• Tidak ada hasil yang ditemukan

dijumpai di lapangan.

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu gejala yang kompleks dimana banyak unsur terkait seperti akomodasi, transportasi, restoran dan lain sebagainya. Masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain dan saling melengkapi serta mendukung. Oleh karena itu defenisi pariwisata sendiri terkadang tidak dapat diuraikan secara terperinci. Namum meskipun demikian banyak ahli yang berusaha memberikan batasan-batasan tentang defenisi pariwisata agar benar-benar dapat dipahami oleh masyarakat.

Kata “pariwisata” untuk pertama kali diusulkan oleh bapak Prof. Priyono , Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di zaman Presiden Soekarno. Pada Munas Tourisme II di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12-14 juni 1958. sebelumnya untuk menyatakan pariwisata digunakan kata “Tourisme”. Sedangkan secara etimologi kata “pariwisata” berasal dari kata sansekerta yaitu kata pari dan wisata, masing-masing mempunyai arti :

• Pari berarti banyak, berkali, berputar-putar

• Wisata berarti perjalanan, berpergian

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepariwisataan adalah perjalanan manusia dari tempat asal hingga kembali ketempat semula dengan segala

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan selama melakukan perjalanan. Dalam literature kepariwisataan luar negri pariwisata disebut dengan kata ”tour”. Sedangkan untuk pengertian jamak, kata kepariwisataan dapat menggunakan kata “tourism” atau “tourisme”.

Sejalan dengan perkembangan zaman, batasan pengertian dari pariwisata sering mengalami perubahan dan pendat yang berbeda diantara pakar-pakar dibidangnya. Hal ini bukan hanya terjadi di dalam negeri tetapi di dunia pariwisata internasional.

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa pakar tentang batasan pengertian pariwisata antara lain :

• Batasan pengertian pariwisata bersifat teknis di kemukakan oleh Prof. Hunzieker Dan Prof. K. Krapf , sebagaimana dikutip oleh (dalam Yoeti, 1982 : 107)

”Keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara , asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperolehkan penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu”.

• Dr. Huber Gulden. Dikuiti oleh yoeti (dalam Yoeti,1982 : 108)

“Kepariwisataan adalah suatu seni dari lalu lintas orang, dimana manusia-manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh dimaksudkan menetap untuk melakukan

pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan”.

• Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti,: 107)

“Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam negeri itu sendiri atau diluar negeri, pendiaman orang-orang daridaerah lain (daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang dialaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap”.

• Ketetapan MPRS No. I-II tahun 1960. Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakeketnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau Negara-negar lain (pariwisata luar negeri).

Dari beberapa batasan yang disebutkan diatas, tampak bahwa pada prinsipnya kepariwisataan dapat mencakup semua macam perjalanan, asal saja perjalanan tersebut sama dengan tamasyaan dan rekreasi. Dalam hal ini diberikan suatu garis pemisah yang mengatakan bahwa perjalanan tersebut di atas tidak bermaksud untuk memangku suatu jabatan di suatu tempat atau daerah tertentu, sebab perjalanan terakhir ini dapat digolongkan kedalam perjalanan bukan untuk tujuan tamasyaan atau pariwisata.

2.2 Pengertian Prasarana Dan Saran Kepariwisataan

Wisatawan dalam melakukan perjalanan pariwisata harus didukung dengan fasilitas yang mendukung, fasilitas itu terdapat dalam prasarana dan sarana pariwisata. Ini harus disediakan dalam pengembangan industri pariwisata yang selalu dibutuhkan setiap saatnya di daerah objek wisata.

2.2.1 Prasarana Kepariwisataan

Yang dimaksud dengan prasarana (Inferastructures) adalah fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Fungsinya adalah untuk melengkapi aran kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana semestinya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah :

A. Prasarana Umum

Prasarana umum ialah prasarana yang menyangkut ketentuan umum bagi perekonomian, dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

• Sistem penyediaan air bersih

• Pembangkit tenaga listrik

• Jaringan jalan raya dan jembatan

• Airport, Seaport, Terminal dan Stasiun

• Telekomunikasi

• Alat pengangkutan seperti pesawat terbang, bus, dan lain-lain.

Kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized life)

Kebutuhan masyarakat banyak yang sangat penting sesuai dengan kebutuhan. Yang termasuk didalamnya adalah :

• Apotek

• Bank dan ATM

• Pompa bensin

• Administrasi office, seperti polisi, pemerintahan, dan lain-lain.

2.2.2 Sarana Kepariwisataan

Prof. Salah Wahab memberi komentar tentang pengertian sarana kepariwisataan sebagai mana dikutip oleh (dalam yoeti 1982 : 170) “suatu bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan pada wisatawan, tetapi hidup dan kehidupannya tidak tergantung pada wisatawan. Dari pengertian yang disampaikan beliau, perusahaan tetap hidup, karena masyarakat tetap membutuhkannya. Termasuk dalam hal ini di antaranya, entertainment, night club, casinos, dan sebagainya”.

Kita mengenal ada tiga macam sarana kepariwisataan, yang mana satu sama lainnya saling melengkapi. Dalam usaha untuk membuat wisatawan lebih bayak yang akan berkunjung, lebih lama tinggal, dan lebih bayak mengeluarkan banyak uang di tempat yang akan dikunjungi. Oleh karena itu sarana dalam kepariwisataan memegang peranan penting. Ada tiga macam bentuk sarana yang dimaksudkan adalah :

A. Sarana Pokok kepariwisataan ( Main Toirism Superstrucktures)

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada lalu lintas wisatawan dan traveler lainnya.

bagi kedatangan wisatawan. Terdapat beberapa perusahaan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah :

1. Perusahaan yang berkegiatan mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisata atau disebut juga”receptive tourist plant” yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour-tour, sight-seeing bagi wisatawan seperti travel agent, tour operator, dan lain-lain.

2. Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana wisatawan itu pergi, yang biasanya disebut “residentyial tourist plan” yaitu perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan wisata misalnya hotel, hostel, home stay, cottege, dan sebagainya.

B. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure) Sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang melengkapi saran pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal ditempat atau di daerah wisata yang dikunjunginya. Dalam istilah kepariwisataan dikenal dengan “ recreative and sportive plant” dan termasuk di dalamnya adalah fasilitas untuk olah raga dan sebagainya.

C. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Supeastructure)

Sarana penunjang adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan, berfungsi tidak hanya melayani kebutuhan pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang

di kunjungi tersebut. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah night club, steambath, casino, sounenir shop, dan lain-lain.

2.3 Objek dan Atraksi Wisata

Unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Kedua unsur ini merupakan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan. Atau dalam arti lain objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan. Di luar negeri tidak mengenal terminologi objek wisata, dan objek wisata dikenal dengan sebutan tourist attraction (atraksi wisata).

Secara pintas produk wisata memiliki arti yang sama, namun sebenarnya berbeda secara prinsipil. Objek wisata adalah semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam, sedangkan atraksi wisata adalah sesuati yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang dibuat oleh manusia yang memerlukan persiapan terlebih dahulu. Dalam pengertian secara lengkap, objek wisata dan atraksi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang merupakan daya tarik agar orang datang ke tempat tersebut.

Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat

dan sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.

Atraksi wisata diidentifikasikan dalam suatu penelitian, dan telah dikembangkan menjadi atraksi wisata yang berkualitas baik. Beberapa hal yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata adalah:

1. Benda-benda yang terdapat di alam semesta (Natural Amenities), seperti iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna, serta pusat-pusat kesehatan.

2. Hasil ciptaan manusia (Man-made supply), seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan keagamaan.

3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life), seperti pembakaran mayat (ngaben) di Bali, upacara pemakaman mayat di Tana Toraja, upacara sekaten di Yogyakarta, dan sebagainya.

Ketiga hal di atas hendaknya sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan untuk mencapai sasaran wisatawan yang lebih banyak berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata untuk lebih lama tinggal dan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang mereka kunjungi.

2.4 Industri Pariwisata

Dalam literatur kepariwisataan luar negeri kata “ industri pariwista” disebut dengan istilah “ tourist industry” atau disebut dengan dengan istilah “travel industry”.

Sebenarnya pengertian istilah diatas dapat disamakan dalam pengertian pariwisata modern perjalanan (travel) yang dianggap sama dengan pengertian pariwisata modern perjalanan (perjalanan wisata). Hal ini didasarkan banyaknya orang melakukan perjalanan travellers selalu memanfaatkan perjalanan tersebut dengan perjalanan wisata, sehingga akhirnya kita mengenal “business tourist” yang merupakan orang-orang yang melakukan perjalanan, yang tadinya untuk tujuan dinas atau bisnis setelah selesai melakukan perjalanan wisata.

Bila kita meninjau pariwisata dari segi ekonomi, seperti misalnya dari segi permintaan (demand) dan penawaran (supply). Menurut G.janata, pariwisata dapat dibagi dalam dua kelompok, terdiri dari dynamic sector dan static sector. Dimaksud denagan dynamic sector adalah kegiatan yang berhubungan dengan travel agent, tour operator, angkutan wisata dan pelayanan wisata lainya. Sedangkan yang dimaksud dengan statistic sector adalah perusahaan akomodasi perhotelan souvenir shop dan sebagainya.

Para ahli umumnya memberikan batasan pengertian kata “industry” sebagai berikut :

Industry, adalah segala Sesutu yang bertujuan untuk menghasilkan

barang-barang atau jasa-jasa.

Industry, adalah sekumpulan dari perusahaan –perusahaan, yang

Industry, adalah sekumpulan dari bermacam-macam perusahaan (firms) yang menggunakan bahan mentah yang sama.

Industry, adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan (firms) yang

mempunyai proses yang sama.

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan industri adalah segala usaha yang bertujuan untuk menciptakan atau menghasilkan barang atau jasa melalui suatu proses produksi. Sedangkan pengertian industri pariwisata adalah sekumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods servis) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya pada umumnya, selama dalam perjalanannya.

Dapat dibayangkan betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan kalau hendak melakukan perjalanan wisata, semenjak meninggalkan rumah dan kembali kerumahnya setelah melakukan perjalanan wisata. Jasa yang dibutuhkan tidak hanya dihasilkan oleh perusahaan yang mengelola jasa yang dibutuhkan oleh wisatwan melainkan melibatkan bayak perusahaan.

BAB III

GAMBARAN UMUM PARIWISATA

DI KOTA PEMATANG SIANTAR

3.1 Tinjauan Umum Kota Pematang Siantar

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000). Pada tahun 1910 didirikan badan persiapan kota pematang siantar. Kemudian pada 1 juli 1917 berdasakan stad blad berdasrkan no : 285 pematangsiantar berubah menjadi gemente yang mempunyai otoritas sendiri. Sejak tahun 1939 berdasrkan stad blad 717 berubah menjadi gemente yang memiliki dewan. Pada saat penjajahan jepang satatus iti berubah menjadi siantar state dan tidak ada dewan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pematangsiantar menjadi daerah otonomi sendiri, berdasrkan undang-undang No : 22/ 1948 menjadi kota kabupaten simalungun dan walikota dirangkap oleh bupati simalungun sejak tahun 1957.

Dengan dikelurkan undang-undang No : 5/ 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah berubah menjadi kota daerah tingkat II Pematangsiantar. Pada tanggal 10 maret 1986 kota daerah tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah kecamatan, di mana Sembilan kelurahan/desa dari wilayah Kabupaten

Simalungun masuk menjadi wilayah kota pematangsiantar, sehingga wilayah kota Pematangsiantar bertambah 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 709.230 km2, kecamatan tersebut yaitu :

1. Siantar Barat 2. Siantar Marihat 3. Siantar Martoba 4. Siantar Selatan 5. Siantar Timur 6. Siantar Utara

Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Walau berstatus kota, namun saat ini Pematangsiantar masih menjadi ibukota Kabupaten Simalungun. Ibukota Kabupaten Simalungun direncanakan akan dipindahkan secara resmi ke Pematangraya pada tahun 2007, namun sampai saat ini terus mengalami penundaan walaupun infrastruktur sudah disiapkan. Kota ini pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya.

Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996. Sektor industri

yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 % atau Rp 646 milyar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 % atau Rp 385 milyar.

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).

Kota pematang Siantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran.

Nama-nama walikota Pematangsiantar 1. O.K.H. Salamuddin (1956 - 1957) 2. Jamaluddin Tambunan (1957 - 1959) 3. Rakutta Sembiring (1960 - 1964) 4. Abner Situmorang (1964 - 1964) 5. Pandak Tarigan (1964 - 1965) 6. Zainuddin Hasan (1965 - 1966) 7. Tarif Siregar (1965 - 1966)

8. Drs. M. Pardede (1966 - 1967) 9. Letkol Laurimba Saragih (1967 - 1974) 10. Kol. Sanggup Ketaren (1974 - 1979) 11. Kol. Drs. MJT. Sihotang (1979 - 1984) 12. Drs. Jabanten Damanik (1984 - 1989) 13. Drs. Zulkifli Harahap (1980 - 1994)

14. Drs. Abu Hanifah (1994 - 2000)

15. Drs. Marim Purba (2000 - 2005)

16. Drs. Nabari Ginting Msi (2005 - 2005)

17. Ir. R.E. Siahaan (2005 - 2010)

18. Hulman Sitorus, SE (2010 - sampai sekarang) 3.2 Keadaan Masyarakat Kota Pematang Siantar

Pematang Siantar yang tahun 1970-an mendapat julukan sebagai kota pelajar di Provinsi Sumatera Utara, jumlah sekolah dari SD sampai Perguruan Tinggi semakin meningkat diharapkan mampu memenuhi SDM daerah lebih progressif dan maksimal dengan tersedianya sumber daya dan potensi yang tersedia yang dapat memajukan Pematang Siantar dan Kabupaten simalungun menjadi lebih baik. Masalah kelistrikan dan Infrastruktur merupakan masalah yang sangat penting, seringnya pemadaman listrik menjadi faktor penghambat perkembangan perekonomian di daerah ini. Infrastruktur jalan-jalan menuju ke daerah maupun sarana umum lainya dirasakan masih sangat tertinggal. Kinerja aparat Pemerintahan yang buruk menjadi faktor utama kemunduran di daerah ini, KKN menjadi virus yang

sangat bahaya yang menjakiti para birokrat yang ada di Pemerintahan. Perombakan, penggantian sistem serta aparatnya dapat membantu kebuntuan perkembangannya. Di harapkan generasi muda dapat berkiprah berperan serta lebih dan lebih lagi demi kemajuan bersama.

Dalam bidang pemerintahan, kota yang berumur 130 tahun pada tanggal 24 April 2001, pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Pada waktu siang atau malam hari kehidupan di kota ini sepertinya tak pernah surut dilihat dari aktivitas masyarakatnya. Dengan udaranya yang sejuk dan airnya yang bening dimana-mana, kehidupan di kota ini aman dan kondusif menghidupkan perekonomian masyarakatnya.

Dengan keadaan tersebut, kota Pematang Siantar mempunyai nilai positif tersendiri untuk berinvestasi karena disamping aman, tertib dan tentram, jumlah penduduk yang relatif banyak dan bahan baku yang mencukupi khususnya yang berasal dari daerah interland. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000, Pematang Siantar berpenduduk 240.831 jiwa yang menjadikannya kota kedua terbesar setelah Medan, ibu kota Sumatera Utara. Penduduknya termasuk heterogen dengan 49,6 % dari etnis Toba, 14,2 % dari etnis Jawa dan 11,43 % dari etnis Simalungun. Etnis lain kurang dari 10 % masing-masing dari Melayu, Mandailing, Cina, Minang, Karo, dan lain-lain. Dari jumlah penduduk tersebut, terdapat angkatan kerja sekitar 85.000 jiwa dengan 86 % yang bekerja. Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengahtengah Kabupaten Simalungun ini adalah

Rp 1,5 trilyun, pangsa sektor industri mencapai 38 % atau Rp 593 milyar. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22 % atau Rp 335 milyar. Dari ketiga kegiatan di sektor ini, subsektor perdagangan memberikan pemasukan sampai Rp 300 milyar.

Hasil industri andalan Kota Pematang Siantar adalah rokok putih filter dan nonfilter serta tepung tapioka. Pada tahun 2000, dengan tenaga kerja sebanyak 2.700 orang, NV Sumatra Tobacco Trading Company (STTC), produsen rokok yang berdiri sejak 1952, smenghasilkan 11,06 milyar batang rokok putih filter dan 75 juta batang rokok putih nonfilter. Dari seluruh hasil produksi rokok filter tersebut 88,14 % dijual ke luar negeri terutama ke Malaysia, negara-negara Timur Tengah dan Asia Timur, dengan nilai ekspor mencapai Rp 345 juta. Sisanya sebesar 11,86 % rokok putih filter dan seluruh hasil produksi rokok putih nonfilter dijual di dalam negeri dengan nilai penjualan mencapai Rp 83 milyar. Sementara itu, Taiwan menjadi negara tujuan penjualan tepung tapioka yang diproduksi kota ini. Tahun lalu, volume ekspor tepung tapioka mencapai 3,8 ton dan tepung Modified Starch mencapai 2,7 ton. Keseluruhan nilai penjualan ekspor kedua jenis komoditas ini mencapai Rp 12,9 milyar.

3.3 Sarana Dan Prasarana Kota Pematang Siantar A. Pendidikan

Di kota Pematangsiantar terdapat Sekolah Tinggi Theologia HKBP, yang kampusnya terletak di Jl. Sangnawaluh No. 6. Juga terdapat Universitas Simalungun atau disingkat USI. Selain itu kota ini juga tempat dimana Akademi seperti AMIK Parbina Nusantara berdiri.

Terdapat juga sekolah-sekolah swasta besar seperti Methodist, Sultan Agung, Kalam Kudus, Taman Asuhan, Taman Siswa,SMK Parbina Nusantara,SMA Budi Mulia,SMA Bintang Timur dan SMA Seminari.

Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional. Secara total, Pematang Siantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7 Universitas/Akademi.

Di kota ini juga terdapat Museum Simalungun yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, diantara kantor Polres Siantar dan GKPS Sudirman.

B. Kesehatan

Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar dengan kapasitas 597 tempat tidur.[2] Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis.

Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu).

C . Transportasi

Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Motor atau Becak Sepeda. Terminal Bus terbesar di Pematang Siantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.

BAB IV

MUSEUM SIMALUNGUN SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA PEMATANGSIANTAR.

4.1 Pengertian Museum

Pengertian tentang museum dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena museum senantiasa mengalami perubahan tugas dan kewajibannya. Museum merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan.

Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai hari Hari Museum Internasional.

Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui

dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM.

Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap

Dokumen terkait