lanjutkan ke rangkaian HTT apabila rangkaian timer ini normally close. Pada rangkaian pemanas filament

tegangan akan masuk ke rangkaian ini sehingga terjadilah thermionic emission. Setelah rangkaian timer normally close maka tegangan akan masuk ke rangkaian

HTT dan tegangan dirubah menjadi tegangan tinggi (Kv) sehingga terjadilah beda potensial antara anoda dan katoda. Dan ketika adanya beda potensial yang sangat tinggi pada rangkaian X-Ray Tube ini, terjadilah tabrakan electron dari katoda ke anoda yang disebut beamstrahlung. Tabrakan ini menghasilkan 99% panas dan1% sinar-x.

F. Proteksi Radiasi

Adalah suatu aturan atau batasan yang dibuat untuk memberikan keamanan pada pekerja dalam bidang radiasi ataupun penerima radiasi ( pasien ). Mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan, maka pemakaian radiasi perlu diawasi, baik melalui peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan

bahan-bahan radioaktif, maupun adanya badan pengawas yang bertanggungjawab agar peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di Indonesia, badan pengawas tersebut adalah Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). Dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:

1. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko.

2. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan social.

3. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu.

Nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil, prinsip proteksi radiasi

meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan dengan benar.Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu paparan, sedemikian sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya maka mengurangi

dosis separuhnya. Oleh karena berkas sinar-X berbeda setelah melalui bahan. Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi berkurang

seperempat kali dari nilai semula, (Gambar 1 . 1). Meskipun hubungan ini diberlakukan secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut berguna juga dalam pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut dianggap sebagai poin utama.

intensitas radiasi berkurang yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber radiasi tersebut:

Oleh karena itu, hanya sedikit bahan perisai radiasi yang dapat mengurangi secara besar intensitas berkas sinar-X Sebagai contoh, 99% pengurangan berkas sinar -X diagnostik diperoleh dengan menggunakan bahan setara 0,5 mm Pb (timah hitam). Contoh pelemahan eksponensial berkas sinar -X radiologi diagnostik ditunjukkan dalam gambar berikut:

Paparan harus selalu dipertahankan “as low as reasonably achie vable” (ALARA). Meskipun tangan dan lengan orang yang mengoperasikan pesawat sinar -X tersebut dapat terpapar selama prosedur radiologi

intervensional, pada umumnya, paparan mata dan tiroid adalah masalah yang lebih b esar dan oleh karena itu, kedua bagian organ tubuh tersebut harus dipantau dengan lebih teliti. Untuk semua jenis ruangan radiologi dinding harus terbuat dari bata merah 25cm atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm3, atau setara 2mm/pb. Pemegang Izin wajib menerapkan persyaratan Proteksi Radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir, yang meliputi:

a. justifikasi;

Justifikasi sebagaimana dimaksud harus didasarkan pada asas bahwa manfaat yang akan diperoleh lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan. faktor-faktor yang meliputi:

o adanya penerapan teknologi lain dimana risiko yang ditimbulkan lebih kecil daripada jenis Pemanfaatan Tenaga Nuklir yang sudah ada sebelumnya; o ekonomi dan sosial;

o kesehatan dan keselamatan; dan d. pengelolaan limbah radioaktif dan dekomisioning.

b. limitasi dosis;

Limitasi Dosis sebagaimana dimaksud wajib diberlakukan oleh Pemegang Izin melalui penerapan Nilai Batas Dosis.

Nilai Batas Dosis sebagaimana dimaksud berlaku untuk: o Pekerja Radiasi;

o pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang berumur 16 (enambelas) tahun sampai dengan 18 (delapanbelas) tahun; dan

o anggota masyarakat.

Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan ketentuan:

o Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam 5 (lima) tahun tidak boleh melebihi 100 mSv (seratus milisievert);

o Dosis Efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;

o Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;

o Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per tahun; dan

o Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per tahun.

Untuk memantau Limitasi Dosis pada pekerja radiasi, maka pekerja radiasi wajib menggunakan control equpment untuk memonitoring dosis paparan yang terpapar pada Pekerja Radiasi. Control equipment yang dimaksud adalah ;

Film Badge

Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya –atau telah mengenai orang yang memakainya– maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.

Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya.

Di pasar terdapat beberapa merk film maupun holder, tetapi BATAN selalu menggunakan film dengan merk Kodak buatan USA dan holder merk Chiyoda buatan Jepang seperti pada Gambar IV.3. Hal ini dilakukan agar mempunyai standar atau kalibrasi pembacaan yang tetap.

Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada dosimeter saku. Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi yang mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada dosimeter saku. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.

Dosimeter Termoluminisensi (TLD)

Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah CaSO4.

Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah

diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah TLD reader.

Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.

Kontaminasi ( cairan )

kedokteran nuklir ( radio isotof) iridium, tc99

Dosimeter Saku

Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang

digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses

c. optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi.

Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan ketentuan:

o Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam 5 (lima) tahun tidak boleh melebihi 100 mSv (seratus milisievert);

o Dosis Efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;

o Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;

o Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per tahun; dan e. Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per tahun.

Peralatan yang harus dipakai pada pekerja radiologi meliputi:

1. Apron

Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp harus menyediakan sekurang –

kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

2. Penahan radiasi gonad

Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang – kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara lempengan Pb 0,5 mm pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.

Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi sekurang – kurangnya 0,25 mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan

4. Penahan Radiasi

- Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau panel control dan tabung sinar-X atau pasien harus pada posisi dan rancangan yang tepat sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan. Penahan radiasi harus mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 1,5 mm Pb.

- Jendela pengamatan yang terpasang di penahan radiasi setidaknya mempunyai ketebalan yang setara dengan 1,5 mm Pb. Ketebalan yang setara dengan Pb tersebut harus tertera pada penahan radiasi dan jendela pengamat atau kaca intip.

Pelindung Thyroid ini berfungsi melindungi kelenjar Thyroid dari paparan radiasi, sehingga tidak terkena efek dari radiasi yang ada.

2. ANASTHESI VENTILATOR PRIMUS

A. DEFINISI SECARA UMUM

Mesin Anaestesia adalah alat yang digunakan untuk memberikan Anaestesi

Kepada pasien selama tmdakan operasi, yang mana mesin tersebut mencampur gas Anaeslesi Seperti isoflurané. enflurane. sevoflurane, halothane dan desflurane dengan oksigen, N20 dan udara tekan. Yang kemudian campuran gas tersebut akan

dikirimkan pada sistem Pemafasan pasien untuk proses pembiusan.

Mesin Anaestesi digunakan oleh dokter Anastesi atau perawat anasthesi untuk mendukung pémberian Anaestesi kepada pasien. dengan mesin anasthesi dapat mempermudah dokter Anastesi, perawat Anastesi dalam proscs pemberian Anastesi dan mesin ini digunakan diruang bedah / operasi.

B. Beberapa tipe anestesi adalah:

 Pembiusan total -- hilangnya kesadaran total

 Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertenm yang diinginkan(pada sebagian kecil dacrah tubuh).

 Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada iringan spinal atau saraf yang berhubungan

dengannya.

C. PRINSIP KERJA

BLOK DIAGRAM

Penjelasan :

oksigen, air pressure dan gas N20 masuk kedalam mesin Anaestesi yang aliranya diatur oleh regulator dan berapa besarya aliran gas (flow gas) dapat

dilihat dari flowmeteridisplay. Oksigen dan air, atau O2 dan N2O akan dimixer, kemudian melewati vaporizer, didalam vaporizer ini oksigen akan membawa partikel-partikel obat bius yang berada didalam vaporizer tersebut. Setelah melewati vaporizer gas yang telah tercampur dengan partikel obat bius tadi akan melewati humidifier agar suhu dan kelembabannya sesuai dengan kondisi paru-paru, lalu masuk kedalam saluran pemapasan pasien melalui masker atau endotrachcal tube.

Setelah masuk kedalam paru-paru lalu menghembuskan nafas maka gas tadi akan keluar (ekspirasi).

Pada proses ini sebagian oksigen akan di filter kandungan

karbondioksidanya dan setelah kandungan karbondioksida hilang oksigen tersebut bisa masuk lagi kedalam saluran pemafasan, siklus tersebut akan selalu berulang-ulang sampai pasien terlidur. Setelah pasien terlidur, maka obat bius tadi akan dihentikan. Jadi setelah pasien tertidur gas yang dialirkan hanya gas oksigen dan air. yang berfungsi unuk menjaga system

pernafasan pasien.

D. KOMPONEN YANAG ADA DI MESIN ANASTHESI

1.. Sumber gas

Biasanya sumber gas ini di dapat dari central gas. Masing-masing gas yang memasuki system dari suatu tabung mengalir akan melewati suatu pengatur yang menurunkan tekanan menjadi 45 psi ( 2.6 - 6 bar).

2. Alat penunjuk aliran gas

Gambar 3.3 flowmeter

Berbentuk tabung gelas yang didaiamnya terdapat indicator pengukur yang umumnyal berbentuk bola. Skala yang tertera umumnya L/menit dan ml/menit.

3.Alat penguap ( Vaporizer)

Gambar 3.4 jenis-jenis Vaporizer

Berfungsi untuk menguapkan zat anasthesi cair yang mudah menguap yang biasanya dilengkapi dial untuk mengatur besar kecilnya konsentrasi zat anasthesi yang keluar.

4. Canester dan Absorber

Gambar 3.4

Canester adalah suatu bagian dari mesin anestesi yang berfungsi menampung sodalyme yang berfungsi untuk menyerap CO2, sehingga CO2 ini tidak mengalami pengulangan ventilasi. Sodalyme dapat menyerap sampai 23 liter CO2 / 100gr absorber. Indikasi penggantian Absorber dapat dilakukan apabila mengalami

perubahan warna. Misalnya , perubahan warna Absorber warna merah muda menjadi putih, atau Putih menjadi ungu.

5. Breathing Circuit

Gambar 3.5

Breating circuit adalah suatu komponen dalam ventilator anasthesi yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya gas dari mesin anathesi. Tiap tipe pasien ( Neonatal, Pediatric, Adult ) penggunaan breating circuitnya berbeda. Hal ini berpengaruh pada pembacaan Vt yang disetting.

6. System Scavanging

System Scavanging berfungsi untuk menampung dan membuang sisa gas untuk meminimalkan terpaparnya zat anasthesi yang berbahaya pada user yang berada didalam ruang operasi. System Scavanging memindahkan gas menggunakan system vacuum, system pasif atau keduanya.

E. MODE – MODE PADA VENTILATOR ANASTHESI PRIMUS

1. Mode Ventilasi Manual

Diperlukan untuk menyesuaikan kebutuhan pasien. Pasien dapat diventilasi manual dengan tangan menggunakan manual brething bag. Airway pressure di atur oleh APL (Auto Pressure Limit ) sehingga tekanan ini terbatas sesuai dengan pengaturan yang dilakukan.

2. Mode Ventilasi Spontan

Dilakukan ketika pasien sudah bisa bernafas sendiri, mesin hanya mengikuti pasien saat melakukan inspirasi dan ekspirasi. Pada mode ini APL ( Auto Pressure Limit ) di setel pada setelan “0”.

3. Mode Volume

Mode Volume adalah suatu kondisi yang dibuat sedemikian rupa untuk mendapatkan Volum yang diinginkan. Hal ini dibuat agar sang pasien dapat melakukan pernafasan sesuai kondisi tubuhnya, dengan mempertimbangkan umur, dan berat badan.

4. Mode Pressure Ventilasi

Mode Pressure adalah suatu kondisi yang dibuat untuk mendapatkan suatu nilai tekanan yang diinginkan. Sehingga dapat membuat kondisi pasien mengalami ventilasi yang baik.

F. SOP Pengoprasian Primus

a. Hubungkan selang input ke sumber gas b. Hubungkan kabel power ke sumber listrik

c. pasang breathing circuit termasuk test lung dan flow sensor

d. Hidupkan alat dengan cara menekan tombol bagian belakang, kemudian tekan tombol stand by yang ada disebelah monitor

e. Lakukan Self test, dan tunggu sampai selesai

f .Lakukan Kalibrasi Flow sensor, dengan cara menekan tombol config kemudian

Dalam dokumen Laporan Pkl Airindo Sentra Medika (Halaman 11-81)

Dokumen terkait